Dengan adanya 2 dua contoh kasus di atas dapat diambil kesamaan, dimana jaminan fidusia banyak digunakan, karena proses pembebenannya dianggap
sederhana, mudah, dan cepat. Karena para pelaku bisnis ingin semua prosesnya dapat dilaksanakan dengan baik. Dan apabila para pelaku usaha bisnis ingin mengalami
pailit, para pelaku usaha bisnis tidak perlu merasa khawatir karena adanya jaminan yang mereka punya. Sehingga para pelaku usaha bisnis dapat terus melakukan
kegiatannya. Dengan adanya jaminan fidusia ini, diharapkan segala sesuatunya dapat dilaksanakan dan dilakukan dengan sebaik – baiknya agar apabila terjadi sengketa,
maka penyelesaian sengketa tersebut dapat diselesaikan dengan efesien dan efektif.
B. Hak Jaminan Fidusia Dalam Undang-Undang Kepailitan
Penjelasan Pasal 56 Ayat 3 UU No. 37 Tahun 2004 mengemukakan bahwa harta kepailitan adalah yang dapat digunakan atau dijual oleh kurator, terbatas pada
barang persediaan dan atau barang bergerak meskipun harta pailit tersebut dibebani dengan hak jaminan. Ketenyuan ini menciptakan keadaan yang tidak menentu bagi
eksekusi Hak Jaminan Fidusia oleh kreditur. Di dalam praktek perkreditan bank barang-barang persediaan dan barang
bergerak milik debitur yang memperoleh kredit dari bank hampir selalu dibebani dengan hak jaminan fidusia. Hak jaminan fidusia memberikan secara hukum hak
kepemilikan kepada kreditur atas barang-barang yang dibebani dengan hak jaminan fidusia itu, tetapi penguasaan atas barang-barang itu ada pada debitur.
Universitas Sumatera Utara
Dengan demikian, bagi benda-benda yang dibebani hak jaminan fidusia, kurator tidak mempunyai wewenang untuk melakukan penjualan atas benda-benda
tersebut. Benda-benda yang dibebani hak jaminan fidusia tersebut secara hukum dalam pelunasan hutang adalah milik kreditur bukan debitur.Sedangkan ketentuan
hak gadai menentukan bahwa hak gadai sah apabila barang bergerak yang dibebani gadai itu diserahkan kepada kekuasaan kreditur pemegang hak gadai dan kekuasaan
kreditur akan membatalkan berlakunya hak gadai tersebut. Barang yang dibebani hak gadai oleh kreditur kepada curator akan membatalkan sahnya gadai tersebut.
Ketentuan pasal 56 ayat 1 dan pasal 59 ayat 1 UU No. 37 Tahun 2004 juga bertentangan dengan pasal 21 ayat UU Hak Tanggungan dinyatakan pailit, maka
pemegang hak tanggungan tetap berwenang melakukan segala hak yang diperolehnya menurut ketentuan UU Hak Tanggungan.
Sebagaimana yang telah dikemukakan diatas maka ketentuan Pasal 59 ayat 1 UU No.37 Tahun 2004 menyebutkan bahwa dengan memperhatikan ketentuan Pasal
56, Pasal 57, dan Pasal 58, kreditur pemegang hak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 56 ayat 1 yaitu hak tanggungan,hak gadai, hak fidusia, dan sebagainya harus
melakukan haknya dalam jangka waktu paling lama 2 dua bulan terhitung sejak dimulainya keadaan insovensi harta kekayaan debitur berada dalam keadaan tidak
mampu membayar sebagaimana dimaksud dalam Pasal 178 ayat 1. Selanjutnya menurut ketentuan Pasal 59 ayat 2 UU No.32 Tahun 2004,
setelah lewat jangka waktu sebagaimana telah dimaksud dalam ayat 1 yaitu telah lewat 2 dua bulan curator harus menuntut diserahkannya barang yang menjadi
Universitas Sumatera Utara
agunan untuk selanjutnya dijual sesuai dengan cara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 185 tanpa mengurangi hak pemegang hak tersebut untuk memperoleh hasil
penjualanann agunan tersebut. Disamping ketentuan pasal 59 ayat 1 dan ayat 2 UU No. 32 tahun 2004 itu
telah mengabaikan berlakunya hak separatis dari kreditur pemengang hak jaminan fidusia maupun yang lain, ketentuan ayat 1 dan ayat 2 UU No. 37 2004 itu tidak
realistis. Didalam praktek sangat sulit bagi seorang kreditur untuk dapat melakukan eksekusi hak-hak jaminannya dalam jangka waktu hanya 2 dua bulan.
