Pengaruh model pembelajaran IKRAR berori

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN IKRAR BERORIENTASI KEARIFAN LOKAL DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA

KELAS V SD NEGERI SE-KELURAHAN DAUHWARU NEGARA

OLEH : NI LUH PUTU SUARDIYANTI NIM 0813011005 JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA SINGARAJA 2012

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN IKRAR BERORIENTASI KEARIFAN LOKAL DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA

KELAS V SD NEGERI SE-KELURAHAN DAUHWARU NEGARA

SKRIPSI Diajukan kepada Universitas Pendidikan Ganesha untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan dalam Menyelesaikan Program Sarjana Pendidikan Matematika

Oleh : NI LUH PUTU SUARDIYANTI NIM 0813011005 JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA 2012

SKRIPSI DIAJUKAN UNTUK MELENGKAPI TUGAS-TUGAS DAN MEMENUHI SYARAT-SYARAT UNTUK MENCAPAI

GELAR SARJANA PENDIDIKAN

Menyetujui

Pembimbing I Pembimbing II

Prof. Dr. Phil. I Gusti Putu Sudiarta, M.Si Prof. Drs. Sariyasa, M.Sc., Ph.D. NIP 19651205 199103 1 005

NIP 19640615 198902 1 001

Skripsi oleh Ni Luh Putu Suardiyanti Telah dipertahankan di depan dewan penguji pada tanggal 1 Agustus 2012

Dewan Penguji Ketua,

Prof. Dr. Phil. I Gusti Putu Sudiarta, M.Si NIP 19651205 199103 1 005

Anggota,

Prof. Drs. Sariyasa, M.Sc., Ph.D. NIP 19640615 198902 1 001

Anggota,

Dr. I Wayan Sadra, M.Ed. NIP 19511231 197703 1 006

Anggota,

Drs. I Made Sugiarta, M.Si NIP 19671020 199303 1 001

Diterima oleh Panitia Ujian Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Pendidikan Ganesha guna memenuhi syarat-syarat untuk mencapai gelar Sarjana Pendidikan Pada :

Hari : Sabtu Tanggal : 25 Agustus 2012

Mengetahui

Ketua Ujian, Sekretaris Ujian,

Prof. Dr. I Made Ardana, M.Pd Dra. Gusti Ayu Mahayukti, M.Si NIP 19620827 198903 1 001

NIP 19600823 198601 2 001

Mengesahkan Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Prof. Dr. Ida Bagus Putu Arnyana, M.Si NIP 19581231 198601 1 005

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa karya tulis yang berjudul “Pengaruh Model

Pembelajaran IKRAR Berorientasi Kearifan Lokal dalam Pembelajaran Matematika Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Kelas V SD

Negeri se-Kelurahan Dauhwaru Negara” beserta seluruh isinya adalah benar- benar karya sendiri, dan saya tidak melakukan penjiplakan atau mengutip dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika yang berlaku dalam masyarakat keilmuan. Atas pernyataan ini, saya siap menanggung apabila kemudian ditemukan adanya pelanggaran atas etika keilmuan dalam karya saya ini.

Singaraja, 25 Juli 2012 Yang membuat pernyataan,

Ni Luh Putu Suardiyanti NIM 0813011005

Atas karunia Tuhan (Ida Sang Hyang Widhi Wasa), saya persembahkan Atas karunia Tuhan (Ida Sang Hyang Widhi Wasa), saya persembahkan Atas karunia Tuhan (Ida Sang Hyang Widhi Wasa), saya persembahkan skripsi ini kepada: skripsi ini kepada: skripsi ini kepada:

AYAH SAYA, AYAH SAYA, AYAH SAYA, I NYOMAN WESEN I NYOMAN WESEN I NYOMAN WESEN IBU SAYA, IBU SAYA, IBU SAYA, NI KETUT SAYUNI NI KETUT SAYUNI NI KETUT SAYUNI ADIK SAYA, ADIK SAYA, ADIK SAYA, NI MADE PEBRI YANTI NI MADE PEBRI YANTI NI MADE PEBRI YANTI

Terima kasih karena telah menjadi keluarga yang sangat berharga bagiku. Keluarga Terima kasih karena telah menjadi keluarga yang sangat berharga bagiku. Keluarga Terima kasih karena telah menjadi keluarga yang sangat berharga bagiku. Keluarga yang selalu ada dalam suka dan duka, selalu berbagi dan setia memberikan motivasi yang selalu ada dalam suka dan duka, selalu berbagi dan setia memberikan motivasi yang selalu ada dalam suka dan duka, selalu berbagi dan setia memberikan motivasi

serta dukungan dalam setiap langkahku. serta dukungan dalam setiap langkahku. serta dukungan dalam setiap langkahku.

Beserta seluruh keluarga besar saya di Negara dan Tabanan: Beserta seluruh keluarga besar saya di Negara dan Tabanan: Beserta seluruh keluarga besar saya di Negara dan Tabanan:

Kakek dan nenek tercinta (yang telah tiada), semua paman dan bibi saya, Kakek dan nenek tercinta (yang telah tiada), semua paman dan bibi saya, Kakek dan nenek tercinta (yang telah tiada), semua paman dan bibi saya, sepupu dan semua yang tidak dapat saya sebutkan satu per satu namun sepupu dan semua yang tidak dapat saya sebutkan satu per satu namun sepupu dan semua yang tidak dapat saya sebutkan satu per satu namun senantiasa menguatkan langkah saya dalam perjuangan mencapai cita-cita. senantiasa menguatkan langkah saya dalam perjuangan mencapai cita-cita. senantiasa menguatkan langkah saya dalam perjuangan mencapai cita-cita.

TERIMA KASIH SAYA UCAPKAN KEPADA: TERIMA KASIH SAYA UCAPKAN KEPADA: TERIMA KASIH SAYA UCAPKAN KEPADA:

   Bapak/Ibu Dosen dan Staf Pegawai di Lingkungan Jurusan Pendidikan Matematika Bapak/Ibu Dosen dan Staf Pegawai di Lingkungan Jurusan Pendidikan Matematika Bapak/Ibu Dosen dan Staf Pegawai di Lingkungan Jurusan Pendidikan Matematika

