BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tanaman Ubi Kayu
Ubi kayu dikenal dengan nama Cassava Inggris, Kasapen, sampeu, kowi dangdeur Sunda; Ubi kayu, singkong, ketela pohon Indonesia; Pohon, bodin, ketela bodin, tela
jendral, tela kaspo Jawa.
Tanaman ubi kayu menurut Steenis 1998 merupakan tanaman yang memiliki klasifikasi sebagai berikut :
Divisio : Spermatophyta
Sub Divisio : Angiospermae
Classis : Dicotyledoneae
Ordo : Euphorbiales
Familia : Euphorbiaceae
Genus : Manihot
Species : Manihot utilissima
Ubi kayu merupakan batang berkayu yang tumbuh tegak, beruas-ruas, berbuku- buku dan ketinggiannya mencapai 3 m. Didalam batangnya ada liang yang berisi
semacam gabus yang berwarna putih. Daunnya serupa tangan manusia dengan jari-jari helaian daun terbelah dalam-dalam . Umbi akar berukuran besar, memanjang dengan
kulit luar berwarna coklat suram http:id.wikipedia.orgwikiSingkong.
2.2 Analisis Titrimetri
Analisis titrimetri mengacu pada analisis kimia kuantitatif yang dilakukan dengan menetapkan volume suatu larutan yang konsentrasinya diketahui dengan tepat. Larutan
dengan kekuatan konsentrasi yang diketahui dengan tepat itu disebut larutan standar. Larutan standar biasanya ditambahkan dari dalam sebuat buret. Proses penambahan
larutan standar sampai reaksi tepat lengkap disebut titrasi Vogel, 1994. Semua metode volumetri syaratnya sama, yaitu reaksi analit dengan pentitrasi
harus diketahui, berlangsung cepat, stoikiometri, dan ada cara untuk menunjukkan saat sudah terjadi reaksi kuantitatif yang disebut titik akhir titrasi Satiadarma, K, 2004.
Metode volumetrititrimetri secara garis besar dapat diklasifikasikan dalam empat kategori sebagai berikut :
a. Titrasi asam basa yang meliputi reaksi asam dan basa baik kuat ataupun lemah.
b. Titrasi redoks adalah titrasi yang meliputi hampir semua reaksi oksidasi reduksi.
c. Titrasi pengendapan adalah titrasi yang meliputi pembentukan endapan, seperti
titrasi Ag atau Zn dengan K
4
FeCN
6
d. Titrasi kompleksometri sebagian besar meliputi titrasi EDTA seperti titrasi
spesifik dan juga dapat digunakan untuk melihat perbedaan pH pada pengkompleksan Khopkar, S. M, 2008.
dengan indikator pengadsorpsi.
Titrasi asidimetri-alkalimetri, yaitu titrasi yang menyangkut asam atau basa. Reaksi- reaksi yang terjadi dalam titrasi ini adalah :
- Asam dengan basa reaksi penetralan, agar kuantitatif, maka asam atau basa yang
bersangkutan harus kuat
- Asam dengan garam reaksi pembentukan asam lemah, agar kuantitatif, asam
harus kuat dan garam itu harus terbentuk dari asam lemah sekali Contohnya : HCl
+ Na
2
CO
3
NaHCO
3
2HCl + Na
+ NaCl
2
CO
3
H
2
O + CO
2
HCl +
NH +
2NaCl
4
BO
2
HBO
2
+ NH
4
- Basa dengan garam, agar kuantitatif, basa harus kuat dan garam harus terbentuk
dari basa lemah sekali, jadi berdasar pembentukan basa lemah tersebut Harjadi, W, 1990.
Cl
1.2.1 larutan baku standar
Semua perhitungan dalam titrimetri didasarkan pada konsentrasi titran sehingga konsentrasi titran harus dibuat secara teliti. Titran semacam ini disebut dengan larutan
baku standar . Konsetrasi larutan dapat dinyatakan dengan normalitas, molaritas, atau bobot per volume.
Larutan standar ada dua macam yaitu larutan baku primer dan larutan baku sekunder. Larutan baku primer mempunyai kemurnian yang tinggi. Larutan baku
sekunder harus dibakukan dengan larutan baku primer. Suatu proses yang mana larutan baku sekunder dibakukan dengan larutan baku primer disebut dengan standarisasi
Rohman, A, 2007.
