Teori pariwisata berbasis masyarakat
32
masyarakat dan sumber daya lokal Natori, 2001:3. Definisi tersebut secara jelas menekankan bahwa aktifitas sumber daya alam dimulai dari masyarakat lokal,
baik dalam hal identifikasi kebutuhan, analisis kemampuan, termasuk pengawasan terhadap sumber daya lokal yang ada. Dalam konsep ini lebih menekankan pada
ekonomi rakyat dan pemberdayaan rakyat. Konsep ini digunakan sebagai konsep alternatif sebagai reaksi atas kegagalan model modernisasi yang diterapkan di
negara-negara berkembang seperti pengambilan kebijakan top-down dianggap telah melupakan konsep dasar pembangunan itu sendiri, sehingga kualitas hidup
rakyat bukannya semakin meningkat, tetapi malah dirugikan dan cenderung termarginal di lingkungan miliknya sendiri.
Keterlibatan masyarakat lokal dalam setiap tahap pengembangan kepariwisataan di suatu kawasan atau objek wisata merupakan syarat utama dalam
konsep pembangunan berbasis kerakyatan. Oleh karena itu, kunci utama pembangunan adalah keseimbangan dan keharmonisan antara lingkungan hidup,
sumber daya, dan kepuasan wisatawan yang diciptakan oleh kemauan masyarakat itu sendiri, sehingga ketiga faktor ini akan menjadi prioritas untuk keberlanjutan
sistem sosial, budaya, lingkungan dan ekonomi. Butler dan Hinch 2007:204 menyatakan bahwa pembangunan
pariwisata berbasis masyarakat Community Based Tourism memiliki karakteristik sebagai berikut:
a Berskala kecil sehingga mudah diorganisasikan, bersahabat dengan
lingkungan, aman secara ekologi, dan tidak menimbulkan banyak dampak negatif.
33
b Lebih berpeluang untuk dikembangkan dan diterima oleh masyarakat
setempat. c
Lebih memberikan peluang bagi masyarakat untuk ikut berpartisipasi, mulai dari proses perencanaan, pelaksanaan, pengawasan maupun
penerimaan manfaat dan keuntungan. d
Selain menekankan partisipasi, konsep ini juga sangat mementingkan keberlanjutan kultural dan secara keseluruhan berupaya untuk
membangkitakan rasa hormat dan penghargaan wisatawan terhadap kebudayaan setempat.
Korten dalam Moeljarto, 1993:124 menyatakan bahwa penerapan konsep pembangunan atau pengembangan berbasis masyarakat dalam suatu daya
tarik wisata di suatu wilayah sangat relevan digunakan sebagai pijakan dasar. Berikut ini tiga alasan yang menjelaskannya, yaitu:
1. Variasi antar Daerah Local Variety
Setiap daerah tidak bisa diberikan perlakuan yang sama karena memiliki karakteriksik tersendiri yang membedakannya dengan daerah yang lain,
sehingga sistem pengelolaannya akan berbeda, serta masyarakat setempat sebagai pemilik daerah adalah pihak yang paling mengenal situasi
daerahnya. 2.
Adanya Sumber Daya Lokal Secara tradisional, sumber daya lokal dikuasai oleh masyarakat setempat.
Merekalah yang lebih mengetahui bagaimana cara mengelola sumber
34
daya lokal tersebut yang bersumber dari pengalaman generasi ke generasi.
3. Tanggung Jawab Lokal Local Accountability
Pengelolaan yang dilakukan oleh masyarakat setempat biasanya akan lebih bertanggung jawab, karena kegiatan tersebut secara langsung akan
mempengaruhi hidup mereka. Terciptanya hubungan yang harmonis antara masyarakat lokal, sumber
daya alam dan budaya, serta wisatawan menjadi tolak ukur pembangunan pariwisata berbasis masyarakat seperti yang diungkapkan oleh Natori 2001:7-9,
yaitu: 1
Adanya peningkatan antusiasme pembangunan masyarakat melalui pembentukan suatu wadah organisasi untuk menunjang segala aspirasi
masyarakat, melalui kolaborasi antara pemerintah dan masyarakat lokal. 2
Adanya keberlanjutan lingkungan fisik melalui konservasi, promosi dan menciptakan tujuan hidup yang harmonis antara sumber daya alam,
sumber daya budaya, dan sumber daya manusia. 3
Adanya keberlajutan ekonomi melalui pemerataan dan keadilan dalam menikmati hasil-hasil pembangunan.
4 Membangun sistem yang menguntungkan masyarakat seperti sistem
informasi yang dapat digunakan bersama-sama. 5
Menjaga kepuasan wisatawan melalui pelayanan yang baik, pengadaan informasi yang efektif, efisien, serta mengutamakan kenyamanan bagi
wisatawan.
35
Berdasarkan pandangan yang dinyatakan oleh Natori tersebut, hubungan yang harmonis antara masyarakat lokal, sumber daya, dan wisatawan merupakan
kunci utama keberhasilan pembangunan pariwisata. Dalam penelitian ini, teori community based tourism digunakan untuk memahami peran masyarakat lokal,
khususnya masyarakat Kelurahan Tangkiling di dalam keterlibatannya bersama- sama pemerintah dan swasta dalam mengelola ekowisata sesuai dengan potensi
yang ada di daerah tersebut.