Kearifan Lokal

2.4 Kearifan Lokal

Nilai-nilai budaya lokal merupakan budaya yang dimiliki oleh masyarakat yang menempati lokalitas atau daerah tertentu yang berbeda dari budaya yang dimiliki oleh masyarakat yang berada di tempat yang lain. Sadra (2007b) menyatakan bahwa sikap dan perilaku seseorang pasti dipengaruhi oleh budaya setempat, mengingat budaya merupakan hasil cipta, rasa, dan karsa dari orang- orang yang berada pada lingkungan tertentu. Permendagri Nomor 39 Tahun 2007 pasal 1 mendefinisikan budaya daerah sebagai suatu sistem nilai yang dianut oleh komunitas atau kelompok masyarakat tertentu di daerah, yang diyakini akan dapat memenuhi harapan-harapan warga masyarakatnya dan di dalamnya terdapat nilai- nilai, sikap, tata cara masyarakat yang diyakini dapat memenuhi kehidupan warga masyarakatnya.

Puguh (2011) mendefinisikan kearifan lokal sebagai pandangan hidup dan ilmu pengetahuan serta berbagai strategi kehidupan yang berwujud aktivitas yang

46 dilakukan oleh masyarakat lokal dalam menjawab berbagai masalah dalam

pemenuhan kebutuhan mereka. Sistem pemenuhan tersebut meliputi seluruh unsur kehidupan seperti agama, ilmu pengetahuan, ekonomi, teknologi, organisasi sosial, bahasa dan komunikasi, serta kesenian. Selain itu, Puguh (2011) menyatakan dalam budaya lokal, ada yang disebut dengan kearifan lokal (local genius ). Secara etimologis, istilah ini dalam bahasa Inggris dikonsepsikan sebagai local wisdom (kebijakan setempat), local knowledge (pengetahuan setempat), atau local genius (kecerdasan setempat). Kearifan lokal (local genius) juga dapat dipahami sebagai gagasan-gagasan setempat yang bersifat bijaksana, penuh kearifan dan bernilai baik, yang tertanam dan diikuti oleh anggota masyarakatnya (Sartini, 2004). Lebih lanjut, Gobyah (2003) mendefinisikan kearifan lokal sebagai kebenaran yang telah mentradisi atau ajeg dalam suatu daerah.

Berdasarkan pengertian tersebut, kearifan lokal dapat dipahami sebagai gagasan-gagasan setempat (local) yang bersifat bijaksana, penuh kearifan, serta bernilai baik yang tertanam dan diikuti oleh anggota masyarakatnya. Kearifan lokal merupakan pengetahuan yang muncul dari periode panjang dan berevolusi bersama-sama masyarakat dan lingkungannya dalam sistem lokal yang sudah dialami bersama-sama. Proses evolusi yang begitu panjang dan melekat dalam masyarakat dapat menjadikan kearifan lokal sebagai sumber energi potensial dari sistem pengetahuan kolektif masyarakat untuk hidup bersama secara dinamis dan damai.

Kearifan lokal merupakan usaha untuk menemukan kebenaran yang didasarkan pada fakta-fakta atau gejala-gejala yang berlaku secara spesifik dalam suatu budaya masyarakat tertentu. Definisi ini setara dengan definisi indigenous

47 psychology yang didefinisikan sebagai usaha ilmiah mengenai tingkah laku atau

pikiran manusia yang asli (native) serta tidak ditransformasikan dari luar dan didesain untuk orang dalam budaya tersebut. Hasil akhir dari indigenous psychology adalah pengetahuan yang menggambarkan tentang kearifan lokal, yaitu gambaran mengenai sikap atau tingkah laku yang mencerminkan budaya asli.

Bentuk dari kearifan lokal ini pun bermacam-macam. Hal ini sesuai dengan pendapat Nyoman Sirtha (dalam Sartini, 2004) yang menyatakan bahwa bentuk-bentuk kearifan lokal dalam masyarakat dapat berupa nilai, norma, etika, kepercayaan, adat-istiadat, hukum adat, dan aturan-aturan khusus. Oleh karena bentuknya yang bermacam-macam dan kearifan lokal tersebut hidup dalam aneka budaya masyarakat maka fungsinya menjadi bermacam-macam. Dengan demikian, dapat dilihat betapa luas ranah kearifan lokal, mulai dari yang sifatnya sangat teologis sampai pragmatis dan teknis.

