Perbandingan Validitas Analisis Tanaka– Jhonston Dan Analisis Moyers Pada Mahasiswa Suku Batak Universitas Sumatera Utara

(1)

MAHASISWA SUKU BATAK U IVERSITAS

SUMATERA UTARA

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi

Oleh :

ADICAKRA SATYANUGRAHA SUTAN NIM : 090600079

Pembimbing : ERLIERA, drg, Sp.Ort

FAKULTAS KEDOKTERA GIGI

U IVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDA

2013


(2)

Fakultas Kedokteran Gigi Departemen Ortodonti

Tahun 2013

Adicakra Satyanugraha Sutan

Perbandingan Validitas Analisis Tanaka4Johnston dan Analisis Moyers pada Mahasiswa Suku Batak Universitas Sumatera Utara.

xi + 45 halaman

Diskrepansi ruang sering ditemukan pada periode gigi bercampur dan dapat menyebabkan maloklusi saat dewasa. Untuk itu dibutuhkan metode analisis ruang yang akurat untuk menentukan rencana perawatan yang maksimal. Ketepatan prediksi analisis ruang perlu diuji lebih lanjut pada populasi yang lebih spesifik untuk dapat menentukan rencana perawatan yang tepat. Tujuan penelitian ini adalah untuk menguji validitas antara analisis Tanaka4Johnston dan analisis Moyers 75% pada suku Batak, membandingkan validitas kedua analisis, serta menilai validitas kedua analisis pada laki4laki dan perempuan suku Batak.

Penelitian ini merupakan studi desktiptif analitik menggunakan sampel sebanyak 50 buah model studi suku Batak yang terdiri dari 25 model studi laki4laki dan 25 model studi perempuan berdasarkan teknik purposive sampling. Pengukuran lebar mesiodistal gigi dilakukan dengan kaliper digital dan dengan metode Mullen. Setelah itu, dilakukan perhitungan prediksi menggunakan analisis Tanaka4Johnston dan analisis Moyers 75%. Kemudian hasil pengukuran jumlah gigi geligi kaninus,


(3)

premolar pertama dan premolar kedua pada model dibandingkan dengan hasil prediksi kedua analisis untuk menilai validitas masing4masing analisis.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada sampel secara keseluruhan analisis Tanaka4Johnston melebihi nilai pengukuran pada kedua rahang sedangkan analisis Moyers 75% menunjukkan nilai yang lebih rendah dari nilai pengukuran untuk kedua rahang. Secara statistik diperoleh bahwa tidak terdapat perbedaan secara signifikan untuk analisis Tanaka4Johnston dengan nilai 0,341 untuk rahang atas dan 0,602 untuk rahang (p>0,05) dengan persentase 57% untuk rahang atas dan 56% untuk rahang bawah sehingga dapat dinyatakan valid untuk rahang atas dan rahang bawah, sedangkan untuk analisis Moyers 75% tidak terdapat perbedaan yang signifikan dengan nilai 0,473 (p>0,05) sehingga hanya valid untuk rahang bawah saja dengan persentase 61%. Berdasarkan jenis kelamin diperoleh bahwa analisis Tanaka4 Johnston dapat diterapkan pada laki4laki dan perempuan suku Batak dan analisis Moyers 75% juga dapat diterapkan pada laki4laki dan perempuan suku Batak (p>0,05).

Kesimpulan yang diperoleh dari penelitian ini adalah analisis Tanaka4Johnston dapat diterapkan baik pada laki4laki maupun perempuan suku Batak untuk kedua rahang, sedangkan analisis Moyers 75% dapat diterapkan pada laki4laki dan perempuan suku Batak, tetapi hanya untuk gigi geligi rahang bawah saja.


(4)

PERBA DI GA

JOH STO

MAHASISW

Diajuka syarat m

ADIC

FAK

U IV

I GA VALIDITAS A ALISIS TA A

STO DA A ALISIS MOYERS PAD

SISWA SUKU BATAK U IVERSITA

SUMATERA UTARA

SKRIPSI

iajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi arat memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi

Oleh :

ADICAKRA SATYANUGRAHA SUTAN NIM : 090600079

Pembimbing : ERLIERA, drg, Sp.Ort

FAKULTAS KEDOKTERA GIGI

U IVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDA

2013

TA AKA –

S PADA


(5)

PER YATAA PERSETUJUA

Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan tim penguji skripsi

Medan, 6 Februari 2013

Pembimbing : Tanda tangan

Erliera, drg, Sp.Ort ... NIP. 19800112 200812 2 003


(6)

TIM PE GUJI SKRIPSI

Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan tim penguji skripsi pada tanggal 13 Februari 2013

TIM PENGUJI

KETUA : Erliera, drg., Sp.Ort.

ANGGOTA : 1. Nurhayati Harahap, drg., Sp.Ort (K) 2. Muslim Yusuf, drg., Sp.Ort (K)


(7)

KATA PE GA TAR

Segala puji syukur hanya kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat dan penyertaan4Nya skripsi yang berjudul “Perbandingan Validitas Analisis Tanaka4 Johnston dan Analisis Moyers Pada Mahasiswa Suku Batak Universitas Sumatera Utara” telah selesai disusun sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Kedokteran Gigi.

Berbagai perjuangan yang dilakukan selama proses penulisan skripsi ini tidak terlepas dari bimbingan, dukungan dan doa dari orang4orang terkasih. Teristimewa untuk kedua orang tua terkasih Satriadi Sutan dan Portia Hermina Niberia Hulu, penulis mengucapkan terima kasih atas segala doa, kasih sayang, dan nasehat4nasehat yang menguatkan penulis untuk terus berjuang menyelesaikan skripsi ini.

Penulis juga mengucapkan terima kasih khususnya kepada Abang terkasih dr.Ekaprana Aditya Sutan atas bimbingan dan sarannya yang membangun sehingga skripsi dapat diselesaikan dengan baik, serta kepada adikku terkasih Mahaindra Sutrishna Sutan yang selalu memberikan semangat kepada penulis.

Dalam pelaksanaan penelitian dan penulisan skripsi ini, penulis telah banyak mendapat bimbingan, pengarahan, saran dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :

1. Prof. H. Nazruddin, drg., C,Ort., Ph.D., Sp.Ort., selaku dekan Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.

2. Erna Sulistyawati, drg., Sp.Ort (K)., selaku Ketua Departemen Ortodonsia Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera.

3. Erliera, drg., Sp.Ort., selaku dosen pembimbing yang telah banyak meluangkan waktu dan pikiran dalam membimbing penulis sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.


(8)

4. Nurhayati Harahap, drg., Sp.Ort (K)., selaku dosen penguji skripsi dan koordinator skripsi yang telah memberikan masukan yang membangun kepada penulis.

5. Muslim Yusuf, drg., Sp.Ort (K)., selaku dosen tim penguji skripsi yang juga telah memberikan masukan yang membangun kepada penulis.

6. Syuaibah Lubis, drg., selaku dosen pembimbing akademik dan Indri Lubis, drg., selaku dosen pembimbing akademik saat ini yang telah membimbing penulis selama menjalani program akademik di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.

7. Seluruh staf pengajar dan pegawai di Departemen Ortodonsia Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara atas segala bantuan yang diberikan kepada penulis.

8. Teman4teman seperjuangan, Dewi, William, Nina, Bekka, Yurika, Han, Ade, Sylvia, Febryana, Shieny, dan Lia yang juga mengambil skripsi di Departemen Ortodonsia FKG USU

9. Haspeni Simanjuntak yang data penelitiannya penulis pergunakan.

10. Teman4teman dalam pelayanan, Juliana, Simon, Yohana, kak Kristina, kak Mery, kak Iiyani, dan kak Rindu atas doa dan dukungan semangatnya.

12. Sahabat4sahabatku dalam KK Reborn, kak Lusi, Simon dan Chris.

Akhirnya penulis memohon maaf apabila ada kesalahan selama penyusunan skripsi ini. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak memiliki kekurangan. Akhir kata, penulis mengharapkan semoga skripsi ini dapat bermanfaat dan dapat memberikan sumbangan pikiran yang berguna bagi fakultas, pengembangan ilmu ortodonti, dan masyarakat.

Medan, 6 Februari 2013 Penulis,

( Adicakra Satyanugraha Sutan ) NIM : 090600079


(9)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN ... ii

HALAMAN TIM PENGUJI SKRIPSI ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB 1 PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 4

1.3 Tujuan Penelitian ... 4

1.4 Hipotesis Penelitian ... 5

1.5 Manfaat Penelitian ... 5

1.5.1 Manfaaat Praktis ... 5

1.5.2 Manfaat Teoritis ... 5

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ... 6

2.1 Analisis Gigi Bercampur ... 7

2.1.1 Metode Radiografi ... 7

2.1.2 Metode Non Radiografi ... 8

2.1.2.1 Analisis Tanaka4Johnston ... 9

2.1.2.2 Analisis Moyers ... 10

2.1.3 Metode Gabungan/Kombinasi ... 11

2.2 Faktor yang mempengaruhi Analisis Gigi Bercampur .. 12

2.2.1 Jenis Kelamin ... 13


(10)

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN ... 15

3.1 Desain Penelitian ... 15

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 15

3.3 Populasi ... 15

3.4 Sampel ... 15

3.4.1 Kriteria Inklusi ... 16

3.4.2 Kriteria Ekslusi ... 16

3.4.4 Besar Sampel ... 16

3.5 Variabel Penelitian ... 17

3.5.1 Variabel Bebas ... 17

3.5.2 Variabel Tergantung ... 17

3.5.3 Variabel Kendali ... 17

3.6 Definisi Operasional ... 17

3.7 Alat dan Bahan Penelitian ... 18

3.8 Prosedur Penelitian ... 20

3.9 Pengolahan dan Analisis Data ... 22

3.9.1 Pengolahan Data ... 22

3.9.2 Analisis Data ... 22

BAB 4 HASIL PENELITIAN ... 25

BAB 5 PEMBAHASAN ... 35

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN ... 39

6.1 Kesimpulan ... 39

6.2 Saran ... 41

DAFTAR PUSTAKA ... 42 LAMPIRAN


(11)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Tabel probabiliti Moyers ... 20 2. Rerata ukuran lebar mesiodistal gigi insisivus rahang bawah pada

model studi suku Batak ... 26 3. Rerata ukuran lebar mesiodistal gigi kaninus,premolar pertama,

dan premolar kedua rahang atas dan rahang bawah pada model

studi suku Batak ... 26 4. Rerata ukuran lebar mesiodistal gigi insisivus rahang bawah pada

model studi suku Batak berdasarkan jenis kelamin ... 27 5. Rerata ukuran lebar mesiodistal gigi kaninus, premolar pertama,

dan premolar kedua rahang atas dan rahang bawah pada model

suku Batak berdasarkan jenis kelamin ... 28 6. Rerata jumlah inisisvus rahang bawah dan jumlah ukuran kaninus

dan premolar rahang atas dan rahang bawah suku Batak ... 29 7. Perbandingan nilai prediksi analisis Tanaka4Johnston dan analisis

Moyers pada suku Batak ... 30 8. Perbandingan nilai prediksi analisis Tanaka4Johnston pada suku

Batak berdasarkan jenis kelamin ... 32 9. Perbandingan nilai prediksi analisis Moyers 75% pada suku Batak


(12)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Grafik Prediksi Analisis Hixon & Oldfather ... 12 2. Kaliper digital merk Krisbow dengan ketelitian dua desimal

dalam mm ... 19 3. Model studi gigi rahang atas dan rahang bawah ... 19 4. Pengukuran lebar mesiodistal gigi pada model ... 22


(13)

DAFTAR LAMPIRA

Lampiran

1. Kerangka Teori Penelitian. 2. Kerangka Konsep Penelitian. 3. Uji Alat.

4. Uji Metode Pengukuran Lebar Gigi. 5. Uji Intraoperator.

6. Rerata dan Standar Deviasi Hasil Pengukuran Lebar Mesiodistal Gigi Rahang Atas dan Rahang Bawah Pada Model Studi Suku Batak.

