93
2.3. Pemetaan Potensi Budaya Lokal Pada Wisata Ziarah
2.3.1. Kuliner Lokal Upacara Tradisi
Pengertian kuliner di sini adalah hasil olahan
yang berupa masakan. Masakan tersebut berupa lauk pauk, makanan, dan minuman. Karena setiap daerah
memiliki cita rasa tersendiri, maka tak heran jika setiap daerah memiliki tradisi kuliner yang berbeda-beda. Di
dalam pembahasan kali ini, kuliner juga dapat dibedakan menjadi dua bagian besar, yaitu kuliner lokal
yang berhubungan dengan upacara pada situs wisata ziarah di Kudus, dalam artian kuliner itu dapat
diperoleh ketika
ada upacara
tradisi yang
diselenggarakan di tempat itu; serta kuliner khas yang dapat diperoleh wisatawan di lokasi wisata ziarah itu.
Berikut ini akan diuraikan tentang informasi itu, antara lain:
2.3.2. Bubur Asyuro Sunan Kudus
Kuliner lokal yang berhubungan dengan upacara pada situs wisata ziarah di Kudus pada situs ini
khususnya adalah pada saat upacara
bukak luwur
, yaitu upacara penggantian kelambu pada makam Sunan
94
Kudus. Ketika
upacara tersebut
berlangsung, disediakan bubur Asyuro dan
nasi jangkrik
yang dapat dinikmati oleh semua pengunjung.
Ibu-ibu sibuk mempersiapkan bubur Asyura pada saat upacara tradisi
bukak luwur
pada makam Sunan Kudus. Puluhan ibu-ibu ini mempersiapkan ratusan
pepes bubur Asyura yang akan dibagikan ke masyarakat sekitar. Bubur ini dibuat ketika bulan Syura
tiba. Bulan Syura merupakan sebutan lain dari bulan Muharram, bulan pertama dalam kalender Islam
Hijriyyah. Bubur Asyura dipertahankan, konon karena merupakan
bancakan
sedekah Nabi Nuh ketika selamat dari banjir bandang pada tanggal 10
Muharram dalam bahasa Arab disebut
Asyura
atau hari ke sepuluh.
Tradisi selametan dengan bubur Asyura inipun hingga sekarang terus dilangsungkan dalam
buka luwur
. Biasanya, bubur Asyura ini dibuat dan dibagikan sehari sebelum puncak
buka luwur
tiba, yakni pada tanggal 9 Muharram. Mahmudah, salah satu ibu yang
sibuk menyiapkan bubur Asyura di Masjid Al-Aqsha mengatakan, bubur Asyura dibuat dari 8 bahan yang
berbeda. ’’Ada beras, jagung, kedelai, ketela, tolo,
95
pisang, kacang hijau dan kacang tanah,’’ jelasnya. Delapan bahan tersebut konon, sesuai dengan bubur
Asyura Nabi Nuh yang juga terbuat dari 8 bahan makanan. Selain dari bahan-bahan tersebut, dalam
bubur Asyura ini juga ditaburi dengan beberapa snack lainnya. Seperti,
pentul
, cambah, cabe merah, tahu goreng, tempe goreng, teri goreng, udang dan
sebagainya.
Pentul
sendiri merupakan makanan gorengan berbentuk bulat yang terbuat dari berbagai macam
bahan. ’’Dari kelapa, daging, gandum, dicampur dengan gula merah dan ditambah daun jeruk,’’ katanya.
Setelah semua bahan dicampur, kemudian dibulatkan kecil-kecil dan kemudian digoreng hingga matang.
Tahun ini, kata Mahmudah, sekitar seribu pepes bubur Asyura yang dibagikan kepada masyarakat
sekitar. Bubur ini dibagikan ke tiga desa sekitar menara, yakni Desa Kauman, Kerjasan dan Damaran.
’’Bubur Asyura ini tak pernah ketiggalan dalam
buka luwur
,’’ ungkap ibu yang telah puluhan tahun membantu proses
Buka Luwur
ini. Terlihat, seluruh proses pembuatan bubur, mulai dari memasak hingga
pendistribusian bubur ini banyak dilakukan oleh kaum
96
perempuan. ’’Bubur ini diantarkan ke rumah-rumah penduduk sekitar,’’ katanya. Selain dibagi ke
masyarakat, bubur ini juga dibuat sebagai bancakan usai para ibu-ibu melakukan pembacaan Albarzanji di
Pawestren Masjid. Bubur Asyura juga ditunggu masyarakat seperti halnya
nasi jangkrik
yang dipercaya mengandung banyak berkah dari Sunan Kudus
http:catatankharis.blogspot.com201005buka-luwur- 2-habis.html
diunduh tanggal 28 Agustus 2012. Berikut
ini gambar
bubur Asyura
yang dipersiapkan oleh ibu-ibu untuk prosesi
buka luwur
itu:
Gambar 8. Menyiapkan Bubur Asyura
97
Sumber: http:catatankharis.blogspot.com201005buka-luwur-
2-habis.html diunduh tanggal 28 Agustus 2012
2.3.3. Nasi Jangkrik Sunan Kudus