Banyak faktor di luar kendali kreditur pemengang hak jaminan fidusia yang membuat berlarut-larutnya eksekusi hak jaminan itu. Misalnya mungkinkah bagi
bank untuk dapat menjual sebuah pabrik semen atau sebuah hotel berbintang 5 lima yang merupakan agunan dalam waktu 2 dua bulan saja. Masa persiapan, ditambah
masa untuk mendapatkan pembeli sampai kepada menyelesaikan perjanjian jual-beli dan penerimaaan uang penjualan pabrik semen atau hotel tersebut dapat memakan
waktu antara 1-2 tahunbahkan tidak mustahil bisa lebih lama dari 2 dua tahun. Adalah menarik untuk menyimak ketentun Pasal 59 ayat 3 tiga UU No. 37
thun 2004. Menurut pasal 59 ayat 3 UU No.37 tahun 2004 tersebut, setiap waktu
kuartor dapat membebaskan barang yang menjadi agunan dengan membayar kepada kreditur yang bersangkutan jumlah terkecil antara harga pasar barang agunan dan
jumlah utang yang dijamin dengan barang agunan tersebut. Kata “dapat” dalam rumusan pasal 59 ayat 3 tahun 2004 tersebut berarti “wewenang” .
Universitas Sumatera Utara
Sehubungan dengan ketentuan dengan pasal ini, pertanyaan ialah “ apakah kreditur hak jaminan yang bersangkutan wajib menyerahkan barang tersebut apabila
curator menggunakan wewenangnya itu ?Bolehkah kreditur menolak ? Apa akibat hukumannya apablila kreditur menolak ? Ternyata di dalam Undang-Undang tidak
terdapat jawaban mengenai pertanyaan-pertanyaan tersebut. Berlakunya ketentuan pasal tersebut juga berarti bahwa dimungkinkan bagi kurator untuk tidak menjul
barang yang dibebani dengan hak jaminan itu melalui lelang sebagaimana ditetukan oleh berbagai undag-undang yang mengatur mengenai hak jaminan fidusia.
Pertanyaan lain yang muncul sehubungan dengan ketentuan pasal 59 ayat 3 UU No. 37 tahun 2004 ialah i Siapa yang menentukan harga pasar barang agunan
itu. ii Apakah harga pasar itu boleh ditetukan secara sepihak oleh kurator tanpa persetujuan kreditur atau tanpa persetujuan pemilik barang agunan itu dapat milik
debitur sendiri maupun milik pihak ketiga ? Jawaban dari pertanyaan-pertanyaan tidak diatur dalam undang-undang. Seharusnya penentuan harga pasar barang agunan
itu ditentukan oleh perusahaan penilai yang independent. Namun biayanya tidak murah. Akan timbul masalah mengenai biaya perusahaan penilai itu apabila
barangnya tidak besar dan atau nilai kreditnya tidak besar. Dengan kata lain untuk barang agunan nilainya tidak besar dan atau nilai kreditnya tidak besar sebaiknya
kurator tidak melakukan pembebasan barang agunan itu sebagaimana dimaksud dalam pasal 59 ayat 3 UU No. 37 tahun 2004.
Di dalam praktek harga antara pasar dan harga jual sangat berbeda. Dalam dunia perbankan dikenal perbedaan antara harga pasar market price dan harga
Universitas Sumatera Utara
lidukasi liqudiation price. Dapat terjadi bahwa harga likuidasi jauh sekali di bawah harga pasar. Dengan kata lain, apabila berdasarkan ketentuan pasal 59 ayat 3 UU
No.37 tahun 2004, kurator membebaskan barang agunan dengan membayar kepada kreditor dengan harga pasar, yaitu dalam hal pasar lebih rendah dari jumlah tagihan,
tetapi ketika barang agunan itu dijual dan harga jadinya harga liduikasinya jauh lebih rendah dari harga pasar yang menjadi nilai tebusan barang agunan itu oleh
kurator.
