Zimbardo 1985 menjelaskan reaksi psikologis terhadap stres, tergantung pada persepsi dan interpretasi individu pada dunia dan kapasitas individu dalam
menghadapinya. Hal itu termasuk perilaku, emosional, dan aspek kognitif. Taylor 2009 menyatakan bahwa stres adalah suatu proses penilaian manusia terhadap
suatu peristiwa yang membahayakan, mengancam, sekaligus menantang, memperkirakan respon yang mungkin ditunjukkan. Dalam hal ini respon yang
dimunculkan oleh individu terhadap situasi-situasi tersebut termasuk respon fisiologis, kognitif, emosional ataupun perubahan dalam tingkah laku.
Baum dalam Taylor, 2009 menyatakan bahwa stres adalah pengalaman emosional yang negatif yang disertai dengan biokimia yang dapat diramalkan,
fisiologikal, kognitif, dan perubahan perilaku yang secara langsung diarahkan untuk mengubah kejadian yang menimbulkan stres atau memindahkan efek stres
tersebut. Pengertian stres dalam penelitian ini adalah respon individu baik respon
fisiologis, kognitif, emosional ataupun perubahan dalam tingkah laku terhadap keadaan atau kejadian yang mengancam dan mengganggu individu untuk
menghadapinya.
2. Karakteristik Kejadian yang Menimbulkan Stres
Taylor 2009 mendeskripsikan karakteristik stresor yang potensial untuk dinilai individu sebagai kejadian yang
stressful
, yaitu: a.
Kejadian negatif
Universitas Sumatera Utara
Kejadian negatif lebih menghasilkan stres dari pada kejadian yang positif, seperti kematian pasangan maupun perceraian.
b. Kejadian yang tidak dapat dikontrol
Kejadian yang tidak dapat dikontrol atau yang tidak dapat diprediksi lebih menimbulkan stres dari pada kejadian yang dapat dikontrol dan diprediksi.
Ketika seseorang
merasa bahwa
mereka dapat
memprediksi, memodifikasi, atau mengkhiri kejadian yang tidak menyenangkan atau
merasa mempunyai akses pada orang yang dapat mempengaruhinya, kejadian tersebut akan semakin tidak
stressful
, dibandingkan jika mereka tidak dapat melakukan apa-apa Thompson dalam Taylor, 2009.
c. Kejadian yang ambigu
Kejadian yang ambigu lebih
stressful
dari pada kejadian yang jelas. Ketika kejadian yang potensial menimbulkan stres ambigu, seseorang tidak
mempunyai peluang untuk mengambil tindakan. d.
Overload
Seseorang yang
overload
akan lebih stres dibandingkan dengan orang- orang yang memiliki tugas yang lebih sedikit.
3. Respon Terhadap Stres
Baum, dkk dalam Sarafino, 2006 mengatakan bahwa stres berdampak pada aspek biologis dan psikososial seseorang. Stres harus dilihat sebagi fungsi
dari individu yang menafsirkan situasi. Reaksi antara satu individu dengan individu yang lainnya belum tentu sama terhadap stres yang sama, tergantung
Universitas Sumatera Utara
pada derajat keparahan stres yang dialami, karakteristik individu, dan lingkungan Zimbardo, 1985.
Zimbardo 1985 menjelaskan reaksi psikologis terhadap stres tergantung pada persepsi dan interpretasi kita pada dunia dan kapasitas kita dalam
menghadapinya. Hal itu termasuk perilaku, emosional, dan aspek kognitif. Taylor 2009 menyatakan bahwa stres dapat menghasilkan berbagai
respon. Berbagai peneliti telah membuktikan bahwa respon-respon tersebut dapat berguna sebagai indikator terjadinya stres pada individu, dan mengukur tingkat
stres yang dialami individu. a. Respon FisiologikalBiologis Terhadap Stres
Setiap orang yang dihadapkan pada kondisi atau situasi yang mengancam atau berbahaya, maka akan ada reaksi fisiologis dari tubuhnya. Reaksi
fisiologisbiologis yang muncul akibat stres adalah detak jantung dan nafas meningkat, perut terasa mual, otot-otot menjadi tegang, khususnya lengan dan
kaki. Sistem syaraf dan sistem endokrin memungkinkan reaksi tersebut terjadi yang disebut
fight or flight syndrome
Sarafino, 2006. b. Respon Kognitif Terhadap Stres
Stres yang besar menyebabkan pengurangan efisiensi kognitif yang besar dan mengganggu pemikiran yang fleksibel. Atensi adalah sumber yang terbatas,
fokus pada aspek situasi yang mengancam dan pada kecemasan mengurangi sejumlah atensi yang tersedia untuk
coping
tugas yang efektif. Memori juga dipengaruhi
, short term memory
terbatas pada sejumlah atensi yang diberikan pada hal baru dan
retrieval
pada memori masa lalu yang relevan. Stres dapat
Universitas Sumatera Utara
mempengaruhi penilaian,
problem solving
, dan pengambilan keputusan Zimbardo, 1985.
