BAB 4 HASIL PE ELITIA
Dalam penelitian ini, peneliti melakukan penelitian pendahuluan menggunakan tiga macam uji yang bertujuan untuk mendapatkan data yang lebih valid dan akurat.
Uji yang dilakukan yaitu uji alat, uji metode pengukuran lebar gigi, dan uji intraoperator. Pada uji alat, lima pasang model studi diambil secara acak dan
diperoleh secara statistik bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil pengukuran gigi pada model studi menggunakan kaliper digital dengan ketelitian 0,02
mm dan kaliper dial dengan ketelitian 0,05 mm p0,05. Pada penelitian ini, peneliti menggunakan alat kaliper digital karena memiliki ketelitian yang lebih tinggi, lebih
mudah dan cepat. Pada pengujian metode terhadap lima pasang model yang juga diambil secara statistik diperoleh bahwa hasil pengukuran dengan menggunakan
metode Moorrees tidak berbeda secara signifikan dengan metode Mullen p0,05. Oleh karena itu, pada penelitian ini peneliti melakukan pengukuran menggunakan
metode Mullen karena mudah dilakukan dan dapat dilakukan pada gigi yang mengalami rotasi. Berdasarkan uji intraoperator diperoleh hasil secara statistik bahwa
antara hasil pengukuran pertama dan kedua tidak terdapat perbedaan yang bermakna p0,05, sehingga peneliti hanya melakukan satu kali pengukuran untuk setiap gigi
yang diukur. Penelitian ini menggunakan sampel berjumlah 50 model studi yang terdiri atas
25 buah model studi sampel dengan jenis kelamin laki4laki dan 25 buah model studi sampel dengan jenis kelamin perempuan yang berasal dari mahasiswa suku Batak di
Fakultas Kedokteran Gigi dan Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara dan telah memenuhi kriteria yang ditetapkan. Pengukuran dilakukan pada model studi gigi
rahang atas dan rahang bawah. Pengukuran lebar mesiodistal gigi dilakukan pada keempat gigi insisivus
rahang bawah, gigi kaninus, premolar pertama, dan premolar kedua pada setiap regio di rahang atas dan rahang bawah. Hasil pengukuran pada sampel berupa rerata dan
Universitas Sumatera Utara
standar deviasi ukuran lebar mesiodistal gigi insisivus rahang bawah dan ukuran lebar mesiodistal gigi kaninus, premolar pertama, dan premolar kedua rahang atas dan
rahang bawah pada model studi suku Batak dapat dilihat pada tabel 2 dan 3.
Tabel 2. RERATA UKURAN LEBAR MESIODISTAL GIGI INSISIVUS RAHANG BAWAH PADA MODEL STUDI SUKU BATAK
Pengukuran Rerata
mm Standar
Deviasi ilai Terendah
mm ilai Tertinggi
mm KIRI
I2 6,02
0,43 5,22
6,81 I1
5,42 0,42
4,48 6,45
KA A I1
5,38 0,43
4,45 6,43
I2 5,97
0,44 5,02
6,82
Tabel 3. RERATA UKURAN LEBAR MESIODISTAL GIGI KANINUS, PREMOLAR PERTAMA, DAN PREMOLAR KEDUA RAHANG ATAS
DAN RAHANG BAWAH PADA MODEL STUDI SUKU BATAK
Pengukuran Rerata
mm Standar
Deviasi ilai Terendah
mm ilai Tertinggi
mm
M A
K S
IL A
KIRI P2
6,89 0,55
5,58 7,76
P1 7,45
0,48 6,18
8,44 C
7,89 0,54
6,62 9,26
KA A C
8,62 0,59
6,88 9,12
P1 7,25
0,48 6,14
8,47 P2
6,85 0,54
5,90 8,11
M A
D IB
U L
A
KIRI P2
7,06 0,61
6,01 8,25
P1 7,39
0,50 6,10
8,52 C
6,92 0,48
5,84 7,92
KA A C
6,98 0,51
5,82 7,90
P1 7,30
0,47 6,14
8,28 P2
7,03 0,58
5,90 8,60
Universitas Sumatera Utara
Hasil pengukuran pada tabel 2 menunjukkan bahwa lebar mesiodistal gigi insisivus rahang bawah pada model studi suku Batak yang paling besar adalah gigi
insisivus lateralis kiri, sedangkan gigi dengan lebar mesiodistal paling kecil adalah gigi insisivus sentralis kanan. Tabel 3 menunjukkan bahwa lebar mesiodistal gigi
kaninus, premolar pertama, dan premolar kedua pada model studi suku Batak yang memiliki ukuran terbesar pada rahang atas adalah gigi kaninus kanan, sedangkan gigi
yang memiliki ukuran terkecil adalah gigi premolar kedua kanan. Untuk rahang bawah, gigi yang memiliki ukuran terbesar adalah gigi premolar pertama kiri,
sedangkan untuk gigi yang memiliki ukuran terkecil adalah gigi kaninus kanan. Pengukuran lebar mesiodistal gigi insisvus rahang bawah dan gigi kaninus,
premolar pertama, dan premolar kedua pada rahang atas dan bawah jika dibedakan berdasarkan jenis kelamin, maka dapat dilihat perbedaan rerata ukuran gigi antara
laki4laki dan perempuan pada tabel 4 dan 5 di bawah ini.
