2.2. Landasan Teori
Besarnya perhatian dan keyakinan pemerintah Indonesia akan pentingnya sektor pertanian dapat dilihat dari kesungguhannya dalam membangun perhatian di
negeri ini. Segala sarana dan prasarana telah disediakan, demikian pula segala kemudahan bagi petani, termasuk berbagai bentuk subsidi. Guna mencapai
peningkatan produksi, teknologi memang diperlukan dan para petani perlu mengadopsi teknologi itu. Petani harus berubah dari penggunaan teknologi lama
ke penggunaan teknologi baru yang lebih maju Slamet, 2003.
Ada empat faktor produksi yaitu alam yang terdiri dari udara, iklim, lahan, flora dan fauna; tenaga kerja; modal; pengelolaan manajemen. Faktor produksi alam
dan tenaga kerja sering disebut sebagai faktor produksi primer, faktor produksi modal dan pengelolaan disebut faktor produksi sekunder.
Tanpa faktor produksi alam tidak ada produk pertanian. Tanpa sinar matahari, udara dan cahaya tidak ada hasil pertanian. Tanahlahan yang bersifat
langkaterbatas scarcity dianggap sebagai faktor produksi. Baik yang bersifat unscarcity atau scarcity termasuk faktor produksi. Pada tahap awal timbulnya
pertanian, faktor lahan bersifat unscarcity, makin lama sifatnya menjadi scarcity.
Dalam ilmu ekonomi, yang dimaksud dengan tenaga kerja adalah suatu alat kekuasaan fisik dan otak manusia yang tidak dapat dipisahkan dari manusia dan
ditujukan kepada usaha produksi. Bila seorang petani mempunyai ternak sapi yang digunakan membajak sawah, atau suatu perkebunan yang mempunyai traktor
Universitas Sumatera Utara
untuk mengolah tanah, apakah sapi dan traktor termasuk faktor produksi tenaga kerja? Sapi dan traktor bukan faktor tenaga kerja, tetapi masuk dalam faktor
produksi modal. Faktor produksi tenaga kerja tidak dapat dipisahkan dari manusia Tarigan, K, 2002.
Kunci sukses pembangunan pertanian tidak hanya terletak pada sisi produksi maupun pemasaran. Lebih dari itu, aspek sumber daya manusia SDM
memegang peranan utama sekaligus penetu keberhasilan pembangunan tersebut. Disamping penguatan SDM di pedesaaan, diperlukan pengembangan
kelembagaan usahatani yang mendorong petani untuk berkelompok, mendirikan lembaga keuangan untuk pertanian seperti koperasi atau lembaga lain yang dapat
menggerakkan kegiatan pembangunan pertanian di pedesaan Subejo, 2005.
Setiap masyarakat hidup dalam bentuk dan dikuasai oleh lembaga-lembaga tertentu. Yang dimaksudkan lembaga di sini adalah organisasi atau kaidah-kaidah,
baik formal maupun informal, yang mengatur perilaku dan tindakan anggota masyarakat tertentu baik dalam kegiatan-kegiatan rutin sehari-hari maupun dalam
usahanya untuk mencapai tujuan tertentu. Tujuan menunjukkan kepada apa yang akan diwujudkan oleh suatu organisasilembaga. Visi menunjukkan ke arah mana
lembagaorganisasi yang bersangkutan akan dikendalikan oleh para pengelolanya atau dapat menunjukkan apa yang dicita-citakan oleh organisasilembaga. Misi
menunjukkan kepada apa yang akan dilakukan suatu organisasiembaga dalam mewujudkan visi dan tujuannya. Lembaga-lembaga yang ada dalam sektor
Universitas Sumatera Utara
pertanian dan pedesaan sekarang sebagian sudah melewati berbagai zaman yang sesuai dengan iklim pembangunan pertanian dan pedesaan. Daniel, 2002.
