METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN

4.1 Rancangan Penelitian

Penelitian ini adalah suatu uji klinis, acak, tersamar ganda dan terkontrol. Subjek pada penelitian ini dibagi menjadi 2 kelompok, yang mendapat perlakuan sesuai dengan kelompoknya. Alokasi subyek pada masing-masing kelompok dilakukan dengan teknik random sampling. Bagan rancangan penelitian adalah sebagai berikut:

Populasi

Penapisan

sebagai subjek

Sampel

Random Alokasi

Kelompok Kelompok

Gambar 4.1 Bagan rancangan penelitian

Keterangan:

a. Kelompok E : Kelompok efedrin, mendapatkan perlakuan 1 (P 1 ).

b. Kelompok S : Kelompok salin normal, mendapatkan perlakuan 2

(P 2 ).

c. Perlakuan 1 (P 1 ) : Pemberian efedrin 50 mcg/kgBB intravena sebelum

induksi propofol 2,5 mg/kgBB .

d. Perlakuan 2 (P 2 ) : Pemberian salin normal intravena sebelum induksi

propofol 2,5 mg/kgBB

e. Observasi 1 (O 1 ) : Observasi intensitas nyeri setelah perlakuan 1 (P 1 ).

f. Observasi 2 (O 2 ) : Observasi hemodinamik setelah perlakuan 1 (P 1 ).

g. Observasi 3 (O 3 ) : Observasi intensitas nyeri setelah perlakuan 2 (P 2 ).

h. Observasi 3 (O 4 ) : Observasi hemodinamik setelah perlakuan 2 (P 2 ). Kelompok E mendapatkan perlakuan (P 1 ) pemberian efedrin 50 mcg/kgBB intravena yang dilarutkan dengan normal salin menjadi 5 ml dengan kecepatan pemberian 5 ml/detik. Pemberian efedrin ini dilakukan 30 detik sebelum induksi propofol 2,5 mg/kgBB yang diberikan dengan kecepatan 1 ml/detik. Segera saat pemberian propofol dan tiap 5 detik, subjek penelitian dinilai derajat nyerinya.

Kelompok S sebagai kelompok kontrol, mendapatkan perlakuan (P 2 ) pemberian NaCl 0,9% sebanyak 5 ml dengan kecepatan pemberian 5ml/detik. Pemberian NaCl 0,9% dilakukan 30 detik sebelum induksi propofol 2,5 mg/kgBB yang diberikan dengan kecepatan 1 ml/detik. Segera setelah pemberian propofol dan tiap 5 detik, subjek penelitian dinilai derajat nyerinya.

Setelah subjek penelitian terinduksi dilanjutkan dengan pemberian Fentanyl 2 mcg/kgBB dan atracurium 0,5 mg/kgBB untuk memfasilitasi ventilasi positif dengan sungkup muka dan oksigen 8 L/menit serta isoflurane 1,2 vol%. Lima menit setelah induksi dilakukan laringoskopi dan intubasi endotrakea.

Pemeliharaan anestesi untuk kedua kelompok menggunakan Oksigen dan N 2 O dengan perbandingan 50% berbanding 50% serta isoflurane satu volume persen. Dilakukan pengukuran dan pencatatan parameter hemodinamik (TDS, TDD, TAR dan DJ) pada menit pertama, ketiga dan kelima pasca induksi.

4.2 Tempat dan Waktu Penelitian

Tempat penelitian : Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah. Waktu penelitian : November sampai dengan Desember 2014.

4.3 Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian dilakukan dalam bidang Ilmu Anestesi dan Terapi Intensif.

4.4 Penentuan Sumber Data

4.4.1 Populasi Target

Populasi target dari penelitian ini adalah pasien dewasa yang menjalani operasi bedah elektif dengan anestesi umum dan pemasangan pipa endotrakea.

4.4.2 Populasi Terjangkau

Populasi terjangkau dari penelitian ini adalah pasien dewasa yang menjalani operasi bedah elektif dengan anestesi umum dan pemasangan pipa endotrakea di RSUP Sanglah.