Tabel 4. RERATA UKURAN LEBAR MESIODISTAL GIGI INSISIVUS RAHANG BAWAH PADA MODEL
STUDI SUKU BATAK
BERDASARKAN JENIS KELAMIN
Pengukuran Rerata mm
Standar Deviasi Laki6laki
n=25 Perempuan
n=25 Laki6laki
n=25 Perempuan
n=25 KIRI
I2 6,06
5,97 0,45
0,41 0,489
I1 5,52
5,31 0,46
0,37 0,083
KA A I1
5,48 5,28
0,39 0,45
0,109 I2
5,99 5,95
0,45 0,43
0,743 Signifikan p0,05
Tabel 4 menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan secara statistik antara lebar mesiodistal gigi insisivus rahang bawah pada laki4laki dan perempuan p0,05.
Namun, diketahui bahwa ukuran mesiodistal keempat gigi insisivus rahang bawah pada laki4laki lebih besar dibandingkan dengan ukuran mesiodistal pada perempuan.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 5. RERATA UKURAN LEBAR MESIODISTAL GIGI KANINUS, PREMOLAR PERTAMA, DAN PREMOLAR KEDUA RAHANG ATAS
DAN RAHANG BAWAH PADA MODEL STUDI SUKU BATAK BERDASARKAN JENIS KELAMIN
Pengukuran Rerata mm
Standar Deviasi Laki6laki
n=25 Perempuan
n=25 Laki6laki
n=25 Perempuan
n=25
M A
K S
IL A
KIRI P2
6,90 6,62
0,43 0,60
0,069 P1
7,51 7,33
0,45 0,50
0,167 C
8,17 7,70
0,56 0,54
0,005
KA A C
8,11 7,67
0,53 0,47
0,003 P1
7,48 7,42
0,47 0,50
0,668 P2
6,95 6,82
0,52 0,58
0,410
M A
D IB
U L
A
KIRI P2
7,14 6,99
0,56 0,66
0,397 P1
7,54 7,23
0,43 0,53
0,028 C
7,15 6,69
0,44 0,42
0,000
KA A C
7,22 6,74
0,46 0,46
0,000 P1
7,36 7,24
0,43 0,51
0,386 P2
7,20 6,86
0,57 0,55
0,033
Signifikan p0,05
Tabel 5 menunjukkan bahwa ukuran lebar mesiodistal gigi kaninus, premolar pertama, dan premolar kedua pada laki4laki lebih besar dari ukuran mesiodistal gigi
perempuan untuk semua regio. Berdasarkan hasil uji4t dengan tingkat kepercayaan 95 menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara laki4laki dengan
perempuan yaitu pada gigi kaninus maksila, gigi kaninus mandibula, gigi premolar pertama kiri mandibula, dan gigi premolar kedua kanan mandibula. Hasil ini
menunjukkan bahwa pada penelitian ini terdapat diskrepansi ukuran gigi antara laki4 laki dan perempuan suku Batak.
Universitas Sumatera Utara
Penelitian ini menggunakan jumlah keempat insisivus rahang bawah sebagai gigi prediktor pada analisis Tanaka4Johnston dan analisis Moyers serta jumlah
kaninus dan premolar rahang atas dan rahang bawah sebagai pembanding dalam menentukan validitas analisis. Berikut ini akan ditampilkan rerata dan standar deviasi
jumlah keempat insisivus rahang bawah dan jumlah kaninus dan premolar rahang atas dan rahang bawah pada tabel 6.