C. Perlindungan Hukum Kreditor Pemegang Fidusia Terhadap Eksekusi Yang Diumumkan Oleh Kreditor Lain Atas Debitor Yang Dinyatakan Pailit
Tiap kreditor mempunyai keistimewaan masing – masing ada beberapa macam kreditor, diantaranya sebagai berikut :
1. Kreditor Separatis
Kreditor separatis ialah kreditor ialah kreditor pemegang hak jaminan kebendaan, yang dapat bertindak sendiri. Golongan kreditor ini tidak terkena
akibat putusan pernyataan pailit debitor, artinya hak – hak eksekusi mereka tetap dapat dijalankan seperti tidak ada kepailitan dari debitor. Kreditor ini
dapat menjual sendiri barang – barang yang menjadi jaminan, seolah – olah tidak terjadi kepailitan.
28
28
Munir Fuady, Hukum Pailit Dalam Teori dan Praktek, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, 1999, hal. 105.
Universitas Sumatera Utara
Dikatakan separatis yang berkonotasi “pemisahan”, dikarenakan kedudukan kreditor tersebut memaang dipisahkan darikreditor lainnya, dalam
arti dia dapat menjual sendiri dan mengambil sendiri dari hasil penjualan, yang terpisah dengan harta pailit.
Dari hasil penjualan tersebut, mereka mengambil sebesar piutangnya sedangkan jika ada sisanya disetorkan ke kas kurator sebagai budel pailit.
Sebaliknya bila hasil penjualan tersebut ternyata tidak mencukupi, kreditor tersebut untuk tagihan yang belum terbayar dapat memasukkan
kekurangannya sebagai kreditor bersaing. Hak jaminan kebendaan yang memberikan hak menjual sendiri secara
lelang dan untuk memperoleh pelunasan secara mendahului terdiri dari : a.
Gadai yang di atur dalam Bab XX Buku III KUHPerdata, untuk kebendaan bergerak dengan cara melepaskan kebendaan yang
dijaminkan tersebut dari penguasa pihak yang memberikan jaminan kebendaan berupa gadai tersebut.
b. Hipotik yang diatur dalam Bab XXI Buku III KUHPerdata, yang
menurut Pasal 314 KUHDagang berlaku untuk kapal laut yang memiliki ukuran sekurang – kurangnya dua puluh meter kubik dan
didaftar di syahbandar Direktorat Jendral Perhubungan Laut Departemen Perhubungan sehingga memiliki kebangsaan sebagai
kapal Indonesia dan diperlakukan sebagai benda tidak bergerak. Sementara itu yang tidak terdaftar dianggap sebagai benda
Universitas Sumatera Utara
bergerak sehingga padanya berlaku ketentuan Pasal 1977 KUHPerdata.
c. Hak tanggungan sebagaimana diatur dalam Undang – undang No.
4 Tahun 1996 yang mengatur mengenai penjaminan hak – hak atas tanah tertentu berikut kebendaan yang dianggap melekat dan
diperuntukkan untuk dipergunakan secara bersama – sama dengan bidang tanah yang diatasnya terdapat hak – hak atas tanah yang
dapat dijaminkan dengan hak tanggungan. d.
Jaminan fidusia yang diatur dalam Undang-Undang No.42 Tahun 1999. Undang-Undang ini tidak memberikan rumusan positif
mengenai kebendaan yang dapat dijaminkan secara fidusia. UUjF, menetapkan bahwa jaminan fidusia tidak berlaku terhadap :
d.1. hak tangungan yang berkaitan dengan tanah dan bangunan, sepanjang peraturan perundang – undangan yang berlaku
menentukan jaminan atas benda – benda tersebut wajib daftar. Tetapi, bangunan diatas tanah milik orang lain yang tidak dibebani
hak tanggungan berdasarkan UU No. 4 Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan dapat dijadikan objek jaminan fidusia.
d.2. hipotek atas kapal yang terdaftar dengan isi kotor berukuran 20 dua puluh M3 atau lebih.
d.3. hipotek atas pesawat terbang. d.4. gadai
Universitas Sumatera Utara
Dengan demikian jaminan fidusia meliputi seluruh kebendaan yang tidak dapat dijaminkan dengan tiga jenis jaminan kebendaan diatas.
