METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Populasi Penelitian
“Populasi merupakan keseluruhan dari subjek penelitian” (Arikunto, 2002b). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas V SD Negeri se- kelurahan Dauhwaru Negara tahun ajaran 2011/2012. Anggota populasi dalam penelitian ini tersebar pada enam sekolah dasar negeri yang ada di kelurahan Dauhwaru. Sebaran populasi penelitian ini dapat dilihat dalam tabel penyebaran populasi berikut.
Tabel 3.1 Penyebaran Populasi
SEKOLAH
KELAS
JUMLAH SISWA
SD Negeri 1 Dauh Waru
V 16 orang SD Negeri 2 Dauh Waru
V 16 orang VA 23 orang
SD Negeri 3 Dauh Waru VB 22 orang
SD Negeri 4 Dauh Waru
V 31 orang SD Negeri 5 Dauh Waru
V 13 orang VA 24 orang
SD Negeri 6 Dauh Waru VB 23 orang
(sumber: TU masing-masing sekolah)
Berdasarkan hasil wawancara dengan ketua gugus 3, diperoleh informasi bahwa kemampuan siswa sekolah dasar yang tersebar di Gugus 3 Bisma Kecamatan Negara adalah setara. Dengan demikian, secara umum kemampuan siswa dalam populasi pada penelitian ini, yang tersebar di sekolah-sekolah dasar
78 negeri kelurahan Dauhwaru Negara yang termasuk dalam satu gugus yang sama
(Gugus 3 Bisma) memiliki kemampuan yang setara.
3.2 Sampel Penelitian
”Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti” (Arikunto, 2002b). Dalam penelitian ini, sampel diambil dengan teknik random sampling. Artinya, sampel diambil dari sekolah-sekolah atau kelas-kelas secara acak. Kelas- kelas yang ada tersebut kemudian dirandom dengan cara melakukan pengundian untuk menentukan 3 kelas yang akan digunakan untuk penelitian.
Selanjutnya ketiga kelompok sampel tersebut diuji kesetaraannya dengan menggunakan Analisis Varian (ANAVA) Satu Jalur. Tujuan uji kesetaraan ini adalah untuk memperoleh sampel yang setara sehingga perbedaan yang timbul pada kelompok sampel setelah memperoleh perlakuan murni disebabkan oleh perlakuan yang diberikan.
Data yang digunakan untuk melakukan uji kesetaraan dengan ANAVA ini adalah nilai raport matematika siswa kelas V di semester ganjil tahun pelajaran 2011/2012. Hipotesis statistik dalam uji ANAVA ini adalah sebagai berikut.
H 0 : = = yaitu tidak terdapat perbedaan kemampuan awal pada ketiga kelompok sampel
melawan
H 1 : Paling tidak satu tanda sama dengan (“=”) tidak berlaku yaitu terdapat kelompok sampel yang memiliki kemampuan awal yang berbeda.
79 Keterangan
: Rata-rata nilai raport siswa kelompok sampel 1 : Rata-rata nilai raport siswa kelompok sampel 2 : Rata-rata nilai raport siswa kelompok sampel 3
“ANAVA disebut juga uji F karena koefisien yang dihitung adalah koefisien F yang mengikuti distribusi F” (Candiasa, 2010b). Sebelum dilakukan uji kesetaraan, terlebih dahulu harus diuji normalitas dan homogenitas varians data yang digunakan. Untuk menguji normalitas data, digunakan uji Lilliefors, sedangkan untuk menguji homogenitas data ketiga kelompok digunakan uji Levene. Apabila data yang digunakan berdistribusi normal dan memiliki varians yang homogen, maka pengujian kesetaraan kelas dengan menggunakan uji ANAVA Satu Jalur dapat dilakukan. Adapun langkah-langkah untuk menghitung nilai F dapat dilihat pada tabel ringkasan ANAVA Satu Jalur berikut.
