HASIL PENELITIAN

BAB V HASIL PENELITIAN

Penelitian ini merupakan uji klinis yang dilaksanakan mulai bulan November 2014 sampai dengan bulan Desember 2014 pada 46 pasien dewasa yang menjalani operasi bedah elektif dengan anestesi umum dan memerlukan pemasangan pipa endotrakeal di ruang operasi IBS RSUP Sanglah dan yang telah memenuhi kriteria eligibilitas. Seluruh subyek yang diikutsertakan dalam penelitian ini dibagi menjadi 2 kelompok yang masing-masing berjumlah 23 orang, yaitu kelompok E yang mendapatkan perlakuan pemberian efedrin 50 mcg/kgBB iv sebelum induksi propofol 2,5 mg/kgBB dan kelompok S yang mendapatkan perlakuan pemberian salin normal iv sebelum induksi propofol 2,5 mg/kgBB. Penapisan subyek penelitian menggunakan teknik consecutive sampling dan alokasi subyek ke dalam kelompok masing-masing dilakukan dengan menggunakan bilangan random tersamar ganda.

5.1 Karakteristik Sampel Penelitian

Karakteristik sampel penelitian terdiri dari variabel umur, jenis kelamin, IMT, dan status fisik ASA.Data mengenai umur dan IMT selanjutnya dilakukan uji normalitas dengan menggunakan uji Shapiro Wilk.Berdasarkan uji normalitas dengan Shapiro Wilk didapatkankarakteristik IMT berdistribusi normal sedangkan umur tidak berdistribusi normal pada kelompok salin, selanjutnya karakteristik

Tabel 5.1 Karakteristik Sampel Penelitian Berdasarkan Kelompok Perlakuan Kelompok

Karakteristik Nilai p

Efedrin (n = 23)

Salin (n = 23)

Umur a 35,7 ± 13,7 35,5 ± 15,1 0,921 Jenis Kelamin

Laki-laki

0,359 b Perempuan

IMT c 23,9 ± 2,8 22,8 ± 2,2 0,160 Data ditampilkan dalam rerata ± SD, n (%).E : kelompok Efedrin, S : kelompok

a b Salin Normal, n = jumlah sampel, c uji Mann-Whitney, uji Chi-Square, uji t tidak berpasangan, signifikan p ≤ 0,05.

Perbandingan karateristik sampel untuk variabel-variabel dengan skala numerik umur, dipresentasikan dalam rerata ± SD, kemudian diuji dengan uji Mann Whitney karena data tidak berdistribusi normal. Karateristik sampel untuk variabel dengan skala numerik IMT dipresentasikan dalam rerata ± SD dan dibandingkan dengan uji t tidak berpasangan karena data berdistribusi normal.. Perbandingan karateristik sampel untuk variabel-variabel dengan skala kategorik, seperti : jenis kelamin dan status fisik ASA dipresentasikan dalam distribusi frekuensi. Variabel jenis kelamin dan status fisik ASA dibandingkan dengan uji Chi-Square.

Secara statistik didapatkan bahwa variabel umur, jenis kelamin, IMT, dan status fisik ASA pada kedua kelompok perlakuan memiliki variasi yang sebanding, (p > 0,05). Data karakteristik sampel lebih rinci dapat dilihat pada tabel 5.1.

5.2 Efektifitas Efedrin Intravena Mengurangi Intensitas Nyeri Pasca Pemberian Propofol intravena

Intensitas nyeri adalah derajat nyeri yang dirasakan oleh subjek penelitian yang dinilai berdasarkan pada gradasi nyeri yang digunakan oleh McCririck dan Hunter (1990). Skala nyeri digradasi menjadi empat skala nyeri, meliputi :

a. Skala nyeri 0 : Tidak nyeri

b. Skala nyeri 1 : Nyeri ringan atau rasa panas

c. Skala nyeri 2 : Nyeri sedang atau subjek penelitian mengeluhkan rasa nyeri sebelum ditanya

d. Skala nyeri 3 : Nyeri berat yang ditandai dengan wajah subjek penelitian meringis, ada reflek menggerakkan tangan tempat injeksi atau keduanya

Tabel 5.2 Intensitas Nyeri dengan Empat Gradasi Nyeri

Nyeri

Kelompok Total P

46 (100) Uji Chi-square data ditampilkan dalam n = jumlah sampel (persentase),

*signifikan p ≤ 0,05

Pada table 5.2 tampak kecenderungan pada kelompok efedrin dengan proporsi nyeri sedang dan nyeri berat lebih rendah disbanding kelompok salin. Proporsi kejadian tidak nyeri dan nyeri ringan pada kelompok salin lebih rendah dibandingkan kelompok efedrin.