Selain itu, Keraf (dalam Suastra, 2009) menyebutkan beberapa karakteristik kearifan lokal seperti yang diuraikan berikut.

1. Kearifan lokal milik kelompok, komunitas, atau kolektivitas tertentu yang melokal. Hal ini sejalan dengan proses pembentukannya yang bersumber pada pengetahuan dan pengalaman dalam konteks ruang dimana mereka berada.

2. Kearifan lokal merumuskan sesuatu yang diasumsikan benar, karena teruji lewat pengalaman secara kontinu. Karena itu, tidak perlu kebenaran alternatif maupun kekritisan saat melaksanakannya.

3. Kearifan lokal bersifat praktis, karena dia tidak saja merupakan pembendaharaan kognisi, tetapi terkait pula dengan aspek psikomotorik yakni praktik dalam kehidupan masyarakat lokal.

4. Kearifan lokal tidak saja mencakup aspek praktis, tetapi juga tata kelakuan. Karena itu, pengaktualisasian kearifan lokal pada dasarnya merupakan aktivitas mental.

5. Kearifan lokal bersifat holistik, karena menyangkut pengetahuan dan pemahaman tentang seluruh kehidupan dengan segala relasinya di alam semesta.

6. Kearifan lokal sering terkait atau menyatu dengan agama maupun praktek-praktek yang bersifat ritual sehingga menambah dasar kebertahanannya.

7. Dengan ciri-ciri itu, wajar jika kearifan lokal bisa bertahan lama menjadi kearifan tradisional. Kebertahanan itu tidak hanya kefungsionalannya, tetapi juga karena ada penjaganya.

Bali sebagai daerah yang kental dengan unsur budaya serta mayoritas penduduknya beragama Hindu, memiliki banyak potensi budaya lokal yang telah dipandang sebagai wujud kearifan lokal. Potensi-potensi kearifan lokal masyarakat Bali khususnya yang relevan dalam bidang pendidikan telah dipelajari cukup lama oleh banyak peneliti.

Nilai-nilai kearifan lokal seringkali digunakan orang tua dalam membesarkan anaknya. Di Bali misalnya, banyak nasihat-nasihat yang bersumber pada nilai kearifan lokal yang sejak lama ada dalam keseharian masyarakat, baik dalam bentuk cecimpedan (tebak-tebakan), wewangsalan (tamsil), sasenggakan (perumpamaan), sesonggan (pepatah), sesimbing (kata kiasan) dan lain sebagainya. Kamus Besar Bahasa Indonesia mendefinisikan nasihat sebagai ajaran atau anjuran yang baik. Nasihat-nasihat yang bersumber pada kearifan lokal ini selain dapat ditemukan pada kehidupan sehari-hari dalam bentuk interaksi orang tua dengan anaknya, sebenarnya juga dapat dioptimalkan dalam kegiatan pembelajaran.

Dalam penelitian ini, kearifan lokal yang akan dipergunakan adalah konsepsi nasehat-nasehat yang bersumber dari budaya luhur Bali. Kearifan lokal ini diintegrasikan dalam proses pembelajaran menggunakan model IKRAR.

Model pembelajaran IKRAR menggunakan pola belajar kooperatif dalam aktivitas belajar siswa di kelas. Dengan belajar melalui kelompok kooperatif siswa dapat mengkonstruksi sendiri kemampuan kognitifnya dan tetap memperhatikan

49 pentingnya interaksi individu satu dengan individu lain, baik dalam satu

kelompok, maupun interaksi antar kelompok. Akan tetapi, pembelajaran kooperatif cenderung memiliki kekurangan dalam hal-hal berikut.

1. Guru khawatir akan terjadi kekacauan dikelas dan siswa tidak belajar jika mereka di tempatkan dalam grup.

2. Siswa yang tekun merasa harus bekerja melebihi siswa yang lain dalam grup mereka, sedangkan siswa yang kurang mampu merasa minder ditempatkan dalam satu grup dengan siswa yang lebih pandai.

3. Perasaan was-was pada anggota kelompok akan hilangnya karakteristik atau keunikan pribadi mereka karena harus menyesuaikan diri dengan kelompok.

