Hibrid Alami Nepenthes spp. dan Penentuannya Daerah distribusi Nepenthes spp.

2.5 Pemanfaatan Nepenthes spp.

Nepenthes spp. memang belum sepopuler tanaman hias lainnya seperti anggrek, dan aglaonema. Namun, saat ini kepopuleran Nepenthes spp. sebagai tanaman hias yang unik semakin meningkat seiring dengan minat masyarakat pecinta tanaman hias untuk menangkarkannya. Nama tanaman dari famili Nepenthaceae ini sudah terkenal hingga ke mancanegara. Bahkan di Negara-negara seperti Australia, Eropa, Amerika, Jepang, Malaysia, Thailand, dan Sri Lanka budidaya tanaman ini sudah berkembang menjadi skala industri. Ironisnya, tanamanan pemakan serangga ini kebanyakan jenisnya berasal dari Indonesia. Selain berpotensi sebagai tanaman hias, Nepenthes spp. juga dapat digunakan sebagai obat tradisional Hernawati Akhriadi , 2006. Sementara itu, kandungan protein didalam kantongnya berpotensi untuk pengembangan bertani protein menggunakan tanaman endemik Indonesia Witarto, 2006. Dalam penelitiannya baru-baru ini Witarto 2006, berhasil mengisolasi protein dalam cairan kantong atas dan kantong bawah dari Nepenthes gymnamphora dari Taman Nasional Gunung Halimun. Pemanfaatan Nepenthes spp. oleh masyarakat lokal beranekaragam. Contohnya: N. ampullaria di daerah Bangka digunakan untuk mengantikan rotan. Batangnya yang panjang dikupas kemudian dijemur untuk dapat digunakan. Didaerah tersebut jenis ini mendapatkan perlakuan yang sama dengan rotan. Selain itu, cairan yang terdapat di dalam kantung dapat digunakan sebagai obat batuk, selain campuran cairan kantung N. ampullaria dengan bunga kenanga dan garam juga dapat digunakan sebagai obat untuk mencuci mata Heyne, 1987 dalam Akmalia, 1999

2.6 Hibrid Alami Nepenthes spp. dan Penentuannya

Frazier 2001 dalam Clarke 2001, mengemukakan bahwa Nepenthes spp. merupakan tumbuhan diocious, sehingga tidak diragukan lagi bahwa semua jenis Nepenthes spp. melakukan regenerasi generatif melalui penyerbukan silang Cross-pollinating. Yang menarik, penyerbukan silang tersebut tidak hanya terjadi antar individu dalam satu jenis allogamylintara-species, tetapi juga lintas jenis Universitas Sumatera Utara hybridogamy. Clarke 1977 menambahkan, banyaknya jenis hybrid alami Nepenthes spp. yang telah membuktikan hal tersebut. Penyerbukan lintas jenis atau sering juga disebut dengan penyerbukan bastar, dapat terjadi dengan sendirinya di alam. Pembasteran belum tentu menghasilkan keturunan baru, oleh sebab itu hasil dari pembastaran tersebut sering kali dipakai sebagai pengukuran jauh dekatnya hubungan kekerabatan antara dua jenis tumbuhan yang dibastarkan. Selain itu tumbuhan baru hasil pembastaran belum tentu subur Fertil, atau dengan kata lain tidak dapat menghasilkan biji Tjitrosoepomo, 1985 Namun, Clarke 2000 mengungkapkan bahwa, semua jenis hibrid alami Nepenthes spp. yang diamati bersifat fertil, walaupun belum diketahui apakah tingkat fertilitas semua jenis hibrid alami tersebut sama atau berbeda dengan tetuanya. Ia melanjutkan bahwa, kebanyakan dari hibrid alami Nepenthes spp. ditentukan ataupun diduga sebagai jenis hibrit alami setelah hasil identifikasi menunjukkan bahwa jenis hibrid yang dimaksut memiliki ciri-ciri gabungan antara keduanya. Stace 1982 dalam Clarke 2001, menyatakan bahwa kemampuan suatu jenis hybrid alami meregenerasi dirinya sehingga membentuk populasi yang terpisah satu sama lain Independent dari tetunya merupakan suatu mekanisme yang penting bagi proses spesiasi. Akan tetepi pada Nepenthes spp., menurut Clarke 2001, hibrid alami pada jenis ini sering sekali gagal bertahan dan mencapai jumlah populasi yang besar dan mandiri.

2.7 Daerah distribusi Nepenthes spp.

Nepenthes spp. tumbuh dan tersebar mulai dari Australia bagian utara, Asia Tenggara, hingga Cina bagian Selatan. Indonesia sendiri memiliki Pulau Kalimantan dan Sumatera sebagai surga habitat tanaman ini. Dari 64 jenis yang hidup di Indonesia, 32 jenis diketahui terdapat di Borneo Kalimantan, Serawak, Sabah, dan Brunei sebagai pusat distribusi Nepenthes spp. Pulau Sumatera menempati urutan kedua dengan 29 jenis yang sudah berhasil diidentifikasi. Keragaman jenis Nepenthes spp. di pulau lainnya belum diketahui secara pasti, namun berdasarkan hasil penelusuran spesimen herbarium di Herbarium Bogoriense, Bogor, ditemukan bahwa Universitas Sumatera Utara di Sulawesi minimum 10 jenis, Papua 9 jenis, Maluku 4 jenis, dan Jawa 2 jenis Hernawati Akhriadi 2006. Sampai dengan tahun 1997, telah teridentifikasi 86 jenis Nepenthes spp. Rischer, 2001. Tumbuhan ini kebanyakan tersebar di regional Malaysia-Indonesia dan Filipina dengan daerah kelimpahan utama di Borneo 34 jenis Core, 1962, Keng, 1969 Rischer, 2001. Jenis-jenis yang sangat terisolasi dijumpai di Madagaskar, Kaledonia Selandia Baru, Cina Utara, Cape York di Australia Utara dan dibeberapa tempat lainya di wilayah tropika Handerson, 1959. Didaerah Sumatera Nepenthes dapt ditemukan di Jawa, Kalimantan Borneo, Sulawesi, Papua dan beberapa pulau lainnya Clarke, 1977.

2.8 Status Perlindungan Nepenthes spp.