Organisasi Pengelola Wisata Terpadu

172 wisata yang dari tahun ke tahun mengalami peningkatan.

3.2 Makam Sunan Kudus, Makam Kyai Telingsing, dan Mbah Dudo

3.2.1. Organisasi Pengelola Wisata Terpadu

Pengembangan wisata terpadu di sekitar Makam Sunan Kudus, Kyai Telingsing, Mbah Dudo dapat dilakukan melalui koordinasi dan penataan secara komprehensif. Ketiga lokasi tersebut letaknya berdekatan di pusat kota. Jarak antara Makam Sunan Kudus dengan Makam Kyai telingsing sekitar 500 meter. Keduanya terletak di Kecamatan Kota Kudus. Adapun jarak antara Makam Sunan Kudus dengan Mbah Dudo tradisi bulusan sekitar 4 Km. Tradisi Bulusan terletak di Dukuh Sumber Desa Hadipolo Kecamatan Jekulo Kudus. Ketiganya perlu dikemas dengan kegiatan yang integral. Meskipun pola pengembangannya berbeda. Makam Sunan Kudus dan Makam Kyai Telingsing secara substansi dapat dikembangkan dengan pola yang hampir sama karena ada kedekatan jarak dan kemiripan destinasi. Adapun tradidis Bulusan agak berbeda dengan kedua objek 173 peninggal sejarah tersebut. Oleh karena itu, msukan dari berbagai pihak dapat menjadi pijak dalam menentukan format pengembangan yang integral. Model pembangunan yang mengkombinasikan antara kepentingan masyarakat, pemerintah, dan komponen yang lain menjadi relevan untuk dilakukan. Dengan model pengembangan wisata yang mendengarkan masukan dari berbagai pihak, akan memunculkan kesadaran masyarakat dalam berpartisipasi, baik secara finasial, pemikiran, dan pengambilan keputusan. Makam Sunan Kudus dan Makam Kyai Telingsing telah mempunyai organisasi yang tertata cukup baik melalui yayasan, sudah terdapat manajemen pengelola, dan lain-lain. Utamanya Makam Sunan Kudus telah mempunyai guiding pusat informasi yang baik. Ketiga lokasi dekat dengan penginapan, restoran atau warung makan, transportasi lokal dan antar daerah. Khusus tradisi Bulusan perlu penataan yang komprehensif karena event yang yang dilakukan rutinitas setahun sekali, belum ada lokasi perparkiran dan MCK yang mendukung, lokasinya yang agak kumuh dan belum mendukung pengembangan sebagai destinasi, dan tidak ada Pedagang Kaki Lima PKL. 174

3.2.2 Buku Panduan Wisata