2.2.4. Perkembangan Kanker Serviks
Kanker serviks timbul di batas antara epitel yang melapisi ektoserviks porsio dan endoserviks kanalis serviks yang disebut sebagai squamo-columnar
junction Mardjikoen, 2005. Daerah ini disebut juga zona transformasi Putra Moegni, 2006.
Serviks yang normal, secara alami mengalami proses metaplasia erosi akibat saling mendesaknya kedua jenis epitel yang melapisi Mardjikoen, 2005.
Pemahaman tentang metaplasia skuamosa merupakan kunci pemahaman konsep dari zona transformasi dan karsinogenesis serviks Putra Moegni, 2006.
Dengan masuknya mutagen, porsio yang erosif dapat berubah menjadi patologis displastik menjadi tingkatan CIN I, CIN II, dan CIN II, dan karsinoma
in situ untuk kemudian akhirnya menjadi karsinoma invasif Mardjikoen, 2005. Periode laten dari CIN I sampai dengan karsinoma in situ tergantung daya
tahan tubuh penderita. Umumnya fase pra-invasif berkisar antara 3-20 tahun Mardjikoen, 2005.
Karsinoma serviks tersering adalah karsinoma sel skuamosa 75, diikuti oleh adenokarsinoma dan karsinoma adenoskuamosa 20, serta karsinoma
neuroendokrin sel kecil kurang dari 5.
2.2.5. Gejala dan Tanda Klinis Kanker Serviks
Menurut Feig 2001, simptom kanker serviks menjadi jelas terlihat saat lesi servikal berada pada ukuran sedang, yaitu seperti cauliflower.
Simptom kanker serviks terdiri dari beberapa tahap, yaitu Feig, 2001 : a.
Tahap Awal -
Asimptomatik
Universitas Sumatera Utara
- Pendarahan vagina yang ireguler atau berkepanjangan
- Pink discharge
- Pendarahan pasca koitus atau brownish discharge
b. Tahap Pertengahan
- Pendarahan pasca defekasi
- Disuria atau hematuria
c. Tahap Lanjut
- Penurunan berat badan
- Pendarahan, discharge berbau busuk
- Nyeri hebat, penyebaran ke pleksus sakralis.
Tanda dini kanker serviks tidak spesifik seperti adanya sekret vagina yang agak banyak dan kadang-kadang disertai bercak pendarahan Edianto, 2006.
Pendarahan abnormal vagina ini merupakan simptom yang paling sering terjadi pada kanker serviks invasif. Pendarahan dapat terjadi pasca koitus, intermenstrual,
atau pasca menopause Hacker, 2004. Tanda yang lebih klasik adalah bercak pendarahan yang berulang, atau
bercak pendarahan setelah bersetubuh atau membersihkan vagina Edianto, 2006. Anemia akan menyertai sebagai akibat pendarahan pervaginam yang berulang
Mardjikoen, 2007. Perdarahan spontan saat defekasi terjadi akibat tergesernya tumor eksofitik
dari serviks oleh skibala Mardjikoen, 2007.
Universitas Sumatera Utara
Pada kanker serviks juga dapat dijumpai sekret vagina yang berbau terutama dengan massa nekrosis lanjut. Nekrosis terjadi karena pertumbuhan
tumor yang cepat tidak diimbangi dengan pertumbuhan pembuluh darah agar mendapat aliran darah yang cukup. Nekrosis ini menimbulkan bau yang tidak
sedap dan reaksi peradangan nonspesifik Edianto, 2006. Pada stadium lanjut dapat ditemui nyeri yang menjalar ke pinggul atau
kaki ketika tumor telah menyebar ke luar dari serviks dan melibatkan jaringan di rongga pelvis seperti ureter, dinding panggul, atau nervus skiatik. Beberapa
penderita mengeluhkan nyeri berkemih, hematuria, sulit berkemih, dan konstipasi Edianto, 2006.
Sebelum tingkat akhir terminal stage, penderita meninggal akibat pendarahan yang eksesif, kegagalan faal ginjal akibat infiltrasi tumor ke ureter
sebelum memasuki kandung kemih, yang menyebabkan obstruksi total Mardjikoen, 2007.
2.2.6. Pencegahan Kanker Serviks