Tabel 3.2 Ringkasan ANAVA Satu Jalur Untuk Penyetaraan Kelas
Rata-Rata Sumber
Derajat
Jumlah Kuadrat
Jumlah Kuadrat F hit Variasi
n total -k
Total −
n total -1
Keterangan : Data keseluruhan
80 : Data sampel ke-j pada kelompok sampel ke-i,
JK T : Jumlah Kuadrat Total JK A : Jumlah Kuadrat Antara : Banyak seluruh sampel : Banyak anggota sampel per-kelompok sampel : Banyak kelompok sampel
(Candiasa, 2010b)
) , dimana α = 5%. Jika H 0 ditolak maka perlu dilakukan uji lanjut untuk mengetahui rata-rata kelompok sampel yang berbeda. Terdapat banyak jenis uji lanjut yang dapat digunakan. Salah satunya adalah uji Sceffé dengan rumus berikut.
Dengan kriteria pengujian adalah tolak H 0 jika F hit >F tabel ,F tabel =
Keterangan : Rata-rata kelompok yang lebih besar : Rata-rata kelompok yang lebih kecil : Banyak responden dalam kelompok dengan rata-rata lebih besar : Banyak responden dalam kelompok dengan rata-rata lebih kecil
(Candiasa, 2010b)
Pengambilan keputusan dilakukan dengan membandingkan nilai dengan F’, dimana ′ = ( − 1)
. Apabila
> ′, H 0 ditolak.
Berdasarkan hasil pemilihan random dan perhitungan penyetaraan ketiga kelas yang telah dilakukan seperti yang terangkum dalam Lampiran 02, diperoleh tiga kelas yang mempunyai kemampuan setara, yaitu kelas VA dan kelas VB pada SD Negeri 3 Dauhwaru dan kelas V pada SD Negeri 4 Dauhwaru.
Setelah diperoleh tiga kelompok sampel yang setara, dilakukan pengundian untuk menentukan kelompok yang menjadi kelompok eksperimen (dua kelas) dan kelompok yang menjadi kelompok kontrol (satu kelas). Dari hasil
81 pengundian tersebut, didapatkan 1 kelas kontrol, yaitu kelas V di SD Negeri 4
Dauhwaru dan 2 kelas yang tersisa menjadi kelas eksperimen. Kelompok yang terpilih menjadi kelompok eksperimen kemudian diundi lagi untuk menentukan kelompok yang mendapat perlakuan berupa model pembelajaran IKRAR berorientasi kearifan lokal dan kelompok yang mendapat perlakuan berupa model pembelajaran IKRAR. Adapun kelompok kontrol mendapat perlakuan berupa model pembelajaran yang biasa diterapkan pada kelas tersebut. Berdasarkan hasil pengundian selanjutnya, diperoleh kelas VB di SD Negeri 3 Dauhwaru sebagai kelas yang mendapat perlakuan berupa model pembelajaran IKRAR berorientasi kearifan lokal dan kelas VA pada SD Negeri 3 Dauhwaru sebagai kelas yang mendapat perlakuan berupa model IKRAR.
3.3 Variabel Penelitian
“Variabel adalah objek penelitian, atau apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitian” (Arikunto, 2002b). Ada dua jenis variabel yang terlibat dalam penelitian ini, yaitu variabel bebas (independent variable) dan variabel terikat (dependent variable).
a. Variabel Terikat (dependent variable) Variabel terikat dalam penelitian ini adalah kemampuan berpikir kritis siswa.
b. Variabel Bebas (independent variable) Variabel bebas dalam penelitian ini adalah model pembelajaran yang diterapkan yaitu model pembelajaran IKRAR berorientasi kearifan lokal, model pembelajaran IKRAR, dan model pembelajaran konvensional.
3.4 Desain Penelitian
Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Post-test Only Control Group Design . Myers (2006) menyatakan bahwa tujuan penggunaan desain penelitian ini adalah untuk mengetahui dampak yang ditimbulkan oleh suatu perlakuan dengan membandingkan perilaku sampel sebelum dan setelah sampel mengalami perlakuan. Walaupun tidak menggunakan tes awal, desain penelitian ini dianggap terhindar dari variabel bias karena kemampuan awal siswa di masing-masing kelompok penelitian telah diuji kesetaraannya dan dari hasil pengujian tersebut diketahui bahwa kemampuan awal kelompok sampel setara (Johnson dan Christensen, 2011). Untuk lebih jelasnya, desain penelitian ini dapat dilihat pada tabel 3.3 berikut.