7. Rerata dan Standar Deviasi Jumlah Insisivus Rahang Bawah dan Jumlah Kaninus4 Premolar Rahang Atas Dan Rahang Bawah Suku Batak.

8. Rerata dan Standar Deviasi Analisis Tanaka4Johnston dan Analisis Moyers Pada Rahang Atas dan Rahang Bawah Suku Batak.

9. Hasil Uji Statistik Uji Alat.

10. Hasil Uji Statistik Uji Metode Pengukuran Lebar Gigi. 11. Hasil Uji Statistik Uji Intraoperator.

12. Hasil Statistik Deskriptif Ukuran Lebar Mesiodistal Gigi Rahang Atas dan Rahang Bawah Suku Batak.

13. Hasil Statistik Deskriptif Ukuran Lebar Mesiodistal Gigi Rahang Atas dan Rahang Bawah Suku Batak Berdasarkan Jenis Kelamin.


(14)

14. Hasil Uji Statistik Ukuran Lebar Mesiodistal Gigi Rahang Atas dan Rahang Bawah Suku Batak Berdasarkan Jenis Kelamin.

15. Hasil Statistik Deskriptif Jumlah Insisivus Rahang Atas dan Rahang Bawah dan Jumlah Gigi Kaninus4Premolar Rahang Atas dan Bawah Pada Suku Batak. 16. Hasil Statistik Deskriptif Jumlah Insisivus Rahang Bawah dan Jumlah Gigi

Kaninus4Premolar Rahang Atas dan Bawah Pada Suku Batak Berdasarkan Jenis Kelamin.

17. Hasil Statistik Deskriptif Analisis Tanaka4Johnston dan Analisis Moyers 75% Pada Suku Batak.

18. Hasil Statistik Deskriptif Analisis Tanaka4Johnston dan Analisis Moyers 75% Pada Suku Batak Berdasarkan Jenis Kelamin.

19. Hasil Uji Statistik Uji Validitas Analisis Tanaka4Johnston Pada Suku Batak. 20. Hasil Uji Statistik Uji Validitas Analisis Moyers 75% Pada Suku Batak.

21. Hasil Uji Statistik Uji Validitas Analisis Tanaka4Johnston Berdasarkan Jenis Kelamin.

22. Hasil Uji Statistik Uji Validitas Analisis Moyers 75% Berdasarkan Jenis Kelamin.

23. Uji Normalitas Data.

24. Korelasi Prediksi Jumlah Mesiodistal Gigi C, P1, P2 untuk Analisis Tanaka4 Johnston dan Analisis Moyers 75%.

25. Hasil Statistik Uji Korelasi untuk Analisis Tanaka4Johnston dan Analisis Moyers 75%.


(15)

BAB 1

PE DAHULUA

1.1 Latar Belakang

Estetika atau kecantikan merupakan hal yang penting bagi masyarakat modern. Banyak orang menganggap kecantikan adalah kebutuhan yang perlu diperhatikan. Susunan gigi yang rapi merupakan hal penting terhadap estetika wajah. Estetika merupakan bagian dari bidang kedokteran gigi.

Pada periode gigi bercampur sering ditemukan adanya diskrepansi ruang, yaitu ketidakseimbangan antara ruang yang dibutuhkan (space required) dengan ruang yang tersedia (space available) pada lengkung alveolar.1 Diskrepansi ruang dipengaruhi oleh dua faktor utama, yaitu ukuran gigi dan panjang lengkung alveolar.1,2 Keseimbangan antara dua faktor utama tersebut akan menentukan keadaan pada lengkung gigi permanen.2 Jika terdapat ketidakseimbangan, maka pada lengkung gigi permanen dapat terjadi maloklusi dengan gigi berjejal (crowded) atau diastema (spacing).1,2

Untuk mengurangi insiden maloklusi pada saat gigi permanen telah erupsi sempurna, terdapat analisis untuk memprediksi diskrepansi ruang yang disebut mixed dentition space analysis (analisis gigi bercampur).2 Analisis gigi geligi bercampur yang akurat merupakan aspek penting dalam menentukan rencana perawatan mencakup serial extraction, guidance of eruption, space maintenance, space regaining atau hanya observasi periodik pada pasien.3,4 Besarnya ruang yang dibutuhkan dapat diprediksi melalui beberapa metode seperti metode radiografi, metode non radiografi, atau metode gabungan.3,5,6

Metode yang paling akurat untuk memprediksi ruang yang dibutuhkan adalah metode gabungan.2,7 Namun, dibutuhkan pula model studi dan rekam radiografi dental sebagai data tambahan.7 Di Indonesia, analisis dengan metode radiografi membutuhkan alat radiografi yang masih sulit diperoleh di beberapa daerah, kualitas film yang kurang baik dan keterampilan operator yang masih kurang. Oleh karena itu,


(16)

analisis dengan metode radiografi masih sulit dilakukan di Indonesia dengan ketepatan yang baik.

Analisis Tanaka Johnston dan analisis Moyers merupakan metode analisis non radiografi yang menggunakan model studi untuk memprediksi diskrepansi ruang.3,5,6 Kedua analisis ini memiliki ketepatan yang lebih rendah karena standard error of estimate yang lebih tinggi dibandingkan dengan metode gabungan.8 Analisis Tanaka4 Johnston merupakan analisis yang menggunakan perhitungan praktis, oleh karena menggunakan rumus prediksi yang diperoleh dari suatu perhitungan regresi linier baik untuk gigi geligi maksila maupun gigi geligi mandibula.9 Begitu pula dengan analisis Moyers, Moyers (1958) pertama kali menggunakan perhitungan regresi untuk memprediksi ukuran gigi geligi permanen yang belum erupsi4 dan menyusun tabel proporsional (1988) dengan rentang tingkat kepercayaan 5% sampai 95%.10 Tingkat kepercayaan 75% merupakan tingkat yang dianjurkan untuk diaplikasikan di klinik karena dianggap sebagai tingkat yang aman dari maloklusi (crowded atau diastema).10

Pada beberapa negara di dunia, analisis Moyers dan analisis Tanaka4Johnston sudah sering digunakan. Alasannya karena lebih praktis dan cepat, hanya memerlukan model studi, tidak membutuhkan peralatan khusus seperti foto radiografi, serta dapat digunakan untuk prediksi erupsi gigi geligi maksila dan mandibula.10,11 Selain itu, analisis Tanaka4Johnston maupun analisis Moyers relatif akurat dan sesuai digunakan pada berbagai ras di beberapa negara.6 Di Indonesia, para klinisi lebih banyak menggunakan analisis Moyers dibandingkan dengan analisis Tanaka4Johnston karena analisis Moyers menggunakan tabel probabilitas yang mudah digunakan.

Walaupun demikian, tingkat akurasi dari kedua analisis ini masih perlu diujikan pada berbagai ras secara spesifik di dunia,345 khususnya di Indonesia. Indonesia merupakan negara yang memiliki keanekaragaman suku. Keanekaragaman suku merupakan alasan utama pengujian validitas untuk analisis Tanaka4Johnston dan analisis Moyers. Salah satu suku bangsa di Indonesia yang perlu diuji adalah suku Batak. Suku Batak merupakan populasi terbesar yang menempati provinsi Sumatera


(17)

Utara dengan persentase 44,75%.12 Berdasarkan gelombang kedatangannya, suku Batak termasuk dalam ras Paleomongoloid yang termasuk dalam ras Proto4Melayu (Melayu tua).13

Penelitian mengenai uji validitas untuk analisis geligi bercampur khususnya analisis Moyers dan analisis Tanaka4Johnston dengan populasi masyarakat Indonesia masih sedikit yang terdapat di literatur. Siregar, melakukan penelitian mengenai tingkat kepercayaan tabel probabiliti Moyers pada pasien di klinik departemen Ortodonsia FKG USU Medan dan menyimpulkan bahwa tingkat kepercayaan yang cukup akurat adalah pada tingkat kepercayaan 95% untuk rahang atas dan tingkat kepercayaan 50% untuk rahang bawah.14 Dari penelitian tersebut, analisis Moyers dengan tingkat kepercayaan 75% diperoleh kurang dapat diterapkan.14 Selain itu, telah dilakukan penelitian oleh Kuswandari pada anak suku Jawa untuk menguji validitas analisis Tanaka4Johnston dan analisis Moyers dan dapat disimpulkan bahwa analisis Tanaka4Johnston dapat diterapkan pada anak suku Jawa sedangkan analisis Moyers dengan tingkat kepercayaan 75% menunjukkan nilai prediksi yang lebih kecil dari nilai pengukuran sehingga kurang dapat diterapkan pada anak suku Jawa.15

Beberapa penelitian lain yang telah dilakukan untuk menguji validitas baik analisis Tanaka4Johnston maupun analisis Moyers pada ras4ras tertentu adalah sebagai berikut Indian Marathi3, India Utara4,5, Jordania6, Kenya7, Syrian11, Brazil16,17, Pakistan18, Irak19 Hong Kong Chinese20, Iran21, Thailand22, Nepal23, Manitoban24, dan Uganda25. Dari berbagai penelitian tersebut sebagian besar menunjukkan analisis Tanaka4Johnston kurang dapat diterapkan sedangkan analisis Moyers juga kurang tepat untuk memprediksi ukuran lebar mesiodistal gigi kaninus, premolar pertama, dan premolar kedua. Hanya pada populasi Brazil ditemukan bahwa analisis Tanaka4Johnston dapat diterapkan.16 Hal ini disebakan karena kedua analisis ini berdasarkan perhitungan yang diterapkan pada populasi keturunan Eropa Utara atau ras Kaukasoid.347,11,16425 Menurut Lavelle, adanya perbedaan variasi ukuran gigi dipengaruhi oleh ras dan jenis kelamin sehingga hasil analisis akan berbeda pada setiap populasi (cit. Ahluwalia).4 Al4Bitar dkk., dalam penelitiannya melaporkan bahwa terjadi diskrepansi terhadap perbedaan gender, pada anak laki4laki di Jordania


(18)

yang memiliki ukuran gigi insisivus mandibula, kaninus, premolar pertama, premolar kedua maksila dan mandibula lebih besar dari anak perempuan.6 Hal ini menunjukkan bahwa jenis kelamin juga dapat mempengaruhi hasil analisis.

Penelitian untuk menguji validitas analisis Tanaka4Johnston pada suku Batak belum pernah dilakukan. Sedangkan penelitian mengenai uji validitas analisis Moyers untuk suku Batak masih perlu diteliti lebih lanjut, dan peneliti tertarik untuk membandingkan analisis Moyers dengan analisis Tanaka4Johnston. Oleh karena itu, berdasarkan masalah yang diuraikan di atas peneliti melakukan penelitian yang berjudul “Perbandingan validitas analisis Tanaka4Johnston dan analisis Moyers pada mahasiswa suku Batak Universitas Sumatera Utara”. Penelitian ini diharapkan dapat menjawab analisis gigi bercampur dengan metode non radiografi yang akurat dan sesuai diterapkan pada suku Batak.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apakah analisis Tanaka4Johnston dan analisis Moyers dengan level 75% valid digunakan pada mahasiswa FKG & FT suku Batak Universitas Sumatera Utara? 2. Apakah analisis Tanaka4Johnston dan analisis Moyers dengan level 75% valid digunakan pada mahasiswa laki4laki dan perempuan FKG & FT suku Batak Universitas Sumatera Utara ?

3. Apakah terdapat perbedaan validitas antara analisis Tanaka4Johnston dan analisis Moyers dengan level 75% pada mahasiswa FKG & FT suku Batak Universitas Sumatera Utara ?

1.3 Tujuan Penelitian

1. Untuk menguji validitas analisis Tanaka4Johnston dan analisis Moyers dengan level 75% pada mahasiswa FKG & FT suku Batak Universitas Sumatera Utara dengan membandingkan dengan hasil pengukuran manual pada model.


(19)

2. Untuk menguji validitas analisis Tanaka4Johnston dan analisis Moyers pada laki4laki dan perempuan pada mahasiswa FKG & FT suku Batak Universitas Sumatera Utara.