Tabel 6. RERATA JUMLAH INSISIVUS RAHANG BAWAH DAN JUMLAH UKURAN KANINUS DAN PREMOLAR RAHANG ATAS DAN
RAHANG BAWAH
Rerata mm
Standar Deviasi
ilai Terendah mm
ilai Tertinggi mm
Insisivus Mandibula 22,78
1,60 19,68
26,15 C+P1+P2 Maksila
22,17 1,37
19,00 25,02
C+P1+P2 Mandibula 21,77
1,37 18,77
24,42
Analisis Tanaka4Johnston dan Moyers merupakan analisis yang dilakukan saat masa gigi bercampur untuk memprediksi ruang yang akan ditempati gigi permanen
kaninus, premolar pertama, dan premolar kedua. Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan nilai prediksi hasil perhitungan antara analisis Tanaka4Johnston dan
analisis Moyers dengan nilai jumlah hasil pengukuran gigi kaninus, premolar pertama, dan premolar kedua pada tabel 6 sehingga diketahui apakah prediksi analisis
Tanaka4Johston dan analisis Moyers tepat atau tidak diterapkan pada suku Batak. Nilai prediksi analisis Tanaka4Johnston diperoleh dengan memasukkan jumlah
keempat insisivus rahang bawah ke dalam rumus : 1. Maksila
=
+ 11,0 mm 2. Mandibula
=
+ 10,5 mm
Universitas Sumatera Utara
Nilai prediksi analisis Moyers diperoleh dengan memasukkan jumlah keempat insisivus rahang bawah pada tabel probabiliti Moyers Tabel 1. Perbandingan nilai
prediksi analisis Tanaka4Johnston dan analisis Moyers 75 dengan nilai hasil pengukuran manual dapat dilihat pada tabel 7 di bawah ini.
Tabel 7. PERBANDINGAN NILAI PREDIKSI ANALISIS MOYERS DAN ANALISIS TANAKA4JOHNSTON PADA SUKU BATAK
A ALISIS
ilai Prediksi C+P1+P2
ilai Pengukuran
C+P1+P2 Perbedaan
Rerata Rerata
SD Rerata
SD Rerata
SD
Tanaka Johnston
RA
22,39 0,80
22,17 1,37
0,22 0,22
0,341 0,75 0,57
57
RB
21,89 0,80
21,77 1,37
0,12 0,22
0,602 0,75 0,56
56
Moyers 75
RA
21,71 0,82
22,17 1,37
4 0,46 0,23
0,044 0,70 0,49
49
RB
21,61 0,87
21,77 1,37
4 0,16 0,23
0,473 0,78 0,61
61
Signifikan p0,05 Kriteria Interpretasi Koefisien Korelasi r :
0 : Tidak ada korelasi antara dua variabel 0 – 0,25 : Korelasi sangat lemah
0,25 – 0,5 : Korelasi cukup 0,5 – 0,75 : Korelasi kuat
0,75 – 0,99 : Korelasi sangat kuat 1 : Korelasi sempurna
diperoleh dari KD x 100
Tabel 7 menunjukkan bahwa nilai prediksi analisis Tanaka4Johnston melebihi nilai pengukuran pada model yaitu 0,22 mm pada rahang atas dan 0,12 mm pada
rahang bawah. Sedangkan nilai prediksi analisis Moyers 75 di bawah nilai pengukuran pada model yaitu 0,46 mm pada rahang atas dan 0,16 mm pada rahang
bawah. Berdasarkan hasil uji4t diperoleh bahwa secara statistik nilai prediksi analisis Tanaka4Johnston dan analisis Moyers 75 tidak menunjukkan perbedaan yang
bermakna p0,05 dengan nilai hasil pengukuran pada model baik pada rahang atas maupun rahang bawah. Hanya nilai prediksi analisis Moyers 75 untuk gigi rahang
bawah yang menunjukkan perbedaan yang bermakna.
Universitas Sumatera Utara
Penilaian validitas dapat dilihat dari perbedaan dan reliabilitas hasil prediksi analisis. Pada tabel di atas terlihat secara statistik bahwa dari hasil uji4t, analisis
Tanaka4Johnston valid pada rahang atas dan rahang bawah, sedangkan analisis Moyers hanya valid pada rahang bawah.