Sarafino 2006 berpendapat bahwa stres dapat merusak fungsi kognitif yaitu dengan mengacaukan perhatian individu. Sementara itu, Cohen, dkk dalam
Taylor, 2009 mengatakan bahwa respon kognitif terhadap stres termasuk adanya keyakinan bahwa sebuah kejadian dapat mengancam atau merusak, adanya respon
tidak mampu dan gangguan dalam berkonsentrasi, gangguan pada tugas kognitif. Lebih lanjut, Taylor 2009 menambahkan respon kognitif terhadap stres meliputi
pikiran yang mengganggu, tidak wajar, dan berulang. c. Respon Emosional Terhadap Stres
Zimbardo 1985 berpendapat bahwa reaksi emosional sebagai respon terhadap stres meliputi kegembiraan, dimana stresor dianggap menggairahkan dan
tantangan yang dapat dihadapi, sampai kepada emosi negatif seperti kejengkelan, marah, cemas, putus asa, dan depresi. Kebanyakan stres pada umumnya
menghasilkan emosi negatif dan ketidaknyamanan langsung maupun tidak langsung. Glynn, dkk dalam Taylor, 2009 mengatakan bahwa reaksi emosional
terhadap stres meliputi rasa takut, cemas, rasa malu, marah, depresi, dan kadang sikap tenang atau menyangkal.
d. Respon Perilaku Terhadap Stres Zimbardo 1985 berpendapat bahwa perubahan perilaku yang disebabkan
oleh stres berbeda-beda tergantung pada derajat keparahan level stres yang dialami. Zimbardo berpendapat bahwa terdapat tiga level stres, yaitu:
mild stress, moderately severe stress
, dan
severe stress
.
Universitas Sumatera Utara
Mild stress
meningkatkan perilaku biologis, seperti makan, agresif, dan perilaku seksual.
Mild stress
membuat individu semakin waspada, pemusatan energi dan prestasi mungkin meningkat.
Mild stress
dapat menghasilkan perilaku yang positif, seperti menjadi pemberi informasi yang baik, waspada terhadap
ancaman, mencari perlindungan dan pertolongan kepada orang lain, dan belajar perilaku dan
coping skill
yang lebih baik. Itu semua adalah reaksi perilaku positif yang mungkin muncul pada
mild stress
dalam merespon jenis stresor tertentu. Jika stress yang tidak dapat diselesaikan berlanjut, maka akan
berakumulasi menjadi lebih parah, menyebabkan reaksi perilaku yang maladaptif seperti meningkatkan sifat lekas marah, menurunkan produktifitas, dan
ketidaksabaran yang kronis.
Moderately severe stress
mengganggu perilaku, khususnya perilaku kompleks yang membutuhkan kordinasi kemampuan.
Moderately severe stress
juga dapat menghasilkan pengulangan, tindakan stereotipe, dan menyesuaikan dengan keperluan lingkungan.
Severe stress
menghambat dan menekan perilaku dan dapat menyebabkan immobilitas total. Hal ini adalah reaksi defensif yang menunjukkan sebuah
percobaan yang dilakukan organisme untuk mengurangi atau mengeliminasi dampak stres yang mengganggu.
Sarafino 2006 mengatakan bahwa stres meningkatkan perilaku agresi, mudah marah, sikap bermusuhan, dan juga mempengaruhi perilaku menolong
seseorang.
Universitas Sumatera Utara
4. Pengukuran Stres