4.4.3 Populasi Sampel

Populasi sampel merupakan subjek yang memenuhi kriteria eligibilitas, yakni kriteria penerimaan dan kriteria pengeluaran sebagaimana tercantum di bawah ini:

A. Kriteria penerimaan

1. Rencana menjalani bedah elektif dengan anestesi umum.

2. Usia 18-60 tahun.

3. Status fisik ASA I atau II.

B. Kriteria penolakan

1. Subjek penelitian menolak.

2. Pasien dengan status fisik lebih dari atau sama dengan ASA III

3. Wanita dengan kehamilan.

4. Alergi terhadap obat-obatan yang akan dipakai pada penelitian ini.

5. Pasien yang menkonsumsi obat MAO inhibitor

6. Sedang mengkonsumsi atau menerima obat analgetik

7. Subjek penelitian dengan defisit neurologis

8. Subjek penelitian dengan gangguan psikiatri

9. Ada kemungkinan dan/atau terjadi kesulitan manajemen jalan nafas

C. Kriterian keluar : Terjadi gangguan hemodinamik yang membutuhkan pemberian obat efedrin sebagai pertolongannya, sehingga tidak sesuai dengan prosedur penelitian.

4.4.4 Jumlah Sampel

Besar sampel dihitung berdasarkan rumus komparatif katagorik tidak berpasangan sebagai berikut:

Keterangan:

a. n : jumlah sampel untuk suatu kelompok

b. Zα : nilai Z untuk α tertentu.

c. Zß : nilai Z untuk power (1 – ß) tertentu.

d. P : P = ½ (P1+P2)

e. Q : Q=1-P

f. P1 : proporsi efek pada standar

g. P2 : proporsi efek yang diteliti

h. Q1 : Q1 = 1 – P1

i. Q2 : Q2 = 1 – P2 Kejadian nyeri setelah penyuntikan propofol intravena tanpa pemberian obat suplemen adalah 70%, sedangkan kejadian nyeri pasca penyuntikan propofol dengan pemberian obat suplemen ephedrine sebesar 40%. Dengan nilai i. Q2 : Q2 = 1 – P2 Kejadian nyeri setelah penyuntikan propofol intravena tanpa pemberian obat suplemen adalah 70%, sedangkan kejadian nyeri pasca penyuntikan propofol dengan pemberian obat suplemen ephedrine sebesar 40%. Dengan nilai

Jika dilakukan penghitungan jumlah sampel berdasarkan pada rumus beda rerata dua kelompok tidak berpasangan yang mana rumusnya adalah sebagai berikut

Keterangan:

a. n : jumlah sampel untuk suatu kelompok

b. Zα : kesalahan tipe 1

c. Zß : kesalahan tipe 2

d. SD : Simpang baku yang diperoleh dari kepustakaan

e. X1-X2 : Hasil penilaian klinis yang diharapkan Jika didapatkan nilai perubahan tekanan darah yang dianggap bermakna menurut kepustakaan adalah 20 % dan diperkirakan terjadi penurunan atau peningkatan tekanan darah sebesar 20 mmHg pada penelitian ini. Kesalahan tipe 1 (Z α) ditetapkan sebesar 1,96 dan kesalahan tipe 2 (Zß) sebesar 0,842 didapatkan jumlah sampel sebesar 15,7 dibulatkan menjadi 16 sampel untuk tiap kelompok.

Berdasarkan hasil penghitungan jumlah sampel dengan kedua rumus diatas, jumlah sampel yang digunakan adalah hasil perhitungan dengan jumlah sampel terbanyak. Sehingga penelitian ini akan menggunakan jumlah sampel sebesar 23 sampel untuk masing-masing kelompok.

4.4.5 Teknik Pengambilan Sampel dan Randomisasi

Setiap pasien baru yang memenuhi kriteria eligibilitas dimasukkan dalam penelitian sampai jumlah sampel yang diperlukan terpenuhi. Penentuan alokasi sampel yang masuk ke dalam kelompok perlakuan dan kelompok kontrol dilakukan dengan menggunakan tabel bilangan random (random number) oleh asisten peneliti, residen anestesi semester 6-7 (pin hijau), yang membantu penelitian. Digunakan amplop tertutup yang berisi kelompok intervensi mana yang akan diberikan, nomor sampel, dan instruksi pelaksanaan.