2.3 Karbohidrat
Karbohidrat banyak terdapat di alam, diantaranya dalam bentuk pati, kapas, gula pasir, dan kayu. Karbohidrat adalah polihidroksi dari aldehida atau keton. Karbohidrat yang
sederhana yang tidak terikat pada karbohidrat lain dinamakan gula sederhana atau monosakarida Wilbraham, A. C, 1992.
Karbohidrat merupakan sumber kalori utama bagi hampir seluruh penduduk dunia, khususnya bagi penduduk negara yang sedang berkembang. Walaupun jumlah
kalori yang dapat dihasilkan oleh 1 gram karbohidrat hanya 4 Kal kkal, karbohidrat merupakan sumber kalori yang murah. Selain itu beberapa golongan karbohidrat
menghasilkan serat-serat yang berguna bagi pencernaan. Karbohidrat juga mempunyai peranan penting dalam menentukan karakteristik
bahan makanan, misalnya rasa, warna, tekstur, dan lain-lain. Sedangkan dalam tubuh, karbohidrat berguna untuk mencegah timbulnya ketosis, pemecahan protein tubuh yang
berlebihan, kehilangan mineral. Sebagian besar karbohidrat didapatkan dari bahan makanan yang dimakan sehari-hari, terutama bahan makanan yang berasal dari tumbuh-
tumbuhan Winarno, F. G, 1992. Karbohidrat secara umum terdapat dalam jaringan makhluk hidup dan sangat
penting dalam metabolisme. Karbohidrat memiliki formula umum C
X
H
2
O
y
a. Monosakarida : misalnya glukosa
dan dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
b. Di – dan tri- sakarida : misalnya maltosa
c. Polisakarida : misalnya pati
Semua mono- ,di- dan tri- sakarida larut dalam air Allen, S. E, 1974. Monosakarida adalah karbohidrat yang tidak dapat dihidrolisis menjadi
karbohidrat yang lebih sederhana. Disakarida adalah produk kondensasi dua unit monosakarida, contohnya maltosa dan sukrosa. Oligosakarida adalah produk kondensasi
tiga sampai sepuluh monosakarida, sebagian besar oligosakarida tidak dicerna oleh enzim dalam tubuh manusia. Polisakarida adalah produk kondensasi lebih dari sepuluh unit
monosakarida, contohnya pati dan dekstrin yang mungkin merupakan polimer linear atau bercabang.
Gambar : Glukosa Pati adalah bentuk polimer simpanan glukosa pada tumbuhan dan merupakan sumber
energi utama dalam makanan Murray, R, 2006. Untuk penentuan kadar pati dalam suatu bahan dapat dikerjakan dengan
menghidrolisa pati dengan asam atau enzim sehingga diperoleh gula reduksi. C
6
H
10
O
5
+ H
2
O C
6
H
12
O Pati
glukosa
6
BM = 162 BM = 180
Setelah diketahui jumlah gula reduksi hasil hidrolisa pati tersebut maka dapat dihitung jumlah pati yaitu dengan mengalikan dengan suatu faktor konversi sebesar 0,90. Faktor
konversi ini diperoleh dari perbandingan berat molekul pati dengan jumlah berat molekul gula reduksi yang dihasilkan.
Faktor konversi =
�� ���� �� ���� �������
=
162 180
=
0,90 Sudarmadji, S, 1987.
Jika pati dipanaskan dengan asam akan terurai menjadi molekul-molekul yang lebih kecil secara berurutan, dan hasil akhirnya adalah glukosa. Molekul-molekul pati
mula-mula pecah menjadi unit-unit rantai glukosa yang lebih pendek yang disebut dextrin. Dextrin ini dipecah lebih jauh menjadi maltosa dua unit glukosa dan akhirnya
maltosa pecah menjadi glukosa.
Pati dextrin
maltosa glukosa
Hidrolisis pati dapat juga dilakukan oleh kegiatan enzim. Dalam pencernaan, enzim amilase memecah pati menjadi maltosa. Amilase juga terdapat pada tepung dan biji
berkecambah. Pada produk-produk tersebut enzim ini biasanya dikenal dengan nama diastase. Diastase penting pada pembuatan roti dan pembuatan bir karena enzim ini dapat
menghasilkan gula maltosa yang seterusnya oleh enzim yang dihasilkan khamir akan dipecah lebih lanjut menjadi alkohol dan karbon dioksida Gaman, P. M, 1981.
