RENCANA PENYEDIAAN TENAGA LISTRIK PER-PROVINSI

5.2. RENCANA PENYEDIAAN TENAGA LISTRIK PER-PROVINSI

5.2.1. Provinsi Aceh

a. Kondisi Kelistrikan

Pusat Pengaturan dan Penyaluran Beban (P3B) Sumatera mensuplai sebagian besar kebutuhan tenaga listrik Provinsi Aceh melalui jaringan transmisi 150 kV dan sisanya dipasok pembangkit- pembangkit dalam sistem-sistem terisolasi dikelola oleh PLN Wilayah Aceh sendiri. Pada tahun 2011 beban puncak di Sistem Provinsi Aceh adalah sekitar 322,68 MW.

Total kapasitas terpasang pembangkit tenaga listrik yang ada di Provinsi Aceh sampai dengan tahun 2011 adalah sebesar 463,52 MW yang terdiri dari: PLTU Nagan Raya (Media Group) 15 MW, PLTD tersebar 446,68 MW, PLTA Sepakat 1,75 MW, PLTMH Krueng Kala 0,05 MW dan Rerebe 0,05 MW.

Penjualan tenaga listrik untuk Provinsi Aceh hingga akhir 2011 mencapai kurang lebih 1.580 GWh dengan komposisi penjualan per sektor pelanggan untuk rumah tangga adalah 1.016 GWh (64%), bisnis 279 GWh (17,65%), industri 54 GWh (3,41%), dan publik 231

GWh (14,62%). Rasio elektrifikasi tahun 2011 adalah 87,72% dan rasio desa berlistrik tahun 2011 adalah 99,57%.

b. Potensi Sumber Energi

Provinsi Aceh memiliki beraneka ragam potensi sumber energi untuk pembangkit tenaga listrik terdiri dari potensi air, panas bumi, minyak bumi dan gas, serta batubara. Diperkirakan potensi sumber tenaga air mencapai 1.655,1 MW yang tersebar di 18 lokasi di wilayah Aceh yaitu pada Jambo Papeun-3, Woyla-2, Teunom-2, Teunom-3, Kluet-1, Kluet-3, Meulaboh-2, Meulaboh-5, Ramasan-1, Sibubung-1, Sibubung-3, Seunangan-3, Teripa-4, Tampur-1, Teunom-1, Peussangan1-2, Peusangan-4, dan Lawe Mamas.

Potensi panas bumi juga menjadi alternatif energi selain air yang dapat dimanfaatkan untuk pembangkit tenaga listrik yang diperkirakan sebesar 1.232 MWe yang tersebar di 17 lokasi diantaranya terdapat di daerah Lho Pria Laot, Jaboi, Ie Seum - Krueng Raya, Seulawah Agam, Alur Canang, Alue Long – Bangga, Tangse, Rimba Raya, G. Geureudong, Simpang Balik, Silih Nara, Meranti, Brawang Buaya, KafI, G. Kembar dan Dolok Perkirapan.

Adapun potensi minyak bumi dan gas bumi yang dimiliki adalah 121,65 MMSTB dan 5,56 TSCF. Provinsi Aceh juga memiliki potensi Batubara 450,15 juta ton. Potensi sumber energi Provinsi Aceh adalah sebagaimana tercantum dalam Lampiran I.

c. Prakiraan Kebutuhan dan Penyediaan Tenaga Listrik

Diasumsikan bahwa