2. Kreditor PreferentIstimewa
Dikatakan istimewa disebabkan kreditor yang karena sifat piutangnya mempunyai kedudukan istimewa dan mendapat hak untuk memperoleh
pelunasan lebih dahulu dari penjualan harta pailit. Kreditor preferent ini berada dibawah pemegang hak kebendaan. Pasal 1133 KUHPerdata
mengatakan bahwa hak untuk didahulukan di antara orang – orang berpiutang terbit dari hak istimewa dari gadai dan hipotik. Hak istimewa adalah suatu hak
yang oleh undang – undang diberikan kepada seorang berpiutang sehingga tingkatnya lebih tinggi dari pada orang piutang lainnya, semata – mata
berdasarkan sifat piutangnya. Selanjutnya KUHPerdata mengatur mengenai kreditor preferent,
dimana menurut KUHPerdata kreditor preferent ialah kreditor pemegang hak istimewa yang disebut dalam Pasal 1139 dan Pasal 1149 KUHPerdata. Pada
Pasal 1139 KUHPerdata mengatakan : piutang – piutang yang diistimewakan terhadap benda – benda tertentu, ialah :
a. Biaya perkara yang semata – mata disebabkan kerena suatu
penghukuman untuk melelang suatu benda bergerak maupun tidak bergerak. Biaya ini dibayar dari pendapatan penjualan benda
tersebut, terlebih dahulu daripada semua piutang – piutang lainnya
Universitas Sumatera Utara
yang diistimewakan, bahkan lebih dahulu pula daripada gadai dan hipotik.
b. Uang – uang sewa benda – benda tak bergerak, biaya – biaya
perbaikan yang menjadi kewajiban si penyewa, beserta segela apa yang mengenai kewajiban memenuhi perjanjian sewa.
c. Harta pembelian benda – benda bergerak yang belum dibayar.
d. Biaya yang telah dikeluarkan untuk menyelamatkan suatu barang.
e. Biaya untuk melakukan suatu pekerjaan pada suatu barang, yang
masih harus dibayar kepada seorang tukang. f.
Apa yang telah diserahkan oleh seorang pengusaha rumaah penginapan sebagai demikian kepada seorang tamu.
g. Upah – upah pengangkutan dan biaya – biaya tambahan.
h. Apa yang harus dibayar kepada tukang – tukang batu, tukang –
tukang kayu dan lain – lain tukang untuk pembangunan, penambahan dan perbaikan – perbaikan benda – benda tak
bergerak, asal saja piutangnya tidak boleh tua dari tiga tahun dan hak milik atas persil yang bersangkutan masih tetap pada si
berutang. i.
Penggantian – penggantian serta pembayaran – pembayaran yang harus dipikul oleh pegawai – pegawai yang memangku suatu
jabatan umum, karena segala kelalaian, kesalahan, pelanggaran dan kejahatan – kejahatan yang dilakukan dalam jabatannya.
Universitas Sumatera Utara
Selanjutnya Pasal 1149 KUHPerdata mengatakan : piutang – piutang yang diistimewakan atas semua benda bergerak dan tidak bergerak pada umumnya ialah
yang disebutkan dibawah ini, piutang – piutang mana dilunasi dari pendapatan penjualan benda – benda itu menurut urutan sebagai berikut :
a. Biaya – biaya perkara, yang semata – mata disebabkan karena pelelangan dan
penyelesaian suatu warisan, biaya – biaya ini didahulukan dari pada gadai dan hipotek.
b. Biaya – biaya penguburan, dengan tidak mengurangi kekuasaan hakim untuk
menguranginya, jika benda – benda itu terlampautinggi. c.
Segala biaya perawatan dan pengobatan dari sakit yangpenghabisan. d.
Upah para buruh selama tahun yang lalu dan upah yang sudah dibayar dalam tahun yang sedang berjalan, beserta jumlah uang kenaikan upah menurut Pasal
1602 q, jumlah uang – uang pengeluaran yang dilakukan oleh buruh guna kepentingan majikan.
e. Piutang karena penyerahan bahan – bahan makanan, yang dilakukan kepada
debitor dan keluarganya selama waktu enam bulan terakhir. f.
Piutang – piutng penguasa sekolah berasrama untuk tahun penghabisan. g.
Piutang anak – anak yang belum dewasa dan orang – orang terampu terhadap sekalian wali dan pengampu mereka, mengenai pengurusan mereka sekedar
piutang – piutang itu tidak dapat diambilkan pelunasan dari hipotek atau lain jaminan yang harus diadakan menurut Bab XV Buku satu KUHPerdata ini
begitu pula tunjangan – tunjangan menurut Buku I oleh orang tua harus
Universitas Sumatera Utara
dibayar untuk pemeliharaan dan pendidikan anak – anak mereka yang sah yang belum dewasa.