2.3.1 Penentuan karbohidrat
Penentuan karbohidrat dalam suatu bahan dapat dibedakan menjadi dua yaitu uji kualitatif dan uji kuantitatif. Banyak cara yang dapat digunakan untuk menentukan
banyaknya karbohidrat dalam suatu bahan yaitu antara lain dengan cara kimia, secara fisik, cara enzimatik atau biokimia dan cara kromatrografi. Penentuan yang termasuk
polisakarida maupun oligosakarida memerlukan perlakuan pendahuluan yaitu hidrolisa terlebih dahulu sehingga diperoleh monosakarisa. Bahan dihidrolisa dengan asam atau
enzim pada suatu keadaan yang tertentu. Penentuan monosakarida yang dihasilkan dapat dengan salah satu cara berikut :
2.3.1.1 Cara Luff Schoorl
Pada penentuan gula secara Luff Schoorl, yang ditentukan bukan kuprooksida yang mengendap tetapi dengan menentukan kuprioksida dalam larutan sebelum direaksikan
dengan gula reduksi titrasi blanko dan sesudah direaksikan dengan sampel gula reduksi titrasi sampel . Penentuannya dengan titrasi menggunakan Na-tiosulfat. Reaksi
yang terjadi selama penentuan karbohidrat dengan cara ini mula-mula kuprioksida yang ada dalam reagen akan membebaskan iod dari garam K-iodida. Banyaknya iod dapat
diketahui dengan titrasi menggunakan Na-tiosulfat. Untuk mengetahui apakah titrasi sudah cukup maka diperlukan indikator amilum. Apabila larutan berubah warnanya dari
biru menjadi putih berarti titrasi sudah selesai. Agar perubahan warna biru menjadi putih dapat tepat maka penambahan amilum diberikan pada saat titrasi hampir selesai.
Reaksi yang terjadi dalam penentuan gula cara Luff dapat dituliskan sebagai berikut :
R-COH +
2CuO Cu
2
H O
+ R-COOH
2
SO
4
+ CuO
CuSO
4
+ H
2
CuSO O
4
+ 2 KI
CuI
2
+ K
2
SO 2CuI
4 2
Cu
2
I
2
+ I
I
2 2
+ 2Na
2
S
2
O
3
Na
2
S
4
O
6
I +
2NaI
2
Metode Luff Schoorl menggunakan suatu reagen alkalin yang terdiri dari cupri sitrat, setelah dipanaskan dengan suatu larutan yang terdiri dari gula reduksi, potassium
iodida dan asam ditambahkan setelah pendinginan dan pembebasan iodin, yang mana ekuivalen terhadap copper yang tidak tereduksi, dititrasi dengan sodium tiosulfat
Egan, H, 1981. +
amilum : biru Sudarmadji, S , 1987.
2.3.1.2 Prinsip Penentuan Kandungan Karbohidrat
Hidolisis karbohidrat menjadi monosakarida yang dapat mereduksikan Cu
2+
menjadi Cu
+
. Kelebihan Cu
2+
dapat dititrasi secara iodometri SNI 01-2891-1992.
2.4 Protein
Protein merupakan suatu zat makanan yang amat penting bagi tubuh, karena zat ini disamping berfungsi sebagai bahan bakar dalam tubuh juga berfungsi sebagai zat
pembangun dan pengatur. Protein adalah sumber asam – asam amino yang mengandung
unsur-unsur C,H,O dan N yang tidak dimiliki oleh lemak dan karbohidrat. Fungsi utama protein bagi tubuh ialah untuk membentuk jaringan baru dan mempertahankan jaringan
yang telah ada. Didalam tubuh manusia terjadi suatu siklus protein, artinya protein dipecah menjadi komponen-komponen yang lebih kecil yaitu asam-asam amino atau
peptida.
2.4.1 Sifat-sifat fisikokimia asam amino dan protein
Sifat fisikokimia setiap protein tidak sama, tergantung pada jumlah dan jenis asam aminonya. Ada protein yang larut dalam air dan ada pula yang tidak larut dalam air, tetapi
semua protein tidak larut dalam pelarut lemak seperti etil eter. Bila suatu larutan protein
ditambahkan garam, daya larut protein akan berkurang, akibatnya protein akan terpisah
sebagai endapan. Bila garam netral yang ditambahkan berkonsentrasi tinggi, maka protein akan mengendap Winarno, F. G, 1992.