Pada pagi hari sebelum operasi, asisten peneliti akan membuka amplop tersebut, membaca isinya dan menyiapkan intervensi yang akan diberikan sesuai instruksi dalam amplop. Kemudian asisten peneliti akan memberikan obat yang telah disiapkannya kepada residen anestesi semester 6-7 (pin hijau) yang bertugas di ruang operasi subyek penelitian, tanpa mengetahui apa isi obat dalam spuit tersebut. Dokter residen anestesi yang menjadi asisten peneliti ini kemudian tidak ikut terlibat dalam evaluasi dan pengumpulan data selanjutnya.

4.5 Variabel Penelitian

4.5.1 Identifikasi Variabel

Variabel-variabel dalam penelitian ini dapat diidentifikasi dan diklasifikasikan sebagai berikut:

1. Variabel bebas : pemberian efedrin 50 mcg/kgBB yang dilarutkan dengan normal salin menjadi 5 cc 30 detik sebelum

2. Variabel tergantung : intensitas nyeri dan kondisi hemodinamik pasca

pemberian propofol intravena

3. Variabel kendali : umur, status fisik ASA, BMI, dosis propofol, cara pemberian propofol, suhu penyimpanan propofol, penggunaan obat analgetik sebelumnya.

4.5.2 Definisi Operasional Variabel

Variabel penelitian yang digunakan pada penelitian ini dijelaskan sebagai berikut:

1. Pemberian efedrin 50 mcg/kgBB adalah injeksi obat ephedrine hydrochloride sediaan ampul 50 mg/ml yang diberikan dengan dosis 50 mcg/kgBB secara intravena. Perhitungannya adalah berat badan dikalikan dengan 50 mcg dan dibulatkan ke yang terdekat, hasilnya adalah besarnya dosis yang akan diinjeksikan ke subjek penelitian melalui three-way stopcock dengan kecepatan pemberian 5 cc/ detik, diberikan 30 detik sebelum pemberian propofol 2,5 mg/kgBB.

2. Pemberian normal salin adalah injeksi cairan NaCl 0,9% yang diberikan secara intravena. Sediaan ini disiapkan sebanyak 5 ml dalam spuit 5 ml dan diinjeksikan dengan kecepatan 5 cc/ 1 detik, 30 detik sebelum pemberian propofol 2,5 mg/kgBB.

3. Induksi propofol 2,5 mg/kgBB adalah induksi menggunakan obat propofol LCT (Long Chains Trigliserides) sediaan ampul 10 mg/ml yang 3. Induksi propofol 2,5 mg/kgBB adalah induksi menggunakan obat propofol LCT (Long Chains Trigliserides) sediaan ampul 10 mg/ml yang

4. Intensitas nyeri adalah derajat nyeri yang dirasakan oleh subjek penelitian yang dinilai berdasarkan pada gradasi nyeri yang digunakan oleh McCririck dan Hunter (1990). Skala nyeri digradasi menjadi empat skala nyeri, meliputi :

a. Skala nyeri 0 : Tidak nyeri

b. Skala nyeri 1 : Nyeri ringan atau rasa panas

c. Skala nyeri 2 : Nyeri sedang atau subjek penelitian mengeluhkan rasa nyeri sebelum ditanya

d. Skala nyeri 3 : Nyeri berat yang ditandai dengan wajah subjek penelitian meringis, ada reflek menggerakkan tangan tempat injeksi atau keduanya

5. Kondisi hemodinamik adalah kondisi hemodinamik pada beberapa periode pengukuran yang meliputi tekanan arteri rerata (dalam mmHg) dan denyut jantung (dalam x/menit), yang diukur pada interval baseline, satu menit setelah induksi, tiga menit setelah induksi, lima menit setelah 5. Kondisi hemodinamik adalah kondisi hemodinamik pada beberapa periode pengukuran yang meliputi tekanan arteri rerata (dalam mmHg) dan denyut jantung (dalam x/menit), yang diukur pada interval baseline, satu menit setelah induksi, tiga menit setelah induksi, lima menit setelah

6. Lokasi pemasangan kateter vena adalah pemasangan kateter vena pada vena yang berlokasi di bagian distal tangan kanan maupun kiri

7. Suhu tempat penyimpanan propofol adalah penyimpanan propofol pada suhu ruangan 18 0 C yang dapat dilihat pada thermometer ruangan operasi

8. Cairan rehidrasi adalah pemberian cairan Ringer Laktat 10 mL/kgBB melalui IV sebagai cairan pengganti puasa, diberikan sejak tiba di ruang persiapan ruang operasi IBS RSUP Sanglah dengan tetesan infus yang disesuaikan agar sesaat sebelum pemberian perlakuan di kamar operasi, cairan tersebut sudah habis diberikan. Perhitungannya adalah sebagai berikut, mililiter dibulatkan ke atas jika lebih besar atau sama dengan 50 mL dan dibulatkan ke bawah jika lebih kecil dari 50 mL. Misalnya 550 mL, dibulatkan menjadi 600 mL.