3. Kreditor Konkuren
Kreditor yang dikenal juga dengan kreditor bersaing. Kreditor konkuren ini memiliki kedudukan yang sama dan berhak memperoleh hasil penjualan harta
kekayaan debitor, baik yang telah ada maupun yang akan ada dikemudian hari setelah sebelumnya dikurangi dengan kewajiban membayar piutang kepada para kreditor,
pemegang hak jaminan dan para kreditor dengan hak istimewa secara proporsional menurut perbandingan besarnya piutang masing – masing kreditor konkuren
tersebut.
29
Pasal – pasal dalam KUHPerdata sebagaimana yang dijelaskan diatas mengatur mengenai urutan prioritas masa kreditor, apabila tidak ditentukan bahwa
suatu piutang merupakan hak istimewa yang berkedudukan lebih tinggi dari pada Terlihat jelas bahwa kedudukan kreditor pemegang hak jaminan fidusia
apabaila debitor dinyatakan pailit adalah kreditor separatis. Dimana kreditor separatis adalah pemegang hak jaminan kebendaan, dimana hak jaminan kebendaan yang
dimilki oleh kreditor pemegang hak jaminan tersebut untuk menjual secara lelang kebendaan yang dijaminkan kebendaannya dan untuk selanjutnya memperoleh
pelunasan secara mendahulu dari kreditor – kreditor lainnya dari hasil penjualan kebendaan yang dijaminkan kepadanya tersebut.
29
Kartini Muljadi Ahmad Yani, Op.Cit., hal. 158.
Universitas Sumatera Utara
piutang yang dijamin dengan suatu hak jaminan, maka urutn kreditornya adalah sebagai berikut :
a. Kesatu, kreditor yang memilki piutang yang dijamin dengan hak jaminan.
b. Kedua, kreditornyang memilki hak istimewa.
c. Ketiga, kreditor konkuren.
Tetapi apabila suatu hak istimewa ditentukan harus dilunasi terlebih dahulu dari pada kreditor lainnya termasuk para kreditor pemegang hak jaminan, maka
urutan para kreditornya sebagai berikut : a.
Kesatu, kreditor memilki hak istimewa. b.
Kedua, kreditor yang memiliki piutang yang dijamin dengan hak jaminan. c.
Ketiga, kreditor konkuren. Walaupun kreditor separatis dapat mengeksekusi dan mengambil sendiri hasil
penjualan hak jaminan, kreditor tersebut tetap tunduk pada hukum tentang penangguhan eksekusi untuk masa tertentu, yakni selama maksimum 90 hari untuk
kepailitan,dan maksimum 270 hari untuk penundaan kewajiban pembayaran hutang. Maka, dalam hubungan dengan aset – aset yang dijaminkan tersebut, kedudukan
kreditor separatis sangat lebih tinggi dari kreditor yang diistimewakan lainnya. Dengan perkataan lain bahwa kedudukan kreditor separatis adalah yang tertinggi
dibandingkan kreditor lainnya. Pada prinsipnya, kepailitan tidak berlaku bagi kreditor separatis, walaupun
terhadapnya dikenakan kewajiban eksekusi jaminan utang. Pihak kreditor separatis tidak berhak untuk ikut dan untuk diberlakukan suatu perdamaian, akan tetapi dalam
Universitas Sumatera Utara
kepailitan kreditor separatis harus mengajukan tagihannya untuk diverifikasi tanpa harus melepaskan kedudukannya selaku kreditor preferent, dan apabila terdapat
bantahan kreditor separatis maka dia tidak mempunyai suara dalam perdamaian kecuali dia melepaskan bagiannya sebagai kreditor separatis sehingga menjadi
kreditor konkuren. Salah satu ciri jaminan hutang kebendaan yang baik adalah manakala hak
agunan tersebut dapat dieksekusi secara cepat dengan proses yang sederhana, efisien dan mengandung kepastian hukum. Misalnya, ketentuan eksekusi di Amerika Serikat
yang membolehkan pihak kreditor mengambil sendiri barang objek jaminan fidusia asalkan dapat dijual didepan umum, atau dijual dibawah tangan, asalkan dilakukan
dengan beritikad baik. Fidusia sebagai salah satu jenis jaminan utang juga harus memiliki unsur –
unsur yang cepat, murah, dan pasti. Dalam prakteknya Undang – undang jaminan fidusia juga memberi kemudahan dalam melaksanatkan eksekusi melalui lembaga
parate aksekusi. Kemudahan dalam pelaksanaan eksekusi ini tidak semata-mata monoli jaminan fidusia, karena dalam hal gadai juga dikenal lembaga serupa.