Reliabilitas analisis berhubungan dengan kekuatan hubungan antara hasil prediksi dengan hasil pengukuran yang dinyatakan dalam KK atau koefisien korelasi
r dan proporsi variasi yang dinyatakan dalam KD atau koefisien determinasi r
2
. Pada tabel di atas, untuk analisis Tanaka4Johnston memiliki koefisien korelasi 0,75
untuk rahang atas dan rahang bawah, sedangkan analisis Moyers 75 koefisien korelasinya 0,70 untuk rahang atas dan 0,78 untuk rahang bawah. Hal ini
menunjukkan bahwa terdapat korelasi yang kuat untuk analisis Tanaka4Johnston pada rahang atas dan bawah serta analisis Moyers untuk rahang atas, sedangkan terdapat
korelasi yang sangat kuat untuk analisis Moyers pada rahang bawah. Berdasarkan tabel di atas juga diperoleh bahwa nilai prediksi analisis Tanaka4Johnston yang tepat
adalah sekitar 57 sampel untuk rahang atas dan 56 sampel untuk rahang bawah. Untuk analisis Moyers diperoleh persentase proporsi sekitar 49 sampel untuk
rahang atas dan 61 sampel untuk rahang bawah. Maka untuk sampel keseluruhan diperoleh bahwa analisis Tanaka4Johnston valid untuk kedua rahang dengan
persentase validitas sekitar 57 sampel untuk rahang atas dan 56 sampel untuk rahang bawah. Untuk analisis Moyers hanya valid untuk rahang bawah dengan
persentase sekitar 61 sampel. Namun, apabila dibedakan berdasarkan jenis kelamin, diperoleh hasil yang
berbeda. Perbandingan nilai prediksi dengan nilai pengukuran pada model berdasarkan jenis kelamin untuk analisis Tanaka4Johnston dan analisis Moyers 75
dapat dilihat pada tabel 8 dan 9 di bawah ini.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 8. PERBANDINGAN NILAI PREDIKSI ANALISIS TANAKA JOHNSTON PADA SUKU BATAK BERDASARKAN JENIS KELAMIN
A ALISIS ilai Prediksi
C+P1+P2 ilai
Pengukuran C+P1+P2
Perbedaan Rerata
Rerata SD
Rerata SD
Rerata SD
Maksila
Lk 22,52
0,82 22,56
1,25 4 0,04
0,30 0,986
0,71 0,50 50
Pr 22,26
0,77 21,79
1,40 0,47
0,32 0,151
0,79 0,62 62
Mandibula
Lk 22,02
0,82 22,20
1,22 4 0,18
0,29 0,209
0,68 0,46
46
Pr 21,76
0,77 21,35
1,40 0,41
0,32 0,557
0,81 0,66
66
Signifikan p0,05 Kriteria Interpretasi Koefisien Korelasi r :
0 : Tidak ada korelasi antara dua variabel 0 – 0,25 : Korelasi sangat lemah
0,25 – 0,5 : Korelasi cukup 0,5 – 0,75 : Korelasi kuat
0,75 – 0,99 : Korelasi sangat kuat 1 : Korelasi sempurna
diperoleh dari KD x 100
Tabel 9. PERBANDINGAN NILAI PREDIKSI ANALISIS MOYERS 75 PADA SUKU BATAK BERDASARKAN JENIS KELAMIN
A ALISIS ilai Prediksi
C+P1+P2 ilai
Pengukuran C+P1+P2
Perbedaan Rerata
Rerata SD
Rerata SD
Rerata SD
Maksila
Lk 22,18
0,84 22,56
1,25 4 0,38
0,30 0,204
0,69 0,47 47
Pr 21,25
0,46 21,79
1,40 4 0,54
0,30 0,079
0,78 0,61
61 Mandibula
Lk 22,00
0,73 22,20
1,22 4 0,20
0,28 0,503
0,67 0,46
46
Pr 21,21
0,83 21,35
1,40 4 0,14
0,32 0,671
0,82 0,67 67
Signifikan p0,05 Kriteria Interpretasi Koefisien Korelasi r :
0 : Tidak ada korelasi antara dua variabel 0 – 0,25 : Korelasi sangat lemah
0,25 – 0,5 : Korelasi cukup 0,5 – 0,75 : Korelasi kuat
0,75 – 0,99 : Korelasi sangat kuat 1 : Korelasi sempurna
diperoleh dari KD x 100
Universitas Sumatera Utara
Tabel 8 menunjukkan bahwa nilai prediksi analisis Tanaka4Johnston untuk rahang atas pada laki laki di bawah nilai hasil pengukuran sebesar 0,04 mm,
sedangkan pada perempuan nilai prediksi melebihi nilai hasil pengukuran sebesar 0,47 mm. Untuk rahang bawah, pada laki4laki nilai hasil prediksi analisis Tanaka4
Johnston di bawah nilai hasil pengukuran sebesar 0,18 mm, sedangkan pada perempuan nilai prediksi melebihi nilai hasil pengukuran sebesar 0,41 mm.