9. Umur adalah usia dalam tahun dihitung berdasarkan tanggal, bulan dan tahun lahir yang tertera pada kartu tanda pengenal atau catatan medis RSUP Sanglah. Perhitungan umur adalah sebagai berikut, umur dalam tahun dibulatkan kebawah untuk setiap kelebihan hari dan bulan.

10. Berat badan adalah berat badan dalam kilogram yang diukur dengan alat timbangan berat badan (health care) yang terdapat di poli anestesi RSUP Sanglah dengan standar SNI (Standar Nasional Indonesia) dengan posisi berdiri memakai busana seminimal mungkin. Perhitungan berat badan 10. Berat badan adalah berat badan dalam kilogram yang diukur dengan alat timbangan berat badan (health care) yang terdapat di poli anestesi RSUP Sanglah dengan standar SNI (Standar Nasional Indonesia) dengan posisi berdiri memakai busana seminimal mungkin. Perhitungan berat badan

11. Tinggi badan adalah panjang seseorang yang diukur dengan alat ukur tinggi badan yang terdapat di poli anestesi RSUP Sanglah dengan standar SNI (Standar Nasional Indonesia) dengan posisi berdiri tegak tanpa alas kaki, dengan satuan sentimeter (cm). Perhitungan tinggi badan adalah sebagai berikut, tinggi badan dibulatkan ke atas jika lebih besar atau sama dengan 0,5 cm dan dibulatkan ke bawah jika lebih kecil dari 0,5 cm.

12. Indeks massa tubuh (IMT) adalah pemeriksaan antropometri untuk menentukan status gizi yang dinilai dengan cara membagi berat badan

2 dengan pangkat dua tinggi badan (IMT = BB/TB 2 ), dengan satuan kg/m .

13. Status fisik ASA adalah keadaan umum subjek penelitian yang diklasifikasikan sesuai dengan American Society of Anesthesiologist (ASA). ASA 1 adalah subjek penelitian sehat atau normal. ASA 2 adalah subjek penelitian dengan penyakit sistemik ringan tanpa keterbatasan fungsional (Morgan, 2006).

4.6 Bahan Penelitian

Bahan-bahan yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Obat efedrin hidroklorida 50 mg/ml.

2. Obat propofol 10%.

3. Obat fentanyl 50 mcg/ml.

4. Obat atracurium besylate 10 mg/ml.

5. Larutan NaCl 0,9% 500 ml.

6. Larutan Ringer Laktat 500 ml

7. Spuit 5 ml sekali pakai untuk menyuntikkan obat.

8. Spuit 20 ml sekali pakai untuk menyuntikkan obat.

9. Spuit 1 ml sekali pakai untuk mengencerkan efedrin

10. Jarum 19 G.

11. Kateter vena dengan ukuran 18G

4.7 Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Monitor tekanan darah non-invasif, laju nadi, elektrokardiografi (EKG) dan saturasi oksigen dengan merek Bionet BM5.

2. Laringoskop tipe Macintosh dengan bilah nomor 3 dan 4, merupakan alat yang digunakan untuk melihat laring secara langsung dan membantu mempermudah intubasi trakea.

3. Pipa endotrakea merek Kendall Curity® dengan nomor 7 dam 7,5.

4. Termometer ruangan

5. Arloji analog dengan jarum penanda detik.

6. Stopwatch adalah alat untuk mengukur waktu pemberian masing-masing obat stopwatch yang digunakan merek Chaosuda PC2009.

7. Form berupa lembaran isian pengumpulan data yang digunakan untuk mencatat data demografik dan mencatat hasil penelitian.