4. Banyak siswa takut bahwa pekerjaan tidak akan terbagi secara rata atau adil.

Berdasarkan data di atas, kelemahan pembelajaran kelompok umumnya terletak pada individu masing-masing siswa yang belum terlatih pola pikirnya untuk mengerjakan sesuatu demi kepentingan kelompok. Untuk mengatasi hal tersebut, selama pembelajaran guru dapat memberikan nasehat-nasehat yang sebenarnya berkaitan erat dengan kehidupan siswa, tetapi kurang diterapkan selama pembelajaran. Nasehat tersebut hendaknya disampaikan dengan gaya yang menyenangkan, agar tidak terkesan mendikte, tetapi juga perlu diperhatikan keseriusan, ketepatan, dan ketegasan dalam pengucapannya. Selain disampaikan secara lisan, nasehat tersebut juga dibuat dalam bentuk tertulis, misalnya pada bagian-bagian tertentu di LKS siswa sehingga nasehat-nasehat ini tetap dapat muncul dalam setiap proses pembelajaran. Nasehat yang dituliskan di LKS ini

50 merupakan nasehat-nasehat yang memacu siswa untuk lebih giat dalam

menyelesaikan permasalahan yang diberikan. Berikut adalah beberapa contoh nasehat yang bersumber pada budaya Bali.

Tabel 2.6 Nasehat-nasehat Berlandaskan Kearifan Lokal

Nasehat Rencana Dalam

Penggunaan No

Kaitan Dengan

Sumber Bahasa

Arti

Dalam Bali

Pembelajaran

Pembelajaran

Digunakan diawal Gauta- pejalane

1. Joh Orang

Nasehat ini

yang suka mendorong pembelajaran ma liu ane

bepergian siswa untuk giat untuk membuat (2004) tepukin

jauh, akan belajar agar siswa lebih banyak

banyak memiliki termotivasi mengenal pengetahuan

mengikuti tempat-

pembelajaran. tempat

baru yang

berguna.

baru.

2. Puntul- Setumpul- Dikaitkan Digunakan saat Gauta- puntulan tumpulnya dengan

kegiatan diskusi. ma tiuke, yen pisau jika pembelajaran,

Jika ada siswa (2004) sangihin

yang minder dan pedas

terus

nasehat ini

merasa tidak bisa, dadi

diasah

bermakna

nasehat ini bisa mangan

nantinya

sebodoh-

akan bodohnya siswa, diberikan sebagai tajam

motivasi. juga.

jika ia rajin

belajar, maka nantinya akan pandai juga.

3. Saririh- Sepandai- Memberi Digunakan jika Gauta- ririh

pandainya kesadaran ada siswa yang ma semale

merasa pandai (2004) makecog , melompat, yang pintar

tumpai

kepada siswa

dan malas diacepoke suatu

mengikuti bisa

untuk tidak

ketika bisa menyombongkan pembelajaran. ulung

jatuh juga. dirinya, apalagi Nasehat ini

menjadi lengah

diberikan untuk dan tidak serius membuat siswa belajar. Apabila tetap fokus pada ia lengah, suatu pembelajaran. hari prestasinya bisa dikalahkan oleh siswa lain.

Nasehat Rencana Dalam

Penggunaan No

Kaitan Dengan

Sumber Bahasa

Arti

Dalam Bali

Pembelajaran

Pembelajaran

4. Yeh Tetesan

Di berikan selama Gauta- ngetel di air yang

Sebanyak dan

ma capcapan terus

sesulit apapun

siswa

masalah yang

mendiskusikan (2004)

LKS, agar siswa ngesongin bisa juga

e bisa menerus

diberikan,

tidak pantang batu

apabila

mengikis dikerjakan menyerah dalam batu.

sungguh-

menyelesaikan

sungguh dan

masalah yang

hati-hati pasti

sesulit apapun.

bisa terselesaikan. Nasehat ini mendorong siswa untuk tidak menyerah dalam belajar.

5. Taru tan Pohon Benar dan salah Digunakan jika Gauta- luputing

taru tidak adalah hal biasa ada siswa yang ma angin

pernah

tidak mau (2004) luput dari jadi jangan takut menyampaikan terpaan

dalam belajar,

untuk belajar dan pendapatnya angin.

mencoba.

karena takut salah. Nasehat ini digunakan untuk membuat siswa tersebut berani berpendapat.

6. Hidupe Hidup ini Arti ungkapan Nasehat ini Subagia cara

diberikan saat dan punyan

seperti

ini adalah

tumbuhan menanamkan siswa ribut dalam Wirat- biu

pisang.

kegiatan diskusi. ma Pisang

kesadaran pada

Nasehat semacam (2007) hidup

siswa bahwa

hidup ini singkat ini diharapkan dalam satu sekali. Nasehat

mampu membuat siklus

siswa menghargai pendek,

ini

menggambarkan waktu dengan yaitu

agar siswa

dengan baik

berkemba untuk belajar. ng menjadi tumbuhan

Nasehat Rencana Dalam

Penggunaan No

Kaitan Dengan

Sumber Bahasa

Arti

Dalam Bali

Pembelajaran

Pembelajaran

dewasa, berbuah, dan mati.

7. Hidupe Hidup ini Ungkapan ini Dapat digunakan Subagia cara

dan ambengan tumbuhan mendorong

seperti

digunakan untuk diawal

pembelajaran Wirat- ilalang.

sebagai motivasi ma Tumbuhan belajar ketika

siswa agar giat

siswa agar (2007) ilalang

memanfaatkan ketika

umur masih

waktu dengan muda

muda, karena

baik untuk sangatlah seluruh indera

pada saat muda

mengikuti tajam,

masih tajam dan pembelajaran. tetapi

baik digunakan

ketika

untuk belajar.

sudah tua, tidak tajam lagi.

Nasehat ini Sumitri ngaden

8. De Jangan

Ungkapan ini

diberikan kepada (2007) awak

menilai

dimaksudkan

diri agar siswa tidak siswa saat bise,

sendiri merasa sombong kegiatan diskusi depang

bisa, biar dengan agar siswa tidak anake

orang lain kemampuan cepat puas dengan ngadanin yang

jawabannya dan menilai.

yang dimiliki

dan terus giat

merasa dirinya

belajar. Hal ini

bisa/pandai

juga

sehingga siswa

dimaksudkan

mampu berpikir agar siswa tidak kritis untuk cepat puas

menemukan

dengan hasil

alternatif

yang diperoleh. pemecahan yang

lain.

Nasehat ini Gauta- anyaran

9. De anyar- Jangan

Jika dikaitkan

diberikan saat ma gerang

seperti

dengan

siswa putus asa (2004) bangkuk

siswa diharapkan dalam

membang jangan hanya mengerjakan un

permasalahan sesuatu,

semangat

yang dianggap diawalnya pembelajaran di sulit. saja

mengikuti

awal saja, tetapi

bersemang juga harus tetap

Nasehat Rencana Dalam

Penggunaan No

Kaitan Dengan

Sumber Bahasa

Arti

Dalam Bali

Pembelajaran

Pembelajaran

at. Belum semangat hingga mencapai akhir. akhir, ia sudah menyerah.

10. Caruk Seperti

Nasehat ini Gauta- gong

Setiap siswa

orang diharapkan ikut diberikan saat ma muah aud yang

diskusi kelompok (2004) kelor

berpartisipasi

agar semua siswa bakti di

bekerja

aktif dalam

berperan aktif di masyaraka selama kegiatan dalam t,

kelompoknya

kelompoknya. semuanya harus ikut serta.

diskusi.

Nasehat ini Gauta- ketangkeb terlalu

11. De Jangan

Siswa

diharapkan tidak diberikan saat sesi ma langit

takut

tanya jawab atau (2004) kepada

takut

pun diskusi antar orang lain. pemikirannya

menyampaikan

kelompok agar

kepada teman-

siswa lebih berani

temannya di

12. Paksi Lain

Nasehat ini Gauta- bina

Dalam

orang, lain pembelajaran, diberikan saat ma paksa

pula siswa diharapkan diskusi agar siswa (2004) pemikiran mau menghargai mengerti nilai nya.

pendapat orang

demokrasi dan

lain, walaupun

tersebut berbeda jawaban dengan

temannya yang

pendapatnya.

berbeda.