Berdasarkan hasil uji4t, diperoleh bahwa secara statistik nilai prediksi analisis Tanaka4Johnston pada laki4laki dan perempuan suku Batak tidak terdapat perbedaan
yang signifikan dengan nilai hasil pengukuran p0,05, sehingga dapat dinyatakan analisis Tanaka4Johnston valid pada laki4laki dan perempuan suku Batak untuk gigi
rahang atas maupun rahang bawah. Koefisien korelasi pada laki4laki untuk rahang atas 0,71 dan rahang bawah 0,68. Koefisien korelasi pada perempuan untuk rahang
atas 0,79 dan rahang bawah 0,81. Berdasarkan tabel di atas juga diperoleh bahwa persentase validitas analisis Tanaka4Johnston pada laki4laki untuk rahang atas adalah
sekitar 50, sedangkan untuk rahang bawah adalah 46. Pada perempuan, persentase validitas untuk rahang atas yaitu sekitar 62, sedangkan untuk rahang
bawah sekitar 66. Tabel 9 menunjukkan bahwa nilai prediksi analisis Moyers dengan tingkat
kepercayaan 75 di bawah nilai hasil pengukuran pada model rahang atas yaitu pada laki4laki sebesar 0,38 mm, sedangkan pada perempuan 0,54 mm. Untuk rahang
bawah nilai hasil prediksi analisis Moyers 75 juga di bawah nilai hasil pengukuran pada model yaitu pada laki4laki sebesar 0,20 mm, sedangkan pada perempuan 0,14
mm. Secara statistik diperoleh bahwa nilai prediksi analisis Moyers 75 pada perempuan dan laki4laki suku Batak tidak terdapat perbedaan yang bermakna dengan
nilai pengukuran pada model p0,05, sehingga dapat dinyatakan analisis Moyers 75 valid pada laki4laki dan perempuan suku Batak untuk gigi rahang atas dan
rahang bawah. Koefisien korelasi pada laki4laki untuk rahang atas 0,69 dan rahang bawah 0,67. Koefisien korelasi pada perempuan untuk rahang atas 0,78 dan rahang
bawah 0,82. Berdasarkan tabel di atas juga diperoleh bahwa persentase validitas analisis Moyers pada laki4laki untuk rahang atas adalah sekitar 47, sedangkan untuk
Universitas Sumatera Utara
rahang bawah adalah 46. Pada perempuan, persentase validitas untuk rahang atas adalah sekitar 61, sedangkan untuk rahang bawah sekitar 67.
Perbandingan tingkat validitas antara analisis Tanaka4Johnston dan analisis Moyers 75 adalah sebagai berikut : 1. Berdasarkan hasil uji4t, analisis Tanaka4
Johnston valid baik pada rahang atas maupun rahang bawah, sedangkan analisis Moyers valid hanya pada rahang bawah. 2. Berdasarkan hasil uji korelasi, koefisien
korelasi analisis Tanaka4Johnston RA dan RB yaitu 0,75 yang menunjukkan adanya hubungan yang kuat dengan nilai pengukuran, sedangkan Koefisien korelasi analisis
Moyers pada RA yaitu 0,70 yang menunjukkan hubungan yang kuat dan pada RB yaitu 0,78 yang menunjukkan hubungan yang sangat kuat. 3. Persentase validitas
analisis Tanaka4Johnston adalah 57 untuk RA dan 56 untuk RB, sedangkan persentase validitas analisis Moyers 75 adalah 49 untuk RA dan 61 untuk RB.
Universitas Sumatera Utara
BAB 5 PEMBAHASA