Meskipun memakan waktu yang relatif lama, lembaga-lembaga yang ada di sektor pertanian mampu merubah khususnya para petani sub sektor pangan, dari sikap
”anti teknologi” ke sikap yang mau memanfaatkan teknologi pertanian modern. Perubahan sikap petani tersebut sangat berpengaruh terhadap kenaikan
produktivitas sub-sektor pertanian pangan Soetrisno, 2002.
Menurut Walker 1992, kelembagaan atau organisasi adalah kumpulan beberapa orang yang bekerja bersama untuk mencapai tujuan. Untuk mencapai tujuannya
dilakukan melalui program-program yang telah dibuat. Program merupakan kumpulan tindakan-tindakan yang akan dilaksanakan oleh lembaga bersangkutan.
Dilihat dari sisi penawaran atau produksi, pentingnya kelembagaan dalam pembangunan pertanian lebih ditujukan pada upaya meningkatkan produksi dan
kualitas produksi yang dihasilkan Nasution, 2002.
Menurut Daniel 2002, aspek kelembagaan adalah sangat penting, tidak hanya dari segi ekonomi pertanian saja, tetapi juga dari segi ekonomi pedesaan yang
merupakan basis perekonomian negara agraris. Salah satu kelembagaan yang mengkoordinasikan kegiatan di bidang produksi dan pemasaran adalah
kelompoktanikelompok usaha yang diharapkan mampu meningkatkan posisi tawar para anggotanya Antara, 2008. Kelompok tani merupakan wahana untuk
Universitas Sumatera Utara
meningkatkan pengetahuan dan keterampilan petani sehingga berubah dari petani yang pasif dan statis menjadi petani yang dinamis.
Azis, 1989 mengemukakan bahwa dalam banyak hal masalah kelembagaan cukup penting artinya dalam mengorganisasi guna meningkatkan produksi melalui
kerjasama kelompok-kelompok tani. Baik sebagai penyedia input produksi maupun sebagai pemasar hasil pertanian, fungsi kelembagaan pada dasarnya
adalah sebagai perantara yang dapat merangsang produktivitas petani. Pengorganisasian secara lebih mendalam dan baik, akan dapat meningkatkan daya
kerja bukan saja dalam hal penyampaian teknologi baru tetapi juga dalam usaha meninggikan produksi secara keseluruhan Nasution, 2002.
Sejalan dengan peningkatan produksi sebagai dampak positif penerapan teknologi dan input lainnya muncul berbagai permasalahan yang berkaitan dengan proses
produksi, pascapanen pengeringan, sortasi, penyimpanan, pengangkutan dan pemasaran. Sejauh ini proses produksi dan penanganan hasil panen komoditas
lebih banyak menekankan pada kemampuan dan keterampilan individu. Bagi sebagian besar wilayah eksistensi kelembagaan pertanian belum terlihat perannya.
Padahal fungsi kelembagaan pertanian sangat beragam, antara lain adalah sebagai penggerak, penghimpun dan penyalur sarana produksi, pembangkit minat dan
sikap, dan lain-lain Anonimous, 2006.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 1. Bagan Teori Pengaruh Lembaga Terhadap Peningkatan Produksi
Keterangan: Menyatakan Pengaruh
Menyatakan Hubungan Menyatakan Memiliki
Sikap dapat didefinisikan sebagai perasaan, pikiran dan kecenderungan seseorang yang kurang lebih bersifat permanen mengenai aspek-aspek tertentu dalam
lingkungannya. Komponen-komponen sikap adalah pengetahuan, perasaan, dan kecenderungan untuk bertindak. Sikap dianggap dapat mempengaruhi banyak
perilaku, misalnya sikap positif terhadap pertanian modern akan mendorong adopsi bebagai macam inovasi Ban dan H.S. Hawkins, 1999.
Lembaga Pertanian
• Orang
• Tujuan
• Visi
• Misi
• Aturan
• Struktur
Sikap Petani Perilaku
Petani Kinerja
Petani
Peningkatan Produksi usahatani
Program Lembaga Pertanian
Universitas Sumatera Utara
Kinerja dalam organisasi merupakan jawaban dari berhasil atau tidaknya tujuan organisasi yang telah ditetapkan. Berdasarkaan pengertian di atas, dapat ditarik
kesimpulan bahwa kinerja merupakan kualitas dan kuantitas dari suatu hasil kerja output individu maupun kelompok dalam suatu aktifitas tertentu yang
diakibatkan oleh kemampuan alami atau kemampuan yang diperoleh dari proses belajar serta keinginan untuk berprestasi Wikipedia, 2008.