30
Berlakunya Undang – undang Rumah Susun No. 16 Tahun 1985 UURS menciptakan prosedur yang lebih mudah yaitu lewat eksekusi dibawah tangan, tetapi
disamping syaratnya yang berat eksekusi dibawah tangan versi UURS tentunya hanya berlaku atas fidusia yang berhubungan dengan rumah susun saja. Karena itu dalam
30
Gunawan Widjaja Ahmad Yani, Op.Cit., hal. 158.
Universitas Sumatera Utara
praktek eksekusi fidusia dibawah tangan sangat jarang digunakan. Salah satu terobosan yang dilakukan oleh Undang – undang tentang fidusia ini adalah dengan
mengambil pola aksekusi hak tanggungan yang dikembangkan oleh Undang – undang Hak Tanggungan No.4 Tahun 1996, yaitu dengan mengatur aksekusi fidusia secara
bervariasi sehingga para pihak dapat memilih model eksekusi yang diinginkan. Eksekusi jaminan fidusia adalah penyitaan dan penjualan benda yang menjadi
objek jaminan fidusia. Yang menjadi penyebab timbulnya eksekusi jaminan fidusia ini adalah karena debitor atau pemberi fidusia cidera janji atau tidak memenuhi
prestasinya tepat pada waktunya kepada penerima fidusia walaupun mereka telah diberikan somasi.
31
1. Pelaksanaan title oleh penerima fidusia
Ada 4 cara eksekusi jaminan fidusia, yaitu:
Yang dimaksud dengan title eksekutorial, ialah tulisan yang mengandung pelaksanaan putusan pengadilan, yang memberikan dasar untuk penyitaan dan lelang
sita tanpa perantara hakim.
32
a. Akta Hipotek berdasarkan Pasal 224 HIR
Ada beberapa akta tulisan yang mempunyai titel ekskutorial, yakni yang disebut dengan grosse akta, yaitu :
b. Akta Pengakuan Hutang berdasarkan Pasal 1224 HIR
31
Salim HS, Op.Cit., hal. 90.
32
Ibid., hal. 90.
Universitas Sumatera Utara
c. Akta Hak Tanggungan berdasarkan Undang – Undang Hak Tanggungan No. 4
Tahun 1996 d.
Akta Fidusia berdasarkan Undang – Undang Fidusia No. 42 Tahun 1999 Menurut kitab Undang – undang Hukum Acara Perdata HIR setiap akta yang
mempunyai titel ekskutorial dapat diajukan fiat eksekusi. Pasal 224 HIR tersebut menyatakan bahwa grose akta hipotek dan surat hutang yang dibuat dihadapan
Notaris di indonesia yang kepalanya berbunyi “Demi Keadilan Berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa” berkekuatan sama dengan kekuatan suatu keputusan
hakim, jadi berdasarkan titel eksekutorial ini penerima fidusia dapat langsung melaksanakan eksekusi melalui pelelangan umum atas objek jaminan fidusia tanpa
melalui pengadilan. Pasal 15 dari UUJF No. 42 Tahun 1999 menyatakan bahwa sertifikat jaminan
fidusia memuat dengan kata “Demi Keadilan Berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa”, sertifikat jaminan fidusia tersebut mempunyai kekuatan eksekutorial yang sama
dengan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap. Dari Pasal-pasal tersebut diatas terlihat bahwa salah satu syarat agar suatu fiat eksekusi
dapat dilakukan adalah bahwa dalam akta tersebut terdapat kata yang berbunyi “Demi Keadilan Berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa”, kata-kata inilah yang
memberikan titel eksekutorial yaitu yang mensejajarkan akekuatan akta tersebut dengan putusan pengadilan.
Yang dimaksug dengan fiat eksekusi adalah eksekusi atas sebuah akta seperti mengeksekusi suatu putusan pengadilan yang telah berkekuatan hukum pasti, yakni
Universitas Sumatera Utara
dengan cara meminta fiat dari ketua pengadilan, yaitu memohon penetapan dari ketua pengadilan untuk melakukan eksekusi.
