Pengujian Hipotesis Penelitian

4.2 Pengujian Hipotesis Penelitian

Untuk melihat ada atau tidaknya pengaruh model pembelajaran IKRAR berorientasi kearifan lokal terhadap kemampuan berpikir kritis siswa, yang pertama dilakukan adalah menentukan ada tidaknya perbedaan kemampuan berpikir kritis antara siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model IKRAR berorientasi kearifan lokal, siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model IKRAR, dan siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model konvensional.

Sebelum uji hipotesis dilakukan, terlebih dahulu dilakukan pengujian prasyarat terhadap sebaran data yang meliputi uji normalitas data dan uji homogenitas varians. Berikut ini diuraikan mengenai hasil pengujian normalitas dan uji homogenitas varians terhadap data kemampuan berpikir kritis siswa.

4.2.1 Hasil Pengujian Normalitas

Untuk menguji normalitas sebaran data pada penelitian ini digunakan uji Lilliefors (perhitungan lengkap dapat dilihat pada Lampiran 16 (a)). Hipotesis penelitian dalam uji Lilliefors ini adalah sebagai berikut.

H 0 : ()=Φ yaitu data kemampuan berpikir kritis siswa pada

kelompok ke-i, dengan i = 1,2,3 berasal dari populasi yang berdistribusi normal

101 melawan

H 1 : ()≠Φ yaitu terdapat data kemampuan berpikir kritis siswa

pada kelompok ke-i, dengan i = 1,2,3, yang tidak berasal dari populasi yang berdistribusi normal.

Keterangan

1 () : Data kemampuan berpikir kritis siswa kelompok eksperimen 1

2 () : Data kemampuan berpikir kritis siswa kelompok eksperimen 2

3 () : Data kemampuan berpikir kritis siswa kelompok kontrol

Dengan kriteria pengujian adalah tolak H 0 jika L hitung >L tabel , dimana L tabel

ditentukan melalui tabel Lilliefors pada taraf signifikasi 5%. Adapun rangkuman hasil pengujian normalitas sebaran data dengan uji Lilliefors dapat dilihat pada tabel 4.2 berikut.

Tabel 4.2 Rangkuman Hasil Uji Normalitas Data Kemampuan Berpikir Kritis Siswa

Kelompok Sampel

L hitung

L tabel

Normal K

Dari tabel 4.2 tersebut, dapat dilihat bahwa L hitung pada ketiga kelas lebih kecil dari L tabel pada kelas yang bersangkutan. Dengan demikian H 0 diterima dan hal tersebut berarti masing-masing kelompok memiliki data kemampuan berpikir kritis yang berdistribusi normal.

4.2.2 Hasil pengujian Homogenitas Varians

Pengujian homogenitas varians pada penelitian ini menggunakan uji Levene (perhitungan lengkap dapat dilihat pada Lampiran 16 (b)). Hipotesis penelitian dalam uji Levene ini adalah sebagai berikut.

yaitu data kemampuan berpikir kritis siswa kelas VB SD Negeri 3 Dauhwaru, kelas VA SD Negeri 3 Dauhwaru, dan kelas V SD Negeri 4 Dauhwaru memiliki varians yang homogen

melawan

H 1 : Paling tidak satu tanda sama dengan (“=”) tidak berlaku yaitu terdapat kelompok sampel yang memiliki varians kemampuan berpikir kritis yang berbeda.

Dengan kriteria pengujian adalah tolak H 0 jika W > F tabel , dimana F tabel =

) , dengan α = 5%. Dari hasil perhitungan uji homogenitas varians data kemampuan berpikir

kritis siswa diperoleh nilai W = 0,0841. Berdasarkan tabel untuk taraf signifikansi

5 % dengan dk 1 = 2 dan dk 2 = 73 diperoleh F tabel =F (2,73) = 3,13. Karena W < F tabel

maka data kemampuan berpikir kritis siswa pada kelompok eksperimen IKRAR berorientasi kearifan lokal, kelompok eksperimen IKRAR dan kelompok kontrol mempunyai varians yang homogen.

4.2.3 Hasil Pengujian Hipotesis

Berdasarkan hasil uji normalitas dan homogenitas varians, diperoleh bahwa sebaran data kemampuan berpikir kritis siswa pada tiga kelompok sampel

103 berdistribusi normal dan memiliki varians yang homogen. Oleh karena itu, uji

hipotesis dapat dilakukan dengan menggunakan uji ANAVA Satu Jalur. Kriteria

) , dimana α = 5%. Adapun hipotesis yang diuji adalah sebagai berikut.

pengujiannya adalah tolak H 0 jika F hit >F tabel ,F tabel =

H 0 : = = yaitu tidak terdapat perbedaan kemampuan berpikir kritis siswa yang mengikuti pembelajaran dengan

model IKRAR berorientasi kearifan lokal, siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model IKRAR, dan siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model konvensional

melawan

H 1 : Paling tidak satu tanda sama dengan (“=”) tidak berlaku yaitu terdapat kelompok sampel yang memiliki kemampuan berpikir kritis yang berbeda.

Keterangan: = rata-rata kemampuan berpikir kritis siswa yang dibelajarkan dengan

model pembelajaran IKRAR berorientasi kearifan lokal = rata-rata kemampuan berpikir kritis siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran IKRAR = rata-rata kemampuan berpikir kritis siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran konvensional Hasil analisis menggunakan uji ANAVA Satu Jalur ini dapat dirangkum pada tabel 4.3 berikut (perhitungan lengkap dapat dilihat pada Lampiran 16 (c)).

Tabel 4.3 Rangkuman Hasil Uji Anava Satu Jalur

Sumber Jumlah

Derajat

Rata-Rata Jumlah

F hit Variasi

Kuadrat (JK)

Kebebasan (dk)

Kuadrat (RJK)

Berdasarkan data dalam tabel, diketahui nilai F hitung = 16,86, sedangkan nilai F tabel = 3,13. Dari hasil tersebut, karena nilai F hitung > F tabel , maka hipotesis nol ditolak. Jadi, terdapat kelompok sampel yang memiliki kemampuan berpikir kritis berbeda.

Untuk menguji kelompok sampel mana yang memiliki rata-rata kemampuan berpikir kritis yang berbeda, dilakukan uji lanjut ANAVA Satu Jalur dengan menggunakan uji Scheffé. Kriteria pengambilan keputusan dilakukan dengan membandingkan nilai

= ( − 1) , sehingga diperoleh nilai F’= 2 × 3,13 = 6,26. Apabila

dengan F’, dimana

> ′, maka H 0 ditolak. Ini berarti kelompok yang memiliki rata-rata ( ) lebih besar dinyatakan lebih

unggul daripada kelompok yang memiliki rata-rata ( ) lebih kecil. Adapun hipotesis yang diuji adalah sebagai berikut.

(1) Kemampuan berpikir kritis siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model IKRAR berorientasi kearifan lokal lebih baik daripada siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model IKRAR. Secara statistik, hipotesis tersebut dapat dirumuskan:

H 0 : = yaitu tidak terdapat perbedaan kemampuan berpikir kritis antara siswa yang mengikuti pembelajaran

105 dengan model IKRAR berorientasi kearifan lokal

dan siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model IKRAR

melawan

H 1 : > yaitu kemampuan berpikir kritis siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model IKRAR berorientasi kearifan lokal lebih baik daripada siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model IKRAR.

Pembandingan dengan uji Scheffe untuk hipotesis di atas adalah sebagai berikut.

22 23 Dengan demikian

> ′, sehingga H 0 ditolak. Hal ini berarti kemampuan berpikir kritis siswa yang mengikuti pembelajaran

dengan model IKRAR berorientasi kearifan lokal lebih baik daripada siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model IKRAR.

(2) Kemampuan berpikir kritis siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model IKRAR lebih baik daripada siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model konvensional.

106 Secara statistik, hipotesis tersebut dapat dirumuskan:

H 0 : = yaitu tidak terdapat perbedaan kemampuan berpikir kritis antara siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model IKRAR dan siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model konvensional

melawan

H 1 : > yaitu kemampuan berpikir kritis siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model IKRAR lebih baik daripada siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model konvensional.

Pembandingan dengan uji Scheffe untuk hipotesis di atas adalah sebagai berikut.

23 31 Dengan demikian

> ′, sehingga H 0 ditolak. Hal ini berarti kemampuan berpikir kritis siswa yang mengikuti pembelajaran

dengan model IKRAR lebih baik daripada siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model konvensional.

(3) Kemampuan berpikir kritis siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model IKRAR berorientasi kearifan lokal lebih baik daripada siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model konvensional.

107 Secara statistik, hipotesis tersebut dapat dirumuskan:

H 0 : = yaitu tidak terdapat perbedaan kemampuan berpikir kritis antara siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model IKRAR berorientasi kearifan lokal dan siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model konvensional

melawan

H 1 : > yaitu kemampuan berpikir kritis siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model IKRAR berorientasi kearifan lokal lebih baik daripada siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model konvensional.

Pembandingan dengan uji Scheffe untuk hipotesis di atas adalah sebagai berikut.

22 31 Dengan demikian

> ′, sehingga H 0 ditolak. Hal ini berarti kemampuan berpikir kritis siswa yang mengikuti pembelajaran

dengan model IKRAR berorientasi kearifan lokal lebih baik daripada siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model konvensional.

Dari pengujian hipotesis di atas, terlihat bahwa > > . Dapat disimpulkan kemampuan berpikir kritis siswa yang mengikuti pembelajaran

108 dengan model pembelajaran IKRAR berorientasi kearifan lokal adalah yang

terbaik, disusul oleh siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model pembelajaran IKRAR, dan terakhir adalah siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model konvensional.