II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN
2.1. Tinjauan Pustaka
Sektor pertanian dalam tatanan pembangunan nasional memegang peranan penting karena selain bertujuan menyediakan pangan bagi seluruh penduduk, juga
merupakan sektor andalan penyumbang devisa negara dari sektor nonmigas. Besarnya kesempatan kerja yang dapat diserap dan besarnya jumlah penduduk
yang masih bergantung pada sektor ini memberikan arti bahwa di masa mendatang sektor ini masih perlu terus ditumbuhkembangkan Noor,1996.
Di Propinsi Sumatera Utara maupun secara Nasional beras merupakan komoditas strategis dalam kehidupan sosial ekonomi nasional, karena beras menjadi bahan
makanan pokok sekitar 95 penduduk, dan menjadi sumber pendapatan bagi sekitar 21 juta rumah tangga petani. Sebagai bangsa dengan penduduk dan potensi
sumberdaya pertanian yang besar, Indonesia harus mampu memenuhi kebutuhan pangan dari produksi dalam negeri Anonimous, 2007.
Salah satu kebijakan yang digulirkan pemerintah untuk membantu petani adalah melalui program Dana Penguatan Modal Lembaga Usaha Ekonomi Pedesaan
DPM LUEP. Program ini ingin membantu kelompok-kelompok tani dalam penyediaan modal lunak untuk membeli gabah dari anggota, terlebih saat harga
gabah di pasaran jatuh Anonimous, 2007.
Universitas Sumatera Utara
Sebagai tindak lanjut pelaksanaan Inpres No. 13 Tahun 2005 yang kemudian disusul dengan penyempurnaan melalui Inpres No. 3 Tahun 2007 serta dalam
rangka menjamin stabilitas harga gabahberas di tingkat petani, meningkatkan pendapatan petani, mengembangkan kelembagaan ekonomi pedesaan, serta
memperkuat posisi daerah dalam ketahanan pangan wilayah, maka Departemen Pertanian sejak tahun 2003 melaksanakan kegiatan pemberian pinjaman Dana
Penguatan Modal Lembaga Usaha Ekonomi Pedesaan DPM-LUEP untuk Pengendalian Harga GabahBeras dan jagung petani.
Anggaran dimaksud bersifat pinjaman tanpa bunga Dana Talangan dan digunakan sebagai Dana Penguatan Modal bagi Lembaga Usaha Ekonomi
Pedesaan DPM-LUEP yang memenuhi persyaratan untuk membeli gabah dari kelompoktanipetani di 11 sebelas Kabupaten yaitu Kabupaten Langkat, Deli
Serdang, Simalungun, Asahan, Tapanuli Utara, Mandailing Natal, Serdang Bedagai, Humbang Hasundutan, Toba Samosir, Tapanuli Selatan dan Karo, sesuai
dengan kesepakatan kerjasama antara Gubernur Sumatera Utara dengan masing- masing Bupati Pelaksana.
Hasil pengamatan menunjukkan bahwa dengan pola produksi tahunan yang mengikuti musim, harga gabahberas berfluktuasi. Pada saat panen raya,
khususnya di daerah-daerah sentra, produksi melimpah melebihi kebutuhan konsumsi, sehingga harga cenderung turun sampai tingkat yang kurang
menguntungkan petani. Sebaliknya pada saat paceklik, volume produksi lebih
Universitas Sumatera Utara
rendah dari kebutuhan, sehingga harga cenderung meningkat yang dapat memberatkan konsumen.
Sejak Tahun 2003 Dana Penguatan Modal untuk Lembaga Usaha Ekonomi Pedesaan DPM-LUEP merupakan salah satu kegiatan pembangunan yang
membantu petani memperoleh harga serendah-rendahnya sesuai HPP. Untuk mendukung kegiatan Pemberian Bantuan Dana Penguatan Modal bagi Lembaga
Usaha Ekonomi Pedesaan DPM-LUEP untuk pembelian GabahBeras petani ini, pemerintah melalui Departemen Pertanian menyediakan danan yang bersumber
dari dana dekonsentrasi APBN serta dana pendukung pembinaan dari APBD Propinsi maupun APBD Kabupaten Pelaksana. Dana tersebut disalurkan kepada
LUEP untuk menambah modal usaha mereka dalam membeli gabahberas petani pada saat panen raya, pada tingkat yang wajar serendah-rendahnya sesuai HPP.