4.8 Prosedur Penelitian

4.8.1 Cara kerja

Cara kerja dalam melakukan penelitian dan pengumpulan data adalah sebagai berikut:

1. Seleksi dilakukan pada saat kunjungan prabedah sehari sebelum operasi. Subjek penelitian yang memenuhi kriteria penerimaan dan pengeluaran ditetapkan sebagai populasi sampel.

2. Setelah mendapat penjelasan dan subjek penelitian setuju dilanjutkan dengan menandatangani informed consent dan menjadi subyek penelitian yang memenuhi kriteria eligibilitas.

3. Subjek penelitian diacak secara random menggunakan tabel bilangan random (random number) untuk menentukan subyek penelitian masuk kelompok perlakuan E (efedrin) atau perlakuan S (salin normal) oleh asisten peneliti, residen anestesi semester 6-7 (pin hijau), yang membantu penelitian. Digunakan amplop tertutup yang berisi kelompok perlakuan mana yang akan diberikan, nomor sampel, dan instruksi pelaksanaan.

4. Subjek penelitian dipuasakan selama 8 jam di ruang perawatan.

5. Setelah subjek penelitian berada di ruang persiapan kamar operasi, dilakukan pencatatan kembali identitas subjek penelitian.

6. Pembuatan sediaan obat yang akan diberikan kepada subyek yang bersangkutan, oleh asisten peneliti, sesuai dengan instruksi pelaksanaan di dalam amplop.

a. Pembuatan sediaan efedrin 50 mcg/kgBB sebagai berikut: (1) berat badan pasien dikalikan dengan 50 mcg; (2) buat larutan efedrin 5.000 mcg/mL dengan cara melarutkan 0,1 mL ephedrine hydrochloride dengan 0,9 mL NaCl 0,9% menggunakan spuit 1 mL; (3) masukkan larutan efedrin tadi ke dalam spuit 5 mL sebanyak dosis yang telah dihitung sampai tercapai dosis yang diharapkan, kemudian larutkan dengan NaCl 0,9% sampai menjadi

5 mL.

b. Pembuatan sediaan NaCl 0,9% 5 mL sebagai berikut: sedot larutan NaCl 0,9% sebanyak 5 mL menggunakan spuit 5 mL.

c. Pembuatan sediaan propofol 2,5 mg/kgBB sebagai berikut: berat badan pasien dikalikan dengan 2,5 mg kemudian hasilnya dibulatkan ke atas jika lebih besar atau sama dengan 5 mg dan dibulatkan ke bawah jika lebih kecil dari 5 mg. Misalnya 137,5, dibulatkan menjadi 140 mg.

7. Subjek penelitian dipasang akses intravena dengan kateter vena nomor G18 yang dipasang pada vena yang berlokasi pada bagian distal tangan kanan atau tangan kiri, rehidrasi dengan cairan kristaloid Ringer Laktat

10 ml/kg.

8. Di kamar operasi subjek penelitian dipasang alat pantau, yaitu: elektrokardiografi, sfignomanometer, saturasi oksigen perifer.

9. Sampel diberikan edukasi kembali untuk dapat menilai intensitas nyeri

10. Preoksigenasi dengan oksigen 100% selama 3 menit dengan sungkup muka oleh residen anestesi senior (pin hijau) yang tidak terlibat secara keseluruhan dalam penelitian ini, yang tidak mengetahui kelompok perlakuan yang diterima oleh subjek penelitian.

11. Pencatatan hemodinamik (tekanan darah sistolik, diastolik, tekanan arteri rerata dan denyut jantung) subjek penelitian sebagai baseline dilakukan

oleh residen anestesi junior (pin merah) yang tidak terlibat secara keseluruhan dalam penelitian ini, yang tidak mengetahui kelompok perlakuan yang diterima oleh subjek penelitian.

12. Kelompok E mendapatkan perlakuan (P 1 ) pemberian efedrin 50 mcg/kgBB intravena yang dilarutkan dengan normal salin menjadi 5 ml yang diberikan dengan kecepatan pemberian 2 detik.

13. Kelompok S sebagai kelompok kontrol, mendapatkan perlakuan (P 2 ) pemberian NaCl 0,9% sebanyak 5 ml yang diberikan dengan kecepatan pemberian 1 detik.

