Tingkat Pengetahuan Wanita Penduduk Kelurahan Sei Terjun Kota Medan Tentang Manfaat Pemeriksaan Pap Smear

(1)

TINGKAT PENGETAHUAN WANITA PENDUDUK

KELURAHAN SEI TERJUN KOTA MEDAN TENTANG

MANFAAT PEMERIKSAAN

PAP SMEAR

Oleh :

HAZIMAH BINTI HAMILIN 080100352

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2011


(2)

TINGKAT PENGETAHUAN WANITA PENDUDUK

KELURAHAN SEI TERJUN KOTA MEDAN TENTANG

MANFAAT PEMERIKSAAN

PAP SMEAR

KARYA TULIS ILMIAH

Oleh :

HAZIMAH BINTI HAMILIN

080100352

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(3)

2011

LEMBAR PENGESAHAN

Tingkat Pengetahuan Wanita Penduduk Kelurahan Sei Terjun Kota Medan Tentang Manfaat Pemeriksaan Pap Smear

Nama : Hazimah binti Hamilin NIM : 080100352

Pembimbing Penguji I

(dr.T. Ibnu Alferraly, Sp.PA) (dr.Mutiara Indah Sari, M.Kes) Penguji II


(4)

ABSTRAK

Kanker serviks merupakan salah satu jenis kanker penyebab utama kematian wanita-wanita seluruh dunia pada masa kini. Di antara tumor ganas ginekologik, kanker serviks uterus masih menduduki peringkat yang pertama di Indonesia dan merupakan antara penyebab kematian wanita Indonesia. Oleh yang demikian, upaya mendeteksi dini kejadian kanker serviks sangat penting bagi mengurangkan angka kematian ini. Pap Smear merupakan salah satu jenis pemeriksaan skrining dalam mendeteksi dini kanker serviks yang sederhana, murah, praktis dan juga mudah. Malah di Negara-negara maju contohnya di Amerika Serikat, diestimastikan bahwa hamper 70% insidens kanker serviks dapat diturunkan melalui pemeriksaan Pap Smear secara berkala.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat pengetahuan wanita di Kelurahan Sei Terjun mengenai manfaat pemeriksaan Pap Smear.

Metode penelitian ini adalah penelitian deskriftif dengan pendekatan studi cross sectional. Jumlah sampel atau responden dalam penelitian ini adalah 95 orang. Teknik pengambilan sampel adalah consecutive sampling. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner. Analisis data dilakukan dengan program SPSS (statistical package for social science) versi 17.0.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tingkat pendidikan wanita yang berada pada selang usia 20 hingga 60 tahun mengenai pemeriksaan Pap Smear adalah responden berpengetahuan cukup 3 orang (3.2%), responden berpengetahuan kurang 4 orang (4.2%) dan responden berpengetahuan sangat kurang 88 orang (92,6%). Kelompok terbesar responden yaitu kelompok usia 31-40 tahun (51.6%) dan kelompok pendidikan tinggi (69.5%).

Dari penelitian ini disimpulkan bahwa pengetahuan wanita di Kelurahan Sei terjun yang berusia 20-60 tahun tentang manfaat pemeriksaan Pap Smear berada dalam kategori sangat kurang (92.6%).


(5)

ABSTRACT

Cervical cancer is one of the main causes of cancer that lead to death among women around the world nowadays. Among all of gynecologic malignant tumor, uterine cervical cancer still ranked the first in Indonesia and become the cause of death among women in Indonesia. Therefore, an efforts to detect early cervical cancer incidence seem very important to reduce this number of incidence. A Pap test is one type of screening examination in order to detect early incidence of cervical cancer which simple, inexpensive, practical and easier procedure. Even in developed countries such as United States, it was estimated that nearly 70% incidence of cervical cancer can be reduced through regular Pap test.

This study aimed to know the women’s knowledge about Pap Smear. This is a descriptive observation study done through cross sectional design method. The amout of subjects was 95 people and consecutive sampling was chosen as a sampling technique in this study. Questionnaires are used to collect the information from the subjects and data was analyzed using SPSS (statistical package for social science) programe version 17.0.

Results of this study show that from 95 respondents, 3.2% had good knowledge, 4.2% had less knowledge, and 92.6% respondents had a poor knowledge. Most of all respondents were 31-40 years old (51.6%) and high education level (69.5%).

Conclusion of this study indicates that the knowledge of women aged 20-60 years old at Kelurahan Sei Terjun about the benefit of Pap Smear examination is in poor category (92.6%).


(6)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur peneliti ucapkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga peneliti dapat menyelesaikan laporan hasil Karya Tulis Ilmiah ini.

Laporan hasil Karya Tulis Ilmiah ini diberi judul “Tingkat Pengetahuan Wanita Penduduk Kelurahan Sei Terjun Kota Medan Tentang Manfaat Pemeriksaan Pap Smear ” telah disusun untuk melengkapi dan memenuhi salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan tahap sarjana kedokteran di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara, Medan, peneliti berharap semoga Karya Tulis Ilmiah ini bermanfaat bagi pembaca.

Dalam laporan hasil penelitian Karya Tulis Ilmiah ini, peneliti mendapatkan bantuan dari beberapa pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini peneliti mengucapkan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Prof. dr. Gontar Alamsyah Siregar, Sp.PD-KGEH selaku Dekan Fakultas Kedokteran USU.

2. Prof. dr. Guslihan Dasa Tjipta, Sp. A (K) selaku Pembantu Dekan 1 Fakultas Kedokteran USU.

3. Dr. T. Ibnu Alferraly, Sp. PA, selaku pembimbing penelitian dalam menyelesaikan proposal serta laporan hasil bagi Karya Tulis Ilmiah ini.

4. Dosen dan staf/karyawan Fakultas Kedokteran USU yang telah banyak membantu peneliti dalam menyelesaikan studi.

5. Ibunda, ayahanda tercinta dan seluruh keluarga, yang telah susah payah untuk memberikan dukungan baik moral maupun materil sehingga peneliti dapat menyelesaikan proposal serta laporan hasil penelitian Karya Tulis Ilmiah ini.


(7)

6. Teman-teman mahasiswa Angkatan 2008 Fakultas Kedokteran USU yang telah sama-sama berjuang dan saling memberikan dukungan dalam proses menyelesaikan laporan hasil penelitian ini.

Peneliti menyadari bahwa laporan hasil penelitian ini masih banyak kekurangan baik dari segi isi maupun bahasanya. Untuk itu peneliti mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun demi menyempurnakan Karya Tulis Ilmiah ini di masa yang akan datang.

Akhir kata peneliti mengharapkan semoga laporan hasil penelitian ini dapat membawa manfaat terutama bagi peneliti sendiri dan para pembaca sekalian.

Medan, 10 Disember 2011, Peneliti,

Hazimah Binti Hamilin


(8)

DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR PENGESAHAN…….……….i

ABSTRAK………..….…...ii

ABSTRACT………...………..…...iii

KATA PENGANTAR………iv

DAFTAR ISI………v

DAFTAR TABEL………....viii

DAFTAR SINGKATAN………ix

DAFTAR LAMPIRAN………x

BAB 1 PENDAHULUAN………..……...1

1.1. Latar belakang………..……….1

1.2. Rumusan Masalah……….…....3

1.3. Tujuan Penelitian……….…….……….3

1.3.1. Tujuan Umum………..……….…3

1.3.2. Tujuan Khusus………..………….………...3

1.4. Manfaat penelitian………...………....………….3

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA………5

2.1Pengetahuan………..………...5

2.1.1 Definisi tingkat pengetahuan.……...………..…...…...5

2.1.2 Tingkatan Pengetahuan Dalam Domain Kognitif...5

2.1.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan…...….…..…6

2.2 Pap Smear……….……...……....………8

2.2.1 Definisi………..8

2.2.2 Akurasi dan Manfaat …………..………...………..…..8


(9)

2.2.4 Persiapan Alat dan Persiapan Pasien..………...9

2.2.5 Prosedur Pemeriksaan Pap Smear………...10

2.2.6 Hasil dan Interpretasi Pap Smear……….…....12

2.3Kanker serviks………..………….15

2.3.1 Definisi……….…..……….15

2.3.2 Etiologi dan Faktor risiko ………...15

2.3.3 Manifestasi Klinis………16

2.3.4 Prognosis………..16

2.3.5 Komplikasi………...17

2.3.6 Pencegahan.………17

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL………..18

3.1 Kerangka Konsep Penelitian……...………...…..………..18

3.2 Definisi Operasional………..………...……...………..18

BAB 4 METODE PENELITIAN………20

4.1 Jenis Penelitian………..20

4.2 Waktu dan Tempat Penelitian………20

4.2.1 Waktu Penelitian……….20

4.2.2 Tempat Penelitian………...20

4.3 Populasi dan Sampel………..21

4.3.1 Populasi………...…21

4.3.2 Sampel………....21

4.3.3 Besar Sampel………..…21

4.4 Tehnik Pengumpulan Data……...……….23

4.4.1 Data Primer……….23

4.4.2 Data Sekunder……….23

4.5 Tehnik Pengolahan Data………23


(10)

BAB 5 HASIL PENELITIAN dan PEMBAHASAN………..26

5.1. Deskripsi Lokasi Penelitian…….……….26

5.2. Deskripsi Karakteristik Responden…….………...…..26

5.3 Hasil Analisa Data Dan Pembahasan………28

5.3.1 Hasil Analisa Data………..28

5.4. Pembahasan………..32

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN………...37

6.1 Kesimpulan………37

6.2.Saran………..37

DAFTAR PUSTAKA……….….39 LAMPIRAN


(11)

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 3.1 Definisi Operasional………18 Tabel 4.1 Hasil Uji Validitas Dan Realibilitas Kuesioner………...24 Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Usia……...26 Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat

Pendidikan………...…27 Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Sumber Informasi Mengenai Pemeriksaan Pap

Smear………...27 Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Jumlah Pendapatan Sebulan Responden…………..28 Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi Hasil Uji Tingkat Pengetahuan Mengenai Pap

Smear………...28 Tabel 5.6 Distribusi Frekuensi Hasil Uji Tingkat Pengetahuan Berdasarkan

Kelompok Usia……….………...29 Tabel 5.7 Distribusi Frekuensi Hasil Uji Tingkat Pengetahuan Berdasarkan Tingkat

Pendidikan…………...………30 Tabel 5.8 Distribusi Jawapan Responden Mengenai Pap Smear Pada Kuesioner...31


(12)

DAFTAR SINGKATAN

AGC : Atypical Glandular Cells ASC : Atypical Glandular Cells

ASC-HSIL : Atypical Squamous Cells With High-Grade Intraepithelial Lesion ASC-US : Atypical Glandular Cells Of Undetermined Significance

Ca Insitu : Carcinoma Insitu

CIN : Cervical Intraepithelial Neoplasma

HGSIL : High Grade Skuamous Intraepithelial Lesion HPV : Human Papiloma Virus

LGSIL : Low Grade Skuamous Intraepithelial Lesion SIL : Skuamous Intraepithelial Lesion

SPSS : Statistic Pakage For Social Science WHO : World Health Organization


(13)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Daftar Riwayat Hidup Lampiran 2. Kuesioner

Lampiran 3. Lembar Penjelasan ( Informed Consent) Lampiran 4. Data Induk (Master Data)


(14)

ABSTRAK

Kanker serviks merupakan salah satu jenis kanker penyebab utama kematian wanita-wanita seluruh dunia pada masa kini. Di antara tumor ganas ginekologik, kanker serviks uterus masih menduduki peringkat yang pertama di Indonesia dan merupakan antara penyebab kematian wanita Indonesia. Oleh yang demikian, upaya mendeteksi dini kejadian kanker serviks sangat penting bagi mengurangkan angka kematian ini. Pap Smear merupakan salah satu jenis pemeriksaan skrining dalam mendeteksi dini kanker serviks yang sederhana, murah, praktis dan juga mudah. Malah di Negara-negara maju contohnya di Amerika Serikat, diestimastikan bahwa hamper 70% insidens kanker serviks dapat diturunkan melalui pemeriksaan Pap Smear secara berkala.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat pengetahuan wanita di Kelurahan Sei Terjun mengenai manfaat pemeriksaan Pap Smear.

Metode penelitian ini adalah penelitian deskriftif dengan pendekatan studi cross sectional. Jumlah sampel atau responden dalam penelitian ini adalah 95 orang. Teknik pengambilan sampel adalah consecutive sampling. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner. Analisis data dilakukan dengan program SPSS (statistical package for social science) versi 17.0.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tingkat pendidikan wanita yang berada pada selang usia 20 hingga 60 tahun mengenai pemeriksaan Pap Smear adalah responden berpengetahuan cukup 3 orang (3.2%), responden berpengetahuan kurang 4 orang (4.2%) dan responden berpengetahuan sangat kurang 88 orang (92,6%). Kelompok terbesar responden yaitu kelompok usia 31-40 tahun (51.6%) dan kelompok pendidikan tinggi (69.5%).

Dari penelitian ini disimpulkan bahwa pengetahuan wanita di Kelurahan Sei terjun yang berusia 20-60 tahun tentang manfaat pemeriksaan Pap Smear berada dalam kategori sangat kurang (92.6%).


(15)

ABSTRACT

Cervical cancer is one of the main causes of cancer that lead to death among women around the world nowadays. Among all of gynecologic malignant tumor, uterine cervical cancer still ranked the first in Indonesia and become the cause of death among women in Indonesia. Therefore, an efforts to detect early cervical cancer incidence seem very important to reduce this number of incidence. A Pap test is one type of screening examination in order to detect early incidence of cervical cancer which simple, inexpensive, practical and easier procedure. Even in developed countries such as United States, it was estimated that nearly 70% incidence of cervical cancer can be reduced through regular Pap test.

This study aimed to know the women’s knowledge about Pap Smear. This is a descriptive observation study done through cross sectional design method. The amout of subjects was 95 people and consecutive sampling was chosen as a sampling technique in this study. Questionnaires are used to collect the information from the subjects and data was analyzed using SPSS (statistical package for social science) programe version 17.0.

Results of this study show that from 95 respondents, 3.2% had good knowledge, 4.2% had less knowledge, and 92.6% respondents had a poor knowledge. Most of all respondents were 31-40 years old (51.6%) and high education level (69.5%).

Conclusion of this study indicates that the knowledge of women aged 20-60 years old at Kelurahan Sei Terjun about the benefit of Pap Smear examination is in poor category (92.6%).


(16)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Kanker serviks merupakan salah satu jenis kanker penyebab utama kematian wanita-wanita seluruh dunia pada masa kini. Di antara tumor ganas ginekologik, kanker serviks uterus masih menduduki peringkat yang pertama di Indonesia dan merupakan antara penyebab kematian wanita Indonesia (Prawirohardjo et al., 2008). Menurut Journal of Community Medicine (2009), estimasi global untuk kasus baru kanker serviks per tahun adalah 500,00 di mana 79% kasus terjadi pada negara-negara yang sedang berkembang. Kanker serviks adalah keganasan yang terjadi pada leher rahim dan umumnya terjadi pada wanita yang masih aktif berhubungan seksual (Oats dan Abraham, 2005). Umur 30-60 tahun merupakan jangka waktu yang paling rentan mendapat kanker serviks dan terbanyak pada usia 45-50 tahun (Prawirohardjo et al., 2008). Kanker serviks terbentuk sangat perlahan, di mana pertama beberapa sel berubah dari sel normal menjadi sel-sel pra-kanker dan kemudian menjadi sel kanker. Ini dapat terjadi dalam masa bertahun-tahun tapi kadang kala menjadi lebih cepat tergantung sistem imun penderita. Perubahan pada sel-sel normal ini disebut dysplasia (dysplasia) (Hart et al., 2000).

Usaha untuk mendiagnosis tumor ganas pada serviks uterus tidak sulit dan malah akan lebih mudah jika tingkat keparahan dari tumor itu sudah pada tingkatan yang agak lanjut. Namun, hal yang paling penting adalah untuk mendeteksi sedini mungkin untuk mengetahui waktu di mana tumor masih dalam tingkatan pra-maligna. Walaupun pencegahan primer untuk kanker serviks ini sulit dikerjakan karena penyebab biologik kanker serviks belum diketahui dengan pasti, namun, dapat disarankan untuk menghindari faktor-faktor eksogen atau ekstrinsik yang bisa memberi resiko untuk menghidap kanker serviks. Selain itu, upaya pencegahan sekunder melalui usapan servikovaginal berkala dengan pengecatan Papanicolaou


(17)

ataupun dikenali sebagai Pap Smear juga dapat dilakukan sebagaimana yang disarankan oleh World Health Organization, WHO (Prawirohardjo et al., 2008). Jika dipandang dari sudut akurasi, pemeriksaan Pap Smear juga memiliki tingkat akurasi yang cukup tinggi dengan sensitivitas yang mencapai 50-98% dan spesifisitas yang mencapai 93%. Ini cukup menunjukkan Pap Smear terbukti mampu sebagai alat diagnosa dini kanker serviks (Octavia, 2006). Malah, dikatakan false negative dari test ini hanya 5-15% (Oats dan Abraham, 2005). Di estimasikan bahwa hampir 70% insidens kanker serviks dapat diturunkan melalui pemeriksaan Pap Smear secara berkala di Amerika Serikat (Darnindro et al., 2006).

Di Indonesia sendiri, pemeriksaan ini sudah lazim dianjurkan pada wanita yang berada pada kelompok usia berisiko untuk dilakukan secara berkala yaitu ½ hingga 1 tahun sekali. Hal ini adalah atas kepentingan diagnosis dini karsinoma serviks uteri dan karsinoma korporis uteri (Prawirohardjo et al., 2008). Walaupun lazim dianjurkan, di Indonesia, insiden kanker serviks masih tinggi yaitu sekitar 65% penderita berada dalam stadium lanjut (Suwiyoga, 2007). Salah satu alasan mengapa hal ini bisa terjadi adalah karena jumlah wanita Indonesia yang mendapatkan pelayanan ini masih terlalu sedikit. Ini adalah berdasarkan estimasi data yang dikeluarkan WHO tahun 2008, di mana dikatakan hanya 5% wanita di negara-negara berkembang, termasuk Indonesia yang datang untuk mendapatkan pelayanan Pap Smear. Sedangkan di negara-negara maju, hampir 70% wanita melaksanakan pemeriksaan ini (Octavia, 2006). Menurut Suwiyoga (2007), para wanita sering enggan untuk diperiksa oleh karena faktor ketidaktahuan, rasa malu, rasa takut, dan faktor biaya. Hal ini umumnya disebabkan oleh masih rendahnya tingkat pendidikan dan pengetahuan penduduk Indonesia tentang Pap Smear.

Maka dari uraian di atas, peneliti telah membuat penelitian tentang tingkat pengetahuan wanita penduduk Kelurahan Sei Terjun Kota Medan tentang manfaat pemeriksaan Pap Smear.


(18)

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti telah membuat penelitian tentang tingkat pengetahuan wanita di Kelurahan Sei Terjun tentang manfaat pemeriksaan Pap Smear.

1.3. Tujuan penelitian 1.3.1. Tujuan umum

Untuk mengetahui tingkat pengetahuan wanita di Kelurahan Sei Terjun tentang manfaat pemeriksaan Pap Smear yang dilakukan dalam usaha mendeteksi dini kanker serviks.

1.3.2. Tujuan khusus

Yang menjadi tujuan khusus dalam penelitian ini adalah:

1. Mengetahui pengetahuan kelompok populasi yang diteliti mengenai pemeriksaan Pap Smear.

2. Mengetahui sumber informasi kelompok populasi yang diteliti mengenai Pap Smear.

3. Mengetahui apakah kelompok populasi yang diteliti ini mengerti dan tahu kepentingan melakukan pemeriksaan Pap Smear.

1.4. Manfaat penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk

1. Dapat mengetahui tingkat pengetahuan wanita tentang pemeriksaan Pap Smear.

2. Secara langsung melalui penelitian ini, peneliti dapat memberikan informasi kepada kelompok populasi yang diteliti mengenai kepentingan melakukan pemeriksaan Pap Smear.

3. Petugas kesehatan dan departmen pendidikan : hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai masukan petugas-petugas kesehatan di puskesmas setempat dalam rangka mempertingkatkan lagi usaha


(19)

pemberian informasi mengenai kepentingan pemeriksaan Pap Smear dikalangan kelompok beresiko mendapat kanker serviks.

4. Mahasiswa Fakultas Kedokteran : hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai masukan dan rujukan bagi mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara jika ingin melakukan penelitian yang sama di semester 6.

5. Peneliti : untuk mengembangkan kemampuan peneliti di bidang penelitian dan daya analisa peneliti.


(20)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengetahuan

2.1.1. Definisi Tingkat Pengetahuan

Pengetahuan adalah merupakan hasil dari “Tahu” dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indra manusia, yaitu: indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba (Notoatmodjo, 2005).

Pengetahuan atau kognitif yang merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang. Pengetahuan diperlukan sebagai dorongan fisik dalam menumbuhkan rasa percaya diri maupun dengan dorongan sikap perilaku setiap orang sehingga dapat dikatakan bahwa pengetahuan merupakan stimulasi terhadap tindakan seseorang (Notoatmodjo, 2005).

2.1.2. Tingkatan Pengetahuan Dalam Domain Kognitif

Menurut Notoatmodjo (2005), tingkat pengetahuan terdiri dari 6 (enam) tingkatan, yakni :

a. Tahu (Know)

Tahu diartikan mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Yang termasuk mengingat kembali tahap suatu yang spesifik dari keseluruhan bahan yang dipelajari atau rangsangan. Jadi tahu merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Pengetahuan wanita yang diteliti tentang Pap Smear pada tingkat tahu bermaksud mereka dapat mengingat hal yang penting berkaitan dengan pemeriksaan Pap Smear seperti ingat apa tujuan pemeriksaan ini.

b. Memahami (Comprehension)

Memahami diartikan sebagai sutau kemampuan menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterprestasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan,


(21)

menyebutkan contohnya wanita atau responden bisa menyimpulkan, meramalkan tentang hal yang berkaitan dengan pemeriksaan Pap Smear.

c. Aplikasi (Aplication)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan suatu materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya).

d. Analisa (Analysis)

Analisa adalah kemampuan untuk menjabarkan materi suatu objek didalam struktur organisasi tersebut dam masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan-kemampuan analisis dapat dikaitkan dari penggunaan-penggunaan kata kerja seperti kata kerja seperti menggambarkan, memisahkan, mengelompokkan dan sebagainya tentang hal-hal yang penting berkaitan pemeriksaan Pap Smear.

e. Sintesis (Synthesis)

Sintesis menunjukkan pada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru, dengan kata lain sintesis itu suatu kemampuan untuk menyusun suatu formulasi baru dari formulasi yang ada.

f. Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi berkaitan dengan pengetahuan untuk melakukan penelitian terhadap suatu materi atau objek. Pengukuran pengetahuan wanita tentang pemeriksaan Pap Smear dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang materi yang ingin diukur melalui kuesioner yang diberikan.

2.1.3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan a. Usia

Usia merupakan lamanya hidup dalam hitungan waktu (tahun). Wanita yang sudah menikah atau memulai aktivitas seksual pada usia muda (kurang dari 18 tahun) mendekati resiko terkena kanker leher rahim. Seharusnya wanita dewasa tingkat pengetahuannya mengenai Pap Smear akan lebih tinggi dan baik berbanding dengan mereka yang masih muda atau anak-anak. Hal ini adalah


(22)

karena diasumsi bahwa mereka lebih banyak dan lama terpapar dengan informasi mengenai Pap Smear. Selain itu, wanita yang usianya lebih tinggi akan cenderung untuk mengambil berat mengenai hal-hal yang berkaitan dengan alat reproduksinya

b. Pendidikan

Pendidikan merupakan proses belajar yang pernah ditempuh secara formal didalam lembaga pendidikan. Tingkat pendidikan mempunyai hubungan terhadap motivasi untuk melakukan papsmear, karena semakin tinggi tingkat pendidikan, maka semakin tinggi pula tingkat pengetahuan dan kesadaran pada orang tersebut dalam menerima informasi. Tingkat pendidikan tinggi akan mengubah cara penilaian seseorang tentang Pap Smear sehingga timbul keinginan atau motivasi seseorang itu untuk melakukan pemeriksaan ini. Berbeda dengan mereka yang berpendidikan rendah, di mana mungkin ramai yang menderita kanker serviks dan mati akibat penyakit pada organ reproduksinya karena rendahnya pengetahuan dan kesadaran mereka untuk melakukan Pap smear.

c. Sumber Informasi

Sumber informasi adalah segala sesuatu yang menjadi perantara dalam penyampaian informasi, merangsang pikiran dan kemampuan. Media informasi untuk komunikasi massa terdiri dari media cetak yaitu surat kabar, majalah dan buku, dan media elektronik seperti radio, tv dan internet. Sumber informasi dari buku-buku ilmiah adalah lebih baik jika dibandingkan dengan sumber dari majalah dan surat kabar karena informasinya lebih diyakini kebenarannya. Selain itu, sumber informasi dari media elektronik seperti internet juga berbeda kebenarannya di mana terdapat situs-situs yang menampilkan informasi yang berbeda. Oleh sebab itulah, wanita yang ingin mendapatkan informasi tentang pemeriksaan Pap Smear harus memilih sumber informasi yang tepat.


(23)

2.2 Pap Smear 2.2.1. Definisi

Pap Smear merupakan suatu jenis pemeriksaan sitologi di mana sampel sel diambil dari bagian serviks pasien wanita menggunakan alat-alat khas seperti wooden spatula, spatel Ayre dan Carvex sampler. Sampel dari servik yang telah diambil akan dioleskan di atas objek kaca untuk dilihat dibawah mikroskop bagi melihat jika ada perubahan pada sel-sel permukaan serviks yang normal menjadi abnormal. Pap Smear pertama sekali diperkenalkan oleh Dr. George Papanicolou dan Dr. Aurel Babel pada tahun 1928 dan pemeriksaan ini mulai populer sejak tahun 1943 (Purwoto & Nuranna, 2002).

2.2.2 Akurasi Dan Manfaat

Menurut Oats dan Abraham (2005), pemeriksaan Pap Smear ini relatif sederhana, cepat dan tidak menyebabkan rasa nyeri pada pasien-pasien yang datang untuk melakukan pemeriksaan ini. Diestimasikan kesalahan dari hasil pemeriksaan ini ataupun false-negativenya cuma 5-15% dan bisa dikurangi dengan melakukan prosedur pemeriksaan yang lebih berhati-hati dan teliti.

Melalui pemeriksaan Pap Smear yang dilakukan secara reguler, ia dapat membantu mendeteksi dini kanker serviks pada wanita-wanita yang mempunyai resiko untuk mendapat kanker serviks. Pemeriksaan Pap Smear berguna sebagai penyaring (skrining) dan pelacak adanya perubahan sel kearah keganasan secara dini sehingga kelainan prakanker dapat dideteksi sekaligus membantu mengurangkan pembiayaan pengobatan yang menjadi relatif lebih mudah dan murah (Hillegas, 2005). Selain itu, pemeriksaan ini juga bisa mendeteksi infeksi virus seperti Human Papiloma Virus (HPV) dan infeksi dari bakteri-bakteri yang bisa menyebabkan penyakit menular seksual seperti Chlamydia dan Gonorrhea (Oats dan Abraham, 2005).


(24)

2.2.3. Petunjuk Pemeriksaan

Waktu yang paling sesuai untuk pemeriksaan Pap Smear masih menjadi suatu tanda tanya karena terdapat beberapa perbedaan yang dapat dilihat dari pedoman skrining yang dikeluarkan oleh organisasi professional di United State. Namun, dikatakan bahwa untuk kasus kanker serviks yang disebabkan Human Papiloma Virus (HPV), maka wanita disarankan untuk mula datang melakukan pemeriksaan Pap Smear ini seawal usia 21 tahun dan mereka diharuskan untuk datang melakukan pemeriksaan ini sekurang-kurangnya satu kali dalam masa 3 tahun bermula pada usia 21 tahun. Jika hasil pemeriksaan dikatakan normal oleh dokter yang bertanggungjawab menjalankan pemeriksaan ini, maka pasien bisa berhenti melakukan pemeriksaan Pap Smear ini pada usia 65 tahun hingga 70 tahun. Walaupun begitu, status kesehatan wanita ini perlulah dalam keadaan yang baik serta terdapat konfirmasi bahwa dalam masa 5 hingga 10 tahun menjalani skrining, tidak pernah dijumpai perubahan malignan dari epithelium serviksnya (Bieber et al., 2006). Berbeda dengan rekomendasi dari National Workshop in Canada dan American Cancer Society in 2002, skrining serviks mula dilakukan pada usia 21 tahun walaupun insiden untuk wanita berusia 20-an tahun menderita karsinoma serviks invasif rendah. Bagi negara-negara yang sedang berkembang, skrining ini mula dianjurkan untuk wanita yang berusia 35 tahun karena insiden kasus kanker serviks rendah untuk wanita usia dibawah 35 tahun (Bieber et al., 2006).

2.2.4. Persiapan Alat Dan Persiapan Pasien Sebelum Pemeriksaan Menurut Suzanne (2009), alat persiapan Pap Smear adalah seperti berikut:

a. Spekulum cocor bebek b. Spatula Ayre

c. Cytobrush d. Kaca objek e. Alkohol 95%


(25)

Pasien yang mahu melakukan pemeriksaan Pap Smear seharusnya mendapat konseling dan panduan daripada tenaga-tenaga kesehatan ataupun dokter yang bertanggungjawab untuk melakukan pemeriksaan ini sebelum membuat jadwal untuk Pap Smear. Hal ini karena terdapat beberapa perkara yang harus diketahui dan dilakukan sebelum pemeriksaan ini dilakukan bagi memastikan hasil pemeriksaan adekuat dan memuaskan hati dokter dan pasien itu sendiri (Suzanne et al., 2010). a) Pasien yang mahu menjalani pemeriksaan Pap Smear haruslah datang ketika di

pertengahan siklus menstruasi karena ini merupakan waktu terbaik untuk melihat perubahan pada epithelium serviksnya.

b) Pasien diperingatkan supaya tidak melakukan hubungan seksual dengan pasangannya selama 24 jam sebelum pemeriksaan ini dilaksanakan.

c) Pasien diminta untuk menahan tidak menggunakan krim vagina, obat supositoria dan mencuci disekitar vagina dalam kurung waktu satu hingga dua hari. Hal ini bertujuan untuk mengelakkan dari mikroorganisma yang mungkin berbahaya kepada terhapus dengan tindakan pencucian kawasan vagina tadi karena ini akan sangat mempengaruhi hasil dari pemeriksaan Pap Smear.

d) Bagi pasien-pasien yang didiagnosa mendapat infeksi vagina atau terjangkit infeksi HPV, sebaiknya pemeriksaan ini ditunda sampai masalah tersebut diatasi. e) Pasien-pasien yang mengalami keadaan seperti abortus yang mengancam, abortus

elektif, ataupun yang melahirkan perlu diingatkan untuk menunggu minimal sampai 4 hingga 6 minggu sebelum datang melakukan pemeriksaan. Hal ini disebabkan proses penyembuhan serviks dapat menyebabkan hasil sel skuamosa pada serviks kembali menjadi abnormal (Morgan dan Hamilton, 2003).

2.2.5. Prosedur Pemeriksaan Pap Smear

Pemeriksaan Pap Smear bisa dikerjakan dalam ruang pemeriksaan di klinik, puskesmas atau hospital oleh ahli-ahli terlatih seperti dokter, pembantu dokter atau jururawat. Pasien selalunya akan diminta untuk berada dalam posisi letak litotomi


(26)

karena ini akan memudahkan dokter melakukan pemeriksaan genitalia eksternal dan internal.

Pada letak litotomi, pasien akan berbaring di atas meja ginekologik sambil lipat lututnya diletakkan pada penyangga dan tungkainya dalam fleksi santai, sehingga dalam keadaan ini pasien akan berbaring dalam posisi mengangkang. Setelah itu, lampu senter akan dipasang menerangi ke arah kawasan vagina dan anus. Sebelum pemeriksaan ke atas serviks dilakukan, dokter akan inspeksi area genitalia eksternal terlebih dahulu yaitu vagina, urethra dan anus pasien bagi melihat apakah terdapat kelainan ataupun tidak ada.

Kemudian barulah spekulum ataupun cocor-bebek yang steril dimasukkan ke dalam lubang vagina secara perlahan-lahan dan berhati sehingga ujung spekulum tidak menyentuh atau menekan porsio yang mudah berdarah dan bagi tujuan menjaga kenyamanan pasien. Saiz spekulum yang digunakan berbeda dengan wanita yang pernah melahirkan dan wanita yang belum pernah melahirkan, malah untuk wanita yang masih virgo diusahakan untuk menggunakan spekulum yang kecil. Spekulum yang paling kecil digunakan untuk pasien anak kecil sesuai dengan kecilnya introitus vaginanya (Prawirohardjo et al., 2008).

Selepas spekulum dimasukkan, kawasan sekitar vagina akan dibersihkan dari lender ataupun getah vagina karena ini bisa menggangu sampel yang akan diambil dari serviks. Sampel dari dinding samping vagina dan dari serviks akan diambil menggunakan spatula Ayre atau bisa juga dengan kapas lidi yang dimasukkan ke dalam endoserviks, dimulai dari arah jam 12 dan diputar 360° searah jarum jam. Manakala bahan dari kanalis servikalis pula akan diambil menggunakan cytobrush. Bahan atau sampel yang diambil ini kemudiannya akan dioleskan di atas kaca objek yang bersih yang pada sisinya telah diberi tanda dengan membentuk sudut 45° satu kali usapan. Kaca objek ini akan segera dimasukkan ke dalam botol khusus yang berisi larutan etil alkohol 95%. Formulir akan diisi sesuai dengan keterangan-keterangan dari sampel itu. Kaca benda tadi akan dikeluarkan dari botol khusus tadi


(27)

setelah kira-kira satu jam lalu akan dikeringkan sebelum dikirim ke untuk pemeriksaan laboratorium sitologi bersama-sama dengan formulir yang telah lengkap diisi tadi. Apabila sampai ke laboratorium sitologi, sediaann ini selanjutnya akan dipulas menurut Papanicolaou ataupun menurut Harris-Schorr (Suzanne et al., 2009).

2.2.6. Hasil dan Intrepetasi Pap smear

Ahli sitologi (cytologist) akan memeriksa sampel yang dihantar ke laboratorium dan akan memberikan maklum balas berkaitan hasil dari pemeriksaan yang telah dilakukan seperti berikut (Oats dan Abraham, 2005).

a) Tidak memuaskan (unsatisfactory)

Diagnosis tidak dapat dilakukan dari sampel yang dihantar mungkin karena sampel tersebut mengandungi terlalu sedikit sel, tidak mengandungi sel endoservikal sama sekali, ataupun proses pembuatan apusan tidak benar. Untuk sampel seperti ini, mereka meminta untuk melakukan pemeriksaan Pap Smear ulang selepas empat minggu.

b) Inflamasi (inflammatory or inconclusive)

Nuklei atau nuclei pada sampel yang dihantar terganggu dan tidak dapat ditentukan diagnosnya karena effek dari infeksi vagina seperti Trichomoniasis atau Gardnerella. Dokter akan diminta untuk mengobati infeksi yang dialami oleh pasien terlebih dahulu kemudian baru mengulangi kembali pemeriksaan ini. c) Normal

Jika hasil Pap Smear normal, maka pasien diminta untuk datang menjalani pemeriksaan ini semula setelah satu hingga dua tahun.

d) Diskaryosis ringan (mild dyskaryosis)

Diduga mungkin mengalami Cervical Intraepithelial Neoplasia 1 (CIN 1). Dari hasil slide apusan mungkin menunjukkan infeksi HPV tanpa diskaryosis, infeksi HPV dengan diskaryosis atau bisa juga diskaryosis tanpa infeksi HPV.


(28)

e) Diskaryosis sederhana (moderate dyskaryosis) Diduga mungkin mengalami CIN 2.

f) Diskaryosis berat (severe dyskaryosis) Diduga mungkin mengalami CIN 3.

Interpretasi dan dokumentasi dari jawaban sitologi :

a. Negatif : Tidak ditemukan sel ganas, ulangi pemeriksaan Sitologi dengan satu tahun lagi.

b. positif : Terdapat sel-sel ganas.

Menurut Manuaba (2005), Klasifkasi Papanicolaou adalah sistem yang pertama kali ditemukan oleh Papanicolaou dan sistem ini membagi hasil pemeriksaan menjadi 5 kelas. Dengan adanya perkembangan sitologi dibidang diagnostik, ahli menganjurkan untuk menggantikan Klasifikasi Papanicoloau ini karena sistem ini dianggap tidak mencerminkan pengertian neoplasia serviks atau vagina, tidak mempunyai padanan dengan terminologi histopatologi, tidak mencantumkan diagnosis non kanker, tidak menggambarkan interpretasi yang seragam, dan seterusnya tidak menunjukkan suatu pernyataan diagnosis.

Laporan hasil pemeriksaan Pap Smear yang abnormal bisa juga dibuat dalam bentuk klasifikasi yaitu Klasifikasi Sistem Bethesda 2001. Klasifikasi ini pada awalnya dirancang dan ditujukan untuk pelaporan spesimen sitologi serviks. Namun sekarang ini, ia juga diaplikasikan dalam kebanyakan pelaporan jaringan sitologi dengan terminologi Skuamous Intraepithelial Lesion (SIL) yang terbagi menjadi dua subdivisi yaitu low grade dan high grade. Lesi low grade (LSIL/LGSIL) berhubungan dengan CIN 1 (dan juga lesi HPV-induced yang belum terkualifikasi sebagai CIN 1). Sedangkan lesi high grade (HSIL/HGSIL) berhubungan dengan CIN II dan CIN III serta Ca insitu.


(29)

The 2001 Bethesda System Categorizing Of Epithelial Cell Abnormalities Sel skuamosa

a) Atypical glandular cells (ASC)

a. Of undetermined significance (ASC-US)

b. Atypical squamous cells with high-grade intraepithelial lesion (ASC-HSIL) cannot be ruled out

b) Low grade squamous intraepithelial lesions (LSIL)

c) LSIL mencakup semua lesi prakanker serviks yang mulai dari infeksi HPV, displasi ringan dan CIN 1

d) High-grade squamous intraepithelial lesions (HSIL)

e) HSIL mencakup semua lesi prakanker serviks yaitu dysplasia sedang (CIN II), dysplasia berat (CIN III) dan karsinoma insitu.

f) Karsinoma sel skuamosa serviks invasif Sel glandular

a) Atypical glandular cells (AGC)

b) Atypical glandular cells, favour neoplastic c) Endocervical adenocarcinoma in situ d) Adenocarcinoma

(O’Connell dan Dor, 2009)

Apabila hasil pemeriksaan Pap Smear ini telah dikeluarkan dan dikirim kepada dokter yang bertanggungjawab terhadap pemeriksaan ini, maka langkah selanjutnya adalah pemberitahuan hasil pemeriksaan kepada pasien. Pemberitahuan ini bisa disampaikan kepada pasien melalui panggilan telefon ataupun surat yang dihantar ke rumah pasien. Hal ini berlaku kepada hasil pemeriksaan Pap Smear yang normal dan juga yang abnormal. Sekiranya laporan hasil pemeriksaan Pap Smear dijumpai abnormal, maka menjadi tanggungjawab dokter untuk memberi penjelasan yang sebaiknya kepada pasien agar mereka paham. Ramai pasien yang akan menjadi


(30)

gelisah atau cemas bila mengetahui mereka mendapat infeksi HPV karena beranggapan ini merupakan suatu hal yang serius dan bisa mengancam kesehatan mereka. Maka, sebaiknya dokter menjelaskan kepada pasiennya disebalik maksud laporan Pap Smearnya dan apa prosedur yang perlu dilakukan pada tahap selanjutnya (Oats dan Abraham, 2005).

2.3. Kanker Serviks 2.3.1. Definisi

Kanker serviks adalah suatu keganasan yang terjadi pada serviks ataupun leher rahim, di mana terjadi perubahan pada sel-sel epithelium serviks yang awalnya normal menjadi abnormal (NCBI, 2010). Hal ini disebabkan sel-sel abnormal tadi bermultiplikasi tanpa kontrol. Serviks berasal dari bahasa Latin yang artinya leher. Serviks adalah salah satu bagian dari rahim dan terdiri dari dua bagian yaitu mulut rahim dan leher rahim, tetapi secara keseluruhan keduanya disebut serviks. Serviks adalah organ yang menghubungkan rahim dan vagina ( Nurwijaya et al., 2010). 2.3.2. Etiologi Dan Faktor Resiko

Menurut Otto (2003), kebanyakan kasus kanker serviks adalah disebabkan infeksi dari HPV yang dapat menular dari hubungan seksual. Terdapat banyak tipe dari HPV, tetapi infeksi HPV tipe 16 dan 18 merupakan penyebab paling banyak kasus kanker serviks. Faktor risiko untuk terjadinya kanker serviks termasuklah: a) melakukan hubungan seksual pada usia yang terlalu muda (di bawah 18 tahun) b) perilaku seksual dengan pasangan lebih dari satu (suka berganti-ganti pasangan

seksual)

c) kehamilan pertama sebelum usia 18 tahun

d) kehamilan ganda membuat seorang wanita memiliki risiko yang lebih tinggi e) status ekonomi yang rendah menyebabkan mereka tidak dapat melakukan

pemeriksaan Pap Smear secara regular f) sistem imun tubuh yang lemah


(31)

2.3.3. Manifestasi Klinis

Pada fase awal terjadinya kanker serviks, selalunya tidak menunjukkan simptom ataupun asimptomatik. Pada fase awal cuma menunjukkan gejala seperti:

a) pendarahan abnormal pada vagina selepas melakukan hubungan seksual atau setelah menopause

b) keluar cairan dari vagina (vaginal discharge) yang bisa berwarna pucat, merah jambu (pink), cokelat (brown), kemerahan ataupun cairan yang mengeluarkan bau kurang enak.

Pada tahap yang lebih lanjut akan menunjukan gejala seperti: a) sakit tulang belakang

b) fraktur tulang c) cepat lelah

d) pendarahan berat pada vagina e) sakit pada kaki

f) kurang selera makan g) nyeri tulang pelvis h) turun berat badan 2.3.4. Prognosis

Terdapat beberapa faktor yang bisa mempengaruhi prognosis dari kanker serviks antaranya adalah:

a) jenis kanker pada serviks b) stadium kanker serviks c) usia pasien

d) keadaan fisikal pasien

Pasien yang berada ditahap pre-kanker bisa sembuh total jika dideteksi pasa fase awal dan jika dirawat dengan benar. Prognosis kanker serviks sebenarnya ditentukan oleh saat dimulainya penyakit ini. Harapan hidup 5 tahun bagi pasien dengan


(32)

diagnosis karsinoma in situ mendekati 100%, dengan kanker terbatas secara lokal 88%, penyakit berkembang ke area regional 52% dan metastasis jauh 14% (Otto, 2003).

2.4.5. Komplikasi

a) Terdapat beberapa tipe kanker serviks yang tidak menunjukkan respon baik pada pengobatan yang diberikan.

b) Masih terdapat kemungkinan terjadi rekuren (recurrent) selepas pengobatan c) Kanker serviks tipe rekuren biasanya terjadi pada wanita yang sebelumnya

melakukan pengobatan kanker serviks tetapi mahu mempertahankan uterusnya. d) Penatalaksanaan kanker serviks seperti melakukan operasi atau radiasi bisa

menimbulkan gangguan fungsi pada abdomen dan kandung kemih serta gangguan hubungan seksual (NCBI, 2010).

2.4.6. Pencegahan

Bagi wanita semua umur, membatasi jumlah pasangan seks dan penggunaan kontrasepsi penghalang, seperti kondom sangat dianjurkan untuk mengurangi risiko terjadinya kanker serviks. Modifikasi pola makan yang dapat mengurangi risiko kanker serviks di antaranya dengan mengkonsumsi makanan yang banyak mengandungi vitamin A dan C dan asam folat. Selain itu, adalah dengan mencegah

bertambahnya atau mengupayakan penghentian penggunaan tembakau dan alkohol. Pasien juga disarankan untuk melakukan pemeriksaan Pap Smear secara regular

supaya kanker serviks bisa dideteksi lebih dini (Otto, 2003).

Vaksin Gardasil untuk mencegah terjadinya kanker serviks yang disebabkan infeksi HPV terutama tipe 16 dan 18 juga telah tersedia pada waktu kini. Menurut penelitian yang dilakukan sebelum ini, vaksin ini ternyata bisa mencegah kanker serviks pada stadium awal (NCBI, 2010).


(33)

BAB 3

KERANGKA KONSEP PENELITIAN DAN DEFINISI OPERASIONAL

3.1. Kerangka Konsep Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitiaan di atas maka kerangka konsep dalam penelitian ini adalah

3.2. Defenisi Operasional No. Variable Definisi

operasional

Cara ukur Alat ukur Hasil ukur Skala ukur 1. Pengetahuan

wanita Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui wanita

Angket Kuesioner 1.baik 2.cukup 3.kurang

4.sangat kurang

Ordinal

2. Umur Wanita usia 20-60 tahun saat

dilakukan penelitian

Angket Kuesioner Kategori umur: a)20 – 30 b)31 – 40 c)41 – 50 d)51 – 60

Interval

3. Tingkat pendidikan

Pendidikan formal terakhir yang pernah

Angket Kuesioner Kategori tingkat pendidikan: a. Rendah b. Sedang Ordinal Pengetahuan Wanita Pap Smear  Tingkat pendidikan  Usia/umur


(34)

diselesaikan wanita saat dilakukan penelitian

c. Tinggi

Pengetahuan merupakan apa yang diketahui responden mengenai pengertian, manfaat, sasaran, cara pelaksanaan, dan petunjuk pemeriksaan Pap Smear. Pengukuran tingkat pengetahuan responden mengenai Pap Smear ini adalah berdasarkan jawapan mereka dalam pertanyaan-pertanyaan yang diberikan dalam kuesioner, di mana diberikan nilai 1 untuk jawaban benar dan 0 untuk jawaban salah dalam bentuk skoring. Tingkat pengetahuan responden diukur dengan beberapa item pertanyaan dalam kuesioner dengan memberi skoring untuk setiap jawapan responden dalam kuesioner. Menurut Jurnal Kedokteran Brawijaya, total skor pengetahuan ini dihitung sebagai persentase jawapan benar dan dikelompokkan menjadi :

a. Baik ( bila didapatkan hasil 76-100%) b. Cukup ( bila didapatkan hasil 56-75%) c. Kurang ( bila didapatkan hasil 40-55%) d. Sangat kurang ( bila didapatkan hasil <40%)

Tingkat pendidikan merupakan tingkat pendidikan responden yang didefinisikan sebagai jenjang pendidikan terakhir yang dijalani sampai tamat. Tingkat pendidikan responden ini bisa dikategorikan menjadi :

Rendah : apabila responden tidak sekolah sampai tamat SD sederajat Sedang : apabila responden tamat SMP sederajat


(35)

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1. Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif, di mana peneliti menggunakan pendekatan “cross sectional” (studi potong lintang), yang bertujuan untuk mengetahui tingkat pengetahuan di Kelurahan Sei Terjun, Medan mengenai pemeriksaan Pap Smear. Metode penelitian deskriptif adalah suatu jenis penelitian yang dilakukan dengan tujuan utama untuk membuat gambaran tentang suatu keadaan secara objektif. Seperti yang telah dinyatakan di atas, desain penelitian yang digunakan peneliti adalah desain cross-sectional study, yaitu melakukan pengamatan sesaat dalam suatu waktu untuk mengetahui tingkat pengetahuan wanita tentang manfaat pemeriksaan Pap Smear yang diperoleh melalui pengisian kuesioner yang telah disediakan.

4.2. Waktu dan Tempat Penelitian 4.2.1. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan selama Maret-Desember 2011, sedangkan pengambilan data dilakukan pada bulan Mei-Juni 2011. Peneliti memulakan proses penelitian bermula dari penulusuran daftar pustaka, penyusunan proposal penelitian dan konsultasi dengan dosen pembimbing sebelum seminar proposal. Setelah peneliti lulus dalam seminar proposal, maka penelitian ini telah dilanjutkan dengan penelitian lapangan mulai dari dari penggumpulan data hingga ke penulisan hasil laporan. 4.2.2. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kelurahan Sei Terjun, Medan. Peneliti memilih lokasi ini adalah karena jumlah tersedianya jumlah wanita yang berusia 20 hingga 60 tahun yang relatif banyak sehingga sampel dan populasi yang diperlukan untuk penelitian ini dapat ditemukan. Selain itu, diketahui belum pernah diadakan penelitian tentang


(36)

tingkat pengetahuan wanita usia 20 hingga 60 tahun tentang pemeriksaan Pap Smear di kelurahan ini.

4.3. Populasi dan Sampel 4.3.1. Populasi

Populasi target dalam penelitian ini adalah wanita yang berusia 20 hingga 60 tahun. Populasi terjangkau dalam penelitian ini adalah semua wanita-wanita yang berusia 20 hingga 60 tahun yang merupakan penduduk di Kelurahan Sei Terjun, Medan selama tahun 2011.

Kriteria inklusi: wanita berusia 20-60 tahun yang merupakan penduduk Kelurahan Sei Terjun dan responden yang bersedia ikut serta dalam penelitian.

Kriteria ekslusi: kuesioner yang tidak lengkap diisi dan wanita yang pernah menderita kanker serviks.

4.3.2. Sampel

Sampel dari penelitian ini adalah sebagian dari populasi yang berada di lingkungan Kelurahan Sei Terjun selama penelitian berlangsung.

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teknik pengambilan sampel dengan metode consecutive sampling. Menurut Wahyuni (2007), teknik pengambilan sampel dengan metode ini dilakukan secara subjektif oleh peneliti yang ditinjau dari sudut waktu yang terhad, kemudahan, tempat pengambilan sampel dan jumlah sampel yang akan diambil.

4.3.3. Besar sampel

Perhitungan besar sampel pada penelitian ini diperoleh berdasarkan besar populasi dengan menggunakan menurut rumus (Wahyuni, 2007):


(37)

N Z2 1-α/2 P (1-P)

n = --- ( N-1) d2 + Z2 1-α/2 P (1-P)

Keterangan rumus: N = Besar populasi n = Besar sampel

d = Kesalahan (absolut ) yang dapat ditolerir P = Harga proposi di populasi

Z2 1-α/2 = Nilai distribusi normal baku (Table Z) pada α tertentu

N Z2 1-α/2 P (1-P)

n = --- ( N-1) d2 + Z2 1-α/2 P (1-P)

12515 x (1.96)2 x 0.5 x (1-0.5) n = --- (12515-1) x (0.1)2 + (1.96)2 x 0.5 x 0.5

n = 95.3 ≈ 95


(38)

4.4. Teknik Pengumpulan Data 4.4.1. Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari sumber data. Dalam penelitian ini, pengumpulan data dilakukan dengan metode pengisian kuesioner oleh responden yang mana telah dilakukan uji validitas dan realibilitas terlebih dahulu. Kuesioner adalah suatu daftar yang berisi sejumlah pertanyaan yang diberikan kepada sampel agar dapat mengungkapkan kondisi-kondisi yang berkenaan dengan penelitian yang dilakukan. Kuesioner ini akan diberikan kepada sampel untuk diisi. Terdapat beberap formulir yang akan disertakan dengan kuesioner ini yaitu:

Lampiran 1 : Lembaran inform consent yang menjelaskan kepada responden tentang Penelitian yang akan dijalankan dan persetujuan dari responden yang memuatkan tanda tangan responden.

Lampiran 2 : Berisi data sosiodemografik responden seperti nama, umur, pendidikan terakhir, pekerjaan dan status ekonomi keluarga

Lampiran 3 : Kuesioner yang akan diisi oleh responden. 4.4.2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang didapatkan dari pemerintah di Kelurahan Sei Terjun, Kecamatan Marelan, Medan.

4.5. Pengolahan Data

Pengolahan data adalah suatu proses dalam memperoleh data ringkasan dengan menggunakan cara-cara tertentu seperti :

1. Editing

Dilakukan dengan memeriksa kelengkapan jawaban kuesioner dengan tujuan agar data yang masuk dapat diolah secara benar sehingga pengolahan data dikelompokkan dengan menggunakan aspek pengaturan.


(39)

2. Coding

Memberikan kode pada setiap jawaban yang diberikan responden selanjutnya menghitung skor jawaban dari pertanyaan yang diberikan dan selanjutnya diberi kode.

3. Entri

Data yang telah terkumpul dimasukkan ke dalam program komputer dengan menggunakan program SPSS.

4. Cleaning

Pemeriksaan ulang data yang dimasukkan dalam komputer untuk menghindari terjadinya kesalahan.

5. Tabulating

Untuk mempermudah analisa data dan pengolahan data serta pengambilan kesimpulan, data dimasukkan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi 4.6. Uji Validitas Dan Reabilitas

Instrument penelitian berupa kuisioner yang dipergunakan dalam penelitian ini akan diuji validitas dan realibilitasnya dengan menggunakan teknik korelasi “product moment” dan uji Cronbach dengan menggunakan programe Statistical Pakage for Social Science (SPSS) versi 17.0.

Sampel yang digunakan dalam uji validitas ini memiliki karakter yang hampir sama dengan sampel penelitian di mana peneliti mengambil sampel sebanyak 30 orang subjek. Uji validitas dan realibitas kuesioner dilakukan di Jalan Sei Martebing dan hasilnya dapat di lihat dari tabel 4.1 di bawah.


(40)

Tabel 4.1 Hasil uji validitas dan realibilitas kuesioner

Variabel Nomor Total pearson Status Alpha Status Pertanyaan correlation valid

1 0,262 tidak 0,697

2 0,561 ya reliabel 3 0,608 ya reliabel 4 0,536 ya reliabel 5 0,370 ya reliabel 6 0,193 tidak

7 0,304 tidak 8 0,359 tidak

9 0,614 ya reliabel 10 0,378 ya reliabel 11 0,332 tidak

12 0,314 tidak

13 0,497 ya reliabel 14 0,701 ya reliabel 15 0,434 ya reliabel 16 0,438 ya reliabel Pembagian kuesioner dilakukan pada wanita ataupun responden yang telah diminta informed consent-nya apabila kuesioner telah valid. Dalam kuesioner yang disediakan, sebanyak 10 soalan yang valid. Uji realibilitas dilakukan pada pertanyaan yang telah valid agar kuesioner dapat dipercaya dan diandalkan. Uji reliabilitas dengan menggunakan program computer SPSS 17.0 dan seluruh pertanyaan telah relibel dengan nilai alpha Cronbach adalah 0.738.


(41)

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1 Deskripsi Lokasi Penelitian

Lokasi dalam penelitian ini adalah di Kelurahan Sei Terjun, Kota Medan. Kelurahan Sei Terjun merupakan salah satu kelurahan yang terdapat di Kecamatan Marelan. Berdasarkan luas geografiinya, Kelurahan Sei Terjun memiliki keluasan sebesar 1,605 Ha. Menurut data yang diperoleh dari wakil pemerintah Kelurahan Sei Terjun, penduduk di kawasan ini pada tahun 2011 adalah 23.804 orang yang terdiri dari 12515 orang wanita dan 11289 orang lelaki. Sebagian besar penduduk di Kelurahan Sei Terjun adalah wanita yaitu sebanyak 52.58% sementara laki-laki sebanyak 47.42%.

5.2 Deskripsi Karakteristik Responden

Terdapat sebanyak 95 responden yang ikut serta dalam penelitian ini. Dari keseluruhan responden, gambaran karakteristik utama yang diamati meliputi usia responden dan tingkat pendidikan responden.

Ditinjau dari karakteristik usia, nilat tengah (median) dari usia responden penelitian ini adalah yang berada direntang usia 31-40 tahun. Data lengkap mengenai distribusi frekuensi usia responden dapat dilihat pada tabel.

Tabel 5.1 Distribusi frekuensi karakteristik responden berdasarkan usia Kelompok Usia jumlah %

20-30 32 33.7

31-40 49 51.6

41-50 14 14.7

51-60 0 0 Total 95 100


(42)

Dalam tabel ini terlihat bahwa kelompok usia terbesar pada rentang usia 31-40 tahun, yaitu sebanyak 49 orang (51.6%) dan terendah pada rentang usia 41-50 tahun (14.7%).

Distribusi frekuensi responden berdasarkan tingkat pendidikan dapat dilihat pada tabel dibawah.

Tabel 5.2 Distribusi frekuensi karakteristik responden berdasarkan tingkat pendidikan Kelompok Jumlah %

Rendah 11 11.6 Sedang 18 18.9

Tinggi 66 69.5

Total 95 100

Dari tabel ini terlihat bahwa sebagian besar tingkat pendidikan responden tergolong pada kelompok yang memiliki tingkat pendidikan tinggi, yaitu sebanyak 66 orang (69.5%) dan yang paling sedikit berasal dari kelompok rendah yaitu sebanyak 11 orang (11.6%), sedangkan sisanya berada pada kelompok dengan tingkat pendidikan yang sedang, yaitu sebanyak 18 orang (18.9%).

Selain karakteristik utama yang diamati, responden ini juga diamati dari segi sumber informasi yang mereka dapatkan mengenai pemeriksaan Pap Smear dan jumlah pendapatan sebulan responden.

Tabel 5.3 Distribusi frekuensi sumber informasi mengenai pemeriksaan Pap Smear Sumber Jumlah %

Media elektronik 28 29,5 Media cetakan 67 70,5

Total 95 100

Dari tabel ini dapat dijelaskan bahwa kebanyakan responden mendapat informasi mengenai pemeriksaan Pap Smear dari media massa atau media elektronik seperti


(43)

radio, telivisi atau internet yaitu sebanyak 62 orang (65,3%). Manakala responden yang mendapat informasi dari media cetak seperti surat kabar, majalah atau buku cuma 33 orang (34,7%).

Tabel 5.4 Distribusi frekuensi jumlah pendapatan sebulan responden Pendapatan sebulan Jumlah % >1 juta 58 61.0

>2 juta 37 39.0 Total 95 100 5.3. Hasil Analisa Data dan Pembahasan

5.3.1. Hasil Analisa Data

Hasil uji terhadap pengetahuan wanita di Kelurahan Sei Terjun mengenai Pap Smear yang dilakukan dengan memberikan kuesioner dapat dilihat pada tabel dibawah.

Tabel 5.5 Distribusi frekuensi hasil uji tingkat pengetahuan responden mengenai Pap Smear

Variable Kategori Frekuensi % Pengetahuan Baik 0 0

Cukup 3 3.2 Kurang 4 4.2 Sangat Kurang 88 92.6

Total 95 100

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa tingkat pengetahuan dengan kategori sangat kurang memiliki presentase paling besar yaitu sebanyak 88 orang (92.6%), tingkat pengetahuan yang dikategorikan kurang sebanyak 4 orang (4.2%) dan tingkat pengetahuan yang dikategorikan cukup hanya 3 orang (3.32%).


(44)

Distribusi frekuensi tingkat pengetahuan wanita di Kelurahan Sei Terjun mengenai pemeriksaan Pap Smear berdasarkan karakteristik kelompok usia dapat dilihat pada tabel dibawah.

Tabel 5.6 Distribusi frekuensi hasil uji tingkat pengetahuan berdasarkan kelompok usia Tingkat Pengetahuan

Kel. Usia Baik Cukup Kurang Sangat kurang Total f % f % f % f % f % 20-30 0 0 2 66.7 1 25 29 33 32 33.7 31-40 0 0 1 33.3 3 75 45 51.1 49 51.6 41-50 0 0 0 0 0 0 14 15.9 14 14.7 51-60 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Total 0 0 3 100 4 100 88 100 95 100 Dari tabel ini terlihat bahwa proposi terbesar responden yang memiliki

pengetahuan cukup tentang pemeriksaan Pap Smear berada direntang usia 20-30 tahun sebanyak 66.7% yang mewakili 2 orang. Sementara untuk tingkat pengetahuan kurang, mayoritas responden berusia 31-40 tahun, sebanyak 75% yang mewakili 3 orang. Manakala responden yang memiliki pengetahuan sangat kurang paling ramai berasal dari kelompok usia 31-40 tahun yaitu seramai 45 orang dengan 51.1%.

Distribusi frekuensi tingkat pengetahuan wanita di Kelurahan Sei Terjun mengenai pemeriksaan Pap Smear berdasarkan karakteristik tingkat pendidikan dapat dilihat pada tabel dibawah.


(45)

Tabel 5.7 Distribusi frekuensi hasil uji tingkat pengetahuan berdasarkan tingkat pendidikan Tingkat Pengetahuan

Tingkat Pendidikan Baik Cukup Kurang Sangat kurang Total f % f % f % f % f % Rendah 0 0 0 0 0 0 11 12.5 11 11.6 Sedang 0 0 0 0 1 25 17 19.3 18 18.9 Tinggi 0 0 3 100 3 75 60 68.2 66 69.5 Total 0 0 3 100 4 100 88 100 95 100

Dari tabel ini dapat dilihat bahwa sebagian besar responden yang pengetahuannya cukup mengenai Pap Smear memiliki tingkat pendidikan tinggi, yaitu sebanyak 3 orang. Sementara proposi terbesar responden yang berpengetahuan kurang juga berasal dari tingkat pengetahuan tinggi yaitu sebanyak 3 orang. Walaupun demikian, didapati responden yang memiliki pengetahuan yang sangat kurang paling banyak juga berasal dari tingkat pendidikan tinggi yaitu sebanyak 60 orang.


(46)

Tabel 5.8 Distribusi jawaban responden mengenai Pap Smear pada kuesioner

Pertanyaan Tahu Tidak Tahu

f % f % Pemeriksaan Pap Smear dapat

mendeteksi dini kanker serviks 54 56,80 41 43,20 Biaya Pap Smear 24 25,26 71 74,74 Seberapa lama masa diperlukan

untuk pemeriksaan Pap Smear 24 25,26 71 74,74 Menyebabkan rasa nyeri 21 22,10 74 77,90 Melakukan hubungan seksual sehari

sebelum pemeriksaan Pap Smear 22 23,15 73 76,85 Tempat melakukan pemeriksaan Pap

Smear 3 3,16 92 96,84 Jaminan tidak akan menderita kanker

serviks selepas pemeriksaan Pap Smear 54 56,80 41 43,20 Perlu mencuci alat kelamin sebelum

pemeriksaan Pap Smear 24 25,26 71 74,74 Pemeriksaan Pap Smear perlu diulang 84 88,42 11 11,58 Wanita hamil boleh melakukan

pemeriksaan Pap Smear 7 7,37 88 92,63 Dari tabel 5.9 terlihat bahwa 56,8% responden mengerti bahwa kanker serviks dapat dideteksi secara dini dengan melakukan pemeriksaan Pap Smear. 25,26%


(47)

mengetahui bahwa biaya untuk melakukan pemeriksaan ini tidak mahal dan masa yang diperlukan untuk menjalankan pemeriksaan ini juga tidak mengambil masa yang lama untuk selesai. Sebanyak 22,1% responden tahu yang pemeriksaan Pap Smear tidak menyebabkan pasien berasa nyeri dan 23,15% daripada keseluruhan responden tahu bahwa hubungan seksual tidak bisa dilakukan sehari sebelum datang melakukan pemeriksaan. Cuma 3,16% responden yang tahu bahwa Pap Smear bisa dilakukan bukan hanya di rumah sakit besar tetapi juga di puskesmas atau praktek dokter. Responden yang mengerti bahwa dengan melakukan pemeriksaan Pap Smear tidak ada jaminan akan bebas dari menderita kanker serviks adalah sebanyak 56,8%. Sebaliknya, hanya 25,26% responden yang tahu larangan mencuci alat kelamin sebelum dilakukan pemeriksaan Pap Smear. Selanjutnya, didapati 88,42% responden tahu bahwa pemeriksaan ini harus diulang mengikut syarat-syarat tertentu yang telah disepakati dan 7,37% daripada keseluruhan responden tahu bahwa wanita hamil juga bisa datang menjalani pemeriksaan Pap Smear ini.

5.4 Pembahasan

Apabila dilihat dari hasil penelitian ini, ternyata rata-rata wanita di Kelurahan Sei Terjun yang berusia di antara 20 hingga 60 tahun memiliki pengetahuan yang sangat kurang mengenai pemeriksaan Pap Smear yaitu 92.6%. Wanita yang berpengetahuan cukup hanya 3.2% sementara yang berpengetahuan kurang mengenai pemeriksaan Pap Smear cuma 4.2%. Hasil ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Chintami Octavia mengenai Gambaran Pengetahuan Ibu Mengenai Pemeriksaan Pap Smear Di Kelurahan Petisah Tengah Tahun 2009, di mana 5.5% ibu memilik pengetahuan baik, 62.7% ibu berpengetahuan sedang manakala yang berpengetahuan kurang cuma 31.8%. Walaupun demikian, terdapat persamaan hasil penelitian yang dilakukan di poliklinik RSUP-CM Jakarta pada tahun 2005, di mana didapatkan 2.9% responden dengan pengetahuan baik tentang pemeriksaan Pap Smear, 21.6% berpengetahuan cukup dan sebanyak 75.5% responden berpengetahuan kurang. Sama halnya dalam hasil penelitian yang dilakukan di Rumah Susun Klender Jakarta pada


(48)

tahun 2005 di mana frekuensi responden yang berpengetahuan kurang paling tinggi yaitu 46,7%. Sementara sebanyak 40,2% responden berpengetahuan cukup. Manakala yang berpengetahuan baik cuma 13,1%.

Perbedaan yang ditampilkan dari berbagai hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan mengenai pemeriksaan Pap Smear adalah bervariasi mengikut lokasi tertentu. Perbedaan hasil penelitian ini mungkin disebabkan oleh adanya perbedaan kondisi masyarakat, seperti tinggi arus informasi yang mereka perolehi mengenai Pap Smear di tempat mereka. Kurangnya pengetahuan tentang kepentingan pemeriksaan Pap Smear adalah karena rendahnya tingkat kewaspadaan wanita terhadap kesehatan reproduksi contohnya kanker rahim atau kanker serviks. Selain itu, kurangnya informasi mengenai cara pencegahan dan deteksi dini kanker serviks ini turut sama menyumbang kepada rendahnya pengetahuan wanita tentang Pap Smear.

Hal ini sejalan dengan pernyataan Notoatmodjo (2003) yang menyatakan bahwa pengetahuan dapat diperoleh dari pengetahuan yang berasal dari berbagai sumber informasi sehingga dapat membentuk keyakinan bagi seseorang. Maka, seharusnya perlu dilakukan sosialisasi mengenai Pap Smear yang dapat diterima melalui televisi, radio, majalah, serta kader ataupun petugas kesehatan dalam masyarakat sebagai suatu upaya dalam peningkatan pengetahuan masyarakat khususnya wanita mengenai pemeriksaan Pap Smear.

Seperti yang kita tahu, media massa saat ini memiliki peranan yang besar dalam membentuk opini dan pengetahuan publik. Tetapi perlu juga diketahui bahwa keterpajanan seseorang terhadap media massa dan tingkat pengetahuannya tidak hanya ditentukan oleh jumlah media massa yang dimiliki tetapi juga kualitas dan kuantitas informasi yang didapat. Merujuk kepada hasil dalam penelitian ini, didapati bahwa mayoritas kelompok wanita yang diteliti mempunyai pengetahuan yang sangat kurang tentang pemeriksaan Pap Smear dan sumber informasi yang mereka akses adalah dari media massa seperti media cetakan dan media elektronik. Tingkat pengetahuan responden mungkin dipengaruhi dari sumber informasi karena peranan


(49)

media massa lebih besar dan banyak dipergunakan pada tahap pengenalan informasi baru. Sedangkan saluran komunikasi interpersonal lebih penting peranannya pada tahap pemahaman mengenai informasi yang mereka peroleh dari media massa.

Tingkat pengetahuan wanita di Kelurahan Sei Terjun mengenai pemeriksaan Pap Smear juga rendah mungkin ada hubungan tidak langsung dengan kurangnya bilangan wanita yang pernah didiagnosa menghidap kanker serviks. Hal ini karena apabila seseorang didiagnosa menghidap kanker serviks maka mereka akan beranggapan bahwa itu merupakan suatu masalah kesehatan. Ini secara langsung akan meningkatkan frekuensi kunjungan mereka ke provider kesehatan lalu akan terjadi peningkatan tahap pengetahuan mereka mengenai Pap Smear. Di sini mereka akan diberi lebih banyak informasi dan edukasi mengenai cara pencegahan kanker serviks yaitu dengan melakukan pemeriksaan Pap Smear secara berkala.

Rata-rata kelompok wanita yang diteliti mempunyai jumlah pendapatan sebulan yang agak lumayan yaitu > 1 juta sebulan. Ini mungkin bisa dijadikan petunjuk bahwa wanita-wanita yang diteliti ini adalah golongan yang sibuk bekerja untuk meningkatkan penghasilan bulanan mereka sehingga kurang peduli tentang tahap kesehatan mereka terutama kesehatan reproduksi. Hal ini mungkin turut menjadi alasan mengapa tingkat pengetahuan kelompok wanita yang diteliti ini sangat kurang walaupun mayoritas mereka dari golongan yang berpendidikan tinggi.

Selain dari hal-hal yang telah dibahaskan di atas, kemungkinan keterbatasan peneliti semasa melakukan penelitian ini turut mempengaruhi hasil penelitian ini. Peneliti tidak melakukan uji validitas kuesioner dengan sempurna sebelum memberikan kuesioner kepada responden. Hal ini mungkin telah mempengaruhi mengapa responden yang berpendidikan tinggi masih mempunyai tingkat pengetahuan yang sangat kurang tentang manfaat pemeriksaan Pap Smear.

Distribusi frekuensi tingkat pengetahuan berdasarkan karakteristik usia dari hasil penelitian ini diperoleh bahwa proposi terbesar wanita yang memiliki pengetahuan baik, yaitu 66,7% berusia 20-30 tahun. Berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Octavia (2009) di Kelurahan Petisah, yaitu sebanyak 50% responden


(50)

berpengetahuan baik berada dalam rentang usia 46-50 tahun. Hasil ini juga berbeda dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Kayika, Wawalumaya, Darindo, dkk (2006) di rumah susun Klender Jakarta yang memperlihatkan 42,9% responden memiliki pengetahuan baik berada pada rentang usia 45-54 tahun.

Hal ini mungkin ada kaitannya dengan meningkatnya kesadaran wanita usia muda tentang derajat kesehatan mereka sehingga kewaspadaan mereka terhadap upaya pencegahan kanker serviks lebih tinggi. Keadaan ini memicu mereka untuk mencari lebih banyak informasi mengenai pencegahan kanker serviks termasuk pemeriksaan Pap Smear sehingga membuatkan tingkat pengetahuan mereka lebih baik. Selain itu, arus kemodernan dunia masa kini juga mungkin mempengaruhi tingkat pengetahuan wanita yang berusia lebih muda karena mereka lebih banyak terpapar dengan informasi-informasi baru mengenai kesehatan. Malah, cara mengakses informasi pada masa kini lebih mudah dan cepat berbanding beberapa tahun ke belakang.

Berdasarkan distribusi tingkat pengetahuan wanita di Kelurahan Sei Terjun mengenai Pap Smear berdasarkan karakteristik tingkat pendidikan, diperoleh bahwa tidak ada perbedaan tingkat pendidikan terhadap tingkat pengetahuan responden karena semua wanita yang yang berpengetahuan sama ada cukup, kurang atau sangat kurang berasal dari tingkat pendidikan tinggi, yaitu SMA sedarjat. Penelitian yang dilakukan oleh Kayika, Wawalumaya, Darnindo, dkk (2006) memperlihatkan hasil yang berbeda, dimana mayoritas responden yang berpengetahuan baik, cukup, maupun kurang keseluruhannya berasal dari kelompok tingkat pendidikan yang sedang. Perbedaan ini juga ditunjukkan dari hasil penelitian Octavia (2009), dimana responden yang berpengetahuan baik dan sedang mayoritas berasal dari kelompok dengan tingkat pendidikan tinggi. Manakala responden dengan tingkat pengetahuan kurang paling banyak berasal dari kelompok dengan tingkat pendidikan rendah. Hal ini menunjukkan, dari hasil penelitian ini tidak ada hubungan bermakna antara tingkat pendidikan dengan tingkat pengetahuan wanita mengenai Pap Smear. Tingkat pendidikan seseorang dapat menentukan kemampuan intelektual,


(51)

pemahaman dan kemampuan berpikir kritis dan logis seseorang dalam mengolah informasi dan mengambil keputusan dalam bertindak. Walaupun demikian, tingginya tingkat pendidikan seseorang tanpa diikuti kemauan belajar atau mencari informasi lalu bertindak seperti yang seharusnya, tidak menjamin seseorang untuk memiliki pengetahuan yang baik. Sebaliknya, mereka yang ada kemauan belajar dan menambah pengetahuannya dengan mencari informasi meskipun datang dari latar belakang tingkat pendidikan rendah bisa mempunyai pengetahuan yang baik.


(52)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Dari uraian-uraian yang telah dipaparkan sebelumnya, maka dalam penelitian ini dapat diambil beberapa kesimpulan yaitu:

a) Tingkat pengetahuan wanita yang berusia pada selang usia 20 hingga 60 tahun mengenai pemeriksaan Pap Smear di Kelurahan Sei Terjun di kategorikan dalam kelompok sangat kurang yaitu sebanyak 88 orang responden (92,6%). b) Berdasarkan karakteristik usia, majoriti responden datang dari kelompok yang

berusia pada selang umur 31- 40 tahun, yaitu sebanyak 49 orang (51.6%). c) Berdasarkan karakteristik tingkat pendidikan wanita di Kelurahan Sei Terjun

terhadap tingkat pengetahuan, hasil menunjukkan bahwa responden yang berpengetahuan cukup mengenai pemeriksaan Pap Smear mempunyai tingkat pendidikan tinggi yaitu seramai 3 orang(100%). Sementara proporsi terbesar wanita yang berpengetahuan kurang dan sangat kurang juga berasal dari responden yang mempunyai tingkat pendidikan tinggi yaitu masing-masing sebanyak 3 orang (75%) dan 60 orang (68,2%).

6.2 Saran

a) Dari keseluruhan proses penelitian yang telah dijalani oleh peneliti dalam menyelesaikan penelitian ini, maka dapat diungkapkan beberapa saran yang bermanfaat bagi semua pihak yang berperan dalam peneletian ini. Antara saran tersebut yaitu:

a. Perlu dilakukan upaya peningkatan pengetahuan wanita di Kelurahan Sei Terjun mengenai pemeriksaan Pap Smear dengan melakukan sosialisasi informasi yaitu dengan penyebaran informasi yang lebih banyak baik melalui puskesmas, dokter praktik atau tenaga-tenaga kesehatan yang bersangkutan. Informasi-informasi yang disampaikan


(53)

juga perlulah menggunakan bahasa yang mudah difahami oleh orang umum supaya pemahaman mereka tentang pemeriksaan Pap Smear lebih baik.

b. Perlu juga di usahakan supaya sarana-sarana yang diperlukan untuk pemeriksaan Pap Smear tersedia baik di puskesmas atau klinik praktik peribadi supaya wanita yang memenuhi kriteria untuk melakukan pemeriksaan ini bisa langsung menjalani pemeriksaan setelah diberi informasi mengenai manfaat dan kepentingan Pap Smear bagi membantu mengurangkan insiden kejadian kanker serviks di Indonesia umumnya.

c. Turut dianjurkan untuk membuat promosi kesehatan yaitu dengan memberikan pemeriksaan Pap Smear gratis atau dengan bayaran yang jauh lebih murah supaya golongan wanita ini lebih tertarik untuk mengambil tahu tentang manfaat pemeriksaan Pap Smear dan datang melakukan pemeriksaan Pap Smear.

d. Bagi peneliti lain yang berminat untuk melalukan penelitian yang sama dilain waktu, disarankan agar melakukan uji validitas kuesioner sebaiknya sebelum memulakan penelitian. Juga di ingatkan agar menggunakan bahasa yang lebih mudah dimengerti oleh orang awam dalam penulisan kuesioner.

e. Peneliti berharap penelitian ini dapat dijadikan sebagai pedoman dalam melakukan penelitian selanjutnya dengan memperluas variable-variabel lain dalam melaksanakan penelitian.


(54)

DAFTAR PUSTAKA

Bieber, E.J., Sanfilippo, J.S., dan Horowitz, I.R., 2006. Cervical Cancer Screening. In: Clinical Gynecology. Philadelphia : CHURCHILL LIVINGSTONE Elsevier, 121-141.

Hart, D.M., Norman, J., Callander, R., dan Ramsden, I., 2000. Disease of the cervix. In : Gynaecology Illustrated. London: CHURCHILL LIVINGSTONE, 191-192. Darnindro N., Jasin MR., Martina., Heryanto L., Ardiansyah D., Tambunan, M.,

Heriyanto, P., Wawolumaya., 2007. Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Perempuan yang sudah Menikah mengenai Pap smear dan Faktor-Faktor Yang Berhubungan di Rumah Susun Klender Jakarta 2006. Makalah Kedokteran Indonesia.

Manuaba, I.B.G., 2005. Pemeriksaan Pap Smear. In: Rusmi & Sari, L.,eds. Dasar-dasar Teknik Operasi Ginekologi. Jakarta: EGC,100-104.

Morgan, G., Hamilton, C., 2003. Penatalaksanaan Masalah dan Prosedur Umum pada Wanita Hamil dan Tidak Hamil. In : Obstetric & Ginekologi: Panduan Praktik. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC, 250-254.

National Center for Biotechnology Information (NCBI), 2010. Cervical cancer. U.S:

National Library of Medicine. Available from:

http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmedhealth/PMH0001895/. [Accessed 10 May

2011].

National Center for Biotechnology Information (NCBI), 2010. Colposcopy . U.S:

National Library of Medicine. Available from:

http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmedhealth/PMH0004361/ [Accessed 9 May

2011]

Notoatmodjo, S., 2005. Konsep Perilaku dan Perilaku Kesehatan. In: Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

Nurwijaya DH., Andrijono dan Suheimi, HK., 2010. Mengenal kanker serviks. In: Cegah dan Deteksi Kanker Serviks. Surabaya: Elex Media Komputindo, 1-22.


(55)

O’Connell, T.X. dan Dor, K., 2009. Abnormal Pap Smear (Abnormal Cervical Cytology Findings). In: Instant Work-Ups: A Clinical Guide To Obstetric And Gynecologic Care. California: Saunders Elsevier, 1-10.

Oats., Jeremy dan Abraham, S., 2005. Premalignant and Malignant Condition Of The Female Genital Tract. In: Fundamental Of Obstetrics And Gynaecology. London: ELSEVIER MOSBY, 297-304.

Octavia C, 2009. Gambaran Pengetahuan Ibu Mengenai Pemeriksaan Pap Smear Di Kelurahan Petisah Tengah Tahun 2009. Medan: Fakultas Kedokteran Universitas

Sumatera Utara. Available from:

http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/14280 [accessed 22 April 2011]. Otto, S.E., 2003. Kanker Ginekologis. In: Buku Saku keperawatan Onkologi. Jakarta :

EGC, 157-162.

Prawirohardjo S dan Wiknjosastro, H., 2008. Tumor ganas alat genitalia. In : ilmu kandungan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, 380-390. Purwoto, G. & Nuranna L., 2002. Metode Skrinning Alternatif pada Kanker Serviks.

In: Deteksi Dini Kanker. Jakarta: Balai Penerbit FKUI, 142-143.

S Mitra, 2009. Study Of The Risk Factors For Cancer Cervix In A Speciality Hospital In Kolkata. Journal of Community Medicine, Vol.5, No.1.

Suwiyoga, I.K.,2007. Beberapa Masalah Pap Smear Sebagai Alat Diagnosa Kanker Serviks di Indonesia. Denpasar: Laboratorium Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Udayana. Available from: http://ejournal.unud.ac.id/pap/pdf. [ accessed 28 April 2011, 11.06 am].

Smeltzer, S.C., Bare, B.G., Hinkle, J.L., dan Cheever, K.H., 2010. Papanicolaou Test ( Pap Smear). In: Brunner and Suddarth's Handbook of Laboratory and Diagnostic Tests. Philadelphia: Wolters Kluwer | Lippincott Williams & Wilkins, 408-411.

Smeltzer, S.C., Bare, B.G., Hinkle, J.L., dan Cheever, K.H., 2009. Papanicolaou Test ( Pap Smear). In: Brunner and Suddarth's textbook of medical-surgical nursing. Philadelphia: Wolters Kluwer | Lippincott Williams & Wilkins, 408-411.


(56)

Wahyuni A.S, 2007. Teknik Penarikan Sampel. In: Statistika Kedokteran (disertai aplikasi dengan SPSS). Jakarta Timur: Bamboedoea Communication.


(1)

6. Pemeriksaan Pap smear dapat dilakukan pada wanita disegala usia.

7. Pemeriksaan Pap smear perlu diulang setiap 1 tahun.

8. Saat melakukan pemeriksaan Pap smear, diusahakan wanita tidak mengalami haid (menstruasi). 9. Sehari sebelum datang

melakukan pemeriksaan Pap smear, wanita dibenarkan melakukan hubungan seksual. 10. Pemeriksaan Pap smear ini hanya

dapat dilaksanakan di Rumah Sakit yang besar.

11. Hanya dokter spesialis

kandungan dan kebidanan yang bisa melakukan pemeriksaan Pap smear.

12. Hasil pemeriksaan Pap smear akan diberikan pada hari yang sama di mana pasien datang melakukan pemeriksaan Pap smear.

13. Wanita/ pasien yang sudah melakukan pemeriksaan Pap smear tidak akan menghidap kanker serviks.

14. Sebelum melakukan pemeriksaan Pap smear, pasien diwajibkan untuk mencuci bagian alat kelaminnya terlebih dahulu. 15. Pemeriksaan Pap smear ini

cukup dilakukan sekali sahaja pada setiap wanita.

16. Wanita yang lagi sedang hamil tidak boleh melakukan


(2)

Lampiran 3

LEMBAR PENJELASAN PENELITIAN DAN PERSETUJUAN SUBJEK Dengan Hormat,

Sehubungan dengan penelitian yang akan dilakukan dengan judul “Tingkat Pengetahuan Wanita Penduduk Kelurahan Sei Terjun Kota Medan Tentang Manfaat Pemeriksaan Pap Smear”, maka saya yang bernama HAZIMAH BINTI HAMILIN (NIM: 080100352), mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara mengharapkan kesediaan anda untuk berpartisipasi dalam penelitian yang akan saya lakukan dengan meminta izin anda untuk menjawab segala pertanyaan dengan benar saat diwawancara dan mengisi maklumat dengan lengkap di dalam kuesioner ini.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran tingkat pengetahuan wanita di Kelurahan Sei Terjun mengenai manfaat pemeriksaan Pap Smear. Semua informasi yang anda berikan akan dirahsiakan dan hanya akan dipergunakan dalam penelitian ini. Saya berharap anda bersedia mengikuti penelitian ini. Bila terdapat hal yang kurang dimengerti, anda dapat bertanya langsung kepada peneliti. Atas perhatian dan kesediaan anda menjadi pertisipan dalam penelitian ini, saya ucapkan terima kasih.

Jika anda bersedia silahkan menandatangani persetujuan ini sebagai bukti kesukarelaan anda.

Medan, 2011

Partisipan, Peneliti,


(3)

DATA SOSIODEMOGRAFIK IBU

TINGKAT PENGETAHUAN WANITA PENDUDUK KELURAHAN SEI TERJUN KOTA MEDAN TENTANG MANFAAT PEMERIKSAAN PAP SMEAR

Tanggal dijawab : / /2011

Nama : ______________________________________ Umur : _________ tahun

Suku/Bangsa : _________ Pendidikan terakhir : _________

Pekerjaan : __________________


(4)

Lampiran 4

Data Induk (Master Data)

No Nama Umur

(tahun)

Pendidikan Pendapatan (Rp)

Sumber informasi

(media)

1 Ramita 30 SMA 1800000 Cetak

2 Amelia Putri 26 SMA 1650000 Cetak

3 Nuraidawati 36 SMA 1750000 Cetak

4 Neni Rahayu 30 SMA 1700000 Cetak

5 Rosiana 50 SD 1900000 Elektronik

6 Artha Siagian 38 SMA 2100000 Elektronik

7 Tri Wahyuni 26 SMA 1800000 Elektronik

8 Rosmawati 41 SMA 2000000 Cetak

9 Rahimi 36 SMP 1800000 Elektronik

10 Renita Sari 39 SMA 2000000 Elektronik

11 Naila Zahra 26 SMA 1850000 Cetak

12 Musdalifah 26 SMA 1400000 Cetak

13 Herawati 40 SMP 1900000 Cetak

14 Turini 30 SD 1900000 Cetak

15 Rosma Dewi 31 SMA 2000000 Elektronik

16 Desi Mawarni 31 SMA 1900000 Cetak

17 Ima Safriani 30 SMA 2000000 Cetak

18 Nora Elida 42 SMA 2000000 Elektronik

19 Irnawati 30 SMP 1600000 Cetak

20 Khairani Pane 40 SMA 2000000 Cetak

21 Nanda Wahyuni

26 SMA 1500000 Cetak

22 Lasmi 39 SD 1800000 Cetak

23 Nursiah 38 SMA 1900000 Cetak

24 Misnah Leli 40 SMP 1900000 Elektronik

25 Ramsiah 43 SMA 1900000 Elektronik

26 Nurul 30 SMA 1800000 Cetak

27 Lilies 31 SMA 1900000 Elektronik

28 Iriani 29 SMA 1700000 Cetak

29 Sriani 28 SMA 1500000 Elektronik

30 Purnamawati 31 SMA 1800000 Cetak

31 Hamidah 38 SMA 2000000 Cetak

32 Agustini 40 SMA 2200000 Elektronik

33 Wulandari 40 SMA 1650000 Cetak


(5)

35 Supinah 39 SMP 1750000 Cetak

36 Eli Masita 26 SMA 1300000 Cetak

37 Mustika Delima

49 SMP 1900000 Cetak

38 Hayani 29 SMA 1250000 Cetak

39 Misriana 29 SMA 1500000 Cetak

40 Ngademi 50 SD 1800000 Cetak

41 Syahputri 30 SMA 1600000 Cetak

42 Herlina 30 SMA 1400000 Cetak

43 Wulandari Sari 29 SMA 1400000 Cetak

44 Rohani 49 SMP 1800000 Elektronik

45 Novitasari 38 SMA 1800000 Cetak

46 Rohana 50 SD 2000000 Elektronik

47 Mila Kartika 29 SMA 1600000 Cetak

48 Salbiyah 40 SMA 2000000 Cetak

49 Rahmayani 40 SMA 2000000 Elektronik

50 Selviani 32 SMA 1900000 Elektronnik

51 Indriani 40 SMA 2000000 Cetak

52 Karmila 36 SMA 2000000 Elektronik

53 Supiana 43 SMP 1950000 Elektronik

54 Farida Hanum 35 SMA 1900000 Cetak

55 Intan Ariam 27 SMA 1600000 Cetak

56 Juli Sah Putrid 31 SMA 2000000 Cetak

57 Dini Pratiwi 29 SMA 2000000 Elektronik

58 Nilam Sari 40 SMA 1800000 Elektronik

59 Suminah 50 SD 1800000 Elektronik

60 Murni Rahayu 30 SMA 1500000 Cetak

61 Utami 38 SMA 2500000 Cetak

62 Safitri 30 SMA 1600000 Cetak

63 Febriana 24 SMA 1400000 Cetak

64 Rahmi 48 SMP 2000000 Cetak

65 Desi Astute 32 SMA 1700000 Cetak

66 Astriyani 39 SMA 2100000 Elektronik

67 Agustina Pane 39 SMA 2100000 Elektronik

68 Sulasmi 37 SMP 1700000 Cetak

69 Emelia 36 SMA 1500000 Elektronik

70 Siravelia 30 SMA 1900000 Elektronik

71 Utariawati 36 SMA 2100000 Cetak

72 Surtini 39 SMP 1950000 Cetak


(6)

74 Indrani 30 SMA 2000000 Cetak

75 Purnama Sari 35 SMA 1900000 Cetak

76 Trima 40 SMP 1900000 Cetak

77 Saenah 50 SD 1800000 Cetak

78 Senjayani 28 SMA 1800000 Elektronik

79 Misyanti 28 SMP 1700000 Cetak

80 Tukini 40 SD 1700000 Cetak

81 Ida Zuraida 26 SMA 1800000 Cetak

82 Arbaiyah 38 SMP 1900000 Cetak

83 Risna 36 SMP 2000000 Cetak

84 Sunarti 31 SMA 2000000 Cetak

85 Waginah 40 SMA 1950000 Cetak

86 Misdawati 40 SMA 2000000 Cetak

87 Suwartik 38 SMP 1500000 Cetak

88 Puji Lestari 40 SMA 2000000 Cetak

89 Sakdiyah 41 SMA 1800000 Elektronik

90 Sutiyah 38 SMP 2000000 Cetak

91 Ismaliyah 40 SMA 2000000 Elektronik

92 Adriani 30 SMA 1800000 Cetak

93 Purwati 40 SD 1900000 Cetak

94 Farica Azmi 26 SMA 1500000 Cetak


Dokumen yang terkait

Tingkat Pengetahuan Ibu-Ibu Tentang Pap Smear Sebagai Salah Satu Langkah Deteksi Awal Kanker Serviks Di Kelurahan Padang Bulan

1 44 73

Gambaran Pengetahuan Ibu tentang Pap Smear di Kelurahan Sei Kera Hilir II Medan Tahun 2010

2 48 70

Gambaran Tingkat Pengetahuan Wanita tentang Deteksi Dini Kanker Serviks dengan Pemeriksaan Pap Smear di Kelurahan Gedung Johor

0 68 75

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN WANITA USIA SUBUR TENTANG KANKER SERVIKS DAN TINDAKAN PEMERIKSAAN Hubungan Antara Pengetahuan Wanita Usia Subur Tentang Kanker Serviks dan Tindakan Pemeriksaan Pap Smear di Kelurahan Sidanegara Kabupaten Cilacap.

0 5 17

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN SIKAP WANITA TERHADAP PEMERIKSAAN PAP SMEAR HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN SIKAP WANITA TERHADAP PEMERIKSAAN PAP SMEAR DI DESA JETIS KELURAHAN KWARASAN SUKOHARJO.

0 1 14

PENDAHULUAN HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN SIKAP WANITA TERHADAP PEMERIKSAAN PAP SMEAR DI DESA JETIS KELURAHAN KWARASAN SUKOHARJO.

0 1 7

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN WANITA PASANGAN USIA SUBUR (PUS) MENGENAI PAP SMEAR DENGAN PRAKTIK PEMERIKSAAN PAP SMEAR.

0 0 9

BACA DULU cara membuka KTI Skripsi kode056

0 0 3

PENGETAHUAN DAN SIKAP WANITA MENIKAH TENTANG PEMERIKSAAN PAP SMEAR DI KELURAHAN PURNAMA KECAMATAN DUMAI BARAT TAHUN 2013

0 0 11

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG KANKER SERVIKS DENGAN PERILAKU PEMERIKSAAN PAP SMEAR DI PUSKESMAS UMBULHARJ0 1 YOGYAKARTA TAHUN 2012 NASKAH PUBLIKASI - Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu tentang Kanker Serviks dengan Perilaku Pemeriksaan PAP Smear

0 0 14