Secara klinis, keempat gradasi nyeri dapat disederhanakan menjadi dua yaitu Secara klinis, keempat gradasi nyeri dapat disederhanakan menjadi dua yaitu

Secara statistic menyederhanakan pengelompokan ini juga akan dapat memprediksi risiko relatif kejadian nyeri sedang hingga berat pada kedua kelompok. Sehingga pada penelitian ini intensitas nyeri dikelompokkan kembali menjadi tidak nyeri hingga nyeri ringan dan nyeri sedang hingga nyeri berat untuk mempermudah aplikasi secara klinis,

Intensitas nyeri merupakan variable tergantung yang bersifat kategorik sehingga tidak dilakukan uji normalitas pada variable intensitas nyeri, Tabel 5,3 Intensitas Nyeri dengan Dua Gradasi Nyeri

Intensitas Nyeri Perlakuan

95% CI Nilai p Sedang-Berat Tidak-Ringan

0,153 Uji Chi-square data ditampilkan dalam n = jumlah sampel (persentase), RR : resiko relatif, IK 95% : Interval Kepercayaan 95%, *signifikan p ≤ 0,05

Intensitas nyeri pada kedua kelompok kemudian diuji dengan uji Chi-square, Tabel 5.3 diatas menunjukkan data kejadian nyeri pada kedua kelompok perlakuan yang dipresentasikan dalam jumlah (n) dan persentase proporsi. Kejadian nyeri sedang hingga berat pasca pemberian propofol pada kelompok salin sebanyak 18 atau 78,3%. Kejadian nyeri sedang hingga nyeri berat pasca pemberian propofol pada kelompok efedrin sebanyak 2 sampel 8,7%. Setelah Intensitas nyeri pada kedua kelompok kemudian diuji dengan uji Chi-square, Tabel 5.3 diatas menunjukkan data kejadian nyeri pada kedua kelompok perlakuan yang dipresentasikan dalam jumlah (n) dan persentase proporsi. Kejadian nyeri sedang hingga berat pasca pemberian propofol pada kelompok salin sebanyak 18 atau 78,3%. Kejadian nyeri sedang hingga nyeri berat pasca pemberian propofol pada kelompok efedrin sebanyak 2 sampel 8,7%. Setelah

5,3Efektifitas Efedrin 50 mcg/kgBB Intravena dalam Menjaga Stabilitas Hemodinamik Pasca Pemberian Propofol Intravena 5,3,1 Tekanan Arteri Rerata

Membandingkan TAR pada beberapa periode waktu antara kedua kelompok perlakuan, pertama dilakukan uji normalitas data dengan menggunakan uji Shapiro-Wilk. Oleh karena semua data rerataperbedaan TAR pada beberapa periode pengukuran perlakuan pada kedua kelompok berdisribusi normal, selanjutnya dilakukan uji t tidak berpasangan.

Membandingkan TAR pada beberapa periode waktu antara kedua kelompok perlakuan, pertama dilakukan uji normalitas data dengan menggunakan uji Shapiro-Wilk,Oleh karena semua data rerata TAR pada beberapa periode pengukuran perlakuan pada kedua kelompok berdisribusi normal, selanjutnya dilakukan uji t tidak berpasangan.

Tabel 5.4Perbandingan Rerata Tekanan Arteri Rerata pada Masing-masing Periode Pengukuran

Beda Rerata (IK

Rerata ± SD

Kelompok

Nilai p

(mmHg)

(mmHg) TAR

Efedrin 23 95,97 ± 4,88

Baseline 1,94(-1,04 s/d 4,72) 0,205 Salin

23 94,13 ± 4,82 TAR menit 1 Efedrin 23 89,13 ± 4,28

7,88(4,83 s/d 10,94) <0,001 Salin

23 81,25 ± 5,88 TAR menit 3 Efedrin 23 83,38 ± 5,50

13,06(10,11 s/d 16,0) <0,001 Salin

23 70,32 ± 4,34 TAR menit 5 Efedrin 23 93,01 ± 2,92

6,94(4,10 s/d 9,79) <0,001 Salin

Uji-t tidak berpasangan, Data ditampilkan dalam rerata ± SD,n : jumlah sampel, IK 95% : Interval Kepercayaan 95%, TAR Baseline : tekanan arteri rerata baseline , TAR menit 1 : tekanan arteri rerata 1 menit setelah induksi, TAR menit

3 : tekanan arteri rerata 3 menit setelah induksi, TAR menit 5 : tekanan arteri rerata 5 menit setelah induksi

Tekanan arteri rerata (TAR) ditampilkan dalam bentuk rerata ± simpang baku pada masing-masing periode pengukuran.Tekanan arteri rerata pada masing- masing periode pengukuran kemudian dibandingkan dengan uji t tidak berpasangan. TAR pada periode pengukuran baseline (sesaat sebelum perlakuan) pada kedua perlakuan tidak berbeda bermakna (p > 0,05). Sedangkan TAR pada periode pengukuran menit 1, 3 dan 5 bermakna secara statistik (p< 0,05).

Persentase perubahan tekanan arteri rerata (TAR) ditampilkan dalam bentuk rerata ± simpang baku pada masing-masing periode pengukuran. Tekanan arteri rerata pada masing-masing periode pengukuran kemudian dibandingkan dengan uji t tidak berpasangan. TAR pada periode pengukuran baseline (sesaat sebelum perlakuan) pada kedua perlakuan tidak berbeda bermakna (p > 0,05). Sedangkan

TAR pada periode pengukuran menit 1, 3 dan 5 bermakna secara statistik (p< 0,05).

Tabel 5.5 Perbandingan Rerata Persentase PerubahanTAR pada Masing-masing

Periode Pengukuran

Rerata

Kelompok N persentase ± Beda Rerata (IK 95%) P

Simpang baku

PersentaseTAR Efedrin 23 7,03 ± 4,01 -6,58 (-9,56 s/d -3,60) <0,001

menit 1 Salin

23 13,61 ± 5,85

PersentaseTAR Efedrin 23 13,03 ± 5,54 menit 3

-12,19 (-15,15 s/d -9,24) <0,001 Salin

23 25,22 ± 4,33

PersentaseTAR Efedrin 23 2,88 ± 4,97 menit 5

-5,57 (-8,97 s/d -2,17) <0,001 Salin

23 8,45 ± 6,38

Uji-t tidak berpasangan, Data ditampilkan dalam rerata persentase ± Simpang Baku, n : jumlah sampel, IK 95% : Interval Kepercayaan 95% , PersentaseTAR menit 1 : Persentase perubahan TAR menit 1 dibandingkan baseline, PersentaseTAR menit 3 : Persentase perubahan TAR menit 1 dibandingkan baseline Persentase TAR menit 5 : Persentase perubahan TAR menit 1 dibandingkan baseline

Gambar 5.1 Perbedaan TAR pada Masing-masing Periode Pengukuran pada Kedua Kelompok