14. Tiga puluh detik kemudian dilakukan induksi propofol dengan dosis 2,5 mg/kgBB pada masing-masing kelompok dengan kecepatan pemberian 1 ml/detik, segera setelah pemberian propofol dan tiap 5 detik, subjek penelitian dinilai derajat nyerinya. Skala nyeri digradasi menjadi empat skala nyeri, meliputi :

a. Skala nyeri 0 : Tidak nyeri

b. Skala nyeri 1 : Nyeri ringan atau rasa panas b. Skala nyeri 1 : Nyeri ringan atau rasa panas

d. Skala nyeri 3 : Nyeri berat yang ditandai dengan wajah subjek penelitian meringis, ada reflek menggerakkan tangan tempat injeksi atau keduanya

15. Setelah subjek penelitian terinduksi dilanjutkan dengan pemberian Fentanyl 2 mcg/kgBB dan atracurium 0,5 mg/kgBB untuk memfasilitasi ventilasi positif dengan sungkup muka dan oksigen 8 L/menit serta isoflurane 1,2 vol%. Pemberian obat dilakukan oleh residen anestesi semester 6-7 (pin hijau) yang tidak terlibat secara keseluruhan dalam penelitian ini, yang tidak mengetahui kelompok perlakuan yang diterima oleh pasien. Obat ini diberikan secara bolus yang habis dalam waktu 30 detik.

16. Pencatatan kondisi hemodinamik sampel dilakukan pada menit pertama, ketiga dan kelima setelah induksi.

17. Pencatatan waktu pemberian obat dilakukan oleh residen anestesi madya (pin merah), yang tidak terlibat secara keseluruhan dalam penelitian ini, yang tidak mengetahui kelompok perlakuan yang diterima oleh subjek penelitian.

18. Lima menit setelah induksi dilakukan laringoskopi dan intubasi oleh residen anestesi (pin hijau atau biru).

19. Pemeliharaan dengan O 2 50%, N 2 O 50%, dan Isofluran 1 vol% dengan ventilasi tekanan positif. Jika diperlukan dapat diberikan obat analgesia dan pelumpuh otot tambahan setelah 15 menit dari intubasi.

4.8.2 Alur Penelitian

Pasien-pasien dewasa yang menjalani operasi bedah elektif dengan anestesi umum dan memerlukan pemasangan pipa endotrakeal

Kriteria inklusi

Populasi terjangkau

Kriteria eksklusi

Elegible subject

Randomisasi

Kelompok S Kelompok E

Pengukuran parameter hemodinamik

(TAR, HR) baseline

Pemberian efedrin 50 Pemberian 5 mL cairan

mcg/kgBB intravena NaCl 0,9% intravena (dilarutkan dalam NaCl

0,9% sebanyak 5 mL)

Induksi propofol 2,5 mg/kgBB

Penilaian intensitas nyeri pasca pemberian propofol intravena

Pengukuran parameter hemodinamik (TAR,

HR) pada menit 1,3 dan 5

Analisis Statistik

Gambar 4.2 Bagan alur penelitian.

4.9 Analisis Statistik

Data yang terkumpul dianalisis menggunakan program statistik SPSS ver.

18.0 . Nilai p < 0,05 dianggap bermakna.

4.9.1 Uji normalitas data

Data mengenai umur, berat badan, tinggi badan, IMT, kondisi hemodinamik (tekanan arterial rerata dan denyut jantung) baseline, menit ke 1, 3, dan 5 dianalisis dengan uji Shapiro Wilk. Data dikatakan berdistribusi normal apabila nilai p > 0,05 dan dikatakan tidak berdistribusi normal apabila nilai p ≤ 0,05.

Uji homogenitas varian menggunakan uji Levene’s. Asumsi equal varian dikatakan terpenuhi apabila nilai p > 0,05 dan dikatakan tidak terpenuhi apabila

nilai p ≤ 0,05. .

4.9.2 Perbandingan karakteristik sampel

Perbandingan karakteristik sampel antar kelompok perlakuan dalam hal umur, berat badan, tinggi badan, dan IMT dipresentasikan dalam rerata ± SD, sedangkan data dalam hal jenis kelamin dan status fisik ASA dipresentasikan dalam distribusi frekuensi. Karakteristik sampel dengan variabel numerik dianalisis dengan menggunakan uji t tidak berpasangan bila data berdistribusi normal. Bila distribusi data tidak normal maka dilakukan analisis dengan menggunakan uji Mann-Whitney. Karakteristik sampel dengan variabel kategorik dianalisis dengan menggunakan uji Chi-Square.