Tabel 3.3 Desain Penelitian
(dimodifikasi dari Johnson dan Christensen, 2011) Keterangan :
E : Kelas Eksperimen K : Kelas Kontrol
X 1 : Model pembelajaran IKRAR berorientasi kearifan lokal
X 2 : Model pembelajaran IKRAR
X 3 : Model pembelajaran konvensional O 1 : Hasil post-test siswa kelompok eksperimen IKRAR
berorientasi kearifan lokal O 2 Hasil post-test siswa kelompok eksperimen IKRAR
O 3 : Hasil post-test siswa kelompok kontrol
Kelompok eksperimen terdiri dari dua kelas, satu kelas menggunakan model pembelajaran IKRAR berorientasi kearifan lokal (kelas Eksperimen 1),
83 sedangkan kelas yang lain menggunakan model pembelajaran IKRAR (kelas
Eksperimen 2), dan kelompok kontrol menggunakan model pembelajaran konvensional, yaitu model pembelajaran yang biasa diterapkan di kelas tersebut. Setelah diberi perlakuan, dilakukan evaluasi dengan memberikan post test berupa tes kemampuan berpikir kritis.
3.5 Prosedur Penelitian
Adapun langkah-langkah yang ditempuh dalam penelitian ini antara lain sebagai berikut.
a. Melakukan pengundian pada kelompok populasi untuk memperoleh tiga kelompok yang akan dijadikan sampel penelitian.
b. Melakukan uji kesetaraan terhadap tiga kelompok sampel. Uji kesetaraan ini dilakukan dengan menggunakan nilai raport semester ganjil mata pelajaran matematika siswa kelas V tahun pelajaran 2011/2012.
c. Melakukan pengundian untuk menentukan dua kelompok yang menjadi kelompok eksperimen dan satu kelompok yang menjadi kelompok kontrol. Setelah itu, dua kelompok yang menjadi kelompok eksperimen diundi lagi untuk menentukan kelompok yang mendapat perlakuan berupa model pembelajaran IKRAR berorientasi kearifan lokal dan kelompok yang mendapat perlakuan berupa model pembelajaran IKRAR.
d. Menentukan materi yang akan dibahas selama penelitian.
e. Menyiapkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) serta Lembar Kerja Siswa (LKS) untuk model pembelajaran IKRAR berorientasi
84 kearifan lokal, model pembelajaran IKRAR, dan model pembelajaran
konvensional.
f. Mempersiapkan instrumen penelitian yakni tes uraian untuk mengukur kemampuan berpikir kritis siswa serta kunci jawaban untuk tes yang akan digunakan.
g. Mengkonsultasikan instrumen penelitian dengan guru matematika dan dosen pembimbing.
h. Melaksanakan pembelajaran yaitu memberikan perlakuan kepada kelompok eksperimen dan kontrol.
i. Melaksanakan uji coba instrumen untuk menentukan validitas dan reliabilitas tes.
j. Memberikan post test pada ketiga kelompok sampel. k. Menganalisis data hasil penelitian untuk menguji hipotesis yang
diajukan.
3.6 Metode Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian
“Instrumen penelitian adalah alat yang digunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan data” (Arikunto, 2002a). Jenis instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berupa tes. Data yang akan dikumpulkan pada penelitian ini adalah berupa kemampuan berpikir kritis siswa yang dikumpulkan melalui tes kemampuan berpikir kritis.
Tes kemampuan berpikir kritis digunakan untuk memperoleh data mengenai kemampuan berpikir kritis siswa. Tes ini akan diberikan pada akhir pertemuan untuk ketiga kelompok sampel. Tes kemampuan berpikir kritis yang akan digunakan berupa tes uraian dengan jumlah 4 soal dimana setiap soal
85 mengukur kompetensi berpikir kritis yang berbeda. Tes kemampuan berpikir kritis
siswa diperiksa dengan menggunakan rubrik penskoran analitik artinya rubrik penskoran yang digunakan disesuaikan dengan permasalahan yang diberikan dalam tes. Rubrik penskoran untuk kemampuan berpikir kritis adalah sebagai berikut.
Tabel 3.4 Rubrik Penskoran Tes Kemampuan Berpikir Kritis
Respon Siswa Kompetensi No
Terhadap Skor Berpikir Kritis Jawaban
Indikator
1 Menginvestasi Mampu menghasilkan Tidak ada jawaban konteks dan
Jawaban salah mengembangkan pengandaian/pemisalan
berbagai
spektrum Jawaban benar
permasalahan sebagian
serta mampu
menuliskan informasi penting yang relevan
Jawaban benar
digunakan dalam
seluruhnya
pemecahan masalah.
2 Merumuskan
Mampu merumuskan
Tidak ada jawaban
masalah
pertanyaan/masalah
Jawaban salah matematika bermakna Jawaban benar
yang memberi arah
sebagian Jawaban benar
pemecahan.
2 seluruhnya
3 Mengembangkan Mampu merumuskan Tidak ada jawaban konsep jawaban argumen-argumen
dan argumentasi reasonable yang Jawaban salah yang reasonable
menghubungkan
Jawaban benar
konsep dengan
sebagian
permasalahan yang dihadapi.
Jawaban benar seluruhnya
4 Melakukan
Tidak ada jawaban Evaluasi
Mampu membuat
penilaian terhadap
Jawaban salah
konteks masalah,
Jawaban benar rumusan masalah atau sebagian
Respon Siswa Kompetensi No
Terhadap Skor Berpikir Kritis Jawaban
Indikator
konsep jawaban secara Jawaban benar bermakna serta dapat
seluruhnya
menemukan alternatif penyelesaian lain.
3.7 Uji Coba Instrumen
“Instrumen dapat dikatakan memenuhi persyaratan sebagai alat pengumpul data apabila sekurang-kurangnya instrumen tersebut valid dan reliabel” (Arikunto, 2002c). Oleh karena itu, instrumen penelitian yang telah disusun kemudian diujicobakan untuk mendapatkan gambaran secara empirik tentang kelayakan tes tersebut untuk dipergunakan sebagai instrumen penelitian. Sekolah yang dijadikan tempat uji coba adalah SD Negeri 4 Pendem.
3.7.1 Uji Validitas
“Validitas adalah keadaan yang menggambarkan tingkat instrumen yang bersangkutan mampu mengukur apa yang akan diukur” (Arikunto, 2002a). Suherman (2003) menyatakan bahwa suatu alat evaluasi disebut valid (absah atau sahih) apabila alat tersebut mampu mengevaluasi apa yang seharusnya dievaluasi. Oleh karena itu, kevalidannya tergantung pada sejauh mana ketepatan alat evaluasi itu dalam melaksanakan fungsinya.
Salah satu cara untuk mencari koefisien validitas alat evaluasi adalah dengan menggunakan rumus korelasi product moment dengan taraf signifikansi 5% yang dirumuskan sebagai berikut.
N XY X Y
r xy
87 Keterangan:
r xy = koefisien korelasi product momment
X = skor butir tes yang dicari validitasnya Y = skor total responden N = banyak responden
(Candiasa, 2010a)
Jika r xy > r tabel dengan taraf signifikansi 5% dan derajat kebebasan n – 2 maka terdapat korelasi yang signifikan antara skor butir dengan skor total yang
berarti butir soal yang bersangkutan dikatakan valid.
3.7.2 Uji Reliabilitas Tes
“Reliabilitas tes mengacu pada tingkat keterandalan tes tersebut sebagai instrumen penelitian” (Arikunto, 2002a). Reliabilitas suatu alat evaluasi dimaksudkan sebagai suatu alat yang memberikan hasil relatif sama meskipun dilakukan pada waktu dan tempat berbeda. Menurut Suherman (1993), tes yang reliabilitasnya tinggi disebut tes yang reliabel. Karena tes kemampuan berpikir kritis yang digunakan berbentuk tes uraian, maka dalam menentukan reliabilitasnya digunakan formula Alpha Cronbach . Sebelum dilakukan perhitungan reliabilitas, terlebih dahulu dibuat tabel kerja dengan mengikuti langkah-langkah berikut.
a. Memilih butir soal yang akan digunakan untuk post-test. Kriterianya adalah butir soal tersebut valid dan mewakili masing-masing kompetensi berpikir kritis yang digunakan.
2 b. 2 Menghitung varians ( σ
i ) setiap butir dan varians skor total ( σ t )
dengan rumus sebagai berikut: (∑ ) =
dan =
88 dengan k menyatakan banyak responden.
Adapun formula Alpha Cronbach yang digunakan untuk menentukan koefisien reliabilitas instrumen adalah sebagai berikut. 2 n σ
r 11 1 2 n 1 σ t
Keterangan n
: banyak butir soal yang diuji reliabilitasnya σ 2
: jumlah varians skor masing-masing butir σ 2
: varians total (Candiasa, 2010a)
Kriterianya adalah dengan membandingkan harga r 11 ke tabel harga kriteria r produk momen, dimana r 11 dikatakan signifikan jika r>r 11 tabel (taraf signifikan 5 %).
Kategori derajat reliabilitas adalah sebagai berikut. 0,80 < r 11 ≤ 1,00 Reliabilitas sangat tinggi (sangat baik)
0,60 < r 11 ≤ 0,80 Reliabilitas tinggi (baik) 0,40 < r 11 ≤ 0,60
Reliabilitas sedang (cukup) 0,20 < r 11 ≤ 0,40
Reliabilitas rendah (kurang) r 11 ≤ 0,20
Reliabilitas sangat rendah. (Suherman, 1993)
3.7.4 Hasil Uji Coba Instrumen
Instrumen tes kemampuan berpikir kritis siswa diujicobakan pada siswa kelas VA dan kelas VB SD Negeri 4 Pendem. Berdasarkan hasil perhitungan validitas tes (tercantum dalam Lampiran 09) diperoleh bahwa 10 soal yang diujicobakan merupakan soal yang valid. Dari 10 soal tersebut, dipilih 4 soal yang akan digunakan sebagai Post Test, dengan kriteria empat soal yang dipilih adalah soal yang memiliki validitas tertinggi dan setiap soal mewakili satu indikator
89 berpikir kritis yang berbeda. Berdasarkan perhitungan analisis reliabilitas 4 soal
yang dipilih tersebut (perhitungan dapat dilihat pada Lampiran 10), diperoleh nilai koefisien reliabilitas tinggi sehingga soal-soal tersebut layak untuk digunakan.
3.8 Teknik Analisis Data
Dalam menguji hipotesis yang diajukan, data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan uji ANAVA Satu Jalur. Candiasa (2010b) mengatakan terdapat dua asumsi yang harus dipenuhi agar dapat menggunakan uji ANAVA, yaitu (1) variabel terikat dari semua kelompok yang dibandingkan diasumsikan berdistribusi normal dan (2) variabel terikat dari semua kelompok yang dibandingkan diasumsikan memiliki varians yang homogen. Oleh karena itu, dilakukan pengujian normalitas sebaran data dan homogenitas varians data terlebih dahulu sebelum melakukan uji hipotesis.
3.8.1 Uji Normalitas
Sebelum dilaksanakan pengujian untuk memperoleh simpulan, data yang diperoleh harus diuji normalitasnya. Untuk menguji normalitas data, digunakan uji Lilliefors. “Pengujian normalitas data dengan uji Lilliefors dilakukan dengan membandingkan data hasil observasi dengan frekuensi sebaran data yang sudah berdistribusi normal” (Candiasa, 2010b). Pada pengujian normalitas data dengan uji Lilliefors dicari selisih frekuensi sebaran data (F(Z)) dengan frekuensi kumulatif sampai dengan batas tiap-tiap data (S(Z)), yang dihitung dengan menggunakan rumus berikut. L =|() − ( )|
dimana =
90 ()= Keterangan
Z : Skor baku SD
: Standar Deviasi
F (Z) : Frekuensi data atau luas daerah di bawah kurva normal dengan batas Z FK
: Frekuensi Kumulatif n total
: Banyak Data (Candiasa, 2010b)
Nilai | ( ) − ( )| yang terbesar selanjutnya ditetapkan sebagai L hitung . Hipotesis penelitian dalam uji Lilliefors ini adalah sebagai berikut.
H 0 : ()=Φ yaitu data kemampuan berpikir kritis siswa pada
kelompok ke-i, dengan i = 1,2,3 berasal dari populasi yang berdistribusi normal
melawan
H 1 : ()≠Φ yaitu terdapat data kemampuan berpikir kritis siswa
pada kelompok ke-i, dengan i = 1,2,3, yang tidak berasal dari populasi yang berdistribusi normal.
Keterangan
1 () : Data kemampuan berpikir kritis siswa kelompok eksperimen 1
2 () : Data kemampuan berpikir kritis siswa kelompok eksperimen 2
3 () : Data kemampuan berpikir kritis siswa kelompok kontrol
Dengan kriteria pengujian adalah tolak H 0 jika L hitung >L tabel , dimana L tabel
ditentukan melalui tabel Lilliefors pada taraf signifikasi 5%.
3.8.2 Uji Homogenitas Varians
Pengujian homogenitas varians dilakukan dengan menggunakan Uji Levene. Uji Levene dilakukan dengan menghitung nilai W menggunakan rumus:
Keterangan n total : Banyak data keseluruhan : Banyak data tiap kelompok k
: Banyak kelompok :
− : Data sampel ke-j pada kelompok ke-i : Rata-rata kelompok sampel ke-i
: Rata-rata
untuk kelompok sampel ke-i
: Rata-rata seluruh (Candiasa, 2010b)
Hipotesis penelitian dalam uji Levene ini adalah sebagai berikut.
yaitu data kemampuan berpikir kritis siswa kelas VB SD Negeri 3 Dauhwaru, kelas VA SD Negeri 3 Dauhwaru, dan kelas V SD Negeri 4 Dauhwaru memiliki varians yang homogen
melawan
H 1 : Paling tidak satu tanda sama dengan (“=”) tidak berlaku yaitu terdapat kelompok sampel yang memiliki varians kemampuan berpikir kritis yang berbeda.
Dengan kriteria pengujian adalah tolak H 0 jika W > F tabel , dimana F tabel =
) , dengan α = 5%.
3.8.3 Uji Hipotesis
Berdasarkan hipotesis penelitian yang telah diajukan pada kajian pustaka, dapat dirumuskan hipotesis nol (H 0 ) pertama yang berbunyi “tidak terdapat perbedaan kemampuan berpikir kritis antara siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model IKRAR berorientasi kearifan lokal, siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model IKRAR, dan siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model konvensional”. Secara statistik, hipotesis tersebut dapat dirumuskan sebagai berikut.
H 0 : = = yaitu tidak terdapat perbedaan kemampuan berpikir
kritis siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model IKRAR berorientasi kearifan lokal, model IKRAR maupun model pembelajaran konvensional.
melawan
H 1 : paling tidak satu tanda sama dengan (”=”) tidak berlaku yaitu terdapat pasangan kelompok sampel memiliki kemampuan berpikir kritis yang berbeda.
Keterangan: = rata-rata kemampuan berpikir kritis siswa yang dibelajarkan dengan
model pembelajaran IKRAR berorientasi kearifan lokal = rata-rata kemampuan berpikir kritis siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran IKRAR = rata-rata kemampuan berpikir kritis siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran konvensional
93 Adapun langkah-langkah untuk menghitung nilai F dapat dilihat pada
tabel ringkasan ANAVA Satu Jalur dalam tabel berikut.
Tabel 3.5 Ringkasan ANAVA Satu Jalur Untuk Pengujian Hipotesis
Rata-Rata Sumber
Derajat
Jumlah Kuadrat
Jumlah Kuadrat F hit Variasi
n total -k
Total
n total -1
Keterangan : Data keseluruhan
: Data sampel ke-j pada kelompok sampel ke-i, JK T
: Jumlah Kuadrat Total JK A : Jumlah Kuadrat Antara : Banyak seluruh sampel : Banyak anggota sampel per-kelompok sampel : Banyak kelompok sampel
(Candiasa, 2010b)
Dengan kriteria pengujian adalah tolak H 0 jika F hit >F tabel ,F tabel =
) , dimana α = 5%. Jika H 0 ditolak, gunakan uji lanjut untuk melakukan pengujian hipotesis berikut.
1. Kemampuan berpikir kritis siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model IKRAR berorientasi kearifan lokal lebih baik daripada siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model IKRAR.
94 Secara statistik, hipotesis tersebut dapat dirumuskan:
H 0 : = yaitu tidak terdapat perbedaan kemampuan berpikir kritis siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model IKRAR berorientasi kearifan lokal dengan siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model IKRAR
melawan
H 1 : > yaitu kemampuan berpikir kritis siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model IKRAR berorientasi kearifan lokal lebih baik daripada siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model IKRAR
2. Kemampuan berpikir kritis siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model IKRAR lebih baik daripada siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model konvensional. Secara statistik, hipotesis tersebut dapat dirumuskan:
H 0 : = yaitu tidak terdapat perbedaan kemampuan berpikir kritis siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model IKRAR dengan siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model konvensional
95 melawan
H 1 : > yaitu kemampuan berpikir kritis siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model IKRAR lebih baik daripada siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model konvensional.
3. Kemampuan berpikir kritis siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model IKRAR berorientasi kearifan lokal lebih baik daripada siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model konvensional. Secara statistik, hipotesis tersebut dapat dirumuskan:
H 0 : = yaitu tidak terdapat perbedaan kemampuan berpikir kritis siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model IKRAR berorientasi kearifan lokal dengan siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model konvensional
melawan
H 1 : > yaitu kemampuan berpikir kritis siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model IKRAR berorientasi kearifan lokal lebih baik daripada siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model konvensional.
96 Uji lanjut yang digunakan adalah uji Scheffé dengan rumus berikut.
Keterangan : Rata-rata kelompok yang lebih besar : Rata-rata kelompok yang lebih kecil : Banyak responden dalam kelompok dengan rata-rata lebih besar : Banyak responden dalam kelompok dengan rata-rata lebih kecil
(Candiasa, 2010b)
Pengambilan keputusan dilakukan dengan membandingkan nilai dengan F’, dimana
> ′, H 0 ditolak. Hal ini berarti kelompok yang memiliki rata-rata ( ) lebih besar dinyatakan lebih unggul daripada kelompok yang memiliki rata-rata ( ) lebih kecil.
. Apabila
Namun, apabila data tidak berdistribusi normal dan tidak memiliki varians yang homogen, maka uji ANAVA Satu Jalur tidak dapat dilakukan. Sebagai gantinya, digunakan uji Kruskal-Wallis yang merupakan salah satu uji pada prosedur nonparametrik. Daniel (1989) menyatakan bahwa prosedur nonparametrik dapat digunakan apabila asumsi-asumsi yang diperlukan sebagai syarat penggunaan suatu prosedur parametrik menjadi sahih tidak terpenuhi. Dengan kata lain, uji nonparametrik dapat digunakan salah satunya apabila data tidak berdistribusi normal dan variansnya tidak homogen.
Uji Kruskal-Wallis dilakukan dengan membandingkan nilai H dengan nilai pada tabel Chi-Kuadrat ( ). Nilai H dihitung dengan rumus berikut.
97 Keterangan:
: Jumlah peringkat-peringkat yang ditetapkan bagi hasil-hasil pengamatan di sampel ke-i : Banyak seluruh sampel : Banyak anggota sampel per-kelompok sampel
(Daniel, 1989)
Hipotesis penelitian dalam uji Kruskal-Wallis ini adalah sebagai berikut.
H 0 : Ketiga kelompok sampel memiliki median yang sama melawan
H 1 : Terdapat kelompok sampel yang memiliki median yang tidak sama.
, dimana ditentukan melalui Tabel Chi Kuadrat dengan derajat kebebasan k-1 pada taraf signifikasi 5%.
Dengan kriteria pengujian adalah tolak H 0 jika H >
Apabila H 0 ditolak, pengujian dilanjutkan untuk menguji hipotesis berikutnya, yaitu: (1) kemampuan berpikir kritis siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model IKRAR berorientasi kearifan lokal lebih baik daripada siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model IKRAR, (2) kemampuan berpikir kritis siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model IKRAR lebih baik daripada siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model konvensional, dan (3) kemampuan berpikir kritis siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model IKRAR berorientasi kearifan lokal lebih baik daripada siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model konvensional.
Prosedur yang digunakan adalah pembandingan berganda, dimana pengambilan keputusan dilakukan dengan membandingkan nilai
− dengan
nilai ( [ ⁄ ( ) ])
98 Keterangan:
: Rata-rata peringkat dari kelompok sampel ke-i : Rata-rata peringkat dari kelompok sampel ke-j : Banyak anggota sampel pada kelompok sampel ke-i : Banyak anggota sampel pada kelompok sampel ke-j : Banyak seluruh sampel
k : Banyak kelompok sampel z
: Daerah pada kurva normal yang sebelah kanannya memiliki luas
+ maka tidak
terdapat perbedaan kemampuan berpikir kritis pada kelompok sampel ke-i dan
ke-j. Tetapi, jika
+ maka
terdapat perbedaan kemampuan berpikir kritis pada kelompok sampel ke-i dan ke-j, dimana kelompok sampel yang memiliki lebih tinggi dinyatakan memiliki kemampuan berpikir kritis yang lebih baik.