3. Untuk membandingkan tingkat validitas analisis Tanaka4Johnston dengan analisis Moyers level 75% pada mahasiswa FKG & FT suku Batak Universitas Sumatera Utara.

1.4 Hipotesis Penelitian

Tidak terdapat perbedaan validitas antara analisis Tanaka4Johnston dan analisis Moyers pada mahasiswa FKG & FT suku Batak Universitas Sumatera Utara.

1.5 Manfaat Penelitian

1.5.1 Manfaat Praktis

1. Untuk ketepatan diagnostik ortodonti pada suku Batak.

2. Acuan dalam menentukan rencana perawatan pada suku Batak. 3. Sebagai langkah awal untuk penelitian lebih lanjut.

1.5.2 Manfaat Teoritis

1. Sebagai sumbangan ilmu pengetahuan bagi ilmu kedokteran gigi khususnya bidang Ortodonti.


(20)

BAB 2

TI JAUA PUSTAKA

Ortodonti adalah salah satu cabang ilmu kedokteran gigi yang berhubungan dengan estetika gigi, wajah, dan kepala. Berdasarkan American Board of Orthodontics (ABO), Ortodonti adalah cabang spesifik dalam profesi kedokteran gigi yang bertanggung jawab pada studi dan supervisi tumbuh kembang gigi geligi dan struktur anatomi yang berkaitan, sejak lahir sampai dewasa dan meliputi tindakan preventif dan korektif pada ketidakteraturan letak gigi yang membutuhkan reposisi gigi dengan piranti fungsional dan mekanik untuk mencapai oklusi normal dan estetis.27 Masalah tumbuh kembang perlu dipelajari karena maloklusi bukan merupakan penyakit melainkan penyimpangan tumbuh kembang.26 Sebagai contoh, letak gigi yang berdesakan atau berjejal adalah penyimpangan yang dapat menyebabkan maloklusi. Letak gigi yang tidak teratur dan diskrepansi rahang sangat berpengaruh terhadap penampilan.26

Salah satu masalah pada masa tumbuh kembang gigi adalah diskrepansi ruang. Diskrepansi ruang adalah ketidakseimbangan antara ruang yang dibutuhkan dengan ruang yang tersedia pada lengkung gigi pada masa gigi bercampur.1,9 Yang dimaksud dengan ruang yang dibutuhkan adalah jumlah lebar mesiodistal gigi kaninus, premolar satu dan premolar kedua yang belum erupsi serta keempat gigi insisivus.1,9 Ruang yang tersedia adalah ruang di sebelah mesial molar pertama permanen kiri sampai mesial molar pertama permanen kanan yang akan ditempati oleh gigi4gigi permanen pada kedudukan yang benar yang dapat diukur pada model studi.1,9 Faktor utama penyebab diskrepansi ruang adalah adanya ketidakharmonisan antara ukuran gigi dengan panjang lengkung alveolar.2 Ketidakharmonisan lebar mesiodistal gigi kaninus, premolar pertama, premolar kedua dengan panjang lengkung rahang dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti genetik, ras, nutrisi, jenis kelamin, dan sosial ekonomi.7


(21)

Maloklusi dapat terjadi sebagai akibat dari erupsinya gigi geligi.2 Untuk mencegah maloklusi saat dewasa diperlukan penegakan diagnosis Ortodonti agar perawatan pencegahan dapat segera dilakukan.

2.1 Analisis Gigi Bercampur

Van der Linden, mengatakan bahwa pada saat gigi geligi insisivus rahang bawah terlihat tumbuh berdesakan maka diperlukan analisis untuk memprediksi apakah gigi geligi kaninus, premolar pertama, dan premolar kedua yang belum erupsi akan mendapat tempat yang cukup pada lengkung rahang (cit. Sonawane).3 Analisis gigi bercampur merupakan metode untuk memprediksi keadaan gigi saat dewasa. Tujuan dari analisis gigi bercampur adalah untuk menentukan jumlah ruang yang tersedia pada rahang untuk erupsi gigi permanen dan untuk kepentingan penyelarasan oklusal. Terdapat tiga faktor yang perlu diperhatikan pada analisis gigi bercampur yaitu ukuran seluruh gigi anterior permanen sampai gigi molar pertama permanen, perimeter rahang, dan perkiraan perubahan perimeter rahang akibat pertumbuhan dan perkembangan. Analisis gigi bercampur membantu kita memprediksi terjadinya gigi berjejal atau diastema yang akan terjadi saat seluruh gigi sulung digantikan oleh gigi permanen.10

Perawatan ortodonti yang tepat pada periode gigi bercampur sangat tergantung pada ketepatan analisis ruang pada gigi bercampur.7 Terdapat tiga metode yang digunakan untuk menentukan lebar mesiodistal gigi kaninus, premolar pertama, dan premolar kedua yang belum erupsi yaitu: (1) metode radiografi, (2) metode non radiografi dengan rumus korelasi4regresi, (3) metode gabungan radiografi dan rumus korelasi4regresi.2,3,7,8,16,17

2.1.1 Metode Radiografi

Terdapat beberapa analisis dengan metode radiografi yang telah dikembangkan untuk memprediksi lebar mesiodistal gigi kaninus, premolar pertama, dan premolar kedua permanen yang belum erupsi yaitu analisis Nance (1947) dan analisis Bull


(22)

(1959).7 Nance (1947) adalah orang pertama yang melakukan pengukuran besar gigi kaninus dan molar sulung serta besar gigi kaninus dan premolar yang belum erupsi secara radiografi. Ia menemukan kesamaan antara besar gigi yang terlihat pada radiografi dengan standar besar mesiodistal gigi yang dikeluarkan oleh Black (1902) (cit. Ngesa, Hucal).7,24

Pengukuran dimensi gigi dengan menggunakan metode radiografi memerlukan kualitas gambar yang baik dan tidak kabur.27 Teknik radiografi periapikal merupakan teknik yang sering digunakan karena perbesaran ukuran gigi yang belum erupsi dapat disesuaikan dengan derajat perbesaran ukuran gigi yang telah erupsi.27 Ketepatan metode pengukuran ini sangat bergantung pada teknik pengambilan gambar yaitu jarak target film, ada tidaknya distorsi pada film, kejelasan batas mahkota, dan overlapping. Pada gigi yang mengalami rotasi akan sulit dilakukan pengukuran secara tepat.7,24,27 Foster dan Wylie (1958) menyatakan pengukuran gigi secara langsung lebih bisa dipercaya dibandingkan dengan pengukuran yang diperoleh dari radiografi intraoral dengan kualitas yang meragukan.7

Berbagai prosedur lain telah dikembangkan untuk meningkatkan tingkat akurasi pengukuran. De Paula dkk., menyarankan penggunaan teknik radiografi dengan kemiringan wajah 45o untuk memprediksi lebar mesiodistal gigi yang belum erupsi (cit. Nourallah).11 Felicio menyimpulkan bahwa teknik Cone4Beam Computed Tomography (CBCT) akurat untuk memprediksi lebar mesiodistal gigi yang belum erupsi karena hasil radiografi merupakan gambaran tiga dimensi.28

2.1.2 Metode on Radiografi

Prediksi lebar mesiodistal gigi kaninus dan premolar permanen yang belum erupsi dilakukan dengan metode non radiografi, yang pada prinsipnya dikembangkan dari perhitungan korelasi dan regresi.17 Analisis dengan metode non radiografi memiliki beberapa keuntungan yaitu prediksi gigi geligi yang belum erupsi dapat dilakukan dengan menggunakan lebar gigi geligi permanen yang telah erupsi sempurna, tanpa membutuhkan peralatan khusus seperti radiografi, perhitungannya


(23)

sangat sederhana, memiliki systematic error yang minimal, dapat dilakukan oleh pemula maupun ahli, dapat dilakukan dengan cepat, dapat dilakukan pada model maupun di mulut dengan ketepatan yang baik, dan dapat digunakan untuk kedua rahang.8,10,11 Adanya korelasi yang cukup besar antara besar gigi geligi insisivus mandibula dengan jumlah lebar mesiodistal gigi kaninus dan premolar pada kedua rahang merupakan alasan utama keempat gigi insisivus mandibula digunakan sebagai gigi prediktor dalam memprediksi jumlah ruang yang dibutuhkan bagi gigi geligi yang belum erupsi.11,29 Selain itu, gigi insisivus mandibula dipilih sebagai gigi prediktor karena gigi geligi ini erupsi lebih awal pada masa geligi bercampur dan letaknya berada di tengah4tengah lengkung gigi sehingga diperoleh akses pengukuran yang mudah dan akurat, baik pada mulut secara langsung maupun pada model studi gigi. Gigi insisivus mandibula juga tidak memiliki banyak variasi bentuk dan ukuran. Dengan erupsi gigi insisivus mandibula dan gigi molar pertama permanen maka sebagian besar pertumbuhan yang diharapkan pada lengkung mandibula telah dicapai.7,10

Terdapat beberapa analisis non radiografi pada model berdasarkan perhitungan regresi dan korelasi yang telah dikembangkan yaitu sebagai berikut: analisis Moyers (1958, 1973, 1988)7,10, analisis Tanaka4Johnston (1974)9,29, analisis Sitepu (1983)9, analisis Kuswandari4Nishino (2006)15.

2.1.2.1 Analisis Tanaka6Johnston

Tanaka4Johnston pertama kali memperkenalkan analisisnya pada tahun 1974. Analisis Tanaka4Johnston merupakan pengembangan dari perhitungan regresi Moyers untuk memprediksi lebar mesiodistal gigi kaninus, premolar pertama, dan premolar kedua permanen yang akan erupsi. Analisis Tanaka4Johnston dikembangkan dari 506 sampel yang berasal dari keturanan Eropa Utara. Analisis Tanaka4Johnston memiliki koefisien korelasi sebesar 0,63 untuk maksilla dan 0,65 untuk mandibula. Sedangkan standard error of estimate yang dimiliki adalah 0,86 mm untuk gigi rahang atas dan 0,85 mm untuk gigi rahang bawah. Analisis ini tidak membutuhkan foto radiografi


(24)

maupun tabel sehingga mudah dihafal dan praktis digunakan. Analisis ini menggunakan lebar mesiodistal keempat gigi insisivus mandibula dalam perhitungannya.749,11,24,29

Dalam analisis Tanaka4Johnston, setengah dari jumlah lebar mesiodistal keempat gigi insisivus mandibula dihitung. Kemudian ditambahkan 10,5 mm untuk memprediksi jumlah lebar mesiodistal gigi kaninus dan premolar yang akan erupsi pada mandibula dalam satu kuadran. Pada maksila rumus ditambahkan 11,0 mm untuk memprediksi jumlah lebar mesiodistal gigi kaninus dan premolar pada maksila dalam satu kuadran. Setelah itu, jumlah lebar gigi pada seluruh rahang dijumlahkan dan dibandingkan dengan ruang yang tersedia pada rahang (space available).5,8410,27,29 Rumus analisis Tanaka4Johnston dapat dilihat pada rumus di bawah ini.

Rumus :

Perkiraan Lebar Mesiodistal Kaninus dan Premolar Permanen Mandibula dalam satu kuadran

=

+10,5 mm

Perkiraan Lebar Mesiodistal Kaninus dan Premolar Permanen Maksila dalam satu kuadran

=

+ 11,0 mm

2.1.2.2 Analisis Moyers

Analisis Moyers menggunakan jumlah lebar mesiodistal insisivus mandibula dalam memprediksi jumlah lebar kaninus dan premolar maksila dan mandibula pada berbagai tingkat kepercayaan yaitu 5% 4 95% dan membentuk tabel probabilitas menggunakan perhitungan regresi. Pada awalnya tabel prediksi tersebut digunakan untuk laki4laki dan perempuan secara bersamaan (1973). Namun kemudian tabel tersebut disempurnakan dengan membedakan antara laki4laki dan perempuan (1988). Tingkat kepercayaan 50% adalah tingkat kepercayaan untuk perhitungan yang lebih akurat. Namun, Moyers merekomendasikan tingkat kepercayaan 75% digunakan


(25)

untuk kebutuhan klinis karena pada level ini ada kecenderungan nilai lebar mesiodistal yang diprediksi setara atau lebih kecil dari lebar mesiodistal yang sebenarnya. Format tabel ini sebenarnya berfungsi untuk mencegah para klinisi memperoleh nilai yang tidak sesuai dengan nilai lebar mesiodistal yang sebenarnya.7,10,24,27,29

Cara menggunakan analisis moyers adalah sebagai berikut :

1. Lebar mesiodistal keempat gigi insisivus permanen mandibula diukur dan dijumlahkan.

2. Jika terdapat gigi insisivus yang berjejal, tandai jarak antar insisivus dalam lengkung gigi tiap kuadran dimulai dari titik kontak gigi insisivus sentralis mandibula.