4.9.3 Perbandingan intensitas nyeri

Perbandingan nyeri dipresentasikan dalam angka kejadian dan proporsi dalam persentase. Perbandingan nyeri tersebut dibandingkan antara dua kelompok perlakuan dengan uji Chi-square.

4.9.4 Perbandingan respon hemodinamik

Perbandingan kondisi dan perubahan/perbedaan hemodinamik (tekanan arterial rerata dan denyut jantung) dipresentasikan dalam rerata ± SD. Karakteristik tadi dianalisis dengan menggunakan uji parametrik, uji t tidak berpasangan. Jika sebaran data tidak normal maka dilakukan uji non-parametrik yang merupakan alternatifnya yaitu uji Mann-Whitney. Perbandingan rerata dikatakan secara statistik tidak berbeda bermakna apabila nilai p > 0,05 dan dikatakan secara statistik berbeda bermakna apabila nilai p ≤ 0,05.

Dokumen yang terkait

KARAKTERISTIK PAVING BLOCK FINE COARSE AGREGAT (FCA) DENGAN PEMBERIAN VARIASI PRESSING PADA PROSES PEMBUATANNYA (Studi Penelitian)

0 67 2

ANALISIS EFEKTIFITAS PEMBERIAN TERAPI CAIRANUNTUK GANGGUANKESEIMBANGAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT PADAAN.Z DENGAN GASTROENTERITIS AKUT DI RUANG EMPU TANTULAR RSUD KANJURUHAN KEPANJEN KABUPATEN MALANG

0 53 22

PERAN PERAWAT DALAM IMPLEMENTASI KOLABORATIF PEMBERIAN TERAPI INSULIN SEBAGAI TINDAKAN DALAM PENURUNAN KADAR GULA DALAM DARAH PADA KLIEN DENGAN HIPERGLIKEMI DI RUANG AIRLANGGA RSUD KANJURUHAN KEPANJEN TAHUN 2012

1 55 23

PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK TEMULAWAK (Curcuma xanthorrhiza Roxb.) SEBAGAI ADJUVAN TERAPI CAPTOPRIL TERHADAP KADAR RENIN PADA MENCIT JANTAN (Mus musculus) YANG DIINDUKSI HIPERTENSI

37 251 30

PENGARUH PEMBERIAN SEDUHAN BIJI PEPAYA (Carica Papaya L) TERHADAP PENURUNAN BERAT BADAN PADA TIKUS PUTIH JANTAN (Rattus norvegicus strain wistar) YANG DIBERI DIET TINGGI LEMAK

23 199 21

“PENGARUH PEMBERIAN BERBAGAI DOSIS JUS JERUK MANIS (Citrus sinensis) TERHADAP KADAR GSH (Glutation sulfhidril) HATI TIKUS PUTIH (Rattus norvegicus) YANG DIPAPAR ASAP ROKOK”

1 35 1

ANALISIS SISTEM PENGENDALIAN INTERN DALAM PROSES PEMBERIAN KREDIT USAHA RAKYAT (KUR) (StudiKasusPada PT. Bank Rakyat Indonesia Unit Oro-Oro Dowo Malang)

160 705 25

PENGARUH PEMBERIAN KUNYIT DAN TEMULAWAK MELALUI AIR MINUM TERHADAP GAMBARAN DARAH PADA BROILER

12 105 39

EFEK KEMOPREVENTIF PEMBERIAN INFUSA DAUN SIRSAK (Annona muricata L.) PADA EPITEL DUKTUS JARINGAN PAYUDARA TIKUS BETINA GALUR SPRAGUE DAWLEY YANG DIINDUKSI SENYAWA 7,12-DIMETHYLBENZ[A]ANTHRACENE (DMBA)

1 60 56

PENGARUH PEMBERIAN JINTAN HITAM (Nigella sativa) TERHADAP RESPON IMUN NON-SPESIFIK KAKAP PUTIH (Lates calcarifer B.) YANG DIINFEKSI VIRAL NERVOUS NECROSIS (VNN)

4 47 55