Pelaksanaan kegiatan DPM-LUEP pada Tahun 2003-2006 melibatkan LUEP yang bermitra dengan kelompoktani, sedangkan pada Tahun 2007 melibatkan :
a LUEP perorangan atau kolektif yang telah membentuk organisasi
Gapoktan dengan kelompoktani Poktan atau gabungan kelompoktani Gapoktan sehingga posisi LUEP merupakan unit
usaha dalam Gapoktan b
Koperasi Tani Koptan; atau c
Koperasi Unit Desa KUD
Universitas Sumatera Utara
Dari pemantauan yang dilaksanakan sebelum Tahun 2003, sering terjadi di beberapa daerah sentra produksi para petani menjual gabahnya di bawah harga
dasar yang ditetapkan pemerintah. Namun sejak Tahun 2003, kondisi ini semakin berkurang dan hampir tidak ada berkat adanya sinergi kegiatan pembelian gabah
Perum Bulog dan Kegiatan DPM-LUEP.
Adapun maksud penyelenggaraan kegiatan DPM-LUEP adalah : a.
Menjaga stabilitas harga gabah produksi petani agar tidak jatuh pada saat panen raya.
b. Memfasilitasi pengembangan ekonomi di pedesaan melalui usaha
pembelian, pengolahan, dan pemasaran gabah beras. c.
Memperkuat kelembagaan petani sebagai sarana kerjasama untuk meningkatkan kesejahteraan anggotanya.
Untuk mencapai maksud tersebut, maka tujuan penyelenggaraan kegiatan DPM- LUEP adalah :
a. Melakukan pembelian gabah petani dengan harga serendah-rendahnya
sesuai HPP. b.
Meningkatkan kemampuan para pelaku usaha pertanian di pedesaan dalam mengakses modal untuk mengembangkan usaha di bidang pembelian,
pengolahan, dan pemasaran gabah beras. c.
Mengembangkan kelembagaan petani dalam berorganisasi dan usaha bersama yang lebih komersil.
Universitas Sumatera Utara
Sasaran kegiatan pemberian bantuan Dana Penguatan Modal bagi Lembaga Usaha Ekonomi Pedesaan adalah sebagai berikut :
Terlaksananya pembelian gabah oleh LUEP serendah-rendahnya sesuai
HPP untuk gabah.
Meningkatnya kemampuan permodalan unit usaha milik kelompoktanigapoktan, Koptan,atau KUD untuk mengembangkan usaha
di bidang pembelian, pengolahan, dan pemasaran berasgabah.
Meningkatnya kemampuan kelembagaan petani dalam berorganisasi dan mengembangkan usaha bersama untuk meningkatkan kesejahteraan
anggotanya.
Kepala BKP Badan Ketahanan Pangan Sumut Ir Effendy Lubis menyebutkan, realisasi dana LUEP Lembaga Usaha Ekonomi Pedesaan untuk membeli gabah
petani hingga Agustus 2007 sebesar Rp12,369 miliar atau 76,35 persen dari plafond 2007 yang disiapkan pemerintah sebesar Rp16,2 miliar.
Penyaluran dana LUEP sangat membantu kilang padi dalam menyerap gabah petani. Dalam dua tahun terakhir yakni 2005 dan 2006 pengembaliannya cukup
bagus, tidak ada tunggakan, kata Ir Effendy Lubis, kepada wartawan di kantornya di Jalan AH Nasution Rabu sore 269. Beliau didampingi Kepala Bidang
Pengkajian Pangan Ir Erpison Moeis.Dia menjelaskan, dana LUEP tahun 2007 dialokasikan mampu membeli gabah petani sebanyak 10.000 ton dan
direncanakan pula membeli gabah 10.333 ton yang dibeli oleh 81 kilang padi LUEP dan Gabungan Kelompok Tani Gapoktan di Sumut. Hingga posisi
Universitas Sumatera Utara
Agustus 2007, pembelian gabah petani sebanyak 5.590 ton atau setara beras 3.533 ton Redaksi SIB, 2007.
Berdasarkan laporan akhir penelitian dari Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian Jamal, E dkk, 2006, tentang Analisis Kebijakan
Penentuan Harga Gabah Terhadap Tingkat dan Stabilitas Harga Gabah di Tingkat Produsen terlihat bahwa harga pembelian gabah yang ditetapkan pemerintah
HPP berpengaruh nyata terhadap harga GKP di tingkat petani parameternya bernilai 0,83255 sangat nyata dengan intercept 1,28814 sangat nyata. Akan
tetapi, dalam kurun waktu tersebut stabilitas harganya kurang baik karena nilai koefisien variasinya cukup tinggi, yakni sebesar 7,26.