2. Eksekusi fidusia secara parate eksekusi lewat pelelangan umum
Penjualan benda yang menjadi objek jaminan fidusia atas kekuasaan penerima fidusia sendiri melalui pelelangan umum serta mengambil pelunasan piutangnya
dari hasil penjualan. Eksekusi fidusia dapat dilakukan dengan jalan melalui lembaga parate
eksekusi yaitu melalui lembaga pelelangan umum kantor lelang, dimana hasil pelelangan tersebut diambil untuk melunasi pembayaran piutang-piutangnya.
Pasal 1155 ayat 1 KUHPerdata, menyatakan bahwa apabila oleh para pihak tidak telah diperjanjikan lain, maka siberpiutang atau si pemberi jaminan cidera
janji setelah tenggang waktu yang diberikan lampau, atau jika telah ditentukan suatu tenggang waktu setelah dilakukannya suatu peringatan untuk membayar,
menyuruh menjual barang jaminannya dimuka umum menurut kebiasaan- kebiasaan setempat serta atas syarat-syarat yang lazim berlaku, dengan maksud
untuk mengambil pelunasan jumlah piutangnya beserta bunga dan biaya dari pendapatan penjualan tersebut.
Eksekusi lewat pelelangan umum ini dapat melibatkan pengadilan sama sekali, seperti yang tercantum pada Pasal 29 ayat 1 hurup b UUJF yang
menyatakan bahwa penjualan benda yang menjadi objek jaminan fidusia atas kekuasaan penerima fidusia sendiri melalui pelelangan umum serta mengambil
pelunasan piutangnya dari hasil penjualan. Pada prinsipnya bahwa penjualan
Universitas Sumatera Utara
benda yang menjadi objek jaminan fidusia harus melalui pelelangan umum, karena dengan cara ini diharapkan dapat diperoleh harga yang paling tinggi.
Ada dua kemungkinan dari hasil pelelangan atau penjualan barang jaminan fidusia, yaitu :
a. Hasil eksekusi melebihi nilai penjaminan, penerima fidusia wajib
mengembalikan kelebihan tersebut kepada pemberi fidusia. b.
Hasil eksekusi tidak mencukupi untuk pelunasan utang, debitor atau pemberi fidusia tetap bertanggugjawab atas hutang yang belum
dibayar.
33
3. Eksekusi fidusia secara parate eksekusi melalui penjualan dibawah tangan
Jaminan fidusia dapat juga dieksekusi secara parate eksekusi mengeksekusi tanpa lewat pengadilan dengan cara menjual benda objek fidusia tersebut secara
dibawah tangan, apabila penjualan melelui pelelangan umum diperkirakan tidak akan menghasilkan harga tertinggi yang menguntungkan baik dari si pemberi fidusia
maupun si penerima fidusia. Penjualan dibawah tangan dilakukan, dengan memenuhi syarat-syarat sebagai
berikut : a.
Dilakukan berdasarkan kesepakatan antara pemberi dengan penerima fidusia. b.
Jika dengan cara penjualan dibawah tangan tersebut dicapai harga tertinggi yang menguntungkan para pihak.
33
Ibid., hal. 91.
Universitas Sumatera Utara
c. Diberitahukan secara tertulis oleh pemberi dan atau penerima fidusia kepada
pihak-pihak yang berkepentingan. d.
Diumumkan dalam sedikit-dikitnya dalam dua surat kabar yang beredar di daerah yang bersangkutan.
e. Pelaksanaan penjualan dilakukan setelah lewat waktu 1satu bulan sejak
diberitahukan secara tertulis. Menjadi pertanyaan bagaiman bila fidusia dibuat dibawah tangan dan tidak
didaftarkan. Apakah kreditor masih mendapat perlindungan hukum ? ada dua pokok kajian, yaitu : Pertama, perlindungan kreditor terhadap debitornya. Dalam hal ini
apakah perjanjian yang dibuat dibawah tangan oleh kreditor dengan debitor mengikat bagi para pihak, dan Kedua, perlindungan kreditor dari kreditor lainnya. Hal ini
dimungkinkan terjadi karena dalam fidusia berdasarkan Pasal 8 UUJF yang mengatakan “jaminan fidusia dapat diberikan kepada lebih dari 1satu penerima
fidusia”, atau berdasarkan ketentuan Pasal 28 UUJF dan Pasal 1 sub 2 dikatakan bahwa “kedudukan yang diutamakan kepada penerima fidusia terhadap kreditor lain.