Pak Sariyasa, Pak Suarsana, Pak Sukajaya, Bu Mahayukti, Bu Mertasari, Bu Pak Sariyasa, Pak Suarsana, Pak Sukajaya, Bu Mahayukti, Bu Mertasari, Bu Pak Sariyasa, Pak Suarsana, Pak Sukajaya, Bu Mahayukti, Bu Mertasari, Bu Parwati, Pak Suparta, Pak Ardana, Pak Candiasa, Pak Suharta, Pak Djoko, Parwati, Pak Suparta, Pak Ardana, Pak Candiasa, Pak Suharta, Pak Djoko, Parwati, Pak Suparta, Pak Ardana, Pak Candiasa, Pak Suharta, Pak Djoko, Pak Sudiarta, Pak Gita, Pak Puja Astawa, Pak Sadra, Pak Sugiarta, Pak Pak Sudiarta, Pak Gita, Pak Puja Astawa, Pak Sadra, Pak Sugiarta, Pak Pak Sudiarta, Pak Gita, Pak Puja Astawa, Pak Sadra, Pak Sugiarta, Pak Suweken, Pak Wisna, Pak Pujawan, Pak Yudi, serta Pak Komang dan Mbok Suweken, Pak Wisna, Pak Pujawan, Pak Yudi, serta Pak Komang dan Mbok Suweken, Pak Wisna, Pak Pujawan, Pak Yudi, serta Pak Komang dan Mbok Fitria Fitria Fitria

   Sahabat saya dalam “DeViL NyAnTE COmMuNitY”… Sahabat saya dalam “DeViL NyAnTE COmMuNitY”… Sahabat saya dalam “DeViL NyAnTE COmMuNitY”…

LUH PUTU PRAJAYANTHI WISMANTARI DAN NI MADE KRISNA MAHARANI LUH PUTU PRAJAYANTHI WISMANTARI DAN NI MADE KRISNA MAHARANI LUH PUTU PRAJAYANTHI WISMANTARI DAN NI MADE KRISNA MAHARANI Masa kuliah jadi berkesan karena kalian… berbagi canda tawa, keributan, film, video Masa kuliah jadi berkesan karena kalian… berbagi canda tawa, keributan, film, video Masa kuliah jadi berkesan karena kalian… berbagi canda tawa, keributan, film, video

menarik dan foto-foto unik.. Menghabiskan waktu nyante bersama dan begadang buat menarik dan foto-foto unik.. Menghabiskan waktu nyante bersama dan begadang buat menarik dan foto-foto unik.. Menghabiskan waktu nyante bersama dan begadang buat tugas, memori yang membuat hidupku berwarna.. Tetaplah menjadi the “PiNk DeViL” tugas, memori yang membuat hidupku berwarna.. Tetaplah menjadi the “PiNk DeViL” tugas, memori yang membuat hidupku berwarna.. Tetaplah menjadi the “PiNk DeViL” and “bLaCk DeViL” yang selalu memberikan warna merah muda dan hitam dalam and “bLaCk DeViL” yang selalu memberikan warna merah muda dan hitam dalam and “bLaCk DeViL” yang selalu memberikan warna merah muda dan hitam dalam kehidupan merah sang “ReD DeViL”.. kehidupan merah sang “ReD DeViL”.. kehidupan merah sang “ReD DeViL”..

   Rekan satu payung penelitian.. Rekan satu payung penelitian.. Rekan satu payung penelitian..

Kadek Rahayu Puspadewi dan Ratih Ayu Apsari Kadek Rahayu Puspadewi dan Ratih Ayu Apsari Kadek Rahayu Puspadewi dan Ratih Ayu Apsari

Terima kasih karena telah menuntutku menjadi manusia yang lebih rajin dalam menyusun karya Terima kasih karena telah menuntutku menjadi manusia yang lebih rajin dalam menyusun karya Terima kasih karena telah menuntutku menjadi manusia yang lebih rajin dalam menyusun karya ini… Tanpa mbok puspa dan sodaraqu Ratih, aku tak akan mampu lepas dari belenggu kemalasan.. ini… Tanpa mbok puspa dan sodaraqu Ratih, aku tak akan mampu lepas dari belenggu kemalasan.. ini… Tanpa mbok puspa dan sodaraqu Ratih, aku tak akan mampu lepas dari belenggu kemalasan..

   My Second Family [ 3G-CLASS ] My Second Family [ 3G-CLASS ] My Second Family [ 3G-CLASS ]

I Nyoman Budayana a [Ming Buda], Bagus Surya Perdana [BaSur], I Waya yan Ari Apika [Apik], Luh Pande Diyatmika ika Sari [Pande], I Wayan Adi Sudewa [King Kong], I , I Wayan Widiantara [Widi], I Wayan Widn dnyana [Jumpai], Kadek Dwi Astuti [Dwik], A.A. Istri Rak aka Yuliantari [Gung Raka], Komang Sukra kraniasih [Bebek], Gst. Ayu Made Indrawati [Wati], Kad Kadek Mira Kurniasari [Mira], Bhayu Bodiaria riasih [Gek Bhayu], Ketut Sumanis [Sumanis], I G.A. Ru Russasmita Sri Padmi [Tata], Ni Putu Zeni S i Setiawati [Zeni/Emak-red], A.A. Putri Pradnyawati [Gu unk Tick Khan/GTK- red], Luh Made Purna rnami Rahayu [LuhDe], Luh Putu Prajayanthi Wismantari tari [Nky/Nyex], Made Anggara Wati [Angga gara], Ni Luh Desy Coniarti Partami [Desy], Putu Yudi D i Darmawan [Bojes], I Made Yoga Wicaksan ana [Yoga]…

We always be best friends forever… We always be best friends forever… We always be best friends forever…

   Tetangga Satu Angkatan [Initial-B] Tetangga Satu Angkatan [Initial-B] Tetangga Satu Angkatan [Initial-B]

Agus Ari Gunawan [Pu [Puyunk], Sri Puspadi [Pus], Krisna Maharani [Kus], ], Bagus Jayanta [J], Dwijendra [DJ], Wind indha Krisna Dewi, Dwipayana, Sukma Dewi, Sri Ad Adyanti, Diah Savitri, Pande Subiksa, Putra tra Yasa, Purnawati, Lili Marlina, Rina Anisawati, Eka ka Virgawati, Ari Mei, Wiwin Suryaprani, Dy Dyani Hapsari, Mirah Handayani, Agus Adi Putrawan an [Gus Adi], Yudha Prawira, Eka Purwita, ta, dan Arry Sujaya .. Widya Suryaprani, Desi Selviana .. ..

Tetaplah berjaya dengan motto “sombong” yang kalian punya… Tetaplah berjaya dengan motto “sombong” yang kalian punya… Tetaplah berjaya dengan motto “sombong” yang kalian punya…   

   Teman di Bawah Satu Atap [Kost Bisma Barat] Teman di Bawah Satu Atap [Kost Bisma Barat] Teman di Bawah Satu Atap [Kost Bisma Barat]

Bapak Kost [Pak Putrayasa], Mbok Novix, Mbok Eka, Pande, Gek Ling-Ling, Puspadi, Bapak Kost [Pak Putrayasa], Mbok Novix, Mbok Eka, Pande, Gek Ling-Ling, Puspadi, Bapak Kost [Pak Putrayasa], Mbok Novix, Mbok Eka, Pande, Gek Ling-Ling, Puspadi,

Adek-adekku [Adek Eby, Mila & Yuni] Adek-adekku [Adek Eby, Mila & Yuni] Adek-adekku [Adek Eby, Mila & Yuni]

Kalian adalah tetangga dan keluarga bagiku…. Kalian adalah tetangga dan keluarga bagiku…. Kalian adalah tetangga dan keluarga bagiku….

   Kepada seluruh anggota HMJ Pendidikan Matematika Kepada seluruh anggota HMJ Pendidikan Matematika Kepada seluruh anggota HMJ Pendidikan Matematika

Selalu alu berikan yang terbaik bagi jurusan kita tercinta… …

   Serta pihak-pihak lain yang secara langsung maupun tak langsung membantu dalam Serta pihak-pihak lain yang secara langsung maupun tak langsung membantu dalam Serta pihak-pihak lain yang secara langsung maupun tak langsung membantu dalam

penyusunan karya ini yang tidak bisa saya tuliskan satu persatu… penyusunan karya ini yang tidak bisa saya tuliskan satu persatu… penyusunan karya ini yang tidak bisa saya tuliskan satu persatu…

♣♥ too fast to live too young to die too fast to live too young to die too fast to live too young to die ♠♦

PRAKATA

Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa, karena atas asung kerta wara nugraha-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul ”Pengaruh Model Pembelajaran IKRAR Berorientasi Kearifan

Lokal Dalam Pembelajaran Matematika Terhadap Kemampuan Berpikir

Kritis Siswa Kelas V SD Negeri se-Kelurahan Dauhwaru Negara” tepat pada waktunya.

Dalam proses penyusunan skripsi ini, penulis banyak mendapat bantuan, bimbingan, dorongan, arahan, dan saran dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Phil. I Gusti Putu Sudiarta, M.Si, selaku pembimbing I sekaligus ketua payung penelitian yang berjudul “Pengembangan Model

Pembelajaran © IKRAR (Inisiasi-Konstruksi-Rekonstruksi-Aplikasi- Refleksi) Berorientasi Kearifan Lokal Untuk Mengembangkan Kompetensi Berpikir Kritis Siswa Sekolah Dasar di Propinsi Bali” yang telah banyak memberikan pengetahuan, pengalaman, dan ide-ide inovatif orisinal yang mampu membuka cakrawala penulis dalam menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

2. Bapak Prof. Drs. Sariyasa, M.Sc., Ph.D., selaku pembimbing II sekaligus sebagai pembimbing akademik yang senantiasa membesarkan hati penulis dengan memberikan bimbingan dan dorongan kepada penulis selama menjalani studi di Jurusan Pendidikan Matematika hingga terselesaikannya skripsi ini.

3. Bapak dan Ibu dosen, serta seluruh staf pegawai di lingkungan Jurusan Pendidikan Matematika Undiksha yang telah banyak memberikan motivasi, saran, dan bantuan dalam pelaksanaan penelitian ini.

4. Bapak Kepala SD Negeri 3 Dauhwaru dan SD Negeri 4 Dauhwaru yang

telah memberikan izin kepada penulis untuk melakukan penelitian.

5. Bapak dan Ibu guru bidang studi Matematika SD Negeri 3 Dauhwaru dan SD Negeri 4 Dauhwaru yang telah banyak membantu penulis dalam pelaksanaan penelitian di lapangan.

6. Keluarga tercinta atas segala motivasi yang diberikan baik moral maupun material selama penyelesaian studi.

7. Rekan-rekan mahasiswa yang telah banyak memberikan bantuan tenaga dan semangat dalam penyelesaian skripsi ini. Dengan kerendahan hati, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih belum

sempurna. Oleh karena itu penulis sangat mengharapkan saran dan kritik dari para pembaca yang sifatnya membangun untuk penyempurnaan skripsi ini. Penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Singaraja, Juli 2012 Penulis

ii

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN IKRAR BERORIENTASI KEARIFAN LOKAL DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA KELAS V SD NEGERI SE-KELURAHAN DAUHWARU NEGARA

Oleh Ni Luh Putu Suardiyanti, NIM 0813011005

Jurusan Pendidikan Matematika ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk melihat adanya pengaruh model pembelajaran IKRAR berorientasi kearifan lokal terhadap kemampuan berpikir kritis siswa. Lebih lanjut akan diselidiki perbedaan kemampuan berpikir kritis antara siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran IKRAR berorientasi kearifan lokal, model pembelajaran IKRAR dan model konvensional. Desain penelitian yang digunakan adalah Post-test Only Control Group Design. Populasi penelitian ini adalah siswa kelas V SD Negeri se-Kelurahan Dauhwaru Negara tahun pelajaran 2011/2012, yaitu sebanyak 168 orang. Pengambilan tiga kelas sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan teknik random sampling. Data hasil tes kemampuan berpikir kritis dianalisis menggunakan uji ANAVA Satu Jalur. Hasil pengujian hipotesis menunjukkan bahwa terdapat perbedaan kemampuan berpikir kritis pada ketiga kelompok sampel. Lebih lanjut, diperoleh bahwa: (1) kemampuan berpikir kritis siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model IKRAR berorientasi kearifan lokal lebih baik daripada siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model IKRAR, (2) kemampuan berpikir kritis siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model IKRAR lebih baik daripada siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model konvensional, dan (3) kemampuan berpikir kritis siswa yang mengikuti model IKRAR berorientasi kearifan lokal lebih baik daripada siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model konvensional. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran IKRAR berorintasi kearifan lokal berpengaruh positif terhadap kemampuan berpikir kritis siswa.

Kata-kata kunci: Model Pembelajaran IKRAR, Kearifan Lokal, Kemampuan Berpikir Kritis.

iii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 01 Nilai Raport Mata Pelajaran Matematika Semester Ganjil Siswa Kelas V SD Negeri 4 Dauhwaru, Siswa Kelas VA SD Negeri 3 Dauhwaru, dan Siswa Kelas VB SD Negeri 3 Dauhwaru Tahun Pelajaran 2011/2012

Lampiran 02 Uji Kesetaraan Kemampuan Awal Kelompok Sampel Lampiran 03

Pengkodean Siswa Kelas VB Negeri 3 Dauhwaru, Siswa Kelas VA SD Negeri 3 Dauhwaru, dan Siswa Kelas V SD Negeri 4 Dauhwaru

Lampiran 04 Kisi-kisi Tes Kemampuan Berpikir Kritis yang Diujicobakan Lampiran 05