2.4.2 Analisa kandungan protein
Dengan adanya pemanasan, protein dalam bahan makanan akan mengalami perubahan dan membentuk persenyawaan dengan bahan lain. Misalnya antara asam amino hasil
perubahan protein dengan gula-gula reduksi akan membentuk senyawa rasa dan aroma makanan. Protein murni dalam keadaan tidak dipanaskan hanya memiliki rasa dan aroma
yang tidak berarti. Berdasarkan uraian diatas, maka tujuan analisa protein dalam bahan makanan adalah:
a. Menera jumlah kandungan protein dalam bahan makanan
b. Menentukan tingkat kualitas protein dipandang dari sudut gizi
c. Menelaah protein sebagai salah satu bahan kimia misalnya secara
biokimiawi, fisiologis, enzimatis, dan telaah lain yang lebih mendasar.
2.4.3 Jumlah Protein Total
Peneraan jumlah protein secara empiris yang umum dilakukan adalah dengan menentukan jumlah nitrogen N yang dikandung oleh suatu bahan. Cara penentuan ini
dikembangkan oleh Kjeldahl, seorang ahli ilmu kimia dari Denmark pada tahun 1883. Dalam penentuan protein seharusnya hanya nitrogen yang berasal dari protein saja yang
ditentukan. Akan tetapi secara teknis hal ini sulit sekali dilakukan dan mengingat jumlah kandungan senyawa lain selain protein dalam bahan biasanya sangat sedikit. Maka
penentuan jumlah N total ini tetap dilakukan untuk mewakili jumlah protein yang ada. Kadar protein yang ditentukan berdasarkan cara kjedahl ini dengan demikian sering
disebut sebagai kadar protein kasar. Dasar perhitungan penentuan protein menurut Kjedahl ini adalah hasil penelitian
dan pengamatan yang menyatakan bahwa umumnya protein alamiah mengandung unsur N rata-rata 16 dalam protein murni . Untuk senyawa-senyawa protein tertentu yang
telah diketahui kadar unsur N nya, maka angka yang lebih tepat dapat dipakai. Apabila jumlah unsur N dalam bahan telah diketahui dengan berbagai cara
maka jumlah protein dapat diperhitungkan dengan : Jumlah N x 10016 atau
Jumlah N x 6,25 Untuk campuran senyawa-senyawa protein atau yang belum diketahui komposisi unsur-
unsur penyusunnya secara pasti, maka faktor perkalian 6,25 inilah yang dipakai. Sedangkan untuk protein - protein tertentu yang telah diketahui komposisinya yang
lebih tepat maka faktor perkalian yang lebih tepatlah yang dipakai. Misalnya faktor perkalian yang telah diketahui adalah :
5,70 untuk protein gandum 6,38 untuk protein susu
5,55 untuk gelatin kolagen yang terlarut Sudarmadji, S, 1992.
2.4.4 Prinsip Penentuan Kandungan Protein
Senyawa nitrogen diubah menjadi amonium sulfat oleh H
2
SO
4
Analisis protein cara kjeldahl pada dasarnya dapat dibagi menjadi tiga tahapan, yaitu proses destruksi, proses destilasi dan tahap titrasi.
pekat. Amonium sulfat yang terbentuk diuraikan dengan NaOH. Amoniak yang dibebaskan diikat dengan asam
borat dan kemudian dititrasi dengan larutan baku asam SNI 01-2891-1992.
2.4.5 Tahap Destruksi
Pada tahapan ini sampel dipanaskan dalam asam sulfat pekat sehingga terjadi destruksi menjadi unsur-unsurnya. Elemen karbon, hidrogen teroksidasi menjadi CO, CO
2
, H
2
O. Sedangkan Nitrogen N akan berubah menjadi NH
4 2
SO
4
. Asam sulfat yang digunakan untuk destruksi diperhitungkan adanya bahan protein lemak dan karbohidrat. Untuk
mempercepat proses destruksi sering ditambahkan katalisator berupa campuran Na
2
SO
4
dan HgO 20 : 1. Dengan penambahan bahan katalisator tersebut titik didih asam sulfat akan dipertinggi sehingga destruksi berjalan lebih cepat. Suhu destruksi berkisar antara
370 – 410
Penggunaan selenium lebih reaktif dibandingkan merkuri dan kupri sulfat tetapi Se mempunyai kelemahan yaitu karena sangat cepatnya oksidasi maka nitrogennya justru
mungkin ikut hilang. Proses destruksi sudah selesai apabila larutan menjadi jernih atau tidak berwarna. Agar supaya analisa lebih tepat maka tahap destruksi ini dilakukan pula
perlakuan blanko yaitu untuk koreksi adanya senyawa N yang berasal dari reagensia yang digunakan.