13. De liunan Jangan

Nasehat ini Gauta- krebek

Siswa

banyak diharapkan tidak diberikan saat ma kuangan

bicara, ribut dan hanya suasana kelas (2004) ujan

tetapi

gaduh dan siswa tidak

mengganggu

tidak tertib. memiliki

temannya, tapi

siswa harus

kemampu mampu an.

menunjukkan bahwa dia bisa dalam menyelesaikan

Nasehat Rencana Dalam

Penggunaan No

Kaitan Dengan

Sumber Bahasa

Arti

Dalam Bali

Diberikan saat Gauta- kayu,

14. Gede Besar

Nasehat ini

diskusi kelompok ma gede

usaha

bermakna,

agar siswa lebih (2004) papane

yang

semakin besar

dilakukan, usaha siswa tinggi semangat besar pula dalam belajar,

dan usahanya hasil yang maka akan

dalam

didapat. semakin banyak menyelesaikan ilmu

masalah yang

pengetahuan

diberikan.

yang didapatkan.

15. De megae Jangan

Nasehat ini Gauta- buka

Nasehat ini

diberikan saat ada ma anake

bekerja

mengajarkan

dengan pada siswa agar siswa yang (2004) anyang-

anyangan bersunggu sungguh setiap bersungguh- h-

sungguh dalam sungguh. suatu

Nasehat ini Gauta- gancanga hanya

16. De Jangan

Siswa

diberikan saat ma n tindak

diharapkan

kegiatan diskusi (2004) kuangan

cepat

selalu berpikir

dalam dahulu sebelum agar siswa dapat daya

bertindak, mengerjakan lebih mencermati tetapi

masalah yang tidak

sesuatu. Setiap

diberikan dengan memikirka harus dipikirkan baik sehingga n apa yang secara kritis

permasalahan

penyelesaiannya dilakukan. terlebih dahulu

dapat ditemukan

baru kemudian

dengan tepat dan

direncanakan

efisien.

cara untuk menyelesaikan- nya.

17. Pales Malas

Nasehat ini Gauta- rajah aji belajar

Nasehat ini

diberikan saat ma golok

mengajarkan

perhatian siswa (2004) Males

akan

kepada siswa

membuat agar tidak malas dalam mlajah

pembelajaran dadi

orang

belajar, karena

menjadi kemalasan akan berkurang. belog

bodoh.

membuat siswa menjadi bodoh.

18. Buka Padi Nilai pendidikan Nasihat ini tepat Sumitri padine

semikin dalam nasihat ini diberikan (2007)

Nasehat Rencana Dalam

Penggunaan No

Kaitan Dengan

Sumber Bahasa

Arti

Dalam Bali

Pembelajaran

Pembelajaran

misi berisi

terutama pada nguntul,

adalah

siswa yang ane

semakin

mengajarkan

merunduk, anak untuk tidak bersikap sombong puyung

padi yang sombong apabila dihadapan teman nyeleg .

kosong

lainnya karena justru

ia memiliki

merasa dirinya berdiri

kemampuan

lebih baik dari

memiliki

tegak. teman-temannya. kemampuan Dalam bahasa

lebih.

Indonesia, nasihat ini dikenal pula dengan istilah ilmu padi, yaitu semakin berisi semakin merunduk.

Nasehat tersebut dirangkum dari berbagai sumber seperti pepatah bahasa Bali yang ditulis Gautama (2004) dalam bukunya yang berjudul Pralambang Basa Bali Mangge Ring Sekolah Dasar dan peribahasa bahasa Bali yang dimuat dalam laporan penelitian Subagia dan Wiratma (2007) yang berjudul Pengembangan Model Siklus Belajar Berdasarkan Potensi-potensi Kearifan Lokal Masyarakat Bali dalam Bidang Pendidikan .

Pemberian nasehat ini akan disesuaikan dengan tahapan-tahapan yang dilaksanakan dalam model pembelajaran IKRAR. Tidak semua nasehat yang tertulis sebelumnya digunakan dalam setiap pembelajaran. Nasehat yang digunakan pada setiap pertemuan dipilih sesuai dengan situasi yang terjadi selama pembelajaran. Beberapa nasehat yang sesuai dengan situasi tertentu akan disampaikan secara lisan dalam proses pembelajaran, sedangkan nasehat-nasehat yang memacu motivasi siswa untuk lebih berusaha dalam pemecahan masalah

56 akan diberikan secara tertulis dalam LKS. Ini dilakukan untuk menjamin

eksistensi pemberian nasehat dalam setiap pembelajaran yang dilaksanakan.