Batang Pemanfaatan Nepenthes spp.

b. Batang

Batang Nepenthes spp. termasuk batang memanjat Scandens, yaitu batang nya tumbuh ke atas dengan menggunakan penunjang. Penunjang dapat berupa benda mati atau tumbuhan lain. Pada saat memanjat batang menggunakan alat khusus untuk berpegangan, berupa sulur daun. Bentuk batang Nepenthes spp. bervariasi ada yang segitiga, segiempat, membulat, bersudut, dan lain-lain, tergantung jenis nya. Diameter batang pun sangat kecil yaitu antara 3-30 mm dengan warna bervariasi yaitu hijau, merah, ungu tua Clarke, 2001.

c. Daun dan kantung

Bentuk daun Nepenthes spp. rata-rata lanset Ovatus dan lonjong Oblongus. Permukaan daun licin dan tidak berbulu. Tepi daun bervariasi, ada yang rata, bergelombang dan bergerigi. Dari ujung daun muncul kantung dengan bermacam- macam bentuk tergantung jenisnya. Menurut Mansur 2006, kantung Nepenthes spp. dibedakan menjadi tiga yaitu kantung roset, kantung bawah dan kantung atas. Kantung roset keluar dari ujung daun roset. Kantung atas keluar dari ujung daun bagian atas, berbentuk corong, pinggang atau silinder, dan tidak memiliki sayap. Bentuk tersebut memungkinkan serangga yang sedang terbang pun dapat terperangkap oleh kantung. Kantung bawah muncul dari ujung daun bagian bawah dan biasanya menyentuh tanah. Kantung bawah memiliki sayap yang berfungsi sebagai tempat berpijak bagi serangga hingga mencapai mulut kantung. Kantung merupakan alat pencernaan tanaman. Di dalam kantung, serangga akan terbenam dalam cairan kantung. Cairan tersebut mengandung ion-ion positif sehingga bersifat asam, juga mengandung enzim proteolase, dan enzim kitinase Purwanto, 2007. Fungsi taji pada kantung Nepenthes spp. belum diketahui secara pasti. Keberadaan bentuk dan banyaknya gerigi pada taji sering menjadi kunci penanda jenis. Hanya satu jenis dari tumbuhan ini yang tidak memiliki spur, yaitu N. Ephippiata. Pada N. lowii struktur ini hampir hilang karena mengalami rudimenter Clarke, 2001. Adapun sketsa bentuk umum kantung Nepenthes spp. ditunjukkan pada Gambar 1 berikut ini: Universitas Sumatera Utara Gambar 1. Morfologi Kantung Nepenthes spp. Menurut Clarke 2001, Bagian yang terdapat dipermukaan bawah penutup tersebut sering disebut juga kepala Boss atau terbalik Keel dalam beberapa literature. Bagian ini merupakan daerah pembentukan dan konsentrasi nectar yang kadang bias membasahi keseluruhan bagian penutup. Nektar ini bisa selalu ada atau kadang tidak tergantung jenisnya. Lid atau operkulum merupakan penutup kantung yang menaungi material didalamnya dari curahan hujan atau incaran hewan pemakan bangkai seperti burung, tikus dan beberapa primate kecil, tetapi tidak selalu demikian. Contohnya pada kantung N. ampullaria Jack, N. dubia Danser, dan N. inermis Danser yang sering dijumpai dalam keadaan penuh dengan air karena penutupnya tidak berkembang sesuai dengan ukuran silindris kantung. Bentuk dan ukuran penutup merupakan karakter yang sangat perlu diperhatikan dalam membedakan dua atau lebih jenis yang cenderung memiliki bentuk dan warna kantung yang mirip. Bentuk dan ukuran penutup yang umumnya orbicular ini sangat penting fungsinya sebagai pelindung material yang ada didalam kantung ICPS. 2003. Ujung tambahan Filiform appendage merupakan juluran sempit memanjang yang bergantungan di ujung penutup dan hanya dimiliki oleh beberapa jenis. Bentuknya yang khas tersebut penting dalam identifikasi. Bibir Lip dan gerigi pada bibir Peristome merupakan bagian yang paling menarik dari kantung Nepenthes spp. a b c d e f g h i Keterangan : a. Kelenjar atas b. Penutup c. Ujung tambahan d. Sulur e. Bibir f. Sayap g. Taji h. Zona berlilin i. Zona Pencernaan Universitas Sumatera Utara Bentuknya melingkar dan sering bergerigi, bervariasi dari ukuran yang sangat kecil dan tidak jelas seperti N. ampullaria dan N. gracilis hingga yang sangat lebar dan tampak dengan jelas seperti N. hamata dan N. edwarsiana. Gerigi pada bibir merupakan bagian yang licin namun menarik perhatian serangga karena selain warnanya yang mencolok, bagian ini bernektar berasal dari glandular crest yang berada tepat di atasnya Purwanto, 2007. Zona berlilin Waxy zone berada dibagian kantung sebelah dalam. Warna antara sisi sebelah luar dan sisi sebelah dalam bisa sangat jauh berbeda. Contohnya pada N. rajah yang sisi luarnya berwarna kuning terang sedangkan pada sisi sebelah dalam berwarna merah keunguan. Perbedaan warna antara bagian luar dan dalam ini diduga untuk lebih menarik perhatian serangga. Pada beberapa jenis zona ini hampir tidak dapat ditentukan secara pasti, khususnya pada N. Ampullaria, N. dubia dan N. inermis. Lilin tersebut berfungsi untuk menghalau serangga yang ingin keluar dari dalam kantung. Hewan atau seranga yang terjebak jarang yang dapat keluar dari zona ini Witarto, 2006. Menurut Clarke 2001, zona pencernaan Degestive zone merupakan daerah dekomposisi. Bagian tersebut mengandung cairan sarat mikroorganisme decomposer. Keadaan pH cairan tidak dapat ditentukan secara pasti untuk setiap jenisnya, karena sering berfariasi antara 2-7 tergantung musim dan keadaan lingkungannya. Sayap Wing dimiliki semua kantung Nepenthes spp. pada kantung anakan atau kantung rosetnya. Fungsi dari sayap ini tidak sepenuhnya dimengerti. Suatu percobaan dengan menghilangkan bagian ini dari kantung roset N. rafflesiana yang dilakukan oleh Moran 1993, tidak menunjukan perbedaan signifikan pada hasil penangkapan serangga dengan kantung roset yang masih memiliki sayap. Pada kantung atas, sayap tereduksi dan hilang. Sulur daun Tendril adalah bagian yang menghubungkan kantung dengan helaiaan daun. Panjangnya berbeda antara kedua jenis kantung. Kantung atas biasanya memiliki sulur daun yang lebih panjang dibandingkan dengan kantung roset JGNC, 2000. Universitas Sumatera Utara Bentuk kantung Nepenthes spp. pada umumnya menyerupai kendi, piala, terompet ataupun periuk. Setiap jenis Nepenthes spp. setidaknya memiliki dua bentuk kantung, karena antara kantung bawah Lower pitcher dan kantung atas Upper pitcher menunjukkan bentuk yang jauh berbeda Laufferenburger Walker, 2000. Menurut Mansur 2006, adapun sketsa beberapa bentuk umum kantung Nepenthes spp. ditunjukkan pada Gambar 2 berikut ini: Gambar 2. Sketsa Beberapa Bentuk Kantung Nepenthes spp. Keterangan Gambar A Bentuk kendi Ventricose. A-1 kendi berleher panjang seperti pada kantung atas upper pitcher N. diatas Jebb Cheek., A-2 kendi gentong, bentuk umum kantung bawah lower pitcher, A-3 kendi bermulut lebar sepetri N. clipeata Danser., A-4 kendi berperut besar , bentuk kantung pada Nepenthes spp.,B bentuk piala gelas. B-1 bentuk cawan piala strikingly infundibular seperti pada N. dubia Denser. dan N. inermis Denser., B-2 bentuk gelas tambun globose, khas pada N. ampullaria Jack., B-3 bentuk bola-tambunurceolate bermulut seperti pada N. aristolochiodes Jebb Cheek., C bentuk terompetinfundibular. C-1 bentuk terompet panjang langsing, bentuk khas pada N.spectabilis Danser., C-2 bentuk terompet pendektambun seperti pada N. rafflesiana Danser. dan N. rafflesiana Jack . Universitas Sumatera Utara

2.5 Pemanfaatan Nepenthes spp.

Nepenthes spp. memang belum sepopuler tanaman hias lainnya seperti anggrek, dan aglaonema. Namun, saat ini kepopuleran Nepenthes spp. sebagai tanaman hias yang unik semakin meningkat seiring dengan minat masyarakat pecinta tanaman hias untuk menangkarkannya. Nama tanaman dari famili Nepenthaceae ini sudah terkenal hingga ke mancanegara. Bahkan di Negara-negara seperti Australia, Eropa, Amerika, Jepang, Malaysia, Thailand, dan Sri Lanka budidaya tanaman ini sudah berkembang menjadi skala industri. Ironisnya, tanamanan pemakan serangga ini kebanyakan jenisnya berasal dari Indonesia. Selain berpotensi sebagai tanaman hias, Nepenthes spp. juga dapat digunakan sebagai obat tradisional Hernawati Akhriadi , 2006. Sementara itu, kandungan protein didalam kantongnya berpotensi untuk pengembangan bertani protein menggunakan tanaman endemik Indonesia Witarto, 2006. Dalam penelitiannya baru-baru ini Witarto 2006, berhasil mengisolasi protein dalam cairan kantong atas dan kantong bawah dari Nepenthes gymnamphora dari Taman Nasional Gunung Halimun. Pemanfaatan Nepenthes spp. oleh masyarakat lokal beranekaragam. Contohnya: N. ampullaria di daerah Bangka digunakan untuk mengantikan rotan. Batangnya yang panjang dikupas kemudian dijemur untuk dapat digunakan. Didaerah tersebut jenis ini mendapatkan perlakuan yang sama dengan rotan. Selain itu, cairan yang terdapat di dalam kantung dapat digunakan sebagai obat batuk, selain campuran cairan kantung N. ampullaria dengan bunga kenanga dan garam juga dapat digunakan sebagai obat untuk mencuci mata Heyne, 1987 dalam Akmalia, 1999

2.6 Hibrid Alami Nepenthes spp. dan Penentuannya