Tentang Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Stabilitas Harga Gabah di Tingkat Produsen, secara mikro dari tingkat pedagang desa dan kecamatan, pada
saat musim hujan biaya yang dikeluarkan untuk pengelolaan GKP sampai menjadi beras untuk setiap kilogram gabah yang mereka beli, lebih besar dari GKG.
Selisih biaya ini kecuali untuk Sumatera Barat, relatif besar antara GKP dan GKG. Pada saat musim kemarau, biaya yang dikeluarkan relatif sama.
Perbedaannya hanya untuk biaya jemur dan itu jumlahnya relatif kecil. Keadaan itu membawa konsekuensi besar bagi marjin keuntungan yang diperoleh
pedagang, pada saat musim hujan rata-rata marjin keuntungan dari GKG sekitar 30 sampai tiga kali lipat dari keuntungan GKP. Inilah juga menyebabkan
kenapa harga jual GKP semakin terpuruk pada saat musim hujan, selain jumlah
Universitas Sumatera Utara
produksi melimpah, pedagang kurang mempunyai inisiatif untuk membeli dalam bentuk GKP.
Dalam Laporan Akhir Penelitian Yusdja, Y dkk, 2007 dikatakan bahwa dampak DPM terhadap harga jual gabah yang diterima petani hanya berlaku sesaat pada
saat panen. Namun jika diukur tingkat harga yang diterima petani pada sepanjang tahun karena petani menjual gabahnya sebagian-sebagian pada saat-saat tertentu
ternyata harga yang diterima petani di bawah HPP. Dengan demikian dapat dikatakan DPM LUEP tidak efektif dalam melindungi harga yang diterima petani.
Berdasarkan penelitian Hadi, M.2007 tentang Pengaruh Program Pembelian Gabah Terhadap Peningkatan Pendapatan dikatakan bahwa dalam rangka
melindungi petani sebagai produsen dari fluktuasi harga musiman dan sekaligus untuk mengendalikan harga gabah sesuai dengan Instruksi Presiden No. 13
Tahun 2005, Pemerintah melakukan intervensi melalui dana Program Pembelian Gabah. Melalui Program ini pada saat panen raya lembaga usaha ekonomi
pedesaan KUDKoptanKoperasi non KUDRMU dapat berfungsi sebagai lembaga pemasaran petani. Petani sebagai produsen akan menjual hasil
panennnya ke lembaga, dan lembaga akan memproses lebih lanjut dan dipasarkan ke konsumen akhir.
Sejak tahun 2003 program pembelian gabah telah diadopsi oleh Departemen Pertanian menjadi program nasional, yang dikembangkan melalui dukungan dana
APBN menjadi suatu kegiatan berupa pengembangan model pemanfaatan Dana
Universitas Sumatera Utara
Penguatan Modal Lembaga Usaha Ekonomi Pedesaan DPM LUEP untuk pembelian gabahberas di tingkat petani. Kegiatan ini pada tahun 2003 dipandang
sebagai suatu pemberian dana talangan kepada LUEP agar kemampuan pembiayaan mereka bertambah untuk membeli gabah petani pada saat panen raya
dengan tingkat harga yang layak.
Pelaksanaan program ini dilakukan dengan cara menyalurkan dana pembelian gabah kepada Lembaga Usaha Ekonomi Pedesaan LUEP atau Lembaga
Pembelian Gabah LPG yang bergerak dalam bidang perdagangan berasgabah. Dana digunakan untuk membeli gabah petani dengan harga minimal sesuai
dengan Harga Pembelian Pemerintah HPP.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada perbedaan nyata pada pendapatan petani yang gabahnya dibeli dengan yang tidak dibeli oleh Lembaga Usaha Ekonomi
Pedesaan LUEP. Petani yang gabahnya dibeli LUEP pelaksana program mempunyai tingkat keuntungan yang lebih tinggi dibandingkan dengan petani
yang gabahnya tidak dibeli, disamping lebih efisien dalam penggunaan biaya. Faktor kadar air gabah berpengaruh secara nyata terhadap harga gabah, sedangkan
faktor jumlah petani dan jumlah gabah tidak berpengaruh secara nyata.
Universitas Sumatera Utara
2.2. Landasan Teori