C. Selain katalisator yang telah disebutkan tadi, kadang-kadang juga diberikan selenium. Selenium dapat mempercepat proses oksidasi karena zat tersebut selain
menaikkan titik didih juga mudah mengadakan perubahan dari valensi tinggi ke valensi rendah atau sebaliknya.
2.4.6 Tahap Destilasi
Amonium sulfat dipecah menjadi ammonia NH
3
dengan penambahan NaOH sampai alkalis dan dipanaskan. Agar selama destilasi tidak terjadi superheating ataupun
pemercikan cairan atau timbulnya gelembung gas yang besar, maka dapat ditambahkan logam zink Zn. Amonia yang dibebaskan selanjutnya akan ditangkap oleh larutan asam
standar. Asam standar yang digunakan adalah asam klorida atau asam borat dalam jumlah yang berlebihan. Untuk mengetahui asam dalam keadaan berlebihan maka akan diberi
indikator misalnya BCG + MR atau PP destilasi diakhiri bila sudah semua ammonia terdestilasi sempurna dengan ditandai destilat tidak bereaksi basis.
2.4.7 Tahap Titrasi
Apabila penampung destilat digunakan asam borat maka banyaknya asam borat yang bereaksi dengan ammonia dapat diketahui dengan titrasi menggunakan asam klorida 0,1
N dengan indikator BCG + MR. Akhir titrasi ditandai dengan perubahan warna larutan dari biru menjadi merah muda. Selisih jumlah titrasi sampel dan blanko merupakan
jumlah ekivalen nitrogen. � =
�� ��� ������ − ������ ����� �������� ���� �
� ��� � ��, ��� � ���
Setelah diperoleh N, selanjutnya dihitung kadar proteinnya dengan mengalikan suatu faktor. Besarnya faktor perkalian N menjadi protein ini tergantung pada
persentase N yang menyusun protein dalam suatu bahan. Protein = N x faktor konversi Sudarmadji, S, 1992.
Dalam modifikasi Winkler, NH
3
destilat ditangkap dalam larutan asam borat yang tidak perlu diukur tepat jumlahnya. Garam amonium borat yang terbentuk itulah
yang kemudian dititrasi dengan HCl baku.
Reaksi- reaksi : a.
Sampel + destruksi → NH
4 +
+ CO
2
+ H
2
b. NH
O + dan lain-lain digestion
4 +
+ OH
-
→ H
2
O + NH
3
c. NH
destilasi
3
+ HBO
2
→ NH
4
BO
2
d. NH
penampungan
4
BO
2
+ HCl → HBO
2
+ NH
4
Harjadi, W, 1990. Cl
titrasi
2.5 Tape
Aneka bahan pangan yang mengandung karbohidrat dapat diolah menjadi makanan khas yang disebut tape. Bahan pangan yang umumnya dibuat tape adalah ubi kayu singkong ,
beras ketan putih maupun beras ketan hitam serta sorgum. Tape mempunyai tekstur lunak, rasa asam manis dan sedikit mengandung alkohol.
Selama fermentasi, tape mengalami perubahan – perubahan biokimia akibat aktivitas mikroorganisme. Pada dasarnya semua bahan pangan yang kaya akan karbohidrat dapat
diolah menjadi tape. Dewasa ini yang paling popular adalah tape singkong dan tape ketan. Tape merupakan salah satu jenis makanan dari hasil fermentasi bahan baku yang
diberi ragi sebagai sumber mikrobanya.
2.6 Fermentasi
Fermentasi telah dikenal sejak zaman dahulu, dengan kecenderungan terhadap keberlanjutan lingkungan hidup, dan pengembangan sumber daya yang dapat
diperbaharui. Fermentasi mulai menjadi ilmu pada tahun 1857 ketika Louis Pasteur menemukan bahwa fermentasi merupakan sebuah hasil dari sebuah aksi mikroorganisme
secara spesifik Riadi, L, 2003.