3. Ukur jarak tanda di bagian anterior (bagian distal gigi insisivus lateralis permanen) ke tanda di permukaan mesial dari gigi molar pertama permanen (space available). Dapat dilakukan menggunakan kawat atau dengan kaliper.

4. Jumlah lebar mesiodistal keempat gigi insisivus mandibula dibandingkan dengan nilai pada tabel proporsional dengan tingkat kepercayaan 75% untuk memprediksi lebar gigi kaninus dan premolar maksila dan mandibula yang akan erupsi pada satu kuadran.

5. Bandingkan jumlah ruang yang tersedia dengan ruang yang diprediksi (dari tabel) pada kedua rahang. Jika diperoleh nilai negatif, maka dapat disimpulkan adanya kekurangan ruang.10,27,29,30

2.1.3 Metode Kombinasi / Gabungan

Metode ini menggabungkan teknik radiografi dan teknik perhitungan pada model dalam memprediksi jumlah lebar mesiodistal gigi kaninus dan premolar yang akan erupsi pada kedua rahang. Metode ini merupakan metode yang paling akurat karena menggabungkan keuntungan dari metode radiografi dan metode rumus prediksi untuk meningkatkan daya prediktibilitas.2,7,8


(26)

Metode ini pertama kali dikembangkan oleh Hixon dan Oldfather (1958). Kemudian Staley memodifikasi metode ini sehingga standard error of estimate dapat diturunkan menjadi 0,44 dan koefisien korelasinya meningkat menjadi 0,92.2,7,8,30

Cara menggunakan analisis Hixon dan Oldfather adalah sebagai berikut :

1. Lebar mesiodistal gigi insisivus sentralis dan gigi insisivus lateralis pada satu kuadran diukur pada model studi.

2. Dilakukan pengukuran secara langsung lebar mahkota gigi premolar pertama dan kedua yang belum erupsi pada foto radiografi.

3. Jumlahkan hasil pengukuran pada model studi dan foto radiografi.

4. Lihat pada grafik prediksi untuk menentukan gigi kaninus, premolar pertama, dan premolar kedua yang belum erupsi.2,8,30

Gambar 1. Grafik Prediksi analisis Hixon & Oldfather8

2.2 Faktor yang Mempengaruhi Analisis Gigi Bercampur

Dalam analisis gigi bercampur, tingkat ketepatan dan kesesuiannya akan sangat dipengaruhi oleh adanya variasi ukuran gigi. Ukuran gigi lebih banyak dipengaruhi oleh faktor herediter dibandingkan dengan faktor lingkungan.31


(27)

Ho dan Freer (cit. Hussein) menyatakan bahwa variasi ukuran gigi maksilla dan mandibula tidak hanya terlihat antara laki4laki dan peremepuan tetapi juga terlihat dari perbedaan ras.31

2.2.1 Jenis Kelamin

Hattab dkk., melakukan pengukuran lebar mesiodistal gigi permanen pada 198 orang Jordania yang berumur 13419 tahun dengan menggunakan kaliper. Hasil penelitian diperoleh bahwa laki4laki memiliki ukuran gigi yang lebih besar dari perempuan dan gigi insisivus lateralis maksila memilki tingkat variabilitas lebih besar sementara gigi molar pertama memiliki tingkat variabilitas terendah dalam ukuran lebar mesiodistal.31 Selain itu, Tome dkk., dalam penelitiannya menyatakan adanya perbedaan tingkat keakuratan analisis dimana analisis lebih akurat pada sampel laki4 laki dibandingkan pada sampel perempuan.32 Dari penelitian4penelitian tersebut terlihat bahwa jenis kelamin berpengaruh pada ukuran gigi dan berpengaruh juga pada tingkat ketepatan analisis gigi bercampur.

2.2.2 Ras

Seperti halnya jenis kelamin, ras juga mempengaruhi baik ukuran gigi maupun ukuran rahang individu. Suku Batak termasuk ras Paleomongoloid atau ras Melayu yang mendominasi populasi masyarakat di Indonesia. Ras Paleomongoloid terdiri atas Proto4Melayu (Melayu tua) dan Deutro4Melayu (Melayu muda). Yang termasuk suku bangsa Proto4Melayu adalah Batak, Gayo, Sasak, Nias, dan Toraja, sedangkan yang termasuk suku bangsa Deutro4Melayu adalah Aceh, Minangkabau, Rejang Lebong, Lampung, Jawa, Madura, Bali, Bugis, Manado, Sunda kecil timur dan Melayu. Kedua kelompok suku bangsa ini memiliki perbedaan fisik maupun dimensi gigi dan lengkung geliginya.13

Suku Batak termasuk dalam kelompok suku bangsa Proto4Melayu.13 Simanjuntak melaporkan bahwa lebar mesiodistal gigi suku Batak lebih besar dari suku Jawa dan Madura, tetapi lebih kecil dibandingkan ras campuran Proto Melayu


(28)

dan Deutro Melayu. Selain itu, lebar dan panjang lengkung gigi suku Batak lebih besar dibandingkan ras campuran Proto Melayu dan Deutro Melayu.33 Adanya perbedaan latar belakang ras/etnik dapat mempengaruhi perkembangan gigi geligi dan perkembangan oklusal seseorang.2 Hal ini dapat berpengaruh pada ketepatan dari masing4masing analisis gigi bercampur.2 Dalam penelitian ini menggunakan sampel suku Batak.


(29)

BAB 3

METODOLOGI PE ELITIA

3.1 Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan studi deskriptif analitik. Masing4masing analisis ditentukan validitasnya. Kemudian dilakukan analisis untuk membandingkan ketepatan dan kesesuaian analisis Moyers dan analisis Tanaka4Johnston pada mahasiswa FKG & FT suku Batak Universitas Sumatera Utara.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian ini adalah di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara di Jl. Alumni No.2 Universitas Sumatera Utara, Medan, Sumatera Utara. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli 2012 – Februari 2013.

3.3 Populasi

Populasi pada penelitian ini adalah seluruh mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi dan Fakultas Teknik suku Batak di Universitas Sumatera Utara yang berusia ≤ 25 tahun

3.4 Sampel

Penelitian ini menggunakan sampel yang berupa model studi gigi yang merupakan data sekunder dari penelitian yang berjudul “Ukuran Lebar Mesiodistal dan Dimensi Lengkung Gigi pada Mahasiswa Suku Batak Universitas Sumatera Utara” oleh Simanjuntak H, pada tahun 2011, dengan teknik purposive sampling pada data yang ada sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan.


(30)

3.4.1 Kriteria Inklusi

Dalam penelitian ini, sampel dipilih berdasarkan kriteria4kriteria inklusi sebagai berikut :

1. Model studi suku Batak asli mahasiswa Universitas Sumatera Utara dengan 2 keturunan di atas.

2. Seluruh gigi permanen sudah sudah erupsi kecuali gigi molar tiga.

3. Maloklusi ringan termasuk crowding atau gigi berjejal ringan, diastema ringan (042 mm), rotasi ringan.

3.4.2 Kriteria Ekslusi

Kriteria ekslusi dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Kondisi model yang kurang baik / rusak

2. Gigi agenesis

3.4.3 Besar Sampel

Penentuan besar sampel dilakukan secara purposive sampling berdasarkan kriteria inklusi dan ekslusi dengan rumus sebagai berikut :

" !

#

$ Keterangan :

n = besar sampel

Zα = derajat untuk batas atas; untuk α = 0,05 Zα = 1,96 Zβ = derajat untuk batas bawah; untuk β = 0,01 Zβ = 1,282 σ = simpangan baku perkiraan perbedaan = 0,518

d = selisih rerata yang bermakna = 0,25


(31)

%,'( %,$)$ *,+%)*,$+

#

$

≥ 45,123 ≈ 45 model

Jumlah sampel minimal yang dibutuhkan adalah 45 model. Sampel yang dipergunakan dalam penelitian adalah 50 model studi suku Batak yang terdiri atas 25 model studi laki4laki dan 25 model studi perempuan.

3.5 Variabel Penelitian

Adapun variabel4variabel penelitian yang terdapat di dalam penelitian ini, yaitu:

3.5.1 Variabel Bebas

Variabel bebas pada penelitian ini meliputi ukuran keempat gigi insisivus permanen rahang bawah dan ukuran gigi kaninus, premolar pertama, dan premolar kedua permanen maksila dan mandibula.

3.5.2 Variabel Tergantung

Variabel tergantung pada penelitian ini adalah nilai prediksi menggunakan rumus Tanaka4Johnston dan nilai prediksi menggunakan tabel Moyers 75%.

3.5.3 Variabel Kendali

Variabel kendali pada penelitian ini adalah : 1. Umur

2. Suku / Ras 3. Jenis Kelamin

3.6 Definisi Operasional

1. Suku Batak asli adalah penduduk Indonesia yang berasal dari provinsi Sumatera Utara dan ditandai dengan adanya nama keluarga yang diturunkan dari


(32)

orangtua (ayah) yang ditambahkan di belakang nama berupa marga Batak dengan dua keturunan di atasnya.

2. Jenis kelamin dipisahkan antara laki4laki dan perempuan.

3. Model studi adalah hasil pencetakan gigi geligi rahang atas dan rahang bawah yang diisi dengan dental stone.

4. Metode pengukuran lebar mesiodistal, yaitu :

a. Metode Mullen, yaitu posisi kaliper tegak lurus terhadap bidang oklusal. b. Metode Moorrees, yaitu posisi kaliper sejajar terhadap bidang oklusal. 5. Lebar mesiodistal gigi geligi adalah jarak terbesar yang diukur dari titik kontak anatomis sebelah mesial ke titik kontak anatomis sebelah distal pada masing4 masing gigi yang diukur pada model studi.

6. Ukuran keempat gigi insisivus permanen bawah adalah jumlah hasil pengukuran lebar mesiodistal keempat gigi insisivus bawah.

7. Ukuran gigi kaninus, premolar pertama, dan premolar kedua permanen adalah jumlah lebar mesiodistal gigi kaninus, premolar pertama, dan premolar kedua permanen pada model studi rahang atas dan rahang bawah.

8. Tabel probabilitas Moyers 75% adalah tabel prediksi ukuran gigi kaninus, premolar pertama, dan premolar kedua permanen yang memiliki tingkat kepercayaan 5% 4 95%, dipisahkan antara laki4laki dan perempuan, antara maksila dan mandibula. 9. Nilai prediksi analisis Moyers 75% adalah nilai ukuran keempat gigi insisivus permanen rahang bawah yang dibandingkan pada tabel dengan tingkat kepercayaan 75%.

10. Rumus prediksi ukuran gigi kaninus, premolar pertama, dan premolar kedua permanen analisis Tanaka4Johston adalah setengah jumlah lebar mesiodistal keempat gigi insisivus mandibula ditambahkan 10,5 mm untuk mandibula, sedangkan untuk maksila ditambahkan 11 mm..

3.7 Alat dan Bahan


(33)

4 Kaliper digital merk Krisbow buatan Cina dengan ketelitian dua desimal dalam mm (Gambar 1)

4 Alat tulis (Pulpen, Pensil, Penghapus, Spidol) 4 Kalkulator merk Casio

4 Komputer (Pengolah Data)

Gambar 2. Kaliper Digital merk Krisbow dengan ketelitian dua desimal dalam mm

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu :

4 Model studi rahang atas dan rahang bawah (Gambar 2) 4 Tabel probabiliti Moyers 75% (Tabel 1)

4 Rumus prediksi Tanaka4Johnston


(34)

Tabel 1. TABEL PROBABILITAS MOYERS A. Mandibular Bicuspid and Cuspid

21/12 19,5 20 20,5 21 21,5 22 22,5 23 23.5 24 24,5 25 25,5 26 26,5

M 75% 20,4 20,6 20,8 21,0 21,2 21,4 21,6 21,9 22,1 22,3 22,5 22,8 23,0 23,2 23,4

F 75% 19,6 19,8 20,1 20,3 20,6 20,8 21,1 21,3 21,6 21,9 22,1 22,4 22,7 23,0 23,3

B. Maxillary Bicuspid and Cuspid

21/12 19,5 20 20,5 21 21,5 22 22,5 23 23.5 24 24,5 25 25,5 26 26,5

M

75% 20,3 20,5 20,8 21,0 21,3 21,5 21,8 22,0 22,3 22,5 22,8 23,0 23,3 23,6 23,9

F 75% 20,4 20,5 20,6 20,8 20,9 21,0 21,2 21,3 21,5 21,6 21,8 21,9 22,1 22,3 22,5 * M = Male, F = Female

3.8 Prosedur Penelitian

1. Pengumpulan model studi gigi berdasarkan kriteria inklusi dan ekslusi yang telah ditetapkan. Model studi gigi yang digunakan merupakan model studi pada penelitian sebelumnya di Departemen Ortodonsia Universitas Sumatera Utara.

2. Sebelum melakukan pengukuran, dilakukan pengujian untuk membandingkan alat yang akan digunakan. Alat yang akan dibandingkan adalah Kaliper digital ketelitian 0,02 mm dan Kaliper dial ketelitian 0,05 mm. Uji Alat dilakukan pada 5 pasang model studi yang diambil secara acak untuk menentukan alat yang terbaik untuk digunakan dalam penelitian ini. Dipilih kaliper digital dengan ketelitian 0,02 mm sebagai alat yang digunakan untuk pengambilan data penelitian.

3. Dengan menggunakan kaliper digital, metode pengukuran lebar mesiodistal dalam penelitian ini ditentukan melalui pengujian antara metode pengukuran Mullen dkk.,34 dan metode Moorrees35 pada 5 pasang model studi yang diambil secara acak. Kemudian dilakukan analisis data menggunakan uji4t tidak berpasangan untuk menentukan metode yang terbaik. (Gambar 4). Metode Mullen dipilih sebagai metode terbaik dalam pengambilan data penelitian tersebut.


(35)

4. Untuk mendapatkan data yang lebih valid, terlebih dahulu dilakukan uji intraoperator yaitu operator mengukur 5 pasang model sebanyak 2 kali. Jika hasil pengukuran yang pertama dan kedua tidak berbeda bermakna maka operator dapat melakukan pengukuran sebanyak satu kali saja.

5. Pengukuran lebar mesiodistal gigi dilakukan pada keempat gigi insisivus permanen rahang bawah sebagai gigi prediktor dengan menggunakan alat kaliper digital dan metode Mullen. Kemudian hasil pengukuran dijumlahkan.

6. Pengukuran lebar mesiodistal gigi pada model dilakukan pada gigi kaninus, premolar pertama dan premolar kedua pada rahang atas dan rahang bawah bagian kiri dan kanan. Kemudian dihitung rata4rata dari jumlah hasil pengukuran gigi geligi rahang bagian kanan dan kiri untuk mewakili hasil pengukuran satu rahang.

7. Dalam satu hari, pengukuran model studi gigi hanya dilakukan sebanyak 5 pasang model gigi (10 rahang) untuk menghindari kelelahan mata peneliti sewaktu membaca angka pada kaliper sehingga diperoleh data yang lebih akurat.

8. Prediksi jumlah gigi kaninus, premolar pertama, dan premolar kedua yang belum erupsi dilakukan dengan memasukkan jumlah hasil pengukuran keempat gigi insisivus permanen rahang bawah ke dalam rumus prediksi Tanaka4Johnston dan Tabel probabiliti Moyers 75%.

9. Hasil pengukuran data pada model dibandingkan secara statistik dengan hasil perhitungan menggunakan rumus prediksi Tanaka4Johnston untuk menilai validitasnya. Jika tidak terdapat perbedaan yang signifikan maka analisis Tanaka4 Johnston dinyatakan valid.

10. Dilakukan penilaian secara statistik validitas analisis Tanaka4Johnston berdasarkan jenis kelamin.

11. Hasil pengukuran data pada model dibandingkan secara statistik dengan hasil prediksi menggunakan tabel probabiliti Moyers 75% untuk menilai validitasnya. Jika tidak terdapat perbedaan yang signifikan maka analisis Moyers dinyatakan valid.

12. Dilakukan penilaian secara statistik validitas analisis Moyers 75% berdasarkan jenis kelamin.


(36)

13. Dilakukan analisis untuk membandingkan validitas dan kesesuaian antara analisis Tanaka4Johnston dan analisis Moyers 75%.

Gambar 4. Pengukuran lebar mesiodistal gigi pada model dengan (a) metode Moorrees dan (b) metode Mullen

3.9 Pengolahan Data dan Analisis Data

3.9.1 Pengolahan Data

Pengolahan data dilakukan dengan sistem komputerisasi.

3.9.2 Analisis Data

a. Dilakukan uji4t untuk membandingkan hasil pengukuran dengan alat kaliper digital dan hasil pengukuran dengan alat kaliper dial.

b. Dilakukan uji4t untuk membandingkan hasil pengukuran dengan metode Moorrees dan hasil pengukuran dengan metode Mullen.

c. Dilakukan uji4t berpasangan untuk membandingkan hasil dua kali pengukuran.

d. Dihitung rerata dan standar deviasi ukuran keempat gigi insisivus permanen rahang bawah.

e. Dihitung rerata dan standar deviasi ukuran keempat gigi insisivus permanen rahang bawah berdasarkan jenis kelamin.


(37)

f. Dihitung rerata dan standar deviasi ukuran gigi kaninus dan premolar rahang atas dan rahang bawah.

g. Dihitung rerata dan standar deviasi ukuran gigi kaninus dan premolar rahang atas dan rahang bawah berdasarkan jenis kelamin.

h. Dihitung rerata dan standar deviasi jumlah lebar mesiodistal keempat gigi insisivus permanen rahang bawah

i. Dihitung jumlah lebar mesiodistal gigi kaninus, premolar pertama, dan premolar kedua permanen pada rahang kiri dan kanan, kemudian dihitung rerata untuk satu rahang.

j. Dihitung rerata dan standar deviasi jumlah lebar mesiodistal gigi kaninus, premolar pertama, dan premolar kedua permanen untuk rahang atas dan rahang bawah.

k. Dihitung rerata dan standar deviasi hasil perhitungan dengan rumus prediksi Tanaka4Johnston.

l. Dihitung rerata dan standar deviasi hasil perhitungan dengan rumus prediksi Tanaka4Johnston berdasarkan jenis kelamin.

m. Dihitung rerata dan standar deviasi hasil perhitungan dengan tabel probabiliti Moyers 75%.

n. Dihitung rerata dan standar deviasi hasil perhitungan dengan tabel probabiliti Moyers 75% berdasarkan jenis kelamin.

o. Dilakukan uji normalitas data.

p. Dilakukan uji4t untuk membandingkan ukuran keempat gigi insisivus rahang bawah, kaninus, dan premolar rahang atas dan rahang bawah antara laki4laki dan perempuan.

q. Dilakukan uji4t untuk membandingkan hasil pengukuran data dengan hasil prediksi rumus Tanaka4Johnston untuk menguji validitas.

r. Dilakukan uji4t untuk membandingkan hasil pengukuran data dengan hasil prediksi rumus Tanaka4Johnston berdasarkan jenis kelamin.


(38)

s. Dilakukan uji4t tidak berpasangan untuk membandingkan hasil pengukuran data dengan hasil prediksi menggunakan tabel probabiliti Moyers 75% untuk menguji validitas.

t. Dilakukan uji4t untuk membandingkan hasil pengukuran data dengan hasil prediksi menggunakan tabel probabiliti Moyers 75% berdasarkan jenis kelamin.

u. Dilakukan uji korelasi untuk melihat kekuatan hubungan antara prediksi analisis Tanaka4Johnston dan analisis Moyers 75% dengan nilai pengukuran pada model.


(39)

BAB 4

HASIL PE ELITIA

Dalam penelitian ini, peneliti melakukan penelitian pendahuluan menggunakan tiga macam uji yang bertujuan untuk mendapatkan data yang lebih valid dan akurat. Uji yang dilakukan yaitu uji alat, uji metode pengukuran lebar gigi, dan uji intraoperator. Pada uji alat, lima pasang model studi diambil secara acak dan diperoleh secara statistik bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil pengukuran gigi pada model studi menggunakan kaliper digital dengan ketelitian 0,02 mm dan kaliper dial dengan ketelitian 0,05 mm (p>0,05). Pada penelitian ini, peneliti menggunakan alat kaliper digital karena memiliki ketelitian yang lebih tinggi, lebih mudah dan cepat. Pada pengujian metode terhadap lima pasang model yang juga diambil secara statistik diperoleh bahwa hasil pengukuran dengan menggunakan metode Moorrees tidak berbeda secara signifikan dengan metode Mullen (p>0,05). Oleh karena itu, pada penelitian ini peneliti melakukan pengukuran menggunakan metode Mullen karena mudah dilakukan dan dapat dilakukan pada gigi yang mengalami rotasi. Berdasarkan uji intraoperator diperoleh hasil secara statistik bahwa antara hasil pengukuran pertama dan kedua tidak terdapat perbedaan yang bermakna (p>0,05), sehingga peneliti hanya melakukan satu kali pengukuran untuk setiap gigi yang diukur.

Penelitian ini menggunakan sampel berjumlah 50 model studi yang terdiri atas 25 buah model studi sampel dengan jenis kelamin laki4laki dan 25 buah model studi sampel dengan jenis kelamin perempuan yang berasal dari mahasiswa suku Batak di Fakultas Kedokteran Gigi dan Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara dan telah memenuhi kriteria yang ditetapkan. Pengukuran dilakukan pada model studi gigi rahang atas dan rahang bawah.

Pengukuran lebar mesiodistal gigi dilakukan pada keempat gigi insisivus rahang bawah, gigi kaninus, premolar pertama, dan premolar kedua pada setiap regio di rahang atas dan rahang bawah. Hasil pengukuran pada sampel berupa rerata dan


(40)

standar deviasi ukuran lebar mesiodistal gigi insisivus rahang bawah dan ukuran lebar mesiodistal gigi kaninus, premolar pertama, dan premolar kedua rahang atas dan rahang bawah pada model studi suku Batak dapat dilihat pada tabel 2 dan 3.

Tabel 2. RERATA UKURAN LEBAR MESIODISTAL GIGI INSISIVUS RAHANG BAWAH PADA MODEL STUDI SUKU BATAK

Pengukuran Rerata (mm) Standar Deviasi ilai Terendah (mm) ilai Tertinggi (mm) KIRI

I2 6,02 0,43 5,22 6,81

I1 5,42 0,42 4,48 6,45

KA A

I1 5,38 0,43 4,45 6,43

I2 5,97 0,44 5,02 6,82

Tabel 3. RERATA UKURAN LEBAR MESIODISTAL GIGI KANINUS, PREMOLAR PERTAMA, DAN PREMOLAR KEDUA RAHANG ATAS DAN RAHANG BAWAH PADA MODEL STUDI SUKU BATAK

Pengukuran Rerata (mm) Standar Deviasi ilai Terendah (mm) ilai Tertinggi (mm)

M

A

K

S

IL

A

KIRI

P2 6,89 0,55 5,58 7,76

P1 7,45 0,48 6,18 8,44

C 7,89 0,54 6,62 9,26

KA A

C 8,62 0,59 6,88 9,12

P1 7,25 0,48 6,14 8,47

P2 6,85 0,54 5,90 8,11

M

A

D

IB

U

L

A

KIRI

P2 7,06 0,61 6,01 8,25

P1 7,39 0,50 6,10 8,52

C 6,92 0,48 5,84 7,92

KA A

C 6,98 0,51 5,82 7,90

P1 7,30 0,47 6,14 8,28


(41)

Hasil pengukuran pada tabel 2 menunjukkan bahwa lebar mesiodistal gigi insisivus rahang bawah pada model studi suku Batak yang paling besar adalah gigi insisivus lateralis kiri, sedangkan gigi dengan lebar mesiodistal paling kecil adalah gigi insisivus sentralis kanan. Tabel 3 menunjukkan bahwa lebar mesiodistal gigi kaninus, premolar pertama, dan premolar kedua pada model studi suku Batak yang memiliki ukuran terbesar pada rahang atas adalah gigi kaninus kanan, sedangkan gigi yang memiliki ukuran terkecil adalah gigi premolar kedua kanan. Untuk rahang bawah, gigi yang memiliki ukuran terbesar adalah gigi premolar pertama kiri, sedangkan untuk gigi yang memiliki ukuran terkecil adalah gigi kaninus kanan.

Pengukuran lebar mesiodistal gigi insisvus rahang bawah dan gigi kaninus, premolar pertama, dan premolar kedua pada rahang atas dan bawah jika dibedakan berdasarkan jenis kelamin, maka dapat dilihat perbedaan rerata ukuran gigi antara laki4laki dan perempuan pada tabel 4 dan 5 di bawah ini.

Tabel 4. RERATA UKURAN LEBAR MESIODISTAL GIGI INSISIVUS RAHANG BAWAH PADA MODEL STUDI SUKU BATAK BERDASARKAN JENIS KELAMIN

Pengukuran

Rerata (mm) Standar Deviasi Laki6laki (n=25) Perempuan (n=25) Laki6laki (n=25) Perempuan (n=25) KIRI

I2 6,06 5,97 0,45 0,41 0,489

I1 5,52 5,31 0,46 0,37 0,083

KA A

I1 5,48 5,28 0,39 0,45 0,109

I2 5,99 5,95 0,45 0,43 0,743

* Signifikan p<0,05

Tabel 4 menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan secara statistik antara lebar mesiodistal gigi insisivus rahang bawah pada laki4laki dan perempuan (p>0,05). Namun, diketahui bahwa ukuran mesiodistal keempat gigi insisivus rahang bawah pada laki4laki lebih besar dibandingkan dengan ukuran mesiodistal pada perempuan.


(42)

Tabel 5. RERATA UKURAN LEBAR MESIODISTAL GIGI KANINUS, PREMOLAR PERTAMA, DAN PREMOLAR KEDUA RAHANG ATAS DAN RAHANG BAWAH PADA MODEL STUDI SUKU BATAK BERDASARKAN JENIS KELAMIN

Pengukuran

Rerata (mm) Standar Deviasi Laki6laki (n=25) Perempuan (n=25) Laki6laki (n=25) Perempuan (n=25)

M

A

K

S

IL

A

KIRI

P2 6,90 6,62 0,43 0,60 0,069

P1 7,51 7,33 0,45 0,50 0,167

C 8,17 7,70 0,56 0,54 0,005*

KA A

C 8,11 7,67 0,53 0,47 0,003*

P1 7,48 7,42 0,47 0,50 0,668

P2 6,95 6,82 0,52 0,58 0,410

M

A

D

IB

U

L

A

KIRI

P2 7,14 6,99 0,56 0,66 0,397

P1 7,54 7,23 0,43 0,53 0,028*

C 7,15 6,69 0,44 0,42 0,000*

KA A

C 7,22 6,74 0,46 0,46 0,000*

P1 7,36 7,24 0,43 0,51 0,386

P2 7,20 6,86 0,57 0,55 0,033*

* Signifikan p<0,05

Tabel 5 menunjukkan bahwa ukuran lebar mesiodistal gigi kaninus, premolar pertama, dan premolar kedua pada laki4laki lebih besar dari ukuran mesiodistal gigi perempuan untuk semua regio. Berdasarkan hasil uji4t dengan tingkat kepercayaan 95% menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara laki4laki dengan perempuan yaitu pada gigi kaninus maksila, gigi kaninus mandibula, gigi premolar pertama kiri mandibula, dan gigi premolar kedua kanan mandibula. Hasil ini menunjukkan bahwa pada penelitian ini terdapat diskrepansi ukuran gigi antara laki4 laki dan perempuan suku Batak.


(43)

Penelitian ini menggunakan jumlah keempat insisivus rahang bawah sebagai gigi prediktor pada analisis Tanaka4Johnston dan analisis Moyers serta jumlah kaninus dan premolar rahang atas dan rahang bawah sebagai pembanding dalam menentukan validitas analisis. Berikut ini akan ditampilkan rerata dan standar deviasi jumlah keempat insisivus rahang bawah dan jumlah kaninus dan premolar rahang atas dan rahang bawah pada tabel 6.

Tabel 6. RERATA JUMLAH INSISIVUS RAHANG BAWAH DAN JUMLAH UKURAN KANINUS DAN PREMOLAR RAHANG ATAS DAN RAHANG BAWAH

Rerata (mm)

Standar Deviasi

ilai Terendah (mm)

ilai Tertinggi (mm)

Insisivus Mandibula 22,78 1,60 19,68 26,15

C+P1+P2 Maksila 22,17 1,37 19,00 25,02

C+P1+P2 Mandibula 21,77 1,37 18,77 24,42

Analisis Tanaka4Johnston dan Moyers merupakan analisis yang dilakukan saat masa gigi bercampur untuk memprediksi ruang yang akan ditempati gigi permanen kaninus, premolar pertama, dan premolar kedua. Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan nilai prediksi hasil perhitungan antara analisis Tanaka4Johnston dan analisis Moyers dengan nilai jumlah hasil pengukuran gigi kaninus, premolar pertama, dan premolar kedua pada tabel 6 sehingga diketahui apakah prediksi analisis Tanaka4Johston dan analisis Moyers tepat atau tidak diterapkan pada suku Batak.

Nilai prediksi analisis Tanaka4Johnston diperoleh dengan memasukkan jumlah keempat insisivus rahang bawah ke dalam rumus :

1. Maksila

=

+ 11,0 mm


(44)

Nilai prediksi analisis Moyers diperoleh dengan memasukkan jumlah keempat insisivus rahang bawah pada tabel probabiliti Moyers (Tabel 1). Perbandingan nilai prediksi analisis Tanaka4Johnston dan analisis Moyers 75% dengan nilai hasil pengukuran manual dapat dilihat pada tabel 7 di bawah ini.

Tabel 7. PERBANDINGAN NILAI PREDIKSI ANALISIS MOYERS DAN ANALISIS TANAKA4JOHNSTON PADA SUKU BATAK

A ALISIS ilai Prediksi C+P1+P2 ilai Pengukuran C+P1+P2 Perbedaan Rerata Rerata SD Rerata SD Rerata SD Tanaka

Johnston

RA 22,39 0,80 22,17 1,37 0,22 0,22 0,341 0,75 0,57 57% RB 21,89 0,80 21,77 1,37 0,12 0,22 0,602 0,75 0,56 56% Moyers

75%

RA 21,71 0,82 22,17 1,37 4 0,46 0,23 0,044* 0,70 0,49 49%

RB 21,61 0,87 21,77 1,37 4 0,16 0,23 0,473 0,78 0,61 61% * Signifikan p<0,05

** Kriteria Interpretasi Koefisien Korelasi (r) : 0 : Tidak ada korelasi antara dua variabel >0 – 0,25 : Korelasi sangat lemah

>0,25 – 0,5 : Korelasi cukup >0,5 – 0,75 : Korelasi kuat

>0,75 – 0,99 : Korelasi sangat kuat 1 : Korelasi sempurna

*** % diperoleh dari KD x 100%

Tabel 7 menunjukkan bahwa nilai prediksi analisis Tanaka4Johnston melebihi nilai pengukuran pada model yaitu 0,22 mm pada rahang atas dan 0,12 mm pada rahang bawah. Sedangkan nilai prediksi analisis Moyers 75% di bawah nilai pengukuran pada model yaitu 0,46 mm pada rahang atas dan 0,16 mm pada rahang bawah. Berdasarkan hasil uji4t diperoleh bahwa secara statistik nilai prediksi analisis Tanaka4Johnston dan analisis Moyers 75% tidak menunjukkan perbedaan yang bermakna (p>0,05) dengan nilai hasil pengukuran pada model baik pada rahang atas maupun rahang bawah. Hanya nilai prediksi analisis Moyers 75% untuk gigi rahang bawah yang menunjukkan perbedaan yang bermakna.


(45)

Penilaian validitas dapat dilihat dari perbedaan dan reliabilitas hasil prediksi analisis. Pada tabel di atas terlihat secara statistik bahwa dari hasil uji4t, analisis Tanaka4Johnston valid pada rahang atas dan rahang bawah, sedangkan analisis Moyers hanya valid pada rahang bawah.

Reliabilitas analisis berhubungan dengan kekuatan hubungan antara hasil prediksi dengan hasil pengukuran yang dinyatakan dalam KK atau koefisien korelasi (r) dan proporsi variasi yang dinyatakan dalam KD atau koefisien determinasi (r2). Pada tabel di atas, untuk analisis Tanaka4Johnston memiliki koefisien korelasi 0,75 untuk rahang atas dan rahang bawah, sedangkan analisis Moyers 75% koefisien korelasinya 0,70 untuk rahang atas dan 0,78 untuk rahang bawah. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat korelasi yang kuat untuk analisis Tanaka4Johnston pada rahang atas dan bawah serta analisis Moyers untuk rahang atas, sedangkan terdapat korelasi yang sangat kuat untuk analisis Moyers pada rahang bawah. Berdasarkan tabel di atas juga diperoleh bahwa nilai prediksi analisis Tanaka4Johnston yang tepat adalah sekitar 57% sampel untuk rahang atas dan 56% sampel untuk rahang bawah. Untuk analisis Moyers diperoleh persentase proporsi sekitar 49% sampel untuk rahang atas dan 61% sampel untuk rahang bawah. Maka untuk sampel keseluruhan diperoleh bahwa analisis Tanaka4Johnston valid untuk kedua rahang dengan persentase validitas sekitar 57% sampel untuk rahang atas dan 56% sampel untuk rahang bawah. Untuk analisis Moyers hanya valid untuk rahang bawah dengan persentase sekitar 61% sampel.

Namun, apabila dibedakan berdasarkan jenis kelamin, diperoleh hasil yang berbeda. Perbandingan nilai prediksi dengan nilai pengukuran pada model berdasarkan jenis kelamin untuk analisis Tanaka4Johnston dan analisis Moyers 75% dapat dilihat pada tabel 8 dan 9 di bawah ini.


(46)

Tabel 8. PERBANDINGAN NILAI PREDIKSI ANALISIS TANAKA JOHNSTON PADA SUKU BATAK BERDASARKAN JENIS KELAMIN

A ALISIS ilai Prediksi C+P1+P2 ilai Pengukuran C+P1+P2 Perbedaan Rerata Rerata SD Rerata SD Rerata SD Maksila

Lk 22,52 0,82 22,56 1,25 4 0,04 0,30 0,986 0,71 0,50 50%

Pr 22,26 0,77 21,79 1,40 0,47 0,32 0,151 0,79 0,62 62% Mandibula

Lk 22,02 0,82 22,20 1,22 4 0,18 0,29 0,209 0,68 0,46 46%

Pr 21,76 0,77 21,35 1,40 0,41 0,32 0,557 0,81 0,66 66% * Signifikan p<0,05

** Kriteria Interpretasi Koefisien Korelasi (r) : 0 : Tidak ada korelasi antara dua variabel >0 – 0,25 : Korelasi sangat lemah

>0,25 – 0,5 : Korelasi cukup >0,5 – 0,75 : Korelasi kuat

>0,75 – 0,99 : Korelasi sangat kuat 1 : Korelasi sempurna

*** % diperoleh dari KD x 100%

Tabel 9. PERBANDINGAN NILAI PREDIKSI ANALISIS MOYERS 75% PADA SUKU BATAK BERDASARKAN JENIS KELAMIN

A ALISIS ilai Prediksi C+P1+P2 ilai Pengukuran C+P1+P2 Perbedaan Rerata Rerata SD Rerata SD Rerata SD Maksila

Lk 22,18 0,84 22,56 1,25 4 0,38 0,30 0,204 0,69 0,47 47%

Pr 21,25 0,46 21,79 1,40 4 0,54 0,30 0,079 0,78 0,61 61% Mandibula

Lk 22,00 0,73 22,20 1,22 4 0,20 0,28 0,503 0,67 0,46 46%

Pr 21,21 0,83 21,35 1,40 4 0,14 0,32 0,671 0,82 0,67 67% * Signifikan p<0,05

** Kriteria Interpretasi Koefisien Korelasi (r) : 0 : Tidak ada korelasi antara dua variabel >0 – 0,25 : Korelasi sangat lemah

>0,25 – 0,5 : Korelasi cukup >0,5 – 0,75 : Korelasi kuat

>0,75 – 0,99 : Korelasi sangat kuat 1 : Korelasi sempurna


(47)

Tabel 8 menunjukkan bahwa nilai prediksi analisis Tanaka4Johnston untuk rahang atas pada laki laki di bawah nilai hasil pengukuran sebesar 0,04 mm, sedangkan pada perempuan nilai prediksi melebihi nilai hasil pengukuran sebesar 0,47 mm. Untuk rahang bawah, pada laki4laki nilai hasil prediksi analisis Tanaka4 Johnston di bawah nilai hasil pengukuran sebesar 0,18 mm, sedangkan pada perempuan nilai prediksi melebihi nilai hasil pengukuran sebesar 0,41 mm. Berdasarkan hasil uji4t, diperoleh bahwa secara statistik nilai prediksi analisis Tanaka4Johnston pada laki4laki dan perempuan suku Batak tidak terdapat perbedaan yang signifikan dengan nilai hasil pengukuran (p>0,05), sehingga dapat dinyatakan analisis Tanaka4Johnston valid pada laki4laki dan perempuan suku Batak untuk gigi rahang atas maupun rahang bawah. Koefisien korelasi pada laki4laki untuk rahang atas 0,71 dan rahang bawah 0,68. Koefisien korelasi pada perempuan untuk rahang atas 0,79 dan rahang bawah 0,81. Berdasarkan tabel di atas juga diperoleh bahwa persentase validitas analisis Tanaka4Johnston pada laki4laki untuk rahang atas adalah sekitar 50%, sedangkan untuk rahang bawah adalah 46%. Pada perempuan, persentase validitas untuk rahang atas yaitu sekitar 62%, sedangkan untuk rahang bawah sekitar 66%.

Tabel 9 menunjukkan bahwa nilai prediksi analisis Moyers dengan tingkat kepercayaan 75% di bawah nilai hasil pengukuran pada model rahang atas yaitu pada laki4laki sebesar 0,38 mm, sedangkan pada perempuan 0,54 mm. Untuk rahang bawah nilai hasil prediksi analisis Moyers 75% juga di bawah nilai hasil pengukuran pada model yaitu pada laki4laki sebesar 0,20 mm, sedangkan pada perempuan 0,14 mm. Secara statistik diperoleh bahwa nilai prediksi analisis Moyers 75% pada perempuan dan laki4laki suku Batak tidak terdapat perbedaan yang bermakna dengan nilai pengukuran pada model (p>0,05), sehingga dapat dinyatakan analisis Moyers 75% valid pada laki4laki dan perempuan suku Batak untuk gigi rahang atas dan rahang bawah. Koefisien korelasi pada laki4laki untuk rahang atas 0,69 dan rahang bawah 0,67. Koefisien korelasi pada perempuan untuk rahang atas 0,78 dan rahang bawah 0,82. Berdasarkan tabel di atas juga diperoleh bahwa persentase validitas analisis Moyers pada laki4laki untuk rahang atas adalah sekitar 47%, sedangkan untuk


(48)

rahang bawah adalah 46%. Pada perempuan, persentase validitas untuk rahang atas adalah sekitar 61%, sedangkan untuk rahang bawah sekitar 67%.

Perbandingan tingkat validitas antara analisis Tanaka4Johnston dan analisis Moyers 75% adalah sebagai berikut : (1). Berdasarkan hasil uji4t, analisis Tanaka4 Johnston valid baik pada rahang atas maupun rahang bawah, sedangkan analisis Moyers valid hanya pada rahang bawah. (2). Berdasarkan hasil uji korelasi, koefisien korelasi analisis Tanaka4Johnston RA dan RB yaitu 0,75 yang menunjukkan adanya hubungan yang kuat dengan nilai pengukuran, sedangkan Koefisien korelasi analisis Moyers pada RA yaitu 0,70 yang menunjukkan hubungan yang kuat dan pada RB yaitu 0,78 yang menunjukkan hubungan yang sangat kuat. (3). Persentase validitas analisis Tanaka4Johnston adalah 57% untuk RA dan 56% untuk RB, sedangkan persentase validitas analisis Moyers 75% adalah 49% untuk RA dan 61% untuk RB.


(49)

BAB 5

PEMBAHASA

Analisis gigi bercampur penting dalam diagnosis dan penyusunan rencana perawatan ortodonti. Analisis yang tepat dapat membantu klinisi melakukan perawatan yang lebih baik terhadap kasus diskrepansi ruang. Prediksi lebar mesiodistal gigi kaninus, premolar pertama, dan premolar kedua dengan analisis Tanaka4Johnston dan analisis Moyers menunjukkan hasil yang berbeda jika diterapkan pada ras yang berbeda. Dalam penerapannya, kedua analisis ini masih dipertanyakan ketepatan dan kesesuaianya terhadap ras secara spesifik karena ras mempengaruhi perkembangan gigi geligi seseorang. Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan untuk menguji validitas prediksi analisis Tanaka4Johnston dan analisis Moyers 75% pada suku Batak.

Uji4t dilakukan pada masing4masing analisis untuk mengetahui validitas nilai prediksi analisis terhadap nilai pengukuran pada model. Hasil penelitian melalui uji4t pada keseluruhan sampel diperoleh bahwa nilai prediksi analisis Tanaka4Johnston valid sedangkan analisis Moyers hanya valid terhadap nilai pengukuran pada model suku Batak pada gigi geligi di rahang bawah (Tabel 7). Nilai prediksi Tanaka4 Johnston melebihi nilai pengukuran pada model baik pada rahang atas maupun pada rahang bawah sedangkan nilai prediksi analisis Moyers 75% di bawah nilai pengukuran pada model. Beberapa penelitian lain mengenai analisis Tanaka4Johnston menyatakan hasil yang serupa dengan penelitian ini yaitu penelitian pada populasi India Utara4, Jordania6, Brazil16,17, Pakistan18, Iran selatan21, Nepal23, dan Uganda25. Selain itu, penelitian yang dilakukan oleh Kuswandari15, Melcago17, dan Hucal24 juga diperoleh hasil prediksi analisis Moyers 75% di bawah nilai pengukuran pada model.

Adanya perbedaan hasil prediksi dalam penelitian ini baik pada analisis Tanaka4Johnston maupun pada analisis Moyers 75% berhubungan erat dengan ukuran lebar mesiodistal gigi, yang sangat dipengaruhi oleh ras dan jenis kelamin. Rumus prediksi Tanaka4Johnston dan tabel probabiliti Moyers dikembangkan dari anak4anak


(50)

keturunan Eropa Utara atau ras Kaukasoid. Sedangkan pada penelitian ini dilakukan pada ras Paleomongoloid yaitu pada suku Batak (ras Proto4Melayu). Budi, dalam penelitiannya menyatakan bahwa ukuran lebar mesiodistal gigi pada suku Batak lebih besar dari ukuran lebar mesiodistal gigi pada ras Kaukasoid36, sehingga perbedaan tingkat ketepatan analisis mungkin saja dapat terjadi.

Selain itu, jenis kelamin juga mempengaruhi ketepatan analisis. Adanya perbedaan prediksi ukuran gigi antar jenis kelamin dipengaruhi oleh faktor genetik yaitu, kromosom Y mempengaruhi pertumbuhan enamel dan dentin, yang pada akhirnya mempengaruhi ukuran mahkota gigi, sedangkan kromosom X hanya mempengaruhi pertumbuhan enamel saja.32 Dari pernyataan tersebut, diperoleh bahwa ukuran lebar mesiodistal gigi pada laki4laki cenderung lebih besar dibandingkan dengan perempuan sehingga perbedaan tingkat ketepatan analisis mungkin saja dapat terjadi. Pada penelitian ini, secara statistik ditemukan adanya perbedaan yang signifikan antara ukuran lebar mesiodistal gigi pada laki4laki dan perempuan pada gigi premolar kedua kiri maksila. Walaupun demikian, lebar mesiodistal gigi pada laki4laki lebih besar daripada perempuan. Uji4t menyatakan bahwa analisis Tanaka4Johnston pada perempuan suku Batak menunjukkan hasil melebihi nilai pengukuran (0,41±0,32mm), kecuali pada laki4laki. Analisis Moyers pada perempuan suku Batak menunjukkan hasil di bawah nilai pengukuran (0,14±0,32mm), begitu pula dengan pada laki4laki suku Batak. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Tome dkk., menyatakan adanya perbedaan tingkat keakuratan analisis dimana analisis lebih akurat pada sampel laki4laki dibandingkan pada sampel perempuan.32

Penelitian mengenai validitas analisis Tanaka4Johnston dan analisis Moyers pada ras Paleomongoloid telah dilakukan oleh Kuswandari. Penelitian ini dilakukan pada anak4anak suku Jawa (ras Deutro4Melayu). Berdasarkan penelitiannya, Kuswandari menyimpulkan bahwa analisis Tanaka4Johnston dan analisis Moyers 75% menunjukkan hasil di bawah nilai pengukuran, kecuali prediksi analisis Tanaka4 Johnston pada perempuan.15 Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Budi dan Simanjuntak H, yang menyatakan bahwa ukuran lebar mesiodistal gigi suku


(51)

Batak lebih besar dibandingkan ukuran lebar mesiodistal gigi ras Deutro4Melayu dan campuran ras Proto dan Deutro4Melayu.33,36

Berbagai penelitian lain yang berhubungan dengan validitas analisis Tanaka4 Johnston dan analisis Moyers telah dilakukan di seluruh dunia pada ras4ras tertentu, dan memperoleh hasil yang berbeda4beda pula. Misalnya pada penelitian oleh Buwembo pada populasi di Uganda, diperoleh hasil analisis Tanaka4Johnston melebihi nilai pengukuran, sedangkan analisis Moyers 75% dapat diterapkan baik pada laki4laki maupun perempuan Uganda.25 Pada penelitian yang dilakukan oleh Vilella diperoleh bahwa analisis Tanaka4Johnston dapat diterapkan pada laki4laki kulit hitam dan putih brazil.16 Memon memperoleh bahwa hasil analisis Tanaka4 Johnston dan analisis Moyers 75% melebihi nilai pengukuran.18 Di lain pihak, Hucal, membuktikan bahwa hasil analisis Tanaka4Johnston dan analisis Moyers 75% di bawah nilai pengukuran.24

Pada penelitian ini, terdapat perbedaan validitas analisis Tanaka4Johnston dan analisis Moyers pada keseluruhan sampel. Pada keseluruhan sampel diketahui bahwa analisis Moyers pada rahang atas tidak valid. Hal ini mungkin dipengaruhi oleh koefisien korelasi (r) yang lebih rendah yaitu 0,70 dan koefisien determinasi (r2) juga lebih kecil yaitu 0,49. Koefisien korelasi menyatakan kekuatan hubungan, sedangkan koefisien deteminasi merupakan indikator ketepatan prediksi gigi kaninus, premolar pertama, dan premolar kedua.22 Koefisien determinasi merupakan representasi proporsi dari total variasi hasil prediksi yang dinyatakan dalam persentase.22 Persentase validitas analisis Moyers 75% untuk rahang atas adalah sebesar 49%. Hal ini menunjukkan bahwa sekitar 49% sampel memprediksi gigi kaninus, premolar pertama, dan premolar kedua secara tepat. Namun, jumlah ini kurang dari setengah jumlah sampel. Hal tersebut mungkin mempengaruhi validitas analisis Moyers pada rahang atas sehingga analisis ini dinyatakan tidak valid pada rahang atas.

Tidak ada analisis yang dapat memprediksi lebar mesiodistal gigi kaninus dan premolar permanen yang belum erupsi secara tepat. Setiap analisis yang digunakan mungkin dapat melebihi ataupun di bawah nilai pengukuran jumlah lebar mesiodistal gigi kaninus dan premolar yang belum erupsi. Analisis yang ideal adalah jika tidak


(52)

terdapat perbedaan antara nilai prediksi lebar mesiodistal gigi kaninus dan premolar permanen dengan hasil pengukuran pada model. Namun, Memon berpendapat bahwa nilai prediksi yang lebih tinggi (overestimation) dapat dikatakan lebih baik untuk mencegah kekurangan ruang pada lengkung rahang.18 Moyers melaporkan bahwa kelebihan hasil prediksi sampai dengan 1 mm di atas nilai pengukuran gigi kaninus dan premolar permanen tidak terlalu mempengaruhi pertimbangan untuk ekstraksi atau tidak.10,18 Berdasarkan pernyataan ini, maka analisis Tanaka4Johnston dan analisis Moyers dengan tingkat kepercayaan 75% dapat diterapkan pada suku Batak baik pada laki4laki maupun pada perempuan. Pada analisis Tanaka4Johnston memiliki standar deviasi yang lebih rendah sehingga memiliki tingkat ketepatan yang lebih baik.

Pengembangan penelitian ini masih dirasakan perlu. Walaupun kedua analisis ini dinyatakan dapat diterapkan pada populasi suku Batak, pada kenyataanya baik analisis Tanaka4Johnston maupun analisis Moyers tidak secara tepat memprediksi jumlah kaninus dan premolar permanen yang belum tumbuh. Pengembangan rumus perhitungan analisis gigi bercampur secara khusus untuk suku Batak perlu dilakukan untuk memperoleh hasil prediksi yang lebih tepat dan spesifik untuk setiap jenis kelamin.


(53)

BAB 6

KESIMPULA DA SARA

6.1 Kesimpulan

Rerata ukuran lebar mesiodistal keempat gigi insisivus rahang bawah pada model studi suku Batak mulai dari insisivus lateralis kiri sampai insisivus lateralis kanan berturut4turut adalah sebagai berikut, 6,02; 5,42; 5,38; 5,97. Untuk rerata ukuran lebar mesiodistal gigi kaninus, premolar pertama dan premolar kedua pada model studi suku Batak pada rahang atas mulai dari premolar kedua kiri sampai premolar kedua kanan yaitu, 6,89; 7,45; 7,89; 8,62; 7,25; 6,85 dan untuk rahang bawah yaitu 7,06; 7,39; 6,92; 6,98; 7,30; 7,03.

Hasil uji4t menunjukkan bahwa terdapat diskrepansi lebar mesiodistal gigi4 geligi pada laki4laki dengan perempuan, yaitu pada gigi kaninus maksila, gigi kaninus mandibula, gigi premolar pertama kiri mandibula, dan gigi premolar kedua kanan mandibula (p<0,05). Secara keseluruhan lebar mesiodistal gigi4geligi laki4laki ditemukan lebih besar dibandingkan dengan perempuan.

Perbedaan nilai rerata prediksi Tanaka4Johnston dengan nilai rerata pengukuran manual pada sampel keseluruhan diperoleh bahwa nilai prediksi melebihi nilai pengukuran yaitu sebesar 0,22 ±0,22 mm. Sedangkan untuk rahang bawah nilai prediksi juga melebihi nilai pengukuran sebesar 0,12 ±0,22 mm. Perbedaan nilai rerata prediksi Moyers 75% dengan nilai rerata pengukuran manual pada sampel keseluruhan diperoleh bahwa nilai prediksi di bawah nilai pengukuran, yaitu pada rahang atas sebesar 0,46 ±0,23 mm dan pada rahang bawah sebesar 0,16 ±0,23. Hasil Uji4t menunjukkan bahwa secara statistik tidak terdapat perbedaan yang bermakna untuk analisis Tanaka4Johnston pada rahang atas dan rahang bawah dan analisis Moyers pada rahang bawah, sehingga dapat disimpulkan bahwa pada data keseluruhan analisis Tanaka4Johnston valid untuk suku Batak sedangkan analisis Moyers hanya valid untuk gigi rahang bawah suku Batak. Tetapi jika berdasarkan


(54)

konsep toleransi kelebihan sampai 1 mm, analisis Tanaka4Johnston dan analisis Moyers pada rahang bawah valid digunakan untuk suku Batak.

Hasil uji korelasi menunjukkan bahwa koefisien korelasi analisis Tanaka4 Johnston untuk rahang atas dan rahang bawah yaitu 0,75 yang menunjukkan adanya hubungan yang kuat antara hasil pengukuran dengan hasil perhitungan, sedangkan koefisien korelasi analisis Moyers untuk rahang atas 0,70 yang menunjukkan adanya hubungan yang kuat dan rahang bawah 0,78 yang menunjukkan adanya hubungan yang sangat kuat. Persentase validitas analisis Tanaka4Johnston untuk rahang atas adalah 57% dan untuk rahang bawah adalah 56%, sedangkan persentase validitas analisis Moyers 75% untuk rahang atas adalah 49% dan untuk rahang bawah adalah 61%.

Berdasarkan jenis kelamin, prediksi analisis Tanaka4Johnston untuk laki4laki suku Batak diperoleh bahwa nilai prediksi di bawah nilai hasil pengukuran baik pada rahang atas (0,04 ±0,30) maupun pada rahang bawah (0,18 ±0,29mm). Untuk perempuan diperoleh bahwa nilai prediksi melebihi nilai hasil pengukuran pada rahang atas (0,47 ±0,32mm) dan rahang bawah (0,41 ±0,32mm). Prediksi analisis Moyers 75% untuk laki4laki diperoleh bahwa nilai prediksi di bawah nilai pengukuran pada rahang atas (0,38 ±0,30mm) dan rahang bawah (0,54 ±0,30mm). Sedangkan untuk perempuan diperoleh bahwa nilai prediksi juga di bawah nilai pengukuran pada rahang atas (0,20 ±0,28mm) dan rahang bawah (0,14 ±0,32mm).

Hasil uji4t menunjukkan bahwa analisis Tanaka4Johnston valid digunakan pada laki4laki dan perempuan suku Batak. Untuk analisis Moyers 75% valid digunakan pada laki4laki dan perempuan suku Batak. Hasil uji korelasi menunjukkan bahwa koefisien korelasi analisis Tanaka4Johnston pada laki4laki adalah 0,71 untuk rahang atas dan 0,68 untuk rahang bawah, sedangkan pada perempuan adalah 0,79 untuk rahang atas dan 0,81 untuk rahang bawah. Persentase validitas analisis Tanaka4 Johnston pada laki4laki adalah 50% untuk rahang atas dan 46 % untuk rahang bawah, sedangkan pada perempuan adalah 62% untuk rahang atas dan 66% untuk rahang bawah. Koefisien korelasi analisis Moyers pada laki4laki adalah 0,69 untuk rahang atas dan 0,67 untuk rahang bawah, sedangkan pada perempuan adalah 0,78 untuk


(1)

LAMPIRA 25

HASIL STATISTIK UJI KORELASI U TUK A ALISIS TA AKA JOH STO DA MOYERS 75%

A. Analisis Tanaka Johnston Rahang Atas

B. Analisis Tanaka Johnston Rahang Bawah

!

"# $ % # "# "% " #

& '

( '

) *

) +

'

, * *- ,

.

. / !

0 1 2 3 /

3

4 5

& 4 5

4 5

& 4 5

4 5

& 4 5

!

4 5

& 4 5

"% %%" "% " $ #

& '

( '

) *

) +

'

, * *- ,

.

. / ! & 4 5

0 1 2 3 / 4 5


(2)

C. Analisis Tanaka Johnston Rahang Atas pada Laki laki

D. Analisis Tanaka Johnston Rahang Atas pada Perempuan

&

$

& $

!

&

-

-& -

-. 6 . * 5 . 7 + 8 +1

# #

-

--

-&

&

& !

&

. 6 . * 5 . 7 + 8 9

# $ $--% -% "" -%

&

7 + 8

9

. ! '

( '

) *

) +

'

, * *- ,

.

. / ! &

$ "- " # #-#% "- %# % -%

&

7 + 8

+1

. ! '

( '

) *

) +

'

, * *- ,


(3)

E. Analisis Tanaka Johnston Rahang Bawah pada Laki laki

F. Analisis Tanaka Johnston Rahang Bawah pada Perempuan " $ " $

-

--

-4 5

& 4 5

4 5

& 4 5

4 5

& 4 5

!

4 5

& 4 5

. 6 . * 5 . 7 + 8 9

" $ "- %# " $ "- $ - -%

&

7 + 8

9

. ! '

( '

) *

) +

'

, * *- ,

.

. / ! & 4 5

# #

-

--

-4 5

& 4 5

4 5

& 4 5

4 5

& 4 5

!

4 5

& 4 5

. 6 . * 5 . 7 + 8 +1

# ""% " # - ""% # -%

&

7 + 8

+1

. ! '

( '

) *

) +

'

, * *- ,

.


(4)

G. Analisis Moyers Rahang Atas

H. Analisis Moyers Rahang Bawah

"$$ "$$

& 6 & & 6 & & 6 & !

& 6 &

"$$ ## # $ - ## # #

& '

( '

) *

) +

'

, * *- ,

.

. / ! &

#-& 6 4 5

& 4 5

& 6 4 5

& 4 5

& 6 4 5

& 4 5

!

& 6 4 5

& 4 5

#- " " % # " # #

& '

( '

) *

) +

'

, * *- ,

.


(5)

I. Analisis Moyers Rahang Atas pada Laki laki

J. Analisis Moyers Rahang Atas pada Perempuan

"#$ "#$

-

--

-& 6 & & 6 & & 6 & !

& 6 &

. 6 . * 5 . 7 + 8 9

"#$ "-% " - % -%

&

7 + 8

9

. ! '

( '

) *

) +

'

, * *- ,

.

. / ! &

# #

-

--

-& 6 & & 6 & & 6 & !

& 6 &

. 6 . * 5 . 7 + 8 +1

# " # $ -$ #$ " # % " -%

&

7 + 8

+1

. ! '

( '

) *

) +

'

, * *- ,

.


(6)

K. Analisis Moyers Rahang Bawah pada Laki laki

& 6

4 5

& 4 5

& 6 4 5 "

& 4 5 "

! & 6 4 5

& 4 5

& 6 4 5 -

-& 4 5 -

-. 6 . * 5 . 7 + 8 9

L. Analisis Moyers Rahang Bawah pada Perempuan

" % # # $ $ -%

&

7 + 8

9

. ! '

( '

) *

) +

'

, * *- ,

.

. / ! & 4 5

# $ # $

-

--

-& 6 4 5

& 4 5

& 6 4 5

& 4 5

& 6 4 5

& 4 5

!

& 6 4 5

& 4 5

. 6 . * 5 . 7 + 8 +1

# $ " " # % " " ## -%

&

7 + 8

+1

. ! '

( '

) *

) +

'

, * *- ,

.