Pengembangan kinerja kelembagaan dapat berupa : a pengembangan aktivitas kolektif dalam kegiatan agribisnis, misalnya melalui pembentukan Kelompok
Tani; b pengembangan dan pembentukan lembaga agribisnis yang dapat meningkatkan aksesibilitas petani terhadap pasar input, pasar output, informasi
pasar dan teknologi. Dengan kata lain, petani semakin mudah untuk memperoleh input usaha tani yang dibutuhkan, memasarkan hasil usaha taninya, memperoleh
informasi pasar, dan memperoleh informasi dan menerapkan teknologi yang dibutuhkan Anonimous, 2006.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2. Bagan Teori Pengaruh Lembaga Terhadap Kestabilan Harga
Keterangan:
Menyatakan Pengaruh Menyatakan Hubungan
Menyatakan Memiliki Harga +
: Harga yang sesuai dengan kebijakan pemerintah
Harga merupakan salah satu faktor yang sulit dikendalikan. Berbagai upaya telah dilakukan oleh pemerintah mengenai yang satu ini, tetapi sampai saat ini tetap saja
harga merupakan masalah, malah lebih berkembang lagi menjadi masalah nomor wahid bagi petani. Kebijaksanaan mengenai harga biasanya merupakan wewenang
pemerintah yang diturunkan dalam bentuk peraturan dan keputusan pejabat berwenang, seperti surat keputusan menteri atau pejabat yang diberi wewenang
untuk itu. Kebijaksanaan diambil dengan tujuan untuk melindungi petani dan Pemerintah
Lembaga Pertanian
• Orang
• Tujuan
• Visi
• Misi
• Aturan
• Struktur
Petanikelom poktani :
- sikap - perilaku
- kinerja Usahatani
Produksi
• Jumlah
produksi •
Harga +
Kestabilan Harga
Program
Universitas Sumatera Utara
menstabilkan perekonomian. Dasar penetapan harga adalah hubungan antara input dengan output dalam proses produksi suatu komoditas Daniel,2002.
Penurunan harga gabah di tingkat petani pada saat panen raya, bila tidak diatasi akan sangat merugikan petani berupa penurunan pendapatan bahkan sering
membuat usahatani petani gabah merugi. Keadaan ini selain menurunnkan kesejahteraan petani juga akan mengurangi gairah insentif petani untuk
berproduksi gabah pada periode berikutnya yang dapat mengancam ketahanan pangan nasional bahkan berdampak luas bagi perekonomian.
Melihat kondisi yang demikian, Departemen Pertanian melalui Badan Ketahanan Pangan sejak tahun 2003 melakukan terobisan inovasi kelembagaan pengamanan
harga gabah pada musim panen raya, berupa pengembangan Dana Penguatan Modal Lembaga Usaha Ekonomi Pedesaan DPM-LUEP. Pada dasarnya DPM-
LUEP merupakan upaya pemerintah untuk memberdayakan kelembagaan perberasan di tingkat lokal seperti koperasi, lumbung desa, usaha penggilingan
dan pedagang berasgabah melalui penguatan modal usaha tanpa bunga, sehingga dapat memiliki kemampuan membeli surplus gabah dari petani khususnya pada
musim panen raya. Dengan demikian harga gabah di tingkat petani tidak jatuh paling sedikit sama dengan harga pembelian yang ditetapkan pemerintah.
Program Dana Penguatan Modal Lembaga Usaha Ekonomi Pedesaan DPM- LUEP pada dasarnya merupakan pemberdayaan lembaga usaha ekonomi yang
selama ini berperan dalam pembelian dan distribusi gabah petani di pedesaan
Universitas Sumatera Utara
sentra produksi gabah. Lembaga usaha ekonomi yang dimaksud adalah usaha penggilingan padi rice milling, lumbung pangan, lumbung desa, dan para
pedagang gabah lokal.
Secara teoritis program DPM LUEP dapat menstabilkan harga gabah di tingkat petani. Pada musim paceklik, harga gabah cenderung tinggi karena produksi
gabah yang tersedia sedikit. Sebaliknya pada saat panen raya, produksi gabah petani melimpah dan pada saat itu harga cenderung turun. Tanpa adanya
intervensi dari pemerintah, maka kisaran fluktuasi harga di tingkat petani sangat lebar.
Dengan program DPM-LUEP, tingkat fluktuasi harga gabah di tingkat petani menjadi rendah atau makin stabil dari bulan ke bulan dalam satu tahun. Stabilitasi
harga dasar gabah yang demikian memberi manfaat bagi petani maupun rangsangan insentif berproduksi bagi petani. Dengan demikian, dalam jangka
panjang keadaan yang demikian akan menyumbang pada terbangunnya sistem ketahanan pangan yang makin kokoh, khususnya di tingkat daerah.
Kegiatan yang dilakukan dalam mewujudkan ketahanan pangan adalah peningkatan ketersediaan pangan di masyarakat, pengembangan diversifikasi
pangan, pengembangan kelembagaan pangan, dan pengembangan usaha pengolahan pangan. Pelaksanaan program DPM-LUEP secara umum
dimaksudkan untuk memberdayakan mekanisme pasar khususnya dari segi permintaan gabah melalui peningkatan kapasitas pembelian gabah oleh LUEP,
Universitas Sumatera Utara
sehingga harga gabah pada saat musim panen raya minimal sama dengan HPP yang ditetapkan pemerintah. Dengan terjaminnya terkendalikan harga gabah
akan memberi kepastian berusaha bagi petani padi yang pada gilirannya diekspresikan pada peningkatan produktivitas dan luas areal Hanani, dkk,2003.
Program Dana Penguatan Modal Lembaga Usaha Ekonomi Pedesaan DPM- LUEP pada dasarnya merupakan pemberdayaan lembaga usaha ekonomi yang
selama ini berperan dalam pembelian dan distribusi gabah petani di pedesaan sentra produksi gabah. Lembaga usaha ekonomi yang dimaksud adalah usaha
penggilingan gabah rice milling, lumbung pangan, lumbung desa, lumbung modern warehouse, dan para pedagang gabah lokal.
Sedangkan pemberdayaan yang dimaksud adalah penyediaanpenguatan modal usaha tanpa bunga dari APBN yang kemudian dikembalikan ke kas negara
sebagai penerimaan negara non pajak. Dengan penguatan modal tersebut kapasitas lembaga usaha ekonomi tersebut dalam membeli gabah petani khususnya pada
musim panen raya akan meningkat sedemikian rupa sehingga harga gabah yang biasanya jatuh pada musim panen raya dapat diatasi.
Dalam membeli gabah petani, LUEP diwajibkan membeli gabah dengan mengacu pada harga pembelian pemerintah yang ditetapkan. Harga Pembelian Pemerintah
HPP ini merupakan pengganti dasar harga gabah floor price di masa lalu, yang memperhitungkan biaya produksi gabah dan keuntungan petani gabah. Secara
konseptual teori ekonomi, mekanisme Program DPM-LUEP dalam
Universitas Sumatera Utara
Q1 Pc
Pg
Q2 Q3
mengendalikan harga gabah pada musim panen raya dapat diperagakan melalui Gambar 3. berikut :
Keterangan : D1 = Kurva permintaan gabah di tingkat petani tanpa DPM-LUEP
S1 = Kurva penawaran gabah di tingkat petani musim paceklik S2 = Kurva penawaran gabah di tingkat petani musim panen raya
Pc = harga gabah di tingkat petani musim paceklik Pr = harga gabah di tingkat petani musim panen raya
Pg = harga pembelian pemerintah D2 = Kurva permintaan gabah di tingkat petani dengan program DPM-LUEP
Gambar 1.1. mengasumsikan pasar gabah di sentra produksi gabah terisolasi dari pasar gabah dunia, serta produksi gabah berfluktuasi antara nusim paceklik
dengan musim panen raya. Artinya, produksi gabah petani tidak ditentukan oleh A
B C
G H
D1 D2
I F
S1 S2
Pr Harga
Gabah
Volume Gabah
Universitas Sumatera Utara
tingkat harga pada saat panen, melainkan oleh harga musim panen sebelumnya. Selain itu juga diasumsikan, bahwa bantuan modal melalui program DPM-LUEP
pada lembaga usaha ekonomi benar-benar diterima dan direalisasikan untuk pembelian gabah petani di daerah kerjanya.