Dalam arti umum menurut Tarigan 1988 fermentasi dapat didefinisikan sebagai proses metabolisme dimana terjadi perubahan – perubahan kimia dalam substrat organik,
kegiatan atau aktivitas mikroba yang membusukkan bahan-bahan yang difermentasi. Perubahan kimia tadi tergantung pada macam bahan, macam mikroba, pH, suhu , adanya
aerasi atau usaha lain yang berbeda dengan faktor-faktor diatas misalnya penambahan- penambahan bahan tertentu untuk menggiatkan fermentasi.
Fermentasi berarti disimilisasi anaerobik senyawa-senyawa organik yang disebabkan oleh aktivitas mikroorganisme atau ekstrak dari sel-sel tersebut. Disimilasi
yaitu proses pengubahan senyawa didalam sel seperti glikogen dan ATP menjadi senyawa yang tingkat energinya lebih rendah sedemikian rupa sehingga energi
dibebaskan dalam proses ini. Disimilasi berlangsung didalam sel dan produk-produknya dikeluarkan ke media sekitarnya. Disimilasi terutama menghasilkan senyawa organik,
senyawa anorganik dan beberapa unsur, contohnya karbohidrat, glikosida, alkohol, asam keto, hidrokarbon, asam amino dan amina, sejumlah garam Fe, Mn, dan As, unsur-unsur
karbon, belerang dan lain-lain Gumbiro, 1987. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi proses fermentasi, antara lain adalah
sebagai berikut : a.
pH b.
suhu c.
oksigen d.
substrat Desrosier, 1988 Menurut Winarno 1989, proses fermentasi gula oleh ragi misalnya
Saccharomyces cerevisiae dapat menghasilkan etanol etil alkohol dan karbon dioksida melalui reaksi sebagai berikut :
C
6
H
12
O
6
→ 2C
2
H
5
OH + 2CO Glukosa
etanol karbondioksida
2
Menurut Astawan 2004 , proses fermentasi yang terjadi selama pembuatan tape pada dasarnya meliputi empat tahap penguraian , antara lain sebagai berikut :
a. molekul-molekul pati terpecah menjadi dekstrin dan gula-gula sederhana, proses
ini disebut hidrolisis enzimatis b.
gula yang terbentuk akan diubah menjadi alkohol c.
alkohol akan diubah menjadi asam-asam organik oleh bakteri Pediococcus dan Acetobacter melaui proses oksidasi alkohol
d. sebagian asam organik akan bereaksi dengan alkohol membentuk ester yang
memberi cita rasa pada tape http:docs.google.com. Lama fermentasi yang dibutuhkan dalam proses fermentasi adalah 2-3 hari.
Pengubahan glukosa menjadi etanol berlangsung beberapa tahap yang masing-masing tahapnya dikatalisa oleh enzim. Pemecahan glukosa melalui jalur fermentasi alkohol,
etanol sebagai hasil akhir perubahan ini masih banyak mengandung energi Martoharsono, S, 1997.
Kandungan karbohidrat dan protein pada penelitian ditentukan pada saat dingin setelah pengukusan dan fermentasi selama 3 hari 2 malam lebih kurang 48 jam.
Kandungan karbohidrat menurun disebabkan oleh pemecahan karbohidrat dengan bantuan enzim pada proses fermentasi yang akan berubah menjadi maltosa kemudian
pemecahan maltosa menjadi glukosa, hasil-hasil akhir proses fermentasi adalah karbon dioksida, fermentasi dapat meningkatkan kandungan protein karena adanya
mikroorganisme pada ragi yang mempunyai kandungan protein sel tunggal Gaman, P. M, 1981.
BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Alat- alat Penelitian − Labu Kjeldahl
100 ml Pyrex
− Labu alas datar 500 ml
Pyrex − Gelas ukur
50 ml Pyrex
− Labu takar Pyrex
− Buret 50 ml
Pyrex − Labu Erlenmeyer
500 ml Pyrex
− Beaker glass 250 ml
pyrex − Neraca analitik
Metler − Corong
Pyrex − Kertas saring
No.42 whatman
− Pipet volume 5 ml, 10 ml
pyrex − Pipet skala
5 ml pyrex
− Karet penghisap − Pipet tetes
− Spatula − Hotplate
Gallenkamp − Alat destilasi
Gerhardt Bonn