Tes Kemampuan Berpikir Kritis yang Diujicobakan Lampiran 06

Kunci Jawaban Tes Kemampuan Berpikir Kritis yang Diujicobakan

Lampiran 07 Rubrik Penskoran Tes Kemampuan Berpikir Kritis yang Diujicobakan

Lampiran 08 Skor Kemampuan Berpikir Kritis Dari Tes yang Diujicobakan Lampiran 09

Analisis Validitas Tes Kemampuan Berpikir Kritis yang Diujicobakan

Lampiran 10 Analisis Reliabilitas Tes Kemampuan Berpikir Kritis yang Diujicobakan

Lampiran 11 Kisi-kisi Kemampuan Berpikir Kritis Lampiran 12

Tes Kemampuan Berpikir Kritis Lampiran 13

Kunci Jawaban Tes Kemampuan Berpikir Kritis

vii

Lampiran 14 Rubrik Penskoran Tes Kemampuan Berpikir Kritis Lampiran 15

Skor Kemampuan Berpikir Kritis

Lampiran 16 Pengujian Hipotesis Penelitian Lampiran 17

Contoh RPP dan LKS Kelas Eksperimen 1 Lampiran 18

Contoh RPP dan LKS Kelas Eksperimen 2 Lampiran 19

Contoh RPP dan LKS Kelas Kontrol Lampiran 20

Surat Keterangan Telah Melaksanakan Penelitian Lampiran 21

Dokumentasi Penelitian

viii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) yang pesat pada abad ke-21 ini menuntut seseorang untuk mampu menguasai informasi dan pengetahuan dengan baik. Dengan demikian, diperlukan suatu kemampuan untuk mendapatkan, memilih dan mengolah informasi atau pengetahuan dengan efektif dan efisien. Kemampuan-kemampuan tersebut membutuhkan pemikiran yang kritis, sistematis, logis dan kreatif. Untuk memenuhi tuntutan tersebut, diperlukan suatu sistem pendidikan yang mampu mengembangkan kemampuan berpikir kritis, sistematis, logis dan kreatif.

Kemampuan berpikir kritis harus dikembangkan dalam pendidikan melalui suatu proses pembelajaran. Mengembangkan kemampuan berpikir kritis dalam proses pembelajaran akan membina manusia yang mampu untuk bersikap selektif dalam menerima dan memahami setiap persoalan serta bersikap lebih berhati-hati dalam bertindak dan berperilaku.

Pembelajaran merupakan proses interaksi antara peserta didik dengan lingkungannya sehingga terjadi perubahan perilaku ke arah yang lebih baik. Peran guru yang paling utama dalam pembelajaran adalah mengkondisikan lingkungan belajar agar menunjang terjadinya perubahan perilaku bagi peserta didik termasuk dalam proses berpikirnya. Prinsip utama dalam proses pembelajaran adalah

2 adanya proses keterlibatan seluruh atau sebagian besar potensi dari diri siswa dan

kebermaknaan bagi diri dan kehidupannya saat ini dan dimasa yang akan datang. Undang-undang No.20/2003 mendefinisikan pendidikan sebagai usaha sadar mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta belajar secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, kepribadian, kecerdasan, ahlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara. Definisi ini membangun paradigma baru dalam praktek pendidikan agar lebih menekankan kepada pembelajaran yang pada akhirnya kepada proses pembelajaran yang berkualitas. Pembelajaran yang berkualitas merupakan suatu proses yang mampu mengembangkan seluruh potensi dalam diri siswa sebagai peserta belajar termasuk pengembangan pola untuk berpikir kritis.

Sekolah dasar sebagai salah satu jenjang pendidikan dasar, dalam proses pembelajarannya harus lebih diarahkan pada pengembangan kemampuan dasar serta kemampuan berpikir dan pemahaman konsep sebagai dasar untuk jenjang pendidikan selanjutnya. Kemampuan berpikir, khususnya berpikir kritis di sekolah dasar dapat dikembangkan melalui proses pembelajaran matematika karena kemampuan berpikir kritis, sistematis, logis dan kreatif merupakan bagian dari tujuan pendidikan matematika (Depdiknas, 2003).

Melihat pentingnya peran matematika dalam membantu manusia menghadapi kemajuan IPTEK dan persaingan global, maka peningkatan mutu pendidikan matematika di semua jenjang pendidikan harus selalu diupayakan. Salah satunya dengan memperbaiki Kurikulum 1994 menjadi Kurikulum 2004 yang selanjutnya diperbaharui kembali menjadi Kurikulum Tingkat Satuan

3 Pendidikan (KTSP) 2006. Dalam KTSP dinyatakan bahwa mata pelajaran

matematika perlu diberikan kepada semua peserta didik mulai dari sekolah dasar untuk membekali peserta didik dengan kemampuan berpikir kritis, sistematis, logis, analitis dan kreatif serta mampu bekerja sama. Kompetensi tersebut diperlukan agar peserta didik dapat memiliki kemampuan memperoleh, mengelola dan memanfaatkan informasi untuk bertahan hidup pada keadaan yang selalu berubah, tidak pasti dan kompetitif (Panduan Lengkap KTSP 2006). Kemampuan berpikir khususnya berpikir kritis sangat penting untuk dilatih sejak dini karena berpikir kritis merupakan proses dasar yang memungkinkan siswa menanggulangi dan mereduksi ketidakpastian di masa datang (Cabrera dalam Sudiarta, 2008). Kemampuan berpikir kritis yang dimiliki siswa sangat membantu dalam menentukan informasi yang penting didapatkan, diubah, ditransformasikan dan dipertahankan sesuai dengan kebutuhan untuk dapat mengatasi persaingan global di masa mendatang.

Dalam kenyataannya, pembelajaran matematika yang dilakukan di beberapa sekolah masih didominasi oleh aktivitas latihan-latihan untuk pencapaian mathematical basics skills yang terbatas pada penggunaan strategi kognitif (Sudiarta, 2008). Aktivitas latihan-latihan ini cenderung berupa latihan- latihan matematika yang bersifat algoritmik, mekanistik dan rutin. Akibatnya, siswa yang mampu memecahkan masalah matematika tertentu sering mengalami hambatan atau kegagalan jika diberikan permasalahan matematika dengan konteks yang sedikit diubah. Hal ini terjadi karena siswa cenderung menghafal cara penyelesaian suatu masalah tanpa mengetahui konteks permasalahan dengan baik. Proses pembelajaran seperti ini kurang menuntut keaktifan siswa dalam

4 mengkonstruksi ilmu pengetahuan dan kurang mampu mengembangkan

kemampuan berpikir siswa, terutama kemampuan berpikir kritis. Melihat pentingnya mengembangkan kemampuan berpikir kritis sejak dini, perlu dilakukan upaya untuk mengembangkan suatu proses pembelajaran yang mampu meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa. Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk mengembangkan dan meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa adalah dengan pemberian masalah terbuka (open-ended problem ), yaitu permasalahan-permasalahan yang menghendaki banyak solusi dan mungkin juga banyak jawaban yang benar (Shimada, dalam Sudiarta 2008).

Melalui Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), sekolah diharapkan dapat mengakomodasi dan memfasilitasi aspek-aspek kemahiran matematika yang selayaknya dimiliki siswa, terutama dalam mengembangkan kemampuan berpikir kritis. Mengembangkan kemampuan berpikir kritis mulai jenjang sekolah dasar memang dimungkinkan, namun tentu saja dengan mempertimbangkan tahapan perkembangan anak. Perlu dipahami bahwa menumbuhkan kemampuan berpikir kritis pada siswa sekolah dasar berbeda dengan mengajar orang dewasa. Meski kemampuan belajar dan berpikir sudah ada sejak awal kehidupan, tetapi perbedaan-perbedaan isi dan kompleksitas struktur pengetahuan mereka berbeda dengan pengetahuan yang dimiliki orang dewasa. Perbedaan itulah yang perlu dijadikan dasar bagi pengajaran berpikir kritis pada anak.

Menyikapi hal tersebut, banyak model pembelajaran inovatif telah diterapkan dalam pembelajaran matematika. Salah satunya adalah model pembelajaran matematika yang berorientasi pemecahan masalah matematika

5 kontekstual (contextual open-ended problem solving), yaitu model pembelajaran

dimana jenis dan karakteristik masalah yang digunakan dalam pembelajaran disusun sedemikian rupa sehingga memiliki lebih dari satu jawaban atau cara pemecahan yang masuk akal. Tujuan penerapan model pembelajaran ini adalah untuk mengembangkan kemampuan dan aktivitas pemecahan masalah, kemampuan

matematika, serta mengembangkan kreativitas dan produktivitas berpikir kreatif dan kritis tingkat tinggi (Sudiarta, 2008). Model pembelajaran ini tidak semata-mata menuntut siswa untuk menemukan sebuah jawaban benar, tetapi lebih mendorong siswa untuk belajar mengkonstruksi dan mempertahankan solusi-solusi argumentatif yang benar (Schoenfeld; Foong, dalam Sudiarta 2008).

Berdasarkan rekaman trajektori pembelajaran matematika berorientasi pemecahan masalah kontekstual open-ended ditemukan bahwa kesulitan dalam memecahkan masalah matematika disebabkan oleh lemahnya penalaran dan kemampuan berpikir kritis siswa (Sudiarta, 2007). Dalam upaya mengatasi kelemahan-kelemahan tersebut, dikembangkanlah model pembelajaran inovatif yang memuat 4 komponen yaitu Inisiasi, Kontruksi-Rekontruksi, Aplikasi dan Refleksi yang selanjutnya disebut dengan IKRAR. Model pembelajaran ini merupakan model pembelajaran konstruktivis yang mengadopsi dan memodifikasi model pembelajaran berorientasi pemecahan masalah melalui proses adaptasi nilai-nilai yang terdapat dalam kehidupan sosial masyarakat Indonesia serta karakteristik siswa dengan tujuan untuk mengatasi permasalahan pembelajaran matematika yang dialami siswa (Sudiarta, 2010b). Model pembelajaran IKRAR terdiri atas empat komponen sebagai pilar utama yang secara konseptual sangat

6 berpengaruh terhadap keberhasilan penerapan model pembelajaran berbasis

masalah matematika. Adapun keempat komponen tersebut yaitu inisiasi, konstruksi-rekonstruksi, aplikasi, dan refleksi yang menjadi tahapan dalam model pembelajaran IKRAR

Santosa (2010) telah melakukan penelitian terkait model pembelajaran IKRAR, yakni mengenai pengaruhnya terhadap kompetensi matematis tingkat tinggi. Dari hasil penelitian tersebut, diketahui bahwa model pembelajaran IKRAR berpengaruh positif terhadap kompetensi matematis tingkat tinggi siswa. Kompetensi matematis tingkat tinggi yang dimaksud dalam hal ini meliputi: (1) kemampuan menyelesaikan masalah non rutin, (2) kemampuan melakukan aktivitas analisis, sintesis, dan evaluasi secara sistematis, dan (3) kemampuan melakukan prediksi yang bermanfaat terhadap permasalahan secara orisinal, kritis, dan kreatif. Selain itu, Diputra (2010) melalui penelitiannya terhadap model pembelajaran IKRAR juga menemukan pengaruh positif model pembelajaran IKRAR terhadap prestasi dan motivasi siswa. Dengan demikian, terlihat bahwa model pembelajaran IKRAR baik untuk diterapkan dalam proses pembelajaran matematika berbasis pemecahan masalah untuk menumbuhkan kemampuan berpikir kritis siswa. Hal ini disebabkan karena dalam pembelajaran dengan model ini, siswa akan dihadapkan dengan pertanyaan-pertanyaan yang merangsang dan menuntut kemampuan berpikir dalam memahami langkah-langkah penyelesaian masalah yang diberikan serta alasan memilih langkah penyelesaian masalah tersebut.

Seiring dengan pemberlakuan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang mengadaptasi semangat otonomi daerah, kurikulum dikembangkan

7 untuk memberdayakan peserta didik sesuai dengan potensi dan kebutuhan diri dan

lingkungannya. Dengan demikian, terbukalah peluang bagi daerah dan pengelola pendidikan untuk melakukan adaptasi, modifikasi, dan kontekstualisasi kurikulum sesuai dengan kenyataan lapangan, baik demografis, geografis, sosiologis, kultural, maupun psikologis siswa. Peluang juga terbuka untuk melakukan inovasi pedagogik berbasis kearifan lokal, sehingga siswa dapat belajar sesuai dengan tradisinya sendiri. Hal itu penting, mengingat proses belajar mengajar melibatkan interaksi antarmanusia, sehingga tidak bisa lepas dari nilai-nilai budaya yang berlaku dalam sistem sosial mereka.

Nilai-nilai budaya lokal merupakan budaya yang dimiliki oleh masyarakat yang menempati lokalitas atau daerah tertentu yang berbeda dari budaya yang dimiliki oleh masyarakat yang berada di tempat yang lain. Permendagri Nomor 39 Tahun 2007 pasal 1 mendefinisikan budaya daerah sebagai suatu sistem nilai yang dianut oleh komunitas atau kelompok masyarakat tertentu di daerah, yang diyakini akan dapat memenuhi harapan-harapan warga masyarakatnya dan di dalamnya terdapat nilai-nilai, sikap tata cara masyarakat yang diyakini dapat memenuhi kehidupan warga masyarakatnya.

Salah satu bagian yang terdapat di dalam budaya lokal adalah kearifan lokal (local genius), yaitu pandangan hidup dan ilmu pengetahuan serta berbagai strategi kehidupan yang berwujud aktivitas yang dilakukan oleh masyarakat lokal dalam menjawab berbagai masalah dalam pemenuhan kebutuhan mereka (Puguh, 2011). Bali sebagai salah satu daerah di Indonesia yang terkenal memiliki budaya warisan leluhur yang kental, tentunya menyimpan banyak kearifan lokal yang dapat diberdayakan untuk menunjang pendidikan. Kearifan lokal yang diangkat

8 dalam penelitian ini adalah konsepsi nasehat-nasehat yang bersumber pada budaya

Bali yang diberikan selama pembelajaran, baik secara lisan maupun tulisan. Sikap dan perilaku siswa pasti terpengaruh oleh budaya setempat, mengingat budaya merupakan hasil cipta, rasa, dan karsa dari masyarakat yang berada pada lingkungan tertentu (Sadra, 2007b). Banyak penelitian yang difokuskan pada peningkatan kualitas pembelajaran menggunakan kearifan lokal. Sebut saja penelitian Sugiarta (2010) yang memanfaatkan Kearifan Lokal Nyepi dan Tri Kaya Parisudha untuk meningkatkan kualitas perkuliahan Analisis Real 2, Sadra (2007a) yang meneliti tentang Tri Pramana dan Catur Paramita dalam pembelajaran matematika berbasis budaya, dan Ardana (2007) yang meneliti efektivitas pembelajaran yang mengimplementasikan konsep Jengah. Keseluruhan hasil penelitian pembelajaran berlandaskan kearifan lokal ini berpengaruh positif bagi peningkatan kemampuan siswa.

Selain beberapa contoh penelitan di atas, Bali masih memiliki nilai kearifan lokal lainnya berupa nasehat-nasehat Bali. Nasehat-nasehat disini dapat berupa pepatah maupun peribahasa, yang sering menjadi pedoman masyarakat Bali dalam membesarkan keturunannya. Nilai-nilai ini umumnya ditanamkan sejak kecil dan mengakar kuat pada perilaku kebanyakan siswa di Bali. Salah satu contoh nasehat Bali yang dimaksud misalnya “sepuntul-puntulan tiuke yen sangihin pedas dadi mangan ”. Nasehat ini menggambarkan bahwa sebodoh- bodohnya seseorang, jika ia berusaha dan rajin belajar, tentu nantinya ia akan mampu menjadi anak yang lebih pintar. Dalam pembelajaran di kelas, nasehat ini bermakna untuk mengajarkan kepada siswa agar lebih giat dalam belajar.

9 Kolaborasi aspek kearifan lokal dalam bidang pendidikan yang

diintegrasikan dalam proses pembelajaran yang berkiblat pada IKRAR ini diharapkan mampu meningkatkan suasana menyenangkan dalam pembelajaran sehingga proses pembelajaran yang dilaksanakan di kelas dapat lebih bermakna dan kemampuan berpikir siswa, utamanya kemampuan berpikir kritis dapat dikembangkan. Kehadiran kearifan lokal ini diharapkan mampu meningkatkan efektivitas keempat komponen pada IKRAR yang keseluruhannya membutuhkan aksi dan proses mental yang beriringan. Hal ini mengingat aksi dan proses mental yang dilakukan siswa dalam pembelajaran memerlukan intervensi tindakan guru yang tepat (Sudiarta, 2011).

tertarik untuk mengkolaborasikan model pembelajaran IKRAR dengan nilai-nilai kearifan lokal terkait dengan upaya meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa melalui penelitian yang berjudul “Pengaruh Model Pembelajaran IKRAR Berorientasi

Kearifan Lokal dalam Pembelajaran Matematika Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Kelas V SD Negeri se-Kelurahan Dauhwaru Negara ”

sebagai wujud kontribusi yang dapat dilakukan dalam pengembangan model pembelajaran inovatif di Indonesia.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan sebelumnya, dapat dirumuskan permasalahan “Apakah terdapat pengaruh model pembelajaran IKRAR berorientasi kearifan lokal terhadap kemampuan berpikir kritis siswa?”

10 Permasalahan tersebut dapat dijabarkan secara lebih mengkhusus, sebagai

berikut.

1. Apakah terdapat perbedaan kemampuan berpikir kritis antara siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model IKRAR berorientasi kearifan lokal, siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model IKRAR, dan siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model konvensional?

2. Apakah kemampuan berpikir kritis siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model IKRAR berorientasi kearifan lokal lebih baik daripada siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model IKRAR?

3. Apakah kemampuan berpikir kritis siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model IKRAR lebih baik daripada siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model konvensional ?

4. Apakah kemampuan berpikir kritis siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model IKRAR berorientasi kearifan lokal lebih baik daripada siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model konvensional?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan dilaksanakannya penelitian ini adalah untuk melihat ada atau tidaknya pengaruh model pembelajaran IKRAR berorientasi kearifan lokal terhadap kemampuan berpikir kritis siswa. Secara khusus, tujuan penelitian ini dapat dijabarkan sebagai berikut.

1. Mengetahui ada atau tidaknya perbedaan kemampuan berpikir kritis antara siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model IKRAR berorientasi kearifan lokal, siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model IKRAR, dan siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model konvensional.

2. Mengetahui apakah kemampuan berpikir kritis siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model IKRAR lebih baik daripada siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model konvensional.

3. Mengetahui apakah kemampuan berpikir kritis siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model IKRAR berorientasi kearifan lokal lebih baik daripada siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model konvensional.

4. Mengetahui apakah kemampuan berpikir kritis siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model IKRAR berorientasi kearifan lokal lebih baik daripada siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model IKRAR.

1.4 Manfaat Hasil Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi pengembangan pembelajaran matematika, baik secara teoritis maupun secara praktis. Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Secara Teoritis

Secara teoritis penelitian ini mengkaji model pembelajaran yang sesuai untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa di sekolah dasar. Model pembelajaran IKRAR berorientasi kearifan lokal dalam penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu model pembelajaran yang mampu meningkatkan kemampuan siswa dalam belajar matematika, dimana aspek kebudayaan atau kearifan lokal yang menjadi ciri khas daerah mendapat perhatian tersendiri. Temuan dalam penelitian ini akan memperkaya khasanah pengetahuan mengenai model pembelajaran yang sesuai untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa.

2. Secara Praktis Selain manfaat teoritis, penelitian ini juga memiliki manfaat praktis bagi siswa, bagi guru matematika, bagi peneliti serta praktisi bidang lainnya. Adapun manfaat yang dapat diberikan adalah sebagai berikut.

a. Bagi Siswa Dari hasil penelitian ini diharapkan siswa akan mendapat pengalaman belajar matematika yang menyenangkan sehingga kemampuan berpikir kritis siswa meningkat melalui proses pembelajaran matematika yang lebih bermakna.

b. Bagi Guru Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai salah satu alternatif pembelajaran yang dapat diterapkan dalam kegiatan pembelajaran di kelas.

c. Bagi Peneliti Penelitian ini dapat memberikan pengalaman langsung kepada peneliti dalam mengimplementasikan dan mengetahui pengaruh model pembelajaran IKRAR dan model pembelajaran IKRAR berorientasi kearifan lokal terhadap kemampuan berpikir kritis siswa.

d. Bagi Praktisi Bidang Lainnya Penelitian ini dapat memberikan sumbangan pikiran dan pengalaman dalam rangka mengembangkan dan menerapkan pembelajaran inovatif yang berorientasi kearifan lokal.

1.5 Asumsi Penelitian

Pada penelitian ini ada beberapa asumsi yang digunakan sebagai landasan berpikir. Kebenaran penelitian ini terbatas sejauh mana asumsi berikut berlaku.

1. Skor yang diperoleh siswa dalam menjawab tes kemampuan berpikir kritis yang diberikan mencerminkan kemampuan siswa yang sesungguhnya. Kondisi siswa seperti keadaan fisik, mental dan lingkungan saat mengerjakan tes dianggap berpengaruh sama terhadap hasil tes kemampuan berpikir kritis siswa.

2. Nilai raport siswa kelas V semester ganjil yang digunakan sebagai pedoman dalam uji kesetaraan ketiga kelompok sampel diasumsikan mencerminkan kemampuan siswa yang sesungguhnya.

3. Variabel-variabel lain seperti lingkungan belajar, guru yang mengajar dan buku matematika yang digunakan siswa dipandang berpengaruh sama terhadap variabel terikat dalam penelitian ini.

1.6 Keterbatasan Penelitian

Keterbatasan-keterbatasan yang terdapat dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Populasi pada penelitian ini terbatas hanya pada siswa kelas V Sekolah Dasar Negeri di Kelurahan Dauhwaru Negara

2. Pada penelitian ini hanya menyelidiki pengaruh model pembelajaran IKRAR berorientasi kearifan lokal terhadap kemampuan berpikir kritis siswa.

3. Kearifan lokal yang dimaksud pada penelitian ini adalah nasihat-nasihat yang bersumber dari budaya Bali, yang berwujud sasenggakan (perumpamaan), sesonggan (pepatah), dan sesimbing (kata kiasan).

4. Kemampuan berpikir kritis siswa dalam penelitian ini hanya ditinjau dari kompetensi menginvestigasi konteks dan mengembangkan spektrum permasalahan, merumuskan masalah, mengembangkan konsep jawaban dan argumentasi yang reasonable, dan melakukan evalusi.

1.7 Penjelasan Istilah

Untuk menghindari perbedaan persepsi tentang istilah-istilah dalam tulisan ini, perlu diberikan penjelasan mengenai beberapa istilah berikut.

1. Kemampuan Berpikir Kritis Dalam penelitian ini, kemampuan berpikir kritis yang dimaksud adalah kemampuan berpikir kritis siswa dalam pemecahan masalah dimana aspek yang ditinjau penulis adalah dari segi menginvestigasi konteks dan mengembangkan spektrum permasalahan, merumuskan masalah, mengembangkan konsep jawaban dan argumentasi yang reasonable, serta melakukan evalusi. Kemampuan berpikir kritis siswa dapat dilihat dari skor tes kemampuan berpikir kritis yang berupa soal uraian.

2. Model Pembelajaran IKRAR Model pembelajaran IKRAR merupakan model pembelajaran inovatif yang bersifat konstruktivis dan dimodifikasi dari model pembelajaran berorientasi pemecahan masalah kontekstual open-ended. IKRAR terdiri atas empat tahapan, yang meliputi Inisiasi, Konstrusi-Rekonstuksi, Aplikasi, dan Refleksi (Sudiarta, 2008).

3. Model Pembelajaran IKRAR Berorientasi Kearifan Lokal Model pembelajaran IKRAR berorientasi kearifan lokal merupakan model pembelajaran IKRAR yang dikolaborasikan dengan unsur kearifan lokal Bali. Dalam pelaksanaan pembelajarannya, unsur kearifan lokal dituangkan melalui guru memberikan nasihat-nasihat yang bersumber pada kearifan lokal Bali. Nasehat-nasehat yang bersumber pada budaya Bali dalam penelitian ini merupakan nasehat-nasehat yang diberikan selama proses pembelajaran, baik secara lisan maupun tertulis, yang diintegrasikan dalam proses pembelajaran yang berkiblat pada IKRAR. Nasehat-nasehat ini akan dijadikan orientasi oleh guru dalam proses pembelajaran, dimana nasehat-nasehat ini digunakan untuk menanamkan nilai-nilai kepribadian luhur dan memacu siswa untuk tidak pantang menyerah dalam belajar. Pemberian nasehat-nasehat dalam pembelajaran dapat dilakukan secara lisan dan secara tertulis dalam LKS.

4. Model Pembelajaran Konvensional Model pembelajaran konvensional adalah model pembelajaran yang biasa diberlakukan di kelas sampel penelitian, yang ditunjukkan dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) guru dan disimpulkan berdasarkan observasi di kelas. Dalam penelitian ini model pembelajaran konvensional memiliki langkah-langkah: (1) guru menjelaskan materi pelajaran baik dengan ceramah maupun tanya jawab (2) guru memberikan contoh-contoh soal, (3) guru memberikan latihan soal untuk dikerjakan siswa, (4) membahas latihan yang telah dikerjakan siswa, dan (5) membuat rangkuman materi yang telah diajarkan.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

2.1 Hakekat Pembelajaran Matematika Sekolah Dasar Berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan

Matematika merupakan ilmu yang universal yang mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai peranan penting dalam berbagai disiplin ilmu dan memajukan daya pikir manusia. Perkembangan pesat di bidang teknologi informasi dan komunikasi dewasa ini dilandasi oleh perkembangan matematika di bidang teori bilangan, aljabar, analisis, teori peluang dan matematika diskrit. Untuk menguasai dan menciptakan teknologi di masa depan, diperlukan penguasaan matematika sejak dini (BSNP, 2006).

Matematika adalah alat untuk mengembangkan cara berpikir. Oleh karena itu, mata pelajaran matematika perlu diberikan kepada semua peserta didik mulai dari sekolah dasar untuk membekali peserta didik dengan kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis dan kreatif serta kemampuan kerjasama. Kompetensi tersebut diperlukan agar peserta didik dapat memiliki kemampuan memperoleh, mengelola dan memanfaatkan informasi untuk bertahan hidup pada keadaan yang selalu berubah, tidak pasti dan kompetitif.

Dalam matematika, objek dasar yang dipelajari adalah abstrak, sehingga disebut objek mental atau objek pikiran. Objek-objek dasar yang dimaksud adalah sebagai berikut.

17 (1) Konsep, merupakan suatu ide abstrak yang digunakan untuk

menggolongkan sekumpulan objek. Konsep berhubungan erat dengan definisi. Definisi adalah ungkapan suatu konsep. Dengan adanya definisi, orang dapat membuat ilustrasi atau gambar atau lambang dari konsep yang dimaksud.

(2) Prinsip, merupakan objek matematika yang kompleks. Prinsip dapat terdiri dari beberapa konsep yang dikaitkan oleh suatu relasi/operasi. Dengan kata lain, prinsip adalah hubungan antara berbagai objek dasar matematika. Prinsip dapat berupa aksioma, teorema dan sifat.

(3) Operasi, merupakan pengerjaan matematika lainnya, seperti penjumlahan, perkalian, gabungan atau irisan. Dalam matematika dikenal macam-macam operasi unair, biner, atau terner tergantung dari banyaknya elemen yang dioperasikan.

Standar kompetensi dan kompetensi dasar matematika untuk sekolah dasar ini dimaksudkan pula untuk mengembangkan kemampuan menggunakan matematika dalam pemecahan masalah dan mengkomunikasikan simbol, tabel, diagram, dan media lain.

Selanjutnya, Suherman (2003) mengungkapkan karakteristik mata pelajaran matematika meliputi hal-hal berikut.

1. Materi pembelajaran matematika diajarkan secara berjenjang atau bertahap, yaitu dari hal konkrit ke abstrak, hal yang sederhana ke kompleks, atau konsep mudah ke konsep yang lebih sukar.

2. Pembelajaran matematika mengikuti pola spiral, yaitu setiap memperkenalkan konsep atau bahan yang baru perlu memperhatikan

18 konsep atau bahan yang telah dipelajari siswa sebelumnya.

Pengulangan konsep dalam bahan ajar dengan cara memperluas dan memperdalam adalah perlu dalam matematika. Pembelajaran dengan pola spiral bukanlah mengajarkan konsep hanya dengan pengulangan atau perluasan saja tetapi harus ada peningkatan.

3. Pembelajaran matematika menekankan pola pikir deduktif, dimana kebenaran suatu pernyataan dalam matematika haruslah berdasarkan pada kebenaran pernyatan-pernyataan sebelumnya, dan bukan berdasarkan hasil generalisasi pengamatan (induktif).

4. Pembelajaran matematika menganut kebenaran konsistensi, yaitu tidak bertentangan antara kebenaran suatu konsep dengan yang lainnya.

Terdapat dua hal penting yang perlu dipelajari dalam belajar matematika untuk sekolah dasar, yaitu: (1) pengetahuan algoritmik, merupakan strategi umum dalam pemecahan masalah dengan menggunakan langkah, aturan-aturan atau rumus- rumus matematika;

(2) pengetahuan konseptual matematika yang memadukan pemahaman verbal (berupa soal cerita) dengan aturan atau rumus matematika. Dalam pelaksanaan pembelajaran matematika di sekolah dasar, perlu diperhatikan karakteristik siswa sebagai subyek pembelajaran. Berdasarkan tahap perkembangan intelektual oleh Piaget (dalam Hergenhahn & Olson, 2008), pada masa sekolah dasar (usia 6-12 tahun), anak berada pada tahap operasi konkret. Pada tahapan ini sifat egois seorang anak mulai berkurang dan lebih menonjolkan komunikasi sosial yang baik dengan teman-temannya. Dengan karakteristik

19 demikian, pembelajaran matematika di sekolah dasar akan sangat baik apabila

mampu memfasilitasi kebutuhan anak yang ingin bergabung dalam kelompoknya. Salah satunya adalah melalui pembelajaran yang mengedepankan diskusi kelompok sebagai prinsip interaksinya.

Pada tahap operasi konkret, anak juga mulai berpikir rasional. Hal ini berarti anak mampu menerapkan operasi-operasi logis dalam menyelesaikan masalah-masalah konkret (Ratumanan, 2002). Sebagai akibat karakteristik ini, pembelajaran matematika yang baik adalah yang memberi kesempatan pada siswa untuk mengembangkan kemampuan berpikir logis dan rasionalnya melalui pemberian masalah yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari siswa. Dengan demikian, melalui permasalahan tersebut siswa secara bertahap dibimbing untuk menguasai konsep matematika.

Ebbut dan Straker (1995) dalam Sudiarta (2007) kemudian menyatakan karakteristik siswa dari segi kognitif yang perlu diperhatikan guru dalam pembelajaran di kelas. Karakteristik tersebut meliputi hal-hal berikut.

1. Siswa akan mempelajari matematika apabila mereka memiliki motivasi. Hal ini berarti dalam pembelajaran guru perlu membangun suasana kelas yang kondusif, memberikan kegiatan yang menantang dan sesuai dengan tujuan pembelajaran, serta menghargai setiap pencapaian siswa.

2. Siswa mempelajari matematika dengan caranya sendiri. Hal ini berarti dalam pembelajaran guru perlu menghargai dan menerima keunikan cara belajar siswa yang belum tentu sama dengan temannya yang lain, merencanakan kegiatan pembelajaran yang sesuai dengan tingkat

20 kemampuan siswa, dan membangun keterampilan siswa baik yang ia

peroleh di sekolah maupun di rumah.

3. Siswa mempelajari matematika baik secara mandiri maupun melalui kerja sama dengan temannya. Dalam hal ini, guru hendaknya menyediakan kondisi belajar yang dapat mengakomodasi kegiatan siswa dalam kelompok namun tetap ada kesempatan bagi siswa untuk melakukan pekerjaan mandiri.

4. Siswa memerlukan konteks dan situasi yang berbeda-beda dalam mempelajari matematika. Dalam hal ini guru diharapkan mampu menyediakan dan menggunakan alat peraga yang dapat mendukung kegiatan pembelajaran, memberi kesempatan siswa menggunakan matematika untuk berbagai keperluan, misalnya menempatkan masalah matematika yang kontekstual dan dekat dengan kehidupan siswa sehari-hari, menghargai nilai-nilai tradisi, budaya, dan seni dalam kegiatan pembelajaran, serta membantu siswa menilai sendiri kegiatan belajar matematikanya.

Pembelajaran matematika di sekolah dasar memiliki beberapa tujuan. Tujuan mata pelajaran matematika yang tercantum dalam KTSP pada SD/MI (Depdiknas, 2006) adalah sebagai berikut.

(1) Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma secara luwes, akurat, efisien dan tepat dalam pemecahan masalah.

(2) Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika.

(3) Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh.

21 (4) Mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau