Status Perlindungan Nepenthes spp. Strategi Konservasi Nepenthes spp.

di Sulawesi minimum 10 jenis, Papua 9 jenis, Maluku 4 jenis, dan Jawa 2 jenis Hernawati Akhriadi 2006. Sampai dengan tahun 1997, telah teridentifikasi 86 jenis Nepenthes spp. Rischer, 2001. Tumbuhan ini kebanyakan tersebar di regional Malaysia-Indonesia dan Filipina dengan daerah kelimpahan utama di Borneo 34 jenis Core, 1962, Keng, 1969 Rischer, 2001. Jenis-jenis yang sangat terisolasi dijumpai di Madagaskar, Kaledonia Selandia Baru, Cina Utara, Cape York di Australia Utara dan dibeberapa tempat lainya di wilayah tropika Handerson, 1959. Didaerah Sumatera Nepenthes dapt ditemukan di Jawa, Kalimantan Borneo, Sulawesi, Papua dan beberapa pulau lainnya Clarke, 1977.

2.8 Status Perlindungan Nepenthes spp.

Status Nepenthes spp. termasuk tanaman yang dilindungi berdasarkan Undang- Undang No. 5 tahun 1990 tentang Konservasi Sumberdaya Hayati dan Ekosistemnya serta Peraturan Pemerintah No. 71999 tentang Pengawetan Jenis Tumbuhan dan Satwa. Hal ini sejalan dengan regulasi Convention on International Trade in Endangered Species CITES, dari 103 jenis Nepenthes spp. di dunia yang sudah dipublikasikan, 2 jenis: N. rajah dan N. khasiana masuk dalam kategori Appendix-1. Sisanya berada dalam kategori Appendix-2. Itu berarti segala bentuk kegiatan perdagangan sangat dibatasi Azwar, 2002

2.9 Strategi Konservasi Nepenthes spp.

Nepenthes spp. di alam diprediksikan akan terus mengalami penurunan dari tahun ke tahun. Kondisi ini disebabkan oleh beberapa hal di antaranya : kebakaran hutan, penebangan kayu secara eksploitatif, pengembangan pemukiman, pertanian, dan perkebunan serta eksploitasi yang berlebihan untuk tujuan komersil Hernawati Akhriadi 2006. Hutan rawa gambut di Sumatera dan Kalimantan sebagai salah satu habitat alami Nepenthes spp., hampir setiap tahun mengalami kebakaran. Konversi lahan hutan untuk pengembangan pemukiman, pertanian, dan perkebunan menjadi suatu hal Universitas Sumatera Utara yang harus dilakukan seiring dengan semakin bertambahnya populasi penduduk. Hal ini pulalah yang ditengarai sebagai penyebab makin berkurangnya habitat Nepenthes spp. di alam. Oleh sebab itu, diperlukan usaha konservasi, baik in-situ maupun ex-situ dengan cara budidaya dan pemuliaan. Azwar, 2002. Gentry 1989 mengajukan suatu konsep konservasi regional yang menyeluruh pada suatu kawasan tempat jenis-jenis endemik bertahan, sehingga mengurangi resiko kerusakan habitat dan memperbesar peluang kelestarian jenis-jenis tersebut. Disisi lain, pengetehuan tentang daerah distribusi suatu jenis tumbuhan sangat berguna bagi konservasi untuk kepentingan taksonomi tumbuhan tersebut. Oleh sebab itu, inventarisasi dan pemetaan geografis Nepenthes spp. sebagai jenis yang tidak umum dan langka dipandang penting bagi tujuan konservasi Tumbuhan tersebut Clarke, 1977. Pengawasan perdagangan Nepenthes spp. perlu dilakukan. Convention on International trade in Endangered Species of Wild fauna and Flota CITES Appendix II telah memasukkan seluruh jenis Nepenthes spp. sebagai tumbuhan yang perdagangannya perlu diawasi. Konservasi ini menghimbau kepada semua pihak untuk berupaya meningkatkan dukungan konservasi terhadap jenis-jenis langka tersebut AGROLING, 2002. Universitas Sumatera Utara

BAB 3 BAHAN DAN METODE

3.1 Letak dan Luas

Taman Wisata Alam Sicikeh-cikeh ditetapkan berdasarkan surat keputusan Menteri Kehutanan No. 78Kpts-II1989 tanggal 7 Februari 1989 dengan luas 575 Ha Lokasi ini dapat ditempuh melalui dua jalur yaitu Medan-Kabanjahe-Sidikalang-Sicikeh- cikeh lebih kurang 450 Km dengan waktu tempuh sekitar lima jam dan Medan- Samosir-Sidikalang-Sicikeh-Cikeh lebih kurang 500 Km BKSDA 1 SUMUT, 2003 Secara administratif pemerintahan, Taman Wisata Alam Sicikeh-Cikeh terdapat di Dusun Pancur Nauli, Desa Lae Hole, Kecamatan Parbuluan, Kabupaten Dairi, Provinsi Sumatera Utara. Secara geografis terletak pada 02 O 35’- 02 45’ Lintang Utara LU dan 98 20’- 98 30’ Bujur Timur BT. Dusun Pancur Nauli berbatasan langsung dengan kawasan hutan Seicikeh–Cikeh yang terdiri atas tiga jenis status kawasan hutan, yaitu Hutan Adat, Hutan Lindung Adian Tinjoan seluas 19.000 ha dan TWA Sicikeh-Cikeh. Taman Wisata Alam Sicikeh-Cikeh berbatasan dengan: a. Sebelah Utara berbatasan dengan Hutan Lindung Adian Tinjoan. b. Sebelah Selatan berbatasan dengan Hutan Lindung Adian Tinjoan. c. Sebelah Timur berbatasan dengan Dusun Pancur Nauli. d. Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Kerajaan. Kondisi hutan ini berbeda-beda. Di Hutan Adat, penduduk membuka dan mengelola lahan pertanian. Di Kawasan Hutan Lindung, ada bagian yang sudah sedikit terbuka, tetapi masih sering dijumpai jenis tumbuhan yang menarik seperti angrek dan pohon. Sedangkan kondisi Hutan Taman Wisata Alam Sicikeh-Cikeh masih dalam keadaan yang cukup baik. Pemisahan Hutan Lindung dengan Taman Wisata Alam Sicikeh-Cikeh adalah sebuah sungai kecil BPKHW 1 SUMUT, 2003. Universitas Sumatera Utara