Tingkat Pengetahuan Ibu-Ibu Di Daerah Komplek Pondok Surya Tentang Pap Smear
(2)
(3)
LEMBAR PENGESAHAN
Tingkat Pengetahuan Ibu -ibu Di Daerah Komplek Pondok Surya Tentang Pap Smear
Nama : Hadhinah Rasiqah Nasution NIM : 100100164
Pembimbing Penguji I
(dr. Putri Chairani Eyanoer, MS, Epi, PhD ) (dr. Zuhrial, SpPD, KAI) NIP : 19720901 199903 2001 NIP : 195802081985031003
Penguji II
(dr. Sunna Vyatra H,MS ) NIP : 198104032006042002
Medan, 08 Januari 2014 Universitas Sumatera Utara
Fakultas Kedokteran Dekan
(4)
ABSTRAK
Kanker serviks merupakan kanker tersering kedua di dunia pada perempuan. Cara yang terbukti mencegah kanker serviks adalah dengan skrining untuk menemukan lesi pre-kanker sebelum menjadi kanker invasif. Tes Pap atau Pap Smear merupakan skrining yang paling lazim dilakukan pada wanita yang berada pada kelompok usia berisiko untuk dilakukan secara berkala yaitu ½ hingga 1 tahun sekali. 113 ibu dipilih secara acak sederhana dalam pe nelitian potong lintang untuk kemudian diberikan kuesioner mengenai pengetahuan tentang pap smear. Tingkat pengetahuan dengan kategori baik memiliki persentase paling kecil, yaitu (6,2%), tingkat pengetahuan yang dikategorikan sedang sebanyak (54,9 %) dan tingkat pengetahuan yang dikategorikan kurang sebesar (6,2%). Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan ibu -ibu termasuk kategori sedang dengan nilai rata-rata skor 58.40 dari rentang nilai 50 -74.
(5)
ABSTRACK
Cervical cancer is the second-most in the world of cancer in women. A proven way to prevent cervical cancer is by screening to find pre -cancer lesion before it becomes invasive cancer. Pap Smear screening is most commonly screening method done on women at high risk age. This research aims to find out the level of knowledge among mothers reside in kompleks pondok surya on Pap smear as an effort to prevent cervical cancer. A cross sectional study w ith a total of 113 samples which were recruited by simple random sampling was done. The level of knowledge with a good category to have most small percentage ( 6.2 % ), level of knowledge categorized as being as many as ( 54,9 % ) and level of knowledge which was less of ( 6.2 % ). Result shows that the level of knowledge was categorized averaged with a mean score of 58.40 from an interval of 50 to 74.
(6)
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan hidayah -Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian ini, sebagai salah satu syarat untuk memperoleh kelulusan sarjana kedokteran Program Studi Pendidikan Dokter Fakul tas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
Kar ya tulis ilmiah ini ber judul ” Tingkat Pengetahuan Ibu -ibu di Komplek Pondok Sur ya Tentang Pap Smear ”. Dalam penyelesaian penulisan kar ya tulis ilmiah ini, penulis banyak mener ima bantuan dar i ber bagai pihak. Untuk itu penulis ingin menyampaikan ucapan ter ima kasih dan penghar gaan setinggi -tingginya kepada:
1. Prof. dr. Gontar Alamsyah Siregar, Sp PD-KGEH, selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
2. dr. Putri Chairani Eyanoer, MS, Epi, PhD , selaku Dosen Pembimbing yang telah memberi banyak arahan dan masukan kepada penulis sehingga penelitian ini dapat terselesaikan dengan baik.
3. dr. Zuhrial, SpPD, KAI, dr. Lita Feriyawati, M.kes dan dr. Sunna Vyatra H,MS, selaku Dosen Penguji yang telah memberikan kritik dan saran yang bermanfaat bagi penulis.
4. Ayahanda dan Ibunda terc inta H. Abdul Haris Nasution, SH , M.Kn dan Hj. Nelli Sari Alam Lubis yang telah membesarkan penuh kasih sayang dan tiada bosan -bosannya mendoakan serta memberikan semangat kepada penulis dalam menyelesaikan pendidikan.
5. Kakak saya, Halida Rahmah Nasution dan Hani Riadho Nasution atas dukungan dan keceriaan yang diberikan selama penulis menyelesaikan karya tulis ini.
(7)
6. Rekan-r ekan seper juangan dan sahabat di FK USU, Shanadz, Fatin, Gita, Rivhan, Cut keumala, Astr i, Inez, Inge, Patr ia, Putr i, Susy, Syafir a, Shiela, Tika, Tar a, Nanda, Ega, Rizka, Nao, ser ta selur uh staf pengajar dan civitas akademika Fakultas Kedokter an Univer sitas Sumater a Utar a atas bantuan, dukungan, cer ita, pengalaman dan kecer iaan selama tujuh semester menjalani pendidikan di sini
Penulis menyadari bahwa karya tulis ilmiah ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu penulis mengharapkan masukan berupa kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan karya tulis ilmiah ini. Semoga karya tulis ilmiah ini dapat berguna bagi kita semua.
Medan, Desember 2013 Penulis,
(8)
DAFTAR ISI
Halaman
Lembar Pengesahan... i
Abstrak ... ii
Abstract ... iii
Kata Pengantar... iv
Daftar Isi... vi
Daftar Tabel... ix
Daftar Lampiran... x
BAB 1 PENDAHULUAN ... 1
1.1. Latar Belakang ... 1
1.2. Rumusan Masalah ... 3
1.3. Tujuan Penelitian ... 3
1.3.1. Tujuan Umum ... 3
1.3.2. Tujuan Khusus ... 4
1.4. Manfaat Penelitian ... 4
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA... 5
2.1. Kanker Serviks ... 5
2.1.1. Defenisi ... 5
2.1.2. Etiologi ... 5
2.1.3. Epidemiologi ... 6
2.1.4. Diagnosis ... 7
2.1.5. Stadium dan Klasifikasi ... 8
2.1.6. Histopatologi ... 10
2.1.7. Pemeriksaan Sitologi Vagina ... 11
2.1.8. Faktor Resiko... 12
(9)
2.1.10. Pencegahan ... 13
2.1.11. Prognosis ... 14
2.2. Pap Smear ... 14
2.2.1. Defenisi ... 14
2.2.2. Klasifikasi ... 15
2.2.3. Manfaat Pemeriksaan ... 16
2.2.4. Prosedur Pemeriksaan ... 16
2.2.5. Interprestasi Hasil ... 18
2.2.6 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pap Smear dipara Ibu . 21 BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFENISI OPERASIONAL ... 23
3.1. Kerangka Konsep Penelitian ... 23
3.2. Defenisi Operasional ... 23
BAB 4 METODE PENELITIAN... 26
4.1. Jenis Penelitian ... 26
4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 26
4.3. Populasi dan Sampel Penelitian ... 26
4.3.1. Populasi Penelitian ... 26
4.3.2. Sampel Penelitian ... ... 26
4.3.3. Besar Sample Penelitian ... ... 26
4.4. Metode Pengumpulan Data ... ... 27
4.4.1. Data Primer ... 27
4.4.2. Data Sekunder ... ... 27
(10)
Bab 5 Hasil Penelitian Dan Pembahasan
5.1 Deskripsi Lokasi Penelitian ... 29 5.2 Deskripsi Karakteristik Responden ... 29 5.3 Pembahasan ... 36
Bab 6 Kesimpulan Dan Saran
6.1. Kesimpulan ... 36 6.2. Saran ... 36
DAFTAR PUSTAKA ... 37
(11)
DAFTAR TABEL
Nomor Judul Halaman
2.1 Kanker Serviks Uteri 8
5.1 Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Usia 29 5.2 Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan 29 5.3 Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan 30 5.4 Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Pendapatan 30 5.5 Distribusi Responden Berdasarkan PemeriksaanPap Smear 31 5.6 Distribusi Responden Berdasarkan Jumlah PemeriksaanPap Smear 31 5.7 Distribusi Responden Berdasarkan JumlahPap SmearPertahun 32 5.8 Distribusi Responden Berdasarkan Jawaban Pada Masing -Masing
Pertanyaan Dalam Kuesioner 32
5.9 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pengetahuan dan Nilai
(12)
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN 1 Lembar Penjelasan
LAMPIRAN 2 Lembar Persetujuan (Informed Consent) LAMPIRAN 3 Daftar Riwayat Hidup Peneliti
LAMPIRAN 4 Ethical Clearance
(13)
ABSTRAK
Kanker serviks merupakan kanker tersering kedua di dunia pada perempuan. Cara yang terbukti mencegah kanker serviks adalah dengan skrining untuk menemukan lesi pre-kanker sebelum menjadi kanker invasif. Tes Pap atau Pap Smear merupakan skrining yang paling lazim dilakukan pada wanita yang berada pada kelompok usia berisiko untuk dilakukan secara berkala yaitu ½ hingga 1 tahun sekali. 113 ibu dipilih secara acak sederhana dalam pe nelitian potong lintang untuk kemudian diberikan kuesioner mengenai pengetahuan tentang pap smear. Tingkat pengetahuan dengan kategori baik memiliki persentase paling kecil, yaitu (6,2%), tingkat pengetahuan yang dikategorikan sedang sebanyak (54,9 %) dan tingkat pengetahuan yang dikategorikan kurang sebesar (6,2%). Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan ibu -ibu termasuk kategori sedang dengan nilai rata-rata skor 58.40 dari rentang nilai 50 -74.
(14)
ABSTRACK
Cervical cancer is the second-most in the world of cancer in women. A proven way to prevent cervical cancer is by screening to find pre -cancer lesion before it becomes invasive cancer. Pap Smear screening is most commonly screening method done on women at high risk age. This research aims to find out the level of knowledge among mothers reside in kompleks pondok surya on Pap smear as an effort to prevent cervical cancer. A cross sectional study w ith a total of 113 samples which were recruited by simple random sampling was done. The level of knowledge with a good category to have most small percentage ( 6.2 % ), level of knowledge categorized as being as many as ( 54,9 % ) and level of knowledge which was less of ( 6.2 % ). Result shows that the level of knowledge was categorized averaged with a mean score of 58.40 from an interval of 50 to 74.
(15)
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
Kanker serviks merupakan kanker tersering kedua di dunia pada perempuan. Pada tahun 2002, prevalensi kasus kanker serviks di dunia mencapai 1,4 juta dengan 493.000 kasus baru dan 273.000 kematian. Dari data tersebut, lebih dari 80% penderita berasal dari n egara berkembang di Asia Selatan, Asia Tenggara, Sub -Saharan Afrika, America Tengah, dan Amerika Selatan (Sankaranayanan, 2006). Data dari WHO menyatakan bahwa setiap tahunnya 230.000 perempan meninggal akibat kanker serviks dan 190.000 penderita berasal d ari negara berkembang (Well et al., 2001). Insidens kanker serviks bervariasi dari 10/100.000 dinegara barat sampai 40/100.000 dinegara berkembang. Di Indonesia dengan perkiraan insidens 25 -40/100.000. Akan tetapi data tersebut diperkirakan tidak represen tative karena penelitian tidak dilakukan diseluruh pusat pelayanan kesehatan dan hanya 25 -30% seluruh penderita yang datang ke fasilitas kesehatan (De et al., 2004).
Di Indonesia sendiri, data tahun 2000 tentang kanker serviks menunjukkan bahwa penderita mencapai angka 28 persen (Schellekens, 2004). Menurut Rahmi (2004) dalam Melisa (2013), di Sumatera Utara diperoleh data dinas kesehatan provinsi jumlah penderita kanker leher rahim pada tahun 1999 tercat at 475 kasus, tahun 2000 sebanyak 548 kasus dan tahun 2001 sebanyak 681 kasus. Data dari laboratorium USU tahun 2002 terdapat 21 kasus, dari jumlah tersebut 17 kasus sudah berada pada tingkat displasia atau sel -sel ganas.
Di Rumah Sakit dr Pirngadi Medan t ahun 2000 menunjukkan bahwa kanker leher rahim menempati urutan teratas dari seluruh kanker pada wanita. Pada tahun 1999 terdapat 57 kasus, tahun 2000 sebanyak 600 kasus, dan tahun 2001 sebanyak 85 kasus, tahun 2002 sebanyak 85 kasus dan 2003 sebanyak 92 k asus, tahun 2004 sebanyak 72 kasus, dan 2005 sebanyak 98 kasus. Data dari RSUP Haji Adam Malik Medan penderita kanker leher rahim tahun 2001 sebanyak 55 kasus, tahun 2002
(16)
kasus, tahun 2005 sebanyak 111 kasus dan tahun 2006 sebanyak 140 kasus, tahun 2007 sebanyak 215 kasus, tahun 2008 sebanyak 220 kasus, tahun 2009 sebanyak 231 kasus.
Penelitian telah banyak dilakukan untuk menentukan penyebab apa saja dari kanker serviks. Sejauh ini, Human Papilloma Virus (HPV) tipe 16 dan 18 diduga kuat sebagai etiologi utama melalui mekanisme mutasi gen yang diakibatkannya (Edianto, 2006). Faktor risiko lain yang diketahui antara lain multiparitas, berganti -ganti pasangan seksual, kemampuan imunitas tubuh, usia pertama saat berhubungan seksual, pengaruh kontrasepsi oral, rokok, riwayat sosial ekonomi, dan riwayat keganasan kanker serviks pada keluarga (Greer dan Koh, 2002).
Diagnosis kanker serviks ditegakkan melalui hasil biopsi. Dari hasil biopsi i ni, dapat diketahui jenis histologik dan derajat differensiasi kankernya. Sekitar 80% jenis yang sering ditemukan adalah karsinoma sel skuamosa serviks uteri, sedangkan 10 -15% adalah adenokarsinoma yang memiliki prognosis lebih buruk daripada karsinoma sel squamosa (Siregar, 2006).
Cara yang terbukti mencegah kanker serviks adalah dengan skrining untuk menemukan lesi pre-kanker sebelum menjadi kanker invasif (American Cancer Society, 2009). Faktanya, semua penelitian di dunia menunjukkan bahwa skrining untuk kanker serviks tidak hanya menurunkan angka kematian tapi juga menurunkan insidensi (Creasman, 2007).
Tes Pap atau Pap Smear merupakan skrining yang paling lazim dilakukan (American Cancer Society, 2009). Uji Pap Smear telah menurunkan angka kematian akibat kanker serviks secara signifikan di Amerika Serikat, dengan angka kematian menurun 70% dari tahun 1950 -1970 dan 40% dari tahun 1970 -1995 (Hillegas, 2006). Besarnya penurunan mortalitas pada kanker serviks berhubungan langsung dengan proporsi dari populasi yang telah melakukan skrining (Creasman, 2007).
Di Indonesia sendiri, pemeriksaan ini sudah lazim dianjurkan pada wanita yang berada pada kelompok usia berisiko untuk dilakukan secara berkala yaitu ½ hingga 1 tahun sekali. Hal ini adalah atas kepentin gan diagnosis dini karsinoma
(17)
serviks uteri dan karsinoma korporis uteri (Prawirohardjo dan Wiknjosastro, 2008). Walaupun lazim dianjurkan, di Indonesia, insiden kanker serviks masih tinggi yaitu sekitar 65% penderita berada dalam stadium lanjut (Suwiyoga, 2007). Salah satu alasan mengapa hal ini bisa terjadi adalah karena jumlah wanita Indonesia yang mendapatkan pelayanan ini masih terlalu sedikit. Ini adalah berdasarkan estimasi data yang dikeluarkan WHO tahun 2008, di mana dikatakan hanya 5% wanita di ne gara-negara berkembang, termasuk Indonesia yang datang untuk mendapatkan pelayanan Pap Smear. Sedangkan di negara -negara maju, hampir 70% wanita melaksanakan pemeriksaan ini (Octavia, 2009). Sebuah penelitian yang dilakukan di kelurahan Petisah Tengah, Medan, 31.8% dari kelompok ibu yang diteliti memiliki pengetahuan yang buruk dan hanya 5.5 % kelompok ibu yang memiliki pengetahuan yang baik tentangPap smear(Octavia, 2009).
Dengan melihat angka wanita yang mengerjakan Pap smear masih cukup rendah di Indonesia, termasuk di Medan, serta jumlah kejadian kanker serviks yang masih cukup tinggi, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang pengetahuan kelompok ibu -ibu di daerah Komplek Pondok Surya tentang Pap smear sebagai salah satu usaha dalam m encegah kanker serviks.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah pada penelitian ini adalah bagaimanakah tingkat pengetahuan ibu -ibu tentang Pap smear sebagai upaya mencegah kanker serviks.
1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan umum
Untuk mengetahui tingkat pengetahuan ibu -ibu di Komplek Pondok Surya tentangPap smearsebagai upaya mencegah kanker serviks.
(18)
1.3.2. Tujuan khusus
1. Mengetahui karakteristik ibu -ibu yang terlibat dalam sampel penelitian berdasaarkan usia, pekerjaan, pendidikan dan pendapatan.
2. Untuk mengetahui proporsi ibu -ibu yang melakukan tindakan Pap smear.
1.4. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk :
1. Sebagai bahan informasi dan pengetahuan tentang Pap smear pada wanita di Komplek Pondok Surya.
2. Sebagai informasi tambahan di Komplek Pondok Surya dalam upaya memberikan penyuluhan tentang Pap smearkepada masyarakat khususnya wanita.
3. Sebagai informasi untuk penelitian selanjutnya yang berhubungan de ngan topik yang sama.
(19)
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kanker Serviks
2.1.1. Definisi
Kanker serviks adalah kanker primer serviks (kanalis servikalis dan atau porsio). Kanker pada kehamilan merupakan hal yang jarang akan tetapi kanker serviks merupakan keganasan yang paling sering dijumpai pada kehamilan. Insidensi kanker serviks adalah 1,2 kasus per 10.000 kehamilan pada saat kehamilan saja dan 4,5 kasus per 10.000 kehamilan hingga 12 bulan pasca persalinan (Andrijono, 2007).
2.1.2. Etiologi
Sebab langsung dari kanker serviks belum diketahui. Ada bukti kuat kejadiannya mempunyai hubungan erat dengan sejumlah faktor ekstrinsik, diantaranya yang penting adalah jarang ditemukan pada perawan (virgo), insidensi yang tinggi pada mereka yang kawin da ri pada yang tidak kawin, terutama pada gadis yang koitus pertama dialami pada usia sangat muda (dibawah 16 tahun), insidensi meningkat dengan tingginya paritas, apalagi bila jarak persalinan terlampau dekat, mereka dari golongan sosial ekonomi rendah, hig iene seksual yang jelek, aktivitas seksual yang sering berganti - ganti pasangan, jarang dijumpai pada masyarakat yang suaminya di sirkumsisi sering ditemukan pada perempuan yang mengalami infeksi virusHuman Papilloma Virus (HPV) tipe 16 atau 18.
Walaupun kanker serviks umumnya diderita oleh perempuan dalam umur lanjut, kadang-kadang dijumpai pula pada perempuan yang lebih muda. Biasanya penderita tidak menjadi hamil, jika ditemukan, umumnya pada multigravida yang pernah melahirkan 4 atau lebih.
Kanker serviks memberi pengaruh tidak baik dalam kehamilan, Karena serviks kaku oleh jaringan kanker, persalinan kala satu mengalami hambatan. Ada kalanya tumor lunak dan hanya terbatas pada sebagian serviks, sehingga pembukaan
(20)
bisa menjadi lengkap dan anak lahir spo ntan. Selain itu, dapat pula terjadi ketuban pecah dini dan inersia uteri. Dalam masa nifas sering terjadi infeksi.
Selain kemandulan, sering pula terjadi abortus akibat infeksi, perdarahan, dan hambatan dalam pertumbuhan janin karena neoplasma tersebut. A pabila penyakit ini tidak diobati, pada kira -kira dua pertiga diantar para penderita, kehamilannya dapat mencapai cukup bulan. Kematian janin dapat pula terjadi.
Dahulu disangka bahwa kehamilan menyebabkan tumor bertumbuh lebih cepat dan penyebabkan progn osis menjadi lebih buruk. Akan tetapi, ternyata bahwa kehamilan sendiri tidak mempengaruhi kanker serviks (Prawirohardjo dan Wiknjosastro, 2008).
Seorang yang merokok, maka akan lebih beresiko untuk mengalami kanker serviks sel skuamosa. Para peneliti tela h menemukan bahan kimia penyebab kanker (benzopyrene) dari asap rokok di lendir leher rahim wanita yang merokok. Mereka beranggapan bahwa bahan kimia ini merusak serviks. Ada sel -sel di lapisan leher rahim yang disebut sel -sel Langerhans yang secara khusus membantu melawan penyakit. Sel-sel ini tidak bekerja dengan baik pada perokok. Jika anda terinfeksi dengan HPV beresiko tinggi dan anda merokok, kemungkinan anda untuk memiliki sel-pra kanker atau kanker di leher rahim adalah sebanyak dua kali lipat. Sel -sel Langerhans yang kurang berfungsi, dan sering tidak mampu melawan virus dan melindungi sel-sel leher rahim dari perubahan genetik yang dapat menyebabkan kanker (Cancer Research UK, 2009).
2.1.3. Epidemiologi
Saat ini di seluruh dunia diperkirakan le bih dari 1 juta perempuan menderita kanker leher rahim dan 3 -7 juta orang perempuan memiliki lesi prekanker derajat tinggi (High Grade dysplasia) (Sankaranarayanan, 2001). Penelitian WHO tahun 2005 menyebutkan, terdapat lebih dari 500.000 kasus baru, dan 2 60.000 kasus kematian akibat kanker leher rahim, 90% diantaranya terjadi di negara berkembang. Pada tahun 2008 diperkirakan setiap harinya ada 38 kasus baru kanker serviks dan 21
(21)
orang perempuan yang meninggal karena kanker serviks di Indonesia. Pada tahun 2025 diperkirakan kasus baru kanker serviks di Indonesia akan meningkat sebesar 74%, sementara secara keseluruhan prevalensinya akan meningkat sebesar 49%. Pada tahun 2008, terdapat 530 202 kasus baru kanker serviks di seluruh dunia. Dengan jumlah itu berarti diperkirakan akan didapatkan sekitar 1 kasus baru kanker serviks setiap menitnya di dunia. Secara keseluruhan diperkirakan insidensi kanker serviks di seluruh dunia adalah sebesar 16,2 per 100 000 penduduk (WHO, 2010). Angka insidens tertinggi ditemuk an di negara-negara Amerika bagian Tengah dan Selatan, Afrika Timur, Asia Selatan, Asia Tenggara dan Melanesia. Di Indonesia, kanker leher rahim merupakan keganasan yang paling banyak ditemukan dan merupakan penyebab kematian utama pada perempuan dalam tig a dasa warsa terakhir (Aziz, 2001). Data yang diperoleh di RSUP Haji Adam Malik Medan dari tahun 2001 -2009 bahwa kasus kanker seviks tiap tahunnya meningkat (Rahmi, 2004).
2.1.4. Diagnosis
Diagnosis defenitif ditegakkan berdasarkan :
Biopsi punch dari lesi serviks yang luas. Namun, masih kontroversi, apakah masih dilakukan bila telah ada bukti kanker serviks invasif dari pemeriksaan kolposkopi, dan apakah dilakukan pada semua lesi servikal yang dapat dideteksi dengan kolposkopi.
Evaluasi yang tepat dari a pusan normal, pemeriksaan sitologi vagina yaitu Pap smear diambil dari dinding vaginna atau dari serviks. Untuk deteksi diambil dengan spatel ayre atau kapas lidi kemudian dibuat sediaan apus kaca benda yang bersih dan segera diberi alkohol 95%. Dikirim k e laboratorium.
Evaluasi kolposkopi, dua alat pembesar optik (loupe) yang ditempatkan pada penyangga. yang terbuat dari besi.
(22)
Biopsi kerucut (Cone biopsy), dilakukan pada keadaan khusus (terimester kedua dan diagnosis tidak dapat ditegakkan berdasarkan pem eriksaan lain) (Prawirohardjo dan Wiknjosastro, 2008).
2.1.5. Stadium dan Klasifikasi
Derajat differensiasi kanker serviks merupakan hasil penilaian mikroskopis sel kanker berdasarkan jumlah sel yang mengalami mitosis, kemiripan bentuk sel ganas dengan sel asal, dan susunan homogenitas dari sel (Damjanov, 2007). Nomenklatur yang dipakai dalam menentukan derajat differensiasi ini adalah dengan penomoran:
Grade I untuk kanker dengan diferensiasi baik (well differentiated) di mana sel kanker masih mirip dengan sel asalnya;
Grade II untuk kanker dengan differensiasi moderat (moderately/intermediate differentiated);
Grade IIIuntuk kanker dengan differensiasi jelek (poorly differentiated);
Grade IVuntuk kanker anaplastik atau undifferentiated.
Umumnya Grade III dan Grade IV digabung menjadi satu dan dikategorikan sebagaihigh grade(Damjanov, 2007).
Pada tabel 2.1. dapat dilihat klasifikasi kanker serviks berdasarkan klasifikasi FIGO (2000) yang dilan dasi oleh hasil pemeriksaan fisik dan pencitraan. Pada kehamilan, penentuan diagnosis lebih rumit karena adanya keterbatasan pemeriksaan pencitraan yang dapat dilakukan (MRI). Evaluasi klinik pada saat hamil kurang akurat untuk menentukan diagnosis kanker serviks (Prawirohardjo dan Wiknjosastro, 2008).
(23)
Tabel 2.1. Kanker Serviks Uteri (1994). Stadium
FIGO
Keterangan Kategori
TNM
Tumor primer tidak dapat dinilai TX
Tidak terdapat bukti tumor primer T0
0 Karsinoma in situ (pra invasif) Tis
1 Kanker seviks terbatas diserviks (penyebaran ke korpus uteri diabaikan)
T1
IA Kanker invasif didiagnosa hanya dengan mikroskopis. Semua lesi yang dapat terlihat dengan mikroskop –
meskipun dengan invasi superfisial – adalah stadium IB/T 1B
T1a
IA1 Invasi stroma dengan kedalaman yang tidak lebih dari 5,0 mm dengan penyebaran horizontal 7,0 mm atau kurang
T1a1
IA2 Invasi stroma lebih dari 3,0 mm dan tidak lebih dari 5,0 mm dengan penyebaran horizontal 7,0 mm atau kurang
T1a2
IB Lesi yang dapat dilihat secara klinis dikhususkan diserviks atau lesi mikroskopik lebih besar dari pada IA2/T1A2
T1b
IB1 Lesi yang dapat dilihat secara klinis 4,0 sm atau kurang pada dimensi yang paling besar
T1b1
IB2 Lesi yang dapat dilihat secara klinis lebih dari 0,4 cm pada dimensi yang paling besar
T1b2
II Telat melibatkan vagina, teyapi blm sampai 1/3 bawah atau infiltrasi ke parametrium belum mencapai dinding panggul
T2
IIA Tanpa invasi parametrium T2a
IIB Dengan invasi parametrium
III Tumor meluas ke dinding pelvis dan/atau melibatkan 1/3 bawah vagina dan/atau menyebabkan hidonefrosis atau
(24)
afungsi ginjal
IIIA Tumor melibatkan 1/3 bawah vagina dan infiltrasi parametrium, tidak tertdapat pertuasan ke dinding pelvis.
T3a
IIIb Tumor meluas kedinding pelvis dan/atau menyebabkan hidronefrosis atau afungsi ginjal
T3b
IVA Tumor menginvasi mukosa kandung kencing atau rektum dan/atau meluas ke pelvis
T4
IVb Metastasis jauh M1
Dikutip dari: Pecorelli S.Ngan H.Y.S Hacher N.F, Staging Classifications and Clinical Practice Guidelines for Gynaecological cancar, A collaboration between FIGO dan IGCS, third edition, November 2006, hal: 37 -57.
2.1.6. Histopatologi
Suatu kasus baru dapat dikatakan sebagai karsinoma serviks bila pertumbuhan primernya memang terjadi di serviks. Termasuk semua tipe histopatologinya. Grading dengan berbagai metode lebih baik dilakukan tapi tidak digunakan sebagai basis untuk memodifikasi pengelompokkan berdasarkan stadi um. Penemuan histopatologi dapat memeberikan staging patologik pada kasus yang bersangkutan (Quinn et al., 2006).
Lesi Prakanker
Lesi prakanker umumnya ditemukan pada deteksi dini dengan Pap smear/thin prep, karena lesi prakanker tanpa gejala dan dapat dilihat dengan mata telanjang. Diagnosis, lesi prakanker berdasarkan pemeriksaan histopatologi spesimen biopsi terserah dengan bimbingan kolposkopi (Andrijono, 2007).
Lesi Kanker Invasif
Kasus diklasifikasi sebagai kanker serviks jika per tumbukan primer pada serviks dan dibuktikan dari hasil patalogi anatomi (Andrijono, 2007).
(25)
Adapun tipe histopatologi kanker serviks adalah :
Neoplasia intraepitelial serviks, GradeIII
Karsinoma sel skuamosa in situ
Karsinoma sel skuamosa : keratinizing, non-keratinizing, verukosa
Adenokarsinomain situ
Adenomakarsinoma in situ, tipe endoserviks
Adenokarsinoma endometrioid
Adenokarsinoma clear cell
Karsinoma adenoskuamosa
Karsinoma adenoid kistik
Karsinoma small cell
Undifferentiated carcinoma
Sedangkan grade histopatologi kanker serviks terdiri dari :
Gx-Gradetidak bisa ditentukan
G1- Diferensiasi baik
G2- Diferensiasi sedang
G3- Diferensiasi buruk (Andrijono, 2007 dan Pecorelli, 2006).
2.1.7. Pemeriksaan Sitologi Vagina
Untuk pemeriksaan sitologik, bahan diambil dari dinding vagina atau dari serviks (endo- dan ektoserviks) dengan spatel Ayre (dari kayu atau dari plastik).
Pemeriksaan sitologi sekarang paling banyak dan teratur berkala (misalnya ½ -1 tahun sekali) dilakukan untu k kepentingan diagnosis ini karsinoma servisis uteri dan karsinoma korporis uteri. Karena Papanicolaou dalam tahun 1928 yang menganjurkan cara pemeriksaan ini, maka sekarang sudah lazim penggunaan istilah Pap’ smear.
(26)
Selain untuk diagnosis dini tumor gana s, pemeriksaan sitologi vagina dapat dipakai juga secara tidak langsung mengetahui fungi hormonal karena pengaruh estrogen dan progesteron menyebabkan perubahan -perubahan khas pada sel -sel selaput lendir vagina.
Untuk deteksi tumor ganas bahan diambil den gan spatel Ayre atau dengan kapas lidi dari dinding samping vagina dan dari serviks. Kemudiaan dibuat sediaan apus dikaca benda yang bersih dan segera dimasukkan kedalam botol khusus (cuvette) berisi etilalkohol 95%. Diisi formulir dengan keterangan -keterangan seperlunya. Setelah kira-kira satu jam, kaca benda dikeluarkan dan dalam keadaan kering dikirim ke laboratorium sitologi bersama -sama dengan formulir yang telah di isi. Dilaboratorium sediaan dipulas menurut Papanicolaou atau menurut Harris -schorr.
Semua penderita dengan hasil pemeriksaan kelas III,IV, dan V perlu diperiksa ulang. Biasanya juga dibuat biopsi atau konisasi guna pemeriksaan histologik.
Dalam diagnostik hormonal oleh laboratorium dilaporkan pengaruh estrogen dan/atau pengaruh progesteron . Untuk mengetahui apakah ada ovulasi atau tidak dan pada amenorea, dilakukan pemeriksaan berkala (serial smear) setiap minggu sampai 3-4 kali.
Peradangan dapat mengganggu penilaian diagnostik. Dalam hal demikian, peradangan harus diobati lebih dahulu dan pemeriksaan sitologik diulang (Wiknjosastro, 2008).
2.1.8. Faktor Resiko
Meskipun banyak wanita mengandung HPV, hanya sebagian yang menderita kanker serviks. Ini mengisyaratkan bahwa faktor lain berperan pada risiko kanker. Faktor risiko penting terjadiny a kanker invasif pada serviks adalah usia dini saat mulai berhubungan kelamin (di bawah usia 16 tahun), memiliki banyak pasangan seksual, pasangan seksual memiliki riwayat banyak memiliki pasangan seksual,
(27)
merokok, imunodefisiensi eksogen atau endogen, dan infeksi persisten oleh HPV risiko tinggi (Crum, Lester dan Cotran, 2007).
Insidensi karsinoma in situ meningkat sekitar lima kali lipat pada perempuan yang terinfeksi oleh virus imunodefisensi manusia jika dibandingkan dengan kontrol (Crum, Lestran dan Cotran, 2007).
Wanita perokok memiliki risiko dua kali lipat terhadap kanker serviks dibandingkan dengan wanita bukan perokok (Dalimartha, 2004). Bahan karsinogenik spesifik dari tembakau seperti nikotin dijumpai dalam lendir serviks wanita perokok. Bahan ini dapat merusak DNA sel epitel skuamosa dan bersama dengan infeksi HPV mencetuskan transformasi malignansi (Edianto, 2006).
Kanker serviks jarang ditemukan pada perawan dan pada wanita yang pasangan seksualnya telah disirkumsisi. Insideni kanker serviks lebih tinggi pada mereka yang menikah daripada yang tidak menikah dan pada wanita dengan tingkat sosial ekonomi rendah. Selain itu insidensinya juga meningkat dengan tingginya paritas, apa lagi bila jarak persalinan terlampau dekat (Mardjikoen, 2007).
Resiko noninvasif dan invasif kanker serviks telah menunjukkan hubungan dengan pemakaian kontrasepsi oral. Namun, penemuan ini hasilnya tidak selalu konsisten dan tidak semua studi dapat membenarkan perkiraan risiko ini. Beberapa studi yang lebih lanjut memer lukan konfirmasi atau menyangkal observasi mengenai kontrasepsi oral ini (Rasjidi, Irwanto dan Sulistyanto, 2008).
Ada beberapa penelitian yang menyimpulkan bahwa defisiensi asam folat dapat meningkatkan risiko terjadinya displasia ringan dan sedang, sert a mungkin juga meningkatkan risiko terjadinya kanker serviks pada wanita yang makanannya rendah beta karoten dan retinol (Diananda, 2009).
2.1.9. Penatalaksanaan
Terapi dapat dilakukan setelah diagnosis kanker serviks ditegakkan. Para klinisi umumnya akan memperhatikan stadium klasifikasi FIGO, derajat differensiasi,
(28)
(Chamim, 2006). Namun, pada kenyataannya angka rekurensi p ada pasien paska terapi yang adekuat masih tinggi, yakni sekitar 35% (Greer dan Koh, 2002). Hal ini tergantung dari: (1) stadium kanker, di mana pada stadium awal rekurensi lebih sering terjadi dibandingkan pada stadium lanjut, (2) metastasis ke kelenjar l imfe pelvis, (3) invasi stroma yang dalam, (4) usia, dan (5) jenis terapi yang diberikan (H T et al., 2002).
Penatalaksanaan kanker serviks yang utama pada stadium awal yaitu stadium 1A sampai 2A adalah operasi radikal histerektomi + bisalpingoophorektomi bilateral + Lymphadenektomi pelvis bilateral. Operasi khusus seperti ini lazimnya dikerjakan oleh seorang ahli dibidang kanker kandungan (onkolog -ginekolog).
Sedangkan penatalaksanaan pada stadium 2B keatas adalah radiasi atau kemoradiasi paliatif saja (Sofian, 2011).
2.1.10. Pencegahan
Ada beberapa metode skrining yang dapat digunakan, tergantung dari ketersediaan sumber daya. Metode skrining yang baik memiliki beberapa persyaratan, yaitu akurat, dapat diulang kembali (reproducible), murah, mudah dikerj akan dan ditindak-lanjuti, akseptabel, serta aman. Beberapa metode yang diakui WHO adalah sebagai berikut (WHO, 2006) :
1. Metode Sitologi a. TesPapkonvensional
Tes Papatau pemeriksaan sitologi diperkenalkan oleh Dr. George Papanicolau sejak tahun 1928. Sejak tes ini dikenal luas, kejadian kanker leher rahim dinegara -negara maju menurun drastis. Pemeriksaan ini merupakan suatu prosedur pemeriksaan yang mudah, murah, aman, dan non -invasif. Beberapa penulis melaporkan sensitivitas pemeriksaan ini berkisa r anatara 78-93%. Tetapi pemeriksaan ini tak luput dari hasil positif palsu sekitar 16 -37% dan negatif palsu 7 -40%. Sebagaian besar kesalahan tersebut disebabkan oleh pengambilan sediaan yang tidak adekuat, kesalahan dalam proses pembuatan sediaan dan kesa lahan interpretasi (Nuranna, 2005).
(29)
b. Pemeriksaan sitologi cairan (Liquid-base cytology/LBC)
Dikenal juga dengan Thin Prep atau monolayer. Tujuan metode ini adalah mengurangi hasil negatif palsu dari pemeriksaan Tes Pap konvensional dengan cara optimalisasi teknik koleksi dan preparasi sel. Pada pemeriksaan metode ini sel dikoleksi dengan sikat khusus yang dicelupkan ke dalam tabung yang sudah berisi larutan fiksasi. Keuntungan penggunaan teknik monolayer ini adalah sel abnormal lebih tersebar dan mudah t ertangkap dengan fiksasi monolayer sehingga mudah dikenali. Kerugiannya adalah butuh waktu yang cukup lama untuk pengolahan slide dan biaya yang lebih mahal (Mannos, 2009).
2. Metode pemeriksaan DNA -HPV
Deteksi DNA HPV dapat dilakukan dengan metode hibridisasi berbagai cara mulai dari cara Southern Blot yang dianggap sebagai baku emas, filter in situ, Dot Blot, hibridisasi in situ yang memerlukan jaringan biopsi, atau dengan cara pembesaran, seperti pada PCR (Polymerase Chain Reaction) yang amat sensitif (Cuzick, 1995).
2.1.11. Prognosis
Kehamilan tidak mempengaruhi luaran dari perempuan dengan kanker serviks. Prognosis kemungkinan lebih buruk dari pada perempuan yang diagnosis kanker serviks ditegakkan pada periode 12 bulan pasca persalinan dibandi ngkan yang ditegakkan selama kehamilan (Prawirohardjo dan Wiknjosastro, 2008).
2.2.Pap Smear 2.2.1. Definisi
Pap smear adalah suatu test yang aman dan murah yang telah dipakai bertahun-tahun lamanya untuk mendeteksi kelainan -kelainan yang ada di sel-sel leher rahim. Tes ditemukan pertama kali oleh Dr. George Papanicoloau sehingga dinamakan Pap smear Test. Pap smear Testadalah suatu metode pemeriksaan sel -sel
(30)
melihat perubahan-perubahan yang terjadi dari sel -sel tersebut. Perubahan-perubahan yang terdeteksi secara dini akan menurunkan kejadian kanker serviks. Pap smear dapat mendeteksi dini kanker serviks dengan melihat penemuan perkembangan sel -sel abnormal serviks (Brunner & Suddarth, 2001).
2.2.2. Klasifikasi Pemeriksaan Pap Smear
Pemeriksaan cytologis dari smear sel-sel yang diambil dari serviks, untuk melihat perubahan-perubahan sel yang mengindikasikan terjadinya inflamasi, displasia atau kanker. Klasif ikasi pemeriksaan Pap smear, sistem Bethesda (Price dan Wilson, 2005) adalah :
a. Atypical Squamous Cell of Undetermined Significance (ASC -US) yaitu sel skuamosa atipikal yang tidak dapat ditentukan secara signifikan. Sel skuamosa adalah datar, tipis yang membentuk permukaan serviks.
b. Low-grade Squamous Intraephitelial Lesion (LSIL) , yaitu tingkat rendah berarti perubahan dini dalam ukuran dan bentuk sel. Lesi mengacu pada daerah jaringan abnormal, intraepitel berarti sel abnormal hanya terdapat pada per mukaan
lapisan sel-sel.
c. High-grade Squamosa Intraepithelial (HSIL) berarti bahwa terdapat perubahan yang jelas dalam ukuran dan bentuk abnormal sel -sel (prakanker) yang terlihat berbeda dengan sel-sel normal.
d. High-grade Squamosa Intraepithelial atypi cal glandular cel (HSIL AGC) e. Adenocarsinoma in situ (AIS)
2.2.3. Manfaat Pemeriksaan Pap Smear
Pemeriksaan Pap smear berguna sebagai pemeriksaan penyaring (skrining) dan pelacak adanya perubahan sel ke arah keganasan secara dini sehingga kelainan prakanker dapat terdeteksi serta pengobatannya menjadi lebih mudah dan murah (Price dan Wilson, 2005).
(31)
ManfaatPap smeardapat dijabarkan secara rinci sebagai berikut: a. Diagnosis dini keganasan
Pap smear berguna dalam mendeteksi kanker serviks, kanker korpus endometrium, keganasan tuba fallopi, dan mungkin keganasan ovarium.
b. Perawatan ikutan dari keganasan
Pap smear berguna sebagai perawatan ikutan setelah operasi dan setelah mendapatkan kemoterapi dan radiasi.
c. Interpretasi hormonal wanita
Pap smear bertujuan untuk mengikuti siklus menstruasi dengan ovulasi atau tanpa ovulasi, menentukan maturitas kehamilan, dan menentukan kemungkinan keguguran pada hamil muda.
d. Menentukan proses peradangan
Pap smear berguna untuk menentukan proses peradangan pada berbagai infeksi bakteri atau jamur (Manuaba, 2005).
2.2.4 Prosedur Pemeriksaan Pap Smear
Prosedur pemeriksaan Pap smear Test dimulai dengan tindakan pasien dibaringkan telentang kemudian diatur dalam posisi lithotomic, lalu masukkan alat spekulum ke dalam liang senggama yaitu alat yang menyerupai moncong bebek yang bertujuan untuk membuka liang senggama sehingga dapat terlihat jelas dinding leher rahim dan alat ini bertujuan untuk menahan vagina agar tetap terbuka. Setelah itu sel -sel leher rahim diambil dengan cara mengusap leher rahim dengan spatula yaitu suatu alat yang menyerupai tangkai pada es krim, kemudian dioleskan apusan leher rahim tersebut pada object glass, dan kemudian dikirim ke bag ian laboratorium patologi anatomi untuk pemeriksaan teliti yaitu dengan dipulas dengan Papanicoloau dan diperiksa adanya sel kanker atau tidak (Price dan Wilson, 2005).
(32)
a. Persiapan alat-alat yang akan digunakan, meliputi formulir konsultasi sitologi, speculum bivalve (cocor bebek), spatula Ayre, kaca objek (object glass) yang telah diberi label pada satu sisinya, dan wadah berisi larutan alkohol 95 %;
b. Persiapkan pasien untuk berbaring dengan posisi ginekologi;
c. Pasang spekulum kering dan disesuaikan sehingga tampak dengan jelas vagina bagian atas, forniks posterior, serviks uteri dan kanalis servikalis;
d. Memeriksa serviks apakah normal atau tidak;
e. Spatula Ayre dengan ujung yang pendek dimasukkan ke dalam endoserviks, dimulai dari arah jam 12 dan diputar 3600 searah jarum jam;
f. Sediaan lendir serviks dioleskan di atas kaca objek pada sisi yang telah diberi tanda dengan membentu sudut 450 satu kali usapan;
g. Kemudian kaca objek dicelupkan ke dalam larutan alkohol 95 % selama 10 menit; h. Sediaan diletakkan pada wadah kemudian dikirim ke ahli patologi anatomi.
Prosedur pemeriksaan ini akan memberikan rasa tidak nyaman tetapi tidak akan menimbulkan rasa sakit. Peme riksaan ini dilakukan 1 tahun sekali dan secara teratur. Pap smear Test sebaiknya dilakukan seminggu atau dua minggu setelah berakhirnya masa menstruasi. Bagi wanita yang sudah menopause maka dapat melakukan pemeriksaan ini kapan saja. Pap smearditunda sampai pengobatan selesai pada pasien dengan peradangan berat. Pap smear tidak dilakukan lagi bagi wanita yang telah menjalani pengangkatan seluruh rahim (histerektomi) dengan riwayat penyakit jinak dan bukan merupakan lesi prekanker. Selain itu Pap smear juga tidak dilakukan lagi pada wanita yang telah berusia di atas 70 tahun dengan syarat hasilnya 2 kali negatif dalam 5 tahun terakhir (Azis, 2002). Pap smear mulai dapat dilaksanakan pada wanita yang telah 3 tahun menikah atau aktif secara seksual, tetapi usianya tidak dibawah 21 tahun (Husain dan Hoskins, 2002). Pap smear sebaiknya tidak dilakuan pada wanita yang baru menikah atau aktif secara seksual kurang dari 3
(33)
tahun karena dapat menimbulkan pengobatan yang berlebihan akibat gambaran sel abnormal yang bersifat sementara. Pasien dianjurkan untuk tidak melakukan hubungan seksual 2-3 hari sebelum pemeriksaan, kemudian dianjurkan untuk tidak menggunakan pengobatan melalui vagina atau mencuci vagina dengan cairan seperti spermicidal foams, creams dan jellies. Hal ini perlu diperhatikan karena dapat mempengaruhi hasil pemeriksaan Pap smear. Setelah pemeriksaanPap smear, pasien dapat langsung kembali mengerjakan aktivitas -aktivitasnya sehari-hari (Schoendstadt, 2006). Menurut rekomendasi terbaru dari American College of Obstetricans and Gynecologist dan The American Cancer Society, pemeriksaan Pap smear dianjurkan untuk diulang setahun sekali secara teratur seumur hidup. Bila pemeriksaan tahunan tiga kali berturut-turut hasilnya normal, pemeriksaan selanjutnya dilakukan dengan frekuensi yang lebih jarang atas kebijakan dokter (Hillegas, 2005). Bila hasil pemeriksaan menunjukkan tanda -tanda abnormal maka dilakukan pengobatan lanjutan dengan pemanasan sinar laser, atau dengan cone biopsy . Dan apabila terjadi prekanker maka tindakan yang dilakukan adalah dengan operasi dan radioterapi (Price dan Wilson, 2005).
2.2.5. Interpretasi Hasil Pap Smear
Terdapat banyak sistem dalam menginterpretasikan hasil pemeriksaan Pap smear, sistem Papanicolaou, sistem Cervical Intraepithelial Neoplasma (CIN), dan sistem Bethesda.
Klasifikasi Papanicolaou membagi hasil pemeriksaan menjadi 5 kelas (Saviano, 1993), yaitu:
a. Kelas I : tidak ada sel abnormal.
b. Kelas II : terdapat gambaran sitologi atipik, namun tidak ada indikasi adanya keganasan.
c. Kelas III : gambaran sitologi yang dicurigai keganasan, displasia ringan sampai sedang.
(34)
e. Kelas V : keganasan.
Sistem CIN pertama kali dipublikasikan oleh Richart RM tahun 1973 di Amerika Serikat. Pada sistem ini, pengelompokan hasil uji Pap smearterdiri dari (Feig, 2001): a. CIN I merupakan displasia ringan dimana ditemukan sel neoplasma pada kurang dari sepertiga lapisan epitelium.
b. CIN II merupakan displasi a sedang dimana melibatkan dua pertiga epitelium. c. CIN III merupakan displasia berat atau karsinoma in situ yang dimana telah melibatkan sampai ke basement membrane dari epitelium.
Daignosis neoplasma pada serviks masi dianggap sulit, oleh karena itu berbagai institusi yang bergerak dibidang sitologi patologi dan ginekologi merancang sebuah sistem terminologi yang disebut dengan sistem bethesda diharapkan komunikasi antara pihak laboratorium dengan pihak klinisi akan lebih efektif.
The 2001 Bethesda System (Abridged) SPECIMEN ADEQUACY
Satisfactory for evaluation (note presence/absence of endocervical/ transformation zone component)
Unsatisfactory for evaluation . . . (specify reason) Specimen rejected/not processed (specify reason)
Specimen processed and examined, but unsatisfactory for evaluation of epithelial abnormality because of (specify reason)
GENERAL CATEGORIZATION (Optional)
Negative for intraepithelial lesion or malignancy Epithelial cell abnormality
INTERPRETATION/RESULT
Negative for Intraepithelial Lesion or Malignancy
Organisms
Trichomonas vaginalis
(35)
Shift in flora suggestive of bacterial vaginosis
Bacteria morphologically consistent with Actinomycesspecies Cellular changes consistent with herpes simplex virus
Other non-neoplastic findings (Optional to report; list not comprehensive) Reactive cellular changes associated with
inflammation (includes typical repair) radiation
intrauterine contraceptive device
Glandular cells status posthysterectomy Atrophy
Epithelial Cell Abnormalities
Squamous cell
Atypical squamous cells (ASC)
of undetermined significance (ASC -US) cannot exclude HSIL (ASC -H)
Low-grade squamous intraepithelial lesion (LSIL)
encompassing: human papillomavirus/mild dysplasia/cervical intraepithelial neoplasia (CIN) 1
High-grade squamous intraepithelial lesion (HSIL)
encompassing: moderate and severe dysplasia, carcinoma in situ; CIN 2 and CIN 3
Squamous cell carcinoma Glandular cell
Atypical glandular cells (AGC) (specify endocervical, endometrial, or not otherwise specified)
Atypical glandular cells, favor neoplastic (specify endocervical or not otherwise specified)
(36)
Other(List not comprehensive)
Endometrial cells in a woman _40 years of age
AUTOMATED REVIEW AND ANCILLARY TESTING (Include as appropriate)
EDUCATIONAL NOTES AND SUGGESTIONS (Optional) (American Medical Association, 2009).
2.2.6 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Penerimaan Pap Smear Dipara Ibu
Menurut Suwiyoga (2007), para wanita sering enggan untuk diperiksa oleh karena faktor ketidaktahuan, rasa malu, rasa takut, dan faktor biaya. Hal ini umumnya disebabkan oleh masih rendahnya tingkat pendidikan dan pengetahuan penduduk Indonesia tentang Pap smear.
Menurut Candraningsih (2011), Beberapa faktor hambatan pemeriksaan Pap smear, diantaranya adalah perilaku wanita usia subur yang enggan untuk diperiksa karena tidak pernah mengetahui tentang Pap smear, rasa malu dan rasa takut untuk memeriksa organ reproduksi serviks kepada tenaga kesehatan, faktor biaya khususnya pada golongan ekonomi yang lemah, sumber informasi dan fasilitas atau pelayanan kesehatan yang masih minim untuk melakukan pemeriksaan Pap smear.
Menurut Evenmett (2003), yang melakukan analisis mengenai penyebab Pap smear tidak dilakukan oleh wanita yaitu karena faktor psikologis dimana mereka merasa takut melakukan Pap smear, takut mengetahui hasilnya bahwa menderita kanker dan malu untuk menjalani pemeriksaan Pap smear.
Faktor agama, seseorang tidak melakukan Pap smear dipengaruhi oleh nilai-nilai yang dianut, salah satu keyakinan yaitu agama Islam tidak disarankan bagi seorang wanita untuk memperlihatkan auratnya kepada orang lain kecuali muka serta telapak tangan, namun aurat boleh ditampakkan untuk tujuan pengobatan kesehatan atau kedaruratan penyakit dan kewajiban menutup aurat itu adalah suatu kewajiban
yang bersifat ‘aini ta ‘abbudii yaitu wajib dilakukan oleh setiap individu k arena ibadah semata (Dahlan, 2006).
(37)
Faktor sosial budaya, menyatakan bahwa anggota keluarga turun -temurun tidak pernah melakukan pemeriksaan Pap smear. Hal tersebut mengindikasikan bahwa tanpa disadari kebudayaan telah mewarnai sikap anggota keluarga untuk menuruti kebiasaan dalam keluarga untuk tidak melakukan pemeriksaan Pap smear sehingga pengaruh tersebut menyebabkan mereka tidak ingin melakukan pemeriksaan Pap smear. Selain itu, rasa malu dan takut untuk melakukan pemeriksaan Pap smear juga menjadi alasan mayoritas responden dalam melakukan pemeriksaan organ reproduksi serviksnya (Nurhasanah, 2008).
Faktor ekonomi, menunjukkan bahwa pemeriksaan Pap smear tidak dilakukan karena biaya yang mahal. Tingkat ekonomi sangat menentukan seseorang untuk lebih meningkatkan kesehatannya ke arah yang lebih baik terutama untuk melakukan pemeriksaan Pap smear(Darnindro, 2006).
Dari faktor motivasi, menyatakan bahwa mendapat dukungan dan izin dari suami dan keluarga sehingga bukan menjadi alasan tidak melakukan pemerik saan kesehatan serviksnya. Hal tersebut berbeda dengan penelitian yang dilakukan Bakheit dan Haron bahwa alasan wanita menolak melakukan Pap smear adalah karena tidak diizinkan oleh suami dan tidak mendapat dukungan dari keluarga (Nurhasanah, 2008).
(38)
BAB 3
KERANGKA KONSEP PENELITIAN DAN DEFINISI OPERASIONAL
3.1 KERANGKA KONSEP PENELITIAN
Berdasarkan tujuan penetilian diatas maka kerangka konsep dalam penelitian ini adalah :
3.2 DEFENISI OPERASIONAL
No Variabel Definisi operasional
Skala ukur
Alat dan cara ukur
Kategori
1. Usia Usia responden
berdasarkan jawaban yang diberikan dalam kuesioner
Ordinal Kuesioner 1. ≤ 35
Tahun 2. 36-45
Tahun 3. ≥ 46
Tahun 2. Pendidikan Adalah
pendidikan
Ordinal Kuesioner 1. SD 2. SMP CA CERVIX PENGETAHUAN MEROKOK USIA PAP SMEAR EKONOMI SOSIAL BUDAYA AGAMA PASANGAN PENDIDIKAN PEKERJAAN
Variable yang diteliti
Variable (karakteristik) yang akan dideskripsikan
(39)
terakhir dari responden 3. SMA 4. Pergur uan tinggi 3. Pendapatan Adalah
pendapatan
keluarga dalam setiap bulannya
Interval Kuesioner 1. <RP. 1.000.0 0.00 2. Rp.
1.000.0 00.00 s/d Rp. 1.500.0 0.00 3. Rp.
1.500.0 00.00 s/d Rp. 2.000.0 00.00 4. > Rp.
2.000.0 00.00
4. Pengetahuan ibu
Pengetahuan ibu tentang Pap smear sebagai upaya pencegahan
Ordinal Kuesioner 1. Baik 75-100 2. Sedang 50-74
(40)
kanker serviks yang dinilai berdasarkan total skor pertanyaan dalam kuesioner. untuk setiap pertanyaan
diberikan bobot 5 poin, dimana jawaban yang benar diberikan skor 1 dan yang salah diberikan skor 0.
3. Kurang <50
5. Pap smear Kondisi pemeriksaan sitopatologi dimana contoh dari sel epitel serviks diambil untuk kemudian diperiksa secara mikroskopik apakah ada sel yang abnormal yang dilakukan oleh responden
Nominal Kuesioner 1. Ya 2. Tidak
(41)
METODE PENELITIAN
4.1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif, yaitu penelitian yang bertujuan melakukan deskripsi mengenai fenomena yang ditemukan.
4.2. Lokasi Dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November 2013 di K omplek Pondok Surya Medan.
4.3. Populasi dan Sampel Penelitian
4.3.1. Populasi Penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu -ibu di Komplek Pondok Surya Medan, yang berjumlah 160 orang.
4.3.2. Sampel Penelitian
Sampel dalam penelitian adala h sebagian dari populasi.
4.3.3. Besar sampel Penelitian
Untuk menentukan besar sampel digunakan rumus Taro Yamame yang dikutip dari Notoatmodjo tahun 2002 :
Rumus :
1 Keterangan :
d = Penyimpangan terhadap populasi atau derajat ketepatan yang diinginkan = 0,05 Z = Standar deviasi normal = 1,95
(42)
q = 1,0 - p
N =total populasi = 160 n = besar sampel
0,05 1,95 0,5 0,5 160
160 1
0,0025 3,802 0,25 160
160
112,6 113
Sampel yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah 113 orang. Yang diambil dengan metode consecutivesampling.
4.4. Metode Pengumpulan Data
4.4.1. Data Primer
Data primer adalah data yang berasal dari sampel penelitian dan pengumpulan data dilakukan dengan metode angket.
4.4.2. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diambil dari catatan lingkungan komplek pondok surya Kelurahan Helvetia timur Tahun 2013.
4.5. Metode Pengolahan Dan Analisa Data
Pengolahan data adalah suatu proses dalam memperoleh data ringkasan atau angka ringkasan dengan menggunakan cara -cara tertentu. Editing, dilakukan untuk memeriksa ketepatan dan kelengkapakan data. Coding, data yang yang telah terkumpul dan dikoreksi ketepatan dan kelengkapannya kemudian diberi kode oleh peneliti secara manual sebelum diolah oleh computer. Entry, memasukkan data dari lembar observasi kedalam program komputer dengan menggunakan program
(43)
perangkat statistik lunak . Cleaning, pemeriksaan kembali semua data yang telah dimasukkan kedalam komputer guna mengindari terjadi kesalahan dalam pemasukan data.Saving, penyimpanan data untuk siap dianalisis.
Data akan dianalisa secara deskriptif untuk melihat distribusi frekuensi dari masing-masing karakteristik ibu -ibu di Kompleks Pondok Surya. Nilai mean dan standar deviasi akan ditampilkan. Apabila data memungkinkan, maka akan dilakukan analisa analitik untuk melihat hubungan antara pengetahuan dan angka pap smear yang dilakukan oleh para i bu di kelompok yang sama. Data akan di analisa dan ditampilakan dengan menggunakan program perangkat statistik lunak.
(44)
BAB 5
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 5.1. Deskripsi Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Komplek Pondok Surya yang berlokasi di Jl. Setia Budi kelurahan Helvetia Timur, Medan, Sumatra Utara, Indonesia.
5.2. Deskripsi Karakteristik Responden
Responden yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah 113 sample ibu -ibu yang bertempat tinggal di komplek pondok surya dengan karakteristik sebagai berikut :
Tabel 5.1 Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Usia
Umur Frekuensi (f) %
≤ 35 Tahun 7 6,2
36-45 Tahun 52 46,0
≥ 46 Tahun 54 47,8
Total 113 100
Dari tabel 5.1 dapat dilihat bahwa responden terbanyak berusia ≥ 46 tahun
(47,8%) dan yang paling sedikit adalah ≤ 35 tahun (6,2%).
Tabel 5.2 Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan
Pekerjaan Frekuensi (f) %
Ibu Rumah Tangga 69 61,1
Wiraswasta 22 19,5
Pegawai Negri Sipil 22 19,5
(45)
Tabel 5.2 menunjukkan bahwa pekerjaan responden yang terbanyak adalah ibu rumah tangga (61,1%) dan diikuti wiraswasta dan pegawai negri sipil masing -masing (19,5%).
Tabel 5.3 Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan
Pendidikan Frekuensi (f) %
SMP 3 2,7
SMA 30 26,5
Perguruan Tinggi 80 70,8
Total 113 100
Dari tabel 5.3 dapat dilihat bahwa pendidikan responden yang terbanyak adalah lulusan perguruan tinggi (61,1%) dan yang tersedikit adalah lulusan SMP (2,7%).
Tabel 5.4 Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Pendapatan
Pendapatan Frekuensi (f) %
<Rp.1.000.000 2 1.8
Rp.1.000.00- Rp1.500.000 4 3,5
Rp. 1.500.000- Rp. 2.000.000 9 8,0
>Rp. 2.000.000 98 86,7
Total 113 100
Tabel 5.4 menunjukkan bahwa mayoritas responden berpenghasilan >Rp. 2.000.000 (86,7%) dan yang paling sedikit dengan penghasilan <Rp. 1.000.000 (1,8%).
(46)
Tabel 5.5 Distribusi Responden Berdasarkan Pemeriksaan Pap Smear
Pemeriksaan Pap Smear Frekuensi %
Pernah 43 38,1
Tidak pernah 70 61,9
Total 113 100
Dari tabel 5.5 dapat dilihat bahwa dari total 113 responden, yang sudah pernah melakukan pap smearhanya 43 orang (38,1%) dan yang tidak pernah adalah 70 orang (61,9%).
Tabel 5.6 Distribusi Responden Berdasarkan Jumlah Pemeriksaan Pap Smear
Jumlah Pemeriksaan Pap Smear/ Orang Frekuensi %
1 23 20,4
2 8 7,1
3 8 7,1
4 3 2,7
5 1 9,0
Total 43 100
Tabel 5.6 menunjukkan bahwa dari total 43 responden yang pernah melakukan pap smear sebelum penelitian dilakukan, mayoritas pernah melakukan satu (1) kali (20,4%) dan 1 orang pernah melakukan hingga lima (5) kali (9%).
(47)
Tabel 5.7. Distribusi Responden Berdasarkan Rutinitas Pap SmearDalam Durasi Tahun
Jumlah Pemeriksaan Pap Smear/ Tahun Frekuensi %
1 tahun sekali 8 7,10
2 tahun sekali 9 8,0
3 tahun sekali 2 1,8
4 tahun sekali 1 9
Pada tabel 5.7 dapat dilihat distribusi jumlah rutinitas pap smear dalam durasi setahun, dimana 8 orang (7,10%) pernah melakukan satu kali.
Tabel 5.8 Distribusi Responden Berdasarkan Jawaban Pada Masing -Masing Pertanyaan Dalam Kuesioner
No Pertanyaan Menjawab
benar
Menjawab salah
1 Menurut Ibu apa yang dimaksud dengan Pap Smear?
62 (54.8%) 51 (45.2%) 2 Siapakah yang harus menjalani pemeriksaan
Pap smearini?
76 (67.3%)
37 (32.7%) 3 Berapa kalikah harus diulang pemeriksaan
Pap smear?
40 (35.3%)
73 (64,7%) 4 Yang mana merupakan kriteria sebelum
melakukanPap Smear
45 (39,8%)
68 (60,2%) 5 Menurut ibu, apakah setelah pemeriksaan pap
smear:
48 (42.4)
65 (57,6%) 6 Menurut ibu, manakah dibawah ini penyebab
kanker serviks
38 (33.6%)
75 (66,4%)
(48)
kanker serviks dapat ditularkan? (49,5%) (50,5%) 8 Menurut ibu dari hal-hal berikut ini yang
manakah yang menjadi faktor penyebab
tertinggiuntuk dapat terjadinya kanker leher rahim?
43 (38,0%)
70 (62,0%)
9 Kanker serviks paling banyak ditemukan pada wanita berumur
70 (62.0%)
43 (38,0%) 10 Menurut ibu, bagaimana cara penyebaran
kanker serviks ?
40 (35,3%)
73 (64,5%) 11 Faktor apa saja yang memiliki resiko terkena
kanker serviks ?
20 (17,6%)
93 (82,4%)
12 Apa gejala awal kanker serviks ? 52
(46,0%)
61 (54,0%) 13 Menurut Ibu, apa manfaat pemeriksaan Pap
Smear?
30 (26,6%)
83 (73,4%) 14 Menurut Ibu, kapan seorang wanita harus
melakukanPap Smear?
61 (54,0%)
52 (46,0%) 15 Menurut Ibu, apa saja yang harus
dipersiapkan sebelum melakukan pemeriksaanPap Smear?
41 (36,3%)
72 (73,7%) 16 Menurut Ibu, dimana tersedia pelayanan Pap
Smear?
93 (82,3%)
20 (17,7%) 17 Menurut ibu tenaga kesehatan yang dapat
melakukanPap smearadalah
87 (77,0%)
26 (23,0%) 18 Bagaimana pemeriksaan Pap Smear
dilakukan ?
59 (52,2%)
54 (47,8%) 19 Darimana Ibu mendapatkan informasi
mengenaiPap smear?
40 (35,3%)
73 (64,7%) 20 Selain Pap smear, hal apa yang dapat ibu
lakukan untuk mencegah kanker ?
48 (42,4%)
65 (57,6%) Dari tabel 5.8 dapat dilihat bahwa responden mayoritas menjawab benar soal no. 16 (82%). Sedangkan pertanyaan no. 11 mendapat jawaban benar paling sedikit (9,7%).
(49)
Tabel 5.9 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pengetahuan dan Nilai Rata -Rata Pada Masing-Masing Kelompok
Pengetahuan Frekuensi % x
Baik 7 38,9 77.85
Sedang 62 54,9 58.40
Kurang 44 6,2 29.75
Total 113 100
Tabel 5.9 dapat dilihat bahwa tingkat pengetahuan dengan kategori baik memiliki persentase paling kecil, yaitu 6,2%, tingkat pengetahuan yang dikategorikan sedang sebanyak (54,9 %) dan tingkat pengetahuan yang dikategorikan kurang sebesar (6,2%).
Dengan nilai skor maksimal 100 untuk seluruh pertanyaan dalam kuesioner, tiap kelompok dengan pengetahuan baik, sedang dan buruk, masing -masing mempunyai nilai rata-rata 77,85. 58,40 dan 29,75.
5.3 Pembahasan
Jika dilihat dari hasil jawaban yang diberikan masing -masing responden berdasarkan pertanyaan yang diajukan dalam kuesioner, dapat dilihat bahwa mayoritas responden mengetahui dimana fasilitas yang memberikan pelayanan pap smear 82% akan tetapi hanya 38% dari responden yang melakukannya. Hal ini tidak terlalu mengejutkan apabila dikaitkan kembali dengan pertanyaan yang diajukan, dimana mayoritas responden tidak mengetahui faktor resiko yang berkaitan dengan kanker serviks, terlihat bahwa hanya 17,6% responden yang dapat menjawab pertanyaan dengan benar. Hal lain yang dapat menjadi alasan adalah bahwa pengetahuan yang dimiliki tentang pap smear dan risiko yang dapat dicegah dengan melakukannya tidak sepenuhnya me wakili kondisi yang sebenarnya. Ini dapat dilihat bahwa nilai rata-rata yang diperoleh pada masing -masing kelompok tidak melewati
(50)
nilai tengah dari interval yang ditetapkan untuk skor. Untuk kelompok dengan pengetahuan baik, nilai rata -rata adalah 77,85 dari interval nilai 75-100, untuk kelompok dengan pengetahuan sedang adalah 58,40 dari interval nilai 50 -74 dan untuk kelompok dengan pengetahuan kurang adalah 29,75 dari interval nilai <50. Hal yang dapat ditarik dari hasil ini adalah bahwa pengetahuan yan g dimiliki oleh responden pada tiap kelompok hanya sedikit lebih baik dari kelompok di bawahnya. Artinya pada kelompok dengan pengetahuan sedang, hanya sedikit lebih baik dari kelompok dengan pengetahuan rendah dan demikian pula pada kelompok dengan pengetahuan baik, hanya sedikit lebih baik dari kelompok dengan pengetahuan sedang.
Pendapatan dan hubungannya dengan pengetahuan baik paling besar didapatkan pada kelompok responden yang berpenghasilan >Rp. 2.000.000. Kenyataan ini mungkin dikarenakan kelompok responden yang berpenghasilan besar tetapi informasi melalui media elektronik mengenai pap smear masih kurang. Hal ini memperlihatkan bahwa tingkat pengetahuan seseorang tidak dipengaruhi sepenuhnya oleh pendapatan.
Pendidikan terbanyak yaitu lulusan perg uruan tinggi (61,1%) dan hubungannya dengan pengetahuan yang baik masih kurang dengan persentase (38,9%). Pendidikan mempengaruhi proses belajar, makin tinggi pendidikan seeorang makin mudah orang tersebut untuk menerima informasi. Dengan pendidikan tinggi maka seseorang akan cenderung untuk mendapatkan informasi, baik dari orang lain maupun dari media massa. Semakin banyak informasi yang masuk semakin banyak pula pengetahuan yang didapat.
Hasil penelitian menurut Huda pada tahun 2011 menunjukkan bahwa ting kat pengetahuan dengan kategori sedang memiliki persentase paling besar yaitu sebanyak 58 orang (56,9%), tingkat pengetahuan yang dikategorikan kurang sebanyak 29 orang (28,4%) dan tingkat pengetahuan yang dikategorikan baik sebanyak 15 orang (14,7%). Menurut Retnosari, 2010 tingkat pengetahuan ibu -ibu dengan nilai sedang adalah 10
(51)
orang (53,3%) nilai tinggi sebanyak 13 orang (43,3%) dan nilai rendah 1 orang (3,3%). Penelitian Octavia C. di Kelurahan Petisah Tengah Tahun 2009 tentang hal yang serupa juga mendapatkan hasil bahwa sebagian besar masyarakat memiliki pengetahuan sedang sebanyak (62,7%). Penelitian yang dilakukan oleh Hadi N. dan Azimirad A. tahun yang sama pun memperlihatkan hasil yang serupa, dimana mayoritas responden berpengetahuan sedang yait u sebesar (53,6%). Penelitian-penelitian terdahulu terlihat sejalan dengan hasil penelitian ini dimana mayoritas ibu -ibu mempunyai pengetahuan tentang pap smear dalam kategori sedang (54,9%), diikuti dengan pengetahuan kurang (6,2%) dan hanya sebagian keci l yang mempunyai pengetahuan baik (38,9%).
(52)
BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan
Dari uraian-uraian yang telah dipaparkan, maka dalam penelitian ini dapat disimpulkan, yaitu:
a. Mayoritas responden berusia ≥ 54 tahun, 70,8% lulusan perguruan tinggi dan
86,7% berpenghasilan di atas Rp 2.000.000.
b. Dari keseluruhan responden hanya 43 orang (38.1%) yang pernah melakukan pap smear, dimana 23 orang (20,4%) pernah melakukan satu kali dan 8 orang (71,0%) melakukan satu kali rutinitas pap smear dalam durasi setahun.
c. Pengetahuan ibu-ibu tentang pap smear dikomplek pondok surya berada pada kategori dengan nilai rata -rata skor 58.40 (kategori sedang).
6.2. Saran
Dari hasil penelitian yang didapat, maka muncul b eberapa saran dan peneliti, yaitu:
a. Masukan kepada Puskesmas Helvetia Timur Di Komplek Pondok Surya Medan agar memberikan penyuluhan informasi tentang pap smear kepada ibu -ibu Komplek Pondok Surya Medan dengan menambah materi penyuluhan mengenai bahaya dan dampak dari kanker serviks dan kaitannya dengan pap smear sebagai upaya pencegahan.
b. Masukan kepada ibu-ibu komplek pondok surya untuk melakukan pap smear dan bagi yang sudah melakukan agar pertahunnya tetap melakukan pap smear dengan rutin sesuai den gan jadwal yang direkomendasikan oleh petugas kesehatan setempat atau dokter.
DAFTAR PUSTAKA
(53)
http://www.cancer.org/docroot/CRI/content/CRI_2_2_2x
Can_Cancer_of_the_Cervix_Be_Prevented.asp?rnav=cri [Accessed 25 March 2013].
American Medical Association, 2009. The 2001 bethesda system. Available from :www.jama.comat HSE : Health Service Executive ( Ireland) on February 17, 2009 [Accesed mei 2013]
Andrijono, 2007. Panduan Pelayanan Medik Ginekologi Onkologi, Perkumpulan Obstetri Ginekologi Indonesia, Himpunan Onkologi Ginekologi Indonesia, Juni, hal : 13-27.
Aziz, M.F., 2001. Masalah pada kanker serviks. Cermin Dunia Kedokteran, Jakarta, 133;5-7.
Aziz, M.F., 2002. Skrining dan Deteksi Dini Kanker Serviks. In: Ramli. H.M. et al, eds. Deteksi Dini Kanker. Jakarta: Balai Penerbit FK UI, 97 -110. Brunner & Suddarth., 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 8.
Jakarta: EGC.
Cancer Help UK, 2009. Prognosis for Cervical Cancer. Available from :
http://www.cancerhelp.org.uk/type/cervical cancer/treatment/cervical
-cancer-statistics-and- outlook. [Accessed 29 Maret 2013]
Candraningsih, 2011. Hubungan tingkat pengetahuan WUS tentang kanker serviks dengan praktik deteksi dini kanker serviks di BPS IS Manyaran Semarang [Relationships women of childbearing age level of knowledge about cervical cancer with cervical cancer early detection practices in BPS IS Manyaran Semarang].
Chamim, 2006. Buku Acuan Nasional O nkologi Ginekologi. In: M Farid Aziz, Adrijojo, Abdul Bari Saifuddin, editors. Penentuan stadium klinik dan pembedahan kanker ginekologi. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, p. 173-181.
(54)
Crum, C.P., Lester, S.C., Cotran, R.S., 2007. Sistem Genitalia Perempuan dan Payudara.In:Hartanto, H., et al., ed.Buku Ajar Patologi (vol. 2), 7th ed. Jakarta: EGC. 767-770.
Cuzick J, Szarewski A, Terry G, Ho L, Hanby A, Maddoc P., 1995. Human papilomavirus testing on frimary cervical screening. Lancet 345: 1533 -36 (106).
Dahlan, A., 2006.Ensiklopedi Hukum Islam. Jakarta: PT Intermasa.
Dalimartha, S., 2004. Kanker Serviks. In:Dalimartha, S., ed. Deteksi Dini Kanker danSimplisia Antikanker. Jakarta: Penebar Swadaya, 14 -18.
Damjanov Ivan, 2007, Cancer Gra ding Manual. Springer Science and Bussines. Darnindro, 2006. Pengetahuan Sikap Perilaku Perempuan yang Sudah
Menikah Mengenai Pap Smear dan Faktor -Faktor yang Berhubungan Di Rumah Susun Klender, Jakarta [Knowledge Attitude Behavior of Married Women RegardingPap Smearand Related Factors in Klender, Jakarta]. De Boer MA, Peters LAW, Aziz MF, siregar B, Cornain S, Vrede MA, et al.,
2004. Human papillomavirus type 16 E6,E7, and L1 variants in cervical cancer in Indonesia, Surainame, and The Netherland. Gynecol Oncol 94;488 -494.
Diananda, R., 2009. Kanker Serviks: Sebuah Peringatan Buat Wanita. In: Diananda, R.Mengenal Seluk-Beluk Kanker. Yogyakarta: Katahari, 43 -60. Dirjen Pelayanan Medik Departemen Kesehatan RI, 1997. Badan Registrasi
Kanker IAPI, Yayasan Kanker Indonesia. Kanker di Indonesia, Data histopatologik.
Edianto, D., 2006. Kanker Serviks. In:Aziz, M.F., Andrijono, Saifuddin, A.B., ed.Buku Acuan Nasional Onkologi Ginekologi. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, 442 -454.
Evenmett, K. 2003. Pap Smear Apa Saja Yang Anda Perlu Ketahui?. Arcan, Jakarta.
(55)
Feig, R.L., et al., 2001. First Aid For The Obstetrics & Gynecology Clerkship. US: McGraw-Hill.
Greer B E, Koh W J. 2002. Diagnosis and treatment of cervical carcinomas. American College of Obstetricians and Gynecologists; 99(5): 855–866. Gynecological Cancer 2002; 2:75–78.
H T Ng, S K Shyu, Y K Chen, C C Yuan, K C Ch ao, Y Y Kan. A scoring system for predicting recurrence of cervical cancer. International Journal of Hillegas, K.B., 2005. Gangguan Sistem Reproduksi Perempuan. In:Hartanto, H., et al, ed.Patofisiologi: Konsep Klinis Proses -proses Penyakit (vol.2), 6th ed. Jakarta: EGC, 1295-1297.
Hadi N, Azimirad A., 2011. Knowledge attitude and practice of women Shiraz about cervical cancer and pap smear 2009 [Online]. Available from :
http://www.sid.ir/en/VEWSSID/J_pdf/118920100303.pdf [Accessed April 2013].
Hillegas, K.B., 2005. Gangguan Sistem Reproduksi Perempuan. In:Hartanto, H., et al, ed.Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-proses Penyakit (vol.2), 6th ed. Jakarta: EGC, 1295-1297.
Huda G. Aghnia., 2011. Gambaran pengetahuan ibu mengenai kanker serviks dan Pap Smeardi Kelurahan Campaka Tahun 2011. Jakarta. Available From : Http://Perpus.Fkik.Uinjkt.Ac.Id/File_Digital/Makalah.Pdf [Accessed 5 November 2013].
Husain, A. & Hoskins, W.J., 2002. Screening for Cervical Cancer. In: Aziz, K. & Wu, G.Y., eds. Cancer Screening: A Practical Guide for Physicians. Totowa: Humana Press Inc.,27-4.
Manos NM, Ting Y, Wright DK. 2009. Use of Polymerase Chain reaction
amplification for the detection of genital human papilomavirus. Cancer cel ls 1989; (105).
(56)
Mardjikoen, P., 2005. Tumor Ganas Alat Genital. In:Wiknjosastro, H., ed. Ilmu Kandungan. 2nd ed. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, 380-387.
Nuranna, L., 2005. Penanggulangan Kanker Leher rahim yang Sahih dan Andal dengan metode Proaktif-VO (Proaktif, koordinatif dengan skrining IVA dan terapi krio). Desertasi program Doktor. FKUI, Jakarta.
Nurhasanah, C., 2008. Pengaruh Karakteristik dan perilaku PUS Terhadap Pemeriksaan Pap smear di RSUZA Banda Aceh. Medan : USU.
Octavia C., 2009. Gambaran Pengetahuan Ibu Mengenai Pemeriksaan Pap Smear Di Kelurahan Petisah Tengah Tahun 2009. Medan: Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. Available from:
http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/14280 [Accessed 2 April 2013]. Pecorelli S.,Ngan H.Y.S, Hacker N.F. , 2006. Staging Classifacations nad Clinical
Practice Guidelines for Gynaecological Cancers, A collaboration between FIGO and IGCS, third edition, Hal : 37 -57.
Prawirohardjo S dan Wiknjosastro, H., 2008. Tumor ganas alat genitalia. In : ilmu kandungan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, 895 -898. Price & Wilson., 2005. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses -Proses Penyakit edisi
6, Jakarta: EGC.
Quinn MA, Benedet JL, Odicino F, Beller U, Maisonneuv e P, Creasman WT, et al., 2006. Carcinoma of the certvix uteri. Int J of Gynecol and Obstet.;95:543 -103.
Rahmi., 2004. Data dinas kesehatan provinsi. Dalam: Mellisa, L. Dukungan Suami Terhadap Tindakan Ibu Dalam Melakukan Pap Smea r Di Kelurahan Sitirejo I Kecamatan Medan Kota Tahun 2012. Fakultas Kedokteran
Sumatera Utara, Medan:3 -4.
(57)
Serviks.In:Rasjidi, I., ed.Manual Prakanker Serviks. Jakarta: Sagung Seto, 45-48.
Retnosari., 2010. Tingkat pengetahuan ibu -ibu tentang resiko kanker serviks terhadap motivasi melakukan tes pap smear di Puskesmasmlati i sleman.
Yogyakar ta. Available fr om :
http:/ / publikasi.umy.ac.id/ index.php/ psik/ ar ticle/ viewfile/ 2226/ 1111 [Accessed 25
November 2013].
Saviano, E.C., 1993. Papanicolaou Smear & Cervical Intraepithelial Neoplasia. In:Brown, J.S., Crombleholme, W.R., eds. Handbook of Gynecology & Obstetrics. Stamford: Appleton & Lange, 36 -40.
Sankaranarayanan R, Budukh AM, Rajkumar R.,2001. Effective Screening programmes or cervical cancer in low - and middle-income developing countries. Bulletin of the World Health Organization,; 79:954-962.
Sankaranarayanan R., 2006. Overview of cervical cancer in yhe developing world. Int J of Gynecol & obstet. ;95:205-210.
Schellekens M, dijikman A, Aziz MF, Siregar B, Cornain S, Fleuran GJ, et al., 2004. Prevalence of single and multiple HPV type in cervical carcinomas in Jakarta, Indonesia, Gynecol Oncol;93;49 -53.
Schoenstadt, A., 2006. Cervical Cancer Screening. Available from: http://cervical-cancer.emedtv.com/cervical -cancer/cervical-cancer-screening.html [Accessed 18 April 2013].
Siregar Budiningsih., 2006. Buku Acuan Nasional Onkologi Ginekologi. In: Aziz M Farid, Adrijojo, Saifuddin Abdul Bari, editors. Pemeriksaan histopatologi dalam penanganan kanker ginekologi. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, p. 253-273.
(58)
Soepardiman, H.M., 2002. Tes Pap dan Interpretasi. In: Ramli, H.M. et al, eds, Deteksi Dini Kanker. Jakarta: Balai Penerbit FK UI. 123 -129.
Sofian Amru. Jilid 1, Edisi 3, 2011, Buku Kedokteran Pekanbaru. Sinopsis Obstetri,2011, 136-137.
Suwiyoga, I.K., 2007. Beberapa Masalah Pap Smear Sebagai Alat Diagnosa Kanker Serviks di Indonesia. Denpasar: Laboratorium Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Udayana. Available from:
http://ejournal.unud.ac.id/p ap/pdf. [ Accessed 28 April 2013 ].
Well M, Ostor AG, Crum CP, Tommasino M, Nesland JM, Goodman AK, et al., 2001. Epithelial tumours. In: Tavassoli FA, Delivee P, editors. World Health Organizing classification of tumours: pathology and genetics of tumours of the breast and female genital organ. Lyon: IARC Press; p.260 -279.
Wiknjosastro Hanifa, 2008. Edisi kedua, PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo Jakarta. Ilmu Kandungan, 164 -165.
WHO, 2006 World Health Organization. Comprehensive Cervical Cancer Control. A Guide to Essential Practice. Geneva.
WHO, 2010 Information centre on HPV and cervical cancer. Human papilloma virus and related cancers in world. Summary report update. Available fr om :
(59)
(60)
LAMPIRAN 1
Lembar Penjelasan
Assalamualaikum Wr. Wb.
Selamat sejahtera,
Saya Hadhinah Rasiqah Nasution, mahasiswi tingkat akhir Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara, saat ini sedang melakukan penelitian yang berjudul “Tingkat pengetahuan ibu-ibu di daeerah Komplek Pondok Surya tentang Pap smear upaya mencegah kanker serviks ”. Penelitian ini bertujuan untuk menilai pengetahuan ibu -ibu tentang Pap Smear sebagai salah satu mencegah kanker serviks di Komplek Pondok Surya.
Saya mengharapkan kerjasama dari ibu untuk memberikan jawaban yang sebenar-benarnya dalam penelitian ini. Jawaban yang ibu berikan sangat berguna untuk kelangsungan penelitian ini dan hanya akan digunakan untuk kepentingan penelitian, tidak disalahgunakan untuk maksud -maksud lain. Identitas responden akan dirahasiakan dan tidak akan dipublikasikan. Keikutsertaan ibu dalam penelitian ini sangat saya harapkan. Partisipasi Ibu bersifat bebas dan tanpa paksaan. Ibu berhak untuk menolak berpartisipasi tanpa dikenakan sanksi apapu n. Jika selama menjalani penelitian ini Ibu memiliki keluhan, ibu dapat menghubungi saya, Hadhinah Rasiqah Nasution (No. Hp 081265099874).
Demikian penjelasan ini saya sampaikan. Atas partisipasi dan kesediaan Ibu, Saya ucapkan terimakasih.
Medan, 2013
(61)
LAMPIRAN 2
Lampiran Persetujuan (Informed Consent)
Yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama :
Umur :
Alamat :
Pekerjaan :
Menyatakan bersedia dan mau berpartisipasi menjadi responden penelitian yang akan dilakukan oleh Hadhinah Rasiqah Nst , mahasisiwi dari Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara, Dengan ini menyatakan bersedia untuk menjadi subyek penelitian dengan sukarela dan tanpa paksaan.
Medan, 2013
Responden
(62)
Nama :
Umur :
Pekerjaan :
Pendidikan terakhir :
SD SMA
SMP Perguruan Tinggi
Pendapatan keluarga dalam sebulan
a. <Rp 1.000.000 b. Rp 1.000.000–Rp 1.500.000 c. Rp 1.500.000–Rp 2.000.000 d. >Rp 2.000.000
Apakah ibu pernah melakukan Pap smear
Pernah Belum pernah
Jika pernah, berapa kali melakukan pemeriksaan Pap Smear ? ____ kali Jika Ibu melakukan lebih dari satu kali, berapa lama jarak antara pemeriksaan pertama dengan pemeriksaan berikutnya ? _____ tahun
Mohon di lingkari jawaban yang menurut ibu adalah BENAR
1 Menurut Ibu apa yang dimaksud dengan Pap Smear ? a. Suatu pemeriksaan darah
sebelum wanita menikah
b. Suatu pemeriksaan wanita dewasa yang dilakukan dengan cara menampung cairan keputihan untuk diperiksa c. Suatu metode pemeriksaan sel
-sel yang diambil dari serviks, lalu diamati di bawah
mikroskop
d. Tidak tahu
(63)
berhubungan sexual mengidap kanker leher rahim c. Wanita yang akan menikah d. Pasangan wanita yang
mengidap kanker leher rahim 3 Berapa kalikah harus diulang pemeriksaan Pap smear ?
a. Setiap tahun b. Setiap 3-5 tahun
c. Setiap 10 tahun d. Tidak tahu
4. Yang mana merupakan kriteria sebelum melakukan Pap Smear a. Sedang haid atau ada
perdarahan.
b. Selama 24 jam sebelum pemerikasaan diperkenankan melakukan pencucian atau pembilasan vagina dan memakai bahan-bahan antiseptik pada vagina. c. Tidak boleh berhubungan
seksual walaupun menggunakan kondom sekalipun, minimal 24 jam.
d. Penderita paska bersalin, paska operasi rahim, paska radiasi ( kurang dari 6-8 minggu)
5 Menurut ibu, apakah setelah pemeriksaan pap smear: a. Pasien diwajibkan untuk
beristirahat total
b. Pasien tidak diwajibkan istirahat total
c. Pasien tidak dapat beraktivitas seperti biasa
d. Tidak tahu
6 Menurut ibu, manakah dibawah ini penyebab kanker serviks
a. infeksi HPV b. Bakteri
c. infeksi HIV d. Tidak tahu
7. Apakah ibu tahu bagaimana infeksi penyebab kanker serviks dapat ditularkan? a. Melalui hubungan seksual b. Melalui saluran pernapasan c. Melalui mulut/tertelan d. Tidak tahu
(64)
8. Menurut ibu dari hal-hal berikut ini yang manakah yang menjadi faktor penyebabtertinggiuntuk dapat terjadinya kanker leher rahim?
a. Tidak menggunakan kondom pada waktu melakukan hubungan seksual
b. Melakukan hubungan seksual pertama sekali pada usia yang sangat muda
c. Merokok d. Pasangan seksual yang
berganti-ganti 9. Kanker serviks paling banyak ditemukan pada wanita berumur …
a. 15-44 tahun b. 45-54 tahun
c. 55-64 tahun d. Tidak tahu
10. Menurut ibu, bagaimana cara penyebaran kanker serviks ?
a. Faktor genetik b. Penularan melalui hubungan seksual dengan pasangan c. Komsumsi makanan yang
terkena virus
d. Tidak tahu
11. Faktor apa saja yang memiliki resiko terkena kanker serviks ? (jawaban boleh lebih dari satu)
a. berhubungan badan usia dini b. memiliki banyak pasangan seksual (riwayat memiliki suami dengan banyak pasangan seksual)
c. wanita yang sering hamil d. wanita yang merokok 12. Apa gejala awal kanker serviks ? (jawaban boleh lebih dari satu)
a. Nyeri perut bagian bawah b. Keputihan menetap dan keluarnya darah setelah berhubungan suami istri
c. Keluar darah saat buang air kecil (BAK)
(65)
13. Menurut Ibu, apa manfaat pemeriksaan Pap Smear ? (jawaban boleh lebih dari satu)
a. Menghilangkan sel-sel kanker di serviks
b. Dapat mendeteksi kanker serviks secara dini
c. Menjaga kesehatan seorang wanita agar terhindar dari semua penyakit kelamin
d. Tidak tahu
14 Menurut Ibu, kapan seorang wanita harus melakukan Pap Smear ? a. Jika sudah dewasa dan hendak
menikah
b. Jika sudah melakukan hubungan intim selama 3 tahun
c. Jika sudah >70 tahun d. Tidak tahu
15. Menurut Ibu, apa saja yang harus dipersiapkan sebelum melakukan pemeriksaan Pap Smear ?
a. Dua hari sebelum pemeriksaan seorang wanita tidak boleh menggunakan alat pencuci vagina
b. Sebelum pemeriksaan seorang wanita harus sehat fisik
c. Sebelum pemeriksaan seorang wanita harus puasa terlebih dahulu
d. Tidak tahu
16. Menurut Ibu, dimana tersedia pelayanan Pap Smear ? (jawaban boleh lebih dari satu)
a. Puskesmas dan di rumah b. Rumah sakit besar, klinik, dan praktek bidan
c. Di rumah d. Tidak tahu
17. Menurut ibu tenaga kesehatan yang dapat melakukan Pap smear adalah a. Dokter umum dan perawat b. Dokter kandungan dan bidan
(66)
c. Kader kesehatan d. Tidak tahu 18. Bagaimana pemeriksaan Pap Smear
dilakukan ?
a. Dilakukan pemasukkan alat ke vagina dan disuntikkan suatu bahan
b. Diambil usapan dari daerah serviks
c. Dilakukan pengambilan darah d. Tidak tahu
19. Darimana Ibu mendapatkan informasi mengenai Pap smear ? (jawaban boleh lebih dari satu)
a. Media elektronik b. Teman/tetangga
c. Media cetak d. Penyuluhan
e. Tidak pernah mendengar sebelumnya
20. Selain Pap smear, hal apa yang dapat ibu lakukan untuk mencegah kanker ? a. Konsumsi makanan bergizi b. Konsumsi vitamin
c. Melakukan pembilasan vagina yang rutin
d. Hubungan seksual dengan pengaman
(67)
LAMPIRAN 3
Output Data Hasil Penelitian
usiakel
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid <35 tahun 7 6.2 6.2 6.2
36-45 tahun 52 46.0 46.0 52.2
>46 tahun 54 47.8 47.8 100.0
Total 113 100.0 100.0
Pekerjaan
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid irt 69 61.1 61.1 61.1
wiraswasta 22 19.5 19.5 80.5
pns 22 19.5 19.5 100.0
Total 113 100.0 100.0
pendidikan
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid smp 3 2.7 2.7 2.7
sma 30 26.5 26.5 29.2
perguruan tinggi 80 70.8 70.8 100.0
(1)
13. Menurut Ibu, apa manfaat pemeriksaan Pap Smear ? (jawaban boleh lebih dari satu)
a. Menghilangkan sel-sel kanker di serviks
b. Dapat mendeteksi kanker serviks secara dini
c. Menjaga kesehatan seorang wanita agar terhindar dari semua penyakit kelamin
d. Tidak tahu
14 Menurut Ibu, kapan seorang wanita harus melakukan Pap Smear ? a. Jika sudah dewasa dan hendak
menikah
b. Jika sudah melakukan hubungan intim selama 3 tahun
c. Jika sudah >70 tahun d. Tidak tahu
15. Menurut Ibu, apa saja yang harus dipersiapkan sebelum melakukan pemeriksaan Pap Smear ?
a. Dua hari sebelum pemeriksaan seorang wanita tidak boleh menggunakan alat pencuci vagina
b. Sebelum pemeriksaan seorang wanita harus sehat fisik
c. Sebelum pemeriksaan seorang wanita harus puasa terlebih dahulu
d. Tidak tahu
16. Menurut Ibu, dimana tersedia pelayanan Pap Smear ? (jawaban boleh lebih dari satu)
a. Puskesmas dan di rumah b. Rumah sakit besar, klinik, dan praktek bidan
c. Di rumah d. Tidak tahu
(2)
18. Bagaimana pemeriksaan Pap Smear dilakukan ?
a. Dilakukan pemasukkan alat ke vagina dan disuntikkan suatu bahan
b. Diambil usapan dari daerah serviks
c. Dilakukan pengambilan darah d. Tidak tahu
19. Darimana Ibu mendapatkan informasi mengenai Pap smear ? (jawaban boleh lebih dari satu)
a. Media elektronik b. Teman/tetangga
c. Media cetak d. Penyuluhan
e. Tidak pernah mendengar sebelumnya
20. Selain Pap smear, hal apa yang dapat ibu lakukan untuk mencegah kanker ? a. Konsumsi makanan bergizi b. Konsumsi vitamin
c. Melakukan pembilasan vagina yang rutin
d. Hubungan seksual dengan pengaman
(3)
LAMPIRAN 3
Output Data Hasil Penelitian
usiakel
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid <35 tahun 7 6.2 6.2 6.2
36-45 tahun 52 46.0 46.0 52.2
>46 tahun 54 47.8 47.8 100.0
Total 113 100.0 100.0
Pekerjaan
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid irt 69 61.1 61.1 61.1
wiraswasta 22 19.5 19.5 80.5
pns 22 19.5 19.5 100.0
Total 113 100.0 100.0
pendidikan
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid smp 3 2.7 2.7 2.7
sma 30 26.5 26.5 29.2
(4)
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid < rp.1.000.000 2 1.8 1.8 1.8
rp. 1.000.000 -rp. 1.500.000 4 3.5 3.5 5.3
rp. 1.500.000-rp. 2.000.000 9 8.0 8.0 13.3
> rp 2.000.000 98 86.7 86.7 100.0
Total 113 100.0 100.0
Pemeriksaan pap smear
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid pernah 43 38.1 38.1 38.1
tdk pernah 70 61.9 61.9 100.0
Total 113 100.0 100.0
Jumlah pemeriksaan pap smear
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid 0 70 61.9 61.9 61.9
1 23 20.4 20.4 82.3
(5)
3 8 7.1 7.1 96.5
4 3 2.7 2.7 99.1
5 1 .9 .9 100.0
Total 113 100.0 100.0
Jumlah pap smear pertahunnyaa
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid 0 93 82.3 82.3 82.3
1 8 7.1 7.1 89.4
2 9 8.0 8.0 97.3
3 2 1.8 1.8 99.1
4 1 .9 .9 100.0
Total 113 100.0 100.0
skorkuesioner
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid 1 1 .9 .9 .9
2 3 2.7 2.7 3.5
3 4 3.5 3.5 7.1
4 6 5.3 5.3 12.4
5 3 2.7 2.7 15.0
6 4 3.5 3.5 18.6
7 9 8.0 8.0 26.5
(6)
12 11 9.7 9.7 76.1
13 8 7.1 7.1 83.2
14 12 10.6 10.6 93.8
15 5 4.4 4.4 98.2
17 2 1.8 1.8 100.0
Total 113 100.0 100.0
tingkatpengetahuan
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid kurang 44 38.9 38.9 38.9
sedang 62 54.9 54.9 93.8
baik 7 6.2 6.2 100.0