Gambar 5.1 menunjukkan perbandingan rerata TAR antar kelompok perlakuan, mulai dari baseline sampai dengan 5 menit setelah induksi. Tidak terdapat perbedaan bermakna pada tekanan arteri rerata baseline. Terjadi penurunan tekanan arteri rerata pada menit pertama, ketiga dan kelima pascainduksi. Pada menit pertama, persentase penurunan TAR pada kelompok salin 13,61 ± 5,85%, sedangkan pada kelompok efedrin 7,03 ± 4,01%, Pada menit ketiga, kelompok salin dengan beda rerata penurunan 25,22 ± 4,33% dibandingkan dengan kelompok efedrin (persentase penurunan 13,03 ± 5,54%). Pada menit kelima kedua kelompok menunjukkan peningkataan tekanan arteri rerata dibandingkan dengan menit ketiga. Pada menit kelima kelompok Salin masih menunjukkan tekanan arteri rerata yang lebih rendah dibandingkan dengan kelompok efedrin. Pada menit kelima rerata penurunan TAR pada kelompok Salin 8,45 ± 6,38% sedangkan pada kelompok efedrin 2,88 ± 4,97%. Persentase penurunan TAR pada menit pertama, ketiga dan kelima dibandingkan dengan TAR baseline pada kedua kelompok berbeda bermakna secara statistik (p<0,001).

5.3.2 Denyut Jantung (DJ)

Membandingkan perbedaan denyut jantung pada beberapa periode waktu antar kedua kelompok perlakuan, pertama dilakukan uji normalitas data dengan menggunakan uji Shapiro-Wilk.Oleh karena semua data rerata perbedaan DJ pada kedua kelompok perlakuan berdisribusi normal selanjutnya dilakukan uji t tidak berpasangan.

Tabel 5.6 Perbandingan Rerata Denyut Jantung Pada Masing-masing Periode Pengukuran

Rerata ± SD

Kelompok

IK 95% P

(kali/menit)

DJ Baseline Efedrin

-0,13 (-2,95-2,69) 0,926 Salin

DJ menit 1 Efedrin

8,70 (3,99 s/d 10,62) <0,001 Salin

DJ menit 3 Efedrin

7,48 (4,09 s/d 10,87) <0,001 Salin

DJ menit 5 Efedrin

1,40 (-919 s/d 3,53) 0,243 Salin

Uji-t tidak berpasangan, Data ditampilkan dalam rerata ± SD,n : jumlah sampel, IK 95% : Interval Kepercayaan 95%, DJBaseline : denyut jantung baseline, DJ menit 1 : denyut jantung1 menit setelah induksi, DJ menit 3 : denyut jantung 3 menit setelah induksi, DJ menit 5 :denyut jantung 5 menit setelah induksi

Pada table 4 denyut jantung ditampilkan dalam rerata dansimpang baku serta nilai p pada masing-masing periode waktu. Denyut jantung pada periode baseline dan menit kelima setelah induksi pada kedua kelompok perlakuan secara statistik tidak berbeda bermakna (p < 0,05). Sedangkan denyut jantung pada periode pengukuran menit pertama dan ketiga pada kedua kelompok perlakuan secara statistik berbeda bermakna (p > 0,05).

Tabel 5.7 Perbandingan RerataPersentase Perubahan Denyut Jantung Pada Masing-masing Periode Pengukuran

Beda persentase Rerata Kelompok

Rerata

persentase ±

(IK 95%) Nilai p

(Kali/menit) persentase DJ Efedrin 23

Simpang Baku

3,52 ± 5,74

-9,17 (-12,33 s/d --6,02) <,001 menit 1

Salin

23 12,69 ± 4,84

persentase DJ Efedrin 23

12,99 ± 4,48

menit 3 -9,32 (-12,33 s/d -6,30) <,001 Salin

23 22,30 ± 5,60

persentase DJ Efedrin 23

1,88 ± 6,32

menit 5 -1,85 (-5,41s/d 1,71) 0,301 Salin

23 3,73 ± 5,64

Uji-t tidak berpasangan, Data ditampilkan dalam rerata persentase ± SD, n : jumlah sampel, IK 95% : Interval Kepercayaan 95% , Persentase DJ menit 1 : persentase perubahanDJ menit 1 dibanding DJ baseline , Persentase DJ menit 3 : persentase perubahanDJ menit 3 dibanding DJ baseline, Persentase DJ menit 5: persentase perubahanDJ menit 5 dibanding DJ baseline

Gambar 5.2 Perbedaan Denyut Jantung pada Masing-masing Periode Pengukuran

pada Kedua Kelompok

Gambar 5.2 menunjukkan perbandingan rerata DJ antar kelompok perlakuan,

perbedaan bermakna pada rerata denyut jantung pada periode baseline. Satu menit pascainduksi rerata persentase penurunan denyut jantung kelompok salin 12,69 ± 4,84%% sedangkan pada kelompok efedrin 3,52 ± 5,74%. Tiga menit pascainduksi denyut jantung kelompok salin turun 22,30 ± 5,60% sedangkan pada kelompok efedrin 12,99 ± 4,48%. Perbedaan persentase rerata penurunan denyut jantung pada menit pertama dan ketiga pascainduksi berbeda bermakna secara statistik (p < 0,05). Pada waktu 5 menit setelah induksi kedua kelompok menunjukkan peningkatan denyut jantung dibandingkan dengan periode waktu 3 menit pascainduksi. Pada lima menit pascainduksi kelompok salin mengalami penurunan denyut jantung 3,73 ± 5,64% dan kelompok efedrin 1,88 ± 6,32%. Perbedaan penurunan denyut jantung pada menit kelima pascainduksi tidak berbeda bermakna secara statistik (p > 0,05).

Dokumen yang terkait

KARAKTERISTIK PAVING BLOCK FINE COARSE AGREGAT (FCA) DENGAN PEMBERIAN VARIASI PRESSING PADA PROSES PEMBUATANNYA (Studi Penelitian)

0 67 2

ANALISIS EFEKTIFITAS PEMBERIAN TERAPI CAIRANUNTUK GANGGUANKESEIMBANGAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT PADAAN.Z DENGAN GASTROENTERITIS AKUT DI RUANG EMPU TANTULAR RSUD KANJURUHAN KEPANJEN KABUPATEN MALANG

0 53 22

PERAN PERAWAT DALAM IMPLEMENTASI KOLABORATIF PEMBERIAN TERAPI INSULIN SEBAGAI TINDAKAN DALAM PENURUNAN KADAR GULA DALAM DARAH PADA KLIEN DENGAN HIPERGLIKEMI DI RUANG AIRLANGGA RSUD KANJURUHAN KEPANJEN TAHUN 2012

1 55 23

PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK TEMULAWAK (Curcuma xanthorrhiza Roxb.) SEBAGAI ADJUVAN TERAPI CAPTOPRIL TERHADAP KADAR RENIN PADA MENCIT JANTAN (Mus musculus) YANG DIINDUKSI HIPERTENSI

37 251 30

PENGARUH PEMBERIAN SEDUHAN BIJI PEPAYA (Carica Papaya L) TERHADAP PENURUNAN BERAT BADAN PADA TIKUS PUTIH JANTAN (Rattus norvegicus strain wistar) YANG DIBERI DIET TINGGI LEMAK

23 199 21

“PENGARUH PEMBERIAN BERBAGAI DOSIS JUS JERUK MANIS (Citrus sinensis) TERHADAP KADAR GSH (Glutation sulfhidril) HATI TIKUS PUTIH (Rattus norvegicus) YANG DIPAPAR ASAP ROKOK”

1 35 1

ANALISIS SISTEM PENGENDALIAN INTERN DALAM PROSES PEMBERIAN KREDIT USAHA RAKYAT (KUR) (StudiKasusPada PT. Bank Rakyat Indonesia Unit Oro-Oro Dowo Malang)

160 705 25

PENGARUH PEMBERIAN KUNYIT DAN TEMULAWAK MELALUI AIR MINUM TERHADAP GAMBARAN DARAH PADA BROILER

12 105 39

EFEK KEMOPREVENTIF PEMBERIAN INFUSA DAUN SIRSAK (Annona muricata L.) PADA EPITEL DUKTUS JARINGAN PAYUDARA TIKUS BETINA GALUR SPRAGUE DAWLEY YANG DIINDUKSI SENYAWA 7,12-DIMETHYLBENZ[A]ANTHRACENE (DMBA)

1 60 56

PENGARUH PEMBERIAN JINTAN HITAM (Nigella sativa) TERHADAP RESPON IMUN NON-SPESIFIK KAKAP PUTIH (Lates calcarifer B.) YANG DIINFEKSI VIRAL NERVOUS NECROSIS (VNN)

4 47 55