Dengan asumsi yang demikian, maka kurva penawaran gabah pada musim paceklik adalah S1 dan kurva penawaran gabah pada musim panen raya adalah
S2. Kurva permintaan gabah di tingkat petani tanpa DPM-LUEP adalah D1 sedangkan kurva permintaan gabah di tingkat petani dengan DPM-LUEP adalah
D2.
Bila tidak ada intervensi pemerintah baik langsung maupun tidak langsung, maka harga gabah yang terbentuk pada musim paceklik adalah Pc, sedangkan pada
musim panen raya adalah Pr. Dengan demikian, kisaran fluktuasi harga di tingkat petani resiko harga gabah sangat lebar sebesar Pc-Pr. Hal ini tercermin dari
koefisien variasi harga gabah bulanan setiap tahun.
Dengan adanya penguatan modal bagi lembaga usaha ekonomi pedesaan melalui program DPM-LUEP, berarti volume pembelian gabah oleh lembaga akan
meningkat untuk setiap harga, sehingga kurva permintaan gabah di tingkat petani menjadi D2. Posisi keseimbangan D2 dan S2 tergantung pada HPP yang
ditetapkan pemerintah sebagai acuan LUEP. Misalkan HPP yang ditetapkan sebesar Pg, maka keseimbangan harga gabah di tingkat petani pada musim panen
Universitas Sumatera Utara
raya sebesar Pg, dan setelah panen raya berangsur-angsur akan bergerak naik dari Pg ke Pc.
Dengan demikian, secara teoritis program DPM-LUEP dapat menstabilkan harga gabah di tingkat petani yang ditunjuk oleh kisaran pergerakan harga yang semakin
sempit Pc-Pg bandingkan tanpa DPM-LUEP, selebar Pc-Pr. Kisaran fluktuasi harga yang makin sempit akan tecermin dalam koefisien variasi harga gabah
bulanan setiap tahun di tingkat petani.
Secara empiris, stabilisasi harga yang demikian akan memberi manfaat bagi masyarakat secara keseluruhan social warefare improvement, dalam arti manfaat
yang dinikmati petani lebih besar dari kerugian yang dialami konsumen
Massel, 1970;Bourguignon, et.al. 1995. Dalam gambar 3 dapat dilihat
perbandingan bahwa luas Pr I F Pg tambahan manfaat yang dinikmati petani gabah lebih besar dari luas Pr I c Pg kerugian yang dialami konsumen. Para
peneliti lain Newbery dan Stiglitz 1981 dan Kanbur 1984 bahkan membuktikan stabilisasi harga dapat menguntungkan produsen maupun
konsumen. Untuk konsumen pada Gambar 1.1. tergantung pada apakah area ACF lebih besar atau lebih kecil dari area Pr I C Pg.
Dengan kata lain, program DPM-LUEP potensial memberi manfaat bagi para petani gabah berupa : 1 peningkatan pendapatan petani gabah; dan 2
pengurangan resiko yang ditimbulkan ileh fluktuasi harga gabah. Penurunan
Universitas Sumatera Utara
resiko ini sangat penting bagi petani gabah, karena para petai Indonesia umumnya bersikap anti resiko risk averter.
2.3. Kerangka Pemikiran