Perlindungan kreditor dari fidusia yang dibuat berdasarkan akta dibawah tangan dapat dipergunakan ketentuan Pasal 1138 KUHPerdata dan Pasal 1320
KUHPerdata. Dimana suatu perjanjian yang dibuat secara sah mengikat bagi yang membuatnya. Perjanjian yang dibuat dibawah tangan ini dapat dijadikan bukti bahwa
antara para pihak telah terjadi ikatan. Perlindungan kreditor terhadap benda milik debitor dijadikan jaminan dapat
dipergunakan dasar hukum dari ketentuan Pasal 1131 KUHPerdata yang mengatakan
Universitas Sumatera Utara
“segala benda-benda bergerak dan tidak bergerak milik debitor, baik yang sudah ada maupun yang akan ada, menjadi jaminan untuk perikatan perorangan debitor itu”.
Jadi, perlindungan kreditor atas benda jaminan ini sebagai jaminan umum. Terhadap benda-benda ini maka akta dibawah tangan sudah cukup sebagai
dasar peralihan hak milik atas benda bergerak tidak berwujud tersebut. Jadi, perlindungan kreditor itu dapat diperkuat dengan ketentuan Pasal 1613 KUHPerdata,
dimana akta dibawah tangan sudah dianggap cukup untuk melakukan penyerahan. Apabila terjadi bahwa benda yang difidusiakan yang berada ditangan pemberi fidusia
dijual pada pihak ketiga maka kreditor dapat dilakukan aksi hukum yang diatur dalam Pasal 1341 KUHPerdata “kreditor boleh mengajukan tidak berlakunya segala
tindakan yang tidak diwajibkan yang dilakukan oleh debitor”. Perlindungan kreditor dari kreditor-kreditor lainnya yang memilki hak yang
dilakukan atau hak istimewa, dapat dilakukan dengan cara akta fidusia yang dibuat secara dibawah tangan tersebut didaftarkan. Fungsi pendaftaran disini adalah untuk
menentukan saat lahirnya fidusia dalam rangka menentukan tingkatan kedudukan kreditor yang didahulukan oleh kedudukan kreditor yang didahulukan dari kreditor
lainnya. Ketentuan pasal 1131 KUHPerdata menyebutkan bahwa “segala kebendaan siberhutang, baik yang bergerak, maupun tidak bergerak, baik yang sudah ada
maupun yang akan ada dikemudian hari, menjadi tanggungan untuk segala perikatannya perseorangan, jadi hak-hak seorang kreditor menurut Pasal tersebut
dijamin dengan :
Universitas Sumatera Utara
1. Semua barang-barang yang sudah ada, artinya yang sudah ada pada saat
hutang dibuat. 2.
Semua barang yang ada, artinya barang-barang yang pada saat pembuatan hutang belum menjadi kepunyaan kreditor, tetapi kemudian menjadi miliknya.
Dengan perkataan lain hak kreditor meliputi barang-barang yang akan menjadi miliknya ada dikemudian hari benar-benar dikemudian hari benar-
benar jadi miliknya. 3.
Baik barang bergerak maupun tidak bergerak terhadap penjualan seluruh harta kekayaan debitor tersebut, dan kemudian hasil penjualan tersebut dibagikan
secara profesional kepada para kreditor hanya terjadi dalam hal ada kepailitan debitor atau dalam hal debitor dinyatakan pailit.
Telah disebutkan bahwa pihak yang berwenang untuk mengeksekusi jaminan hutang bisa kreditor separatis dan bisa juga pihak kurator. Hal ini bergantung pada
hubungan aset dengan kreditor dijaminkan atau tidak dan bergantung pada waktu kapan eksekusi dilaksanakan.
Cara penjualan aset atau barang-barang, pada prinsipnya dilakukan dengan mengajukan lelang dikantor lelang. Tata cara pelelangan dilakukan sesuai dengan
aturan yang berlaku untuk lelang tersebut. Akan tetapi, penjualan harta pailit dapat juga dilakukan secara dibawah
tangan, asal saja untuk pembuatan tersebut telah mendapat izin dari hakim pengawas. Hal ini tentunya dilakukan oleh kurator apabila kurator yakin bahwa penjualan
dengan cara dibawah tangan atau penjualan langsung tanpa campur tangan oleh
Universitas Sumatera Utara
kantor lelang akan menghasilkan yang lebih baik, antara lain karena dapat menghemat biaya.
34
34
Munir Fuady, Op.Cit, hal. 11.
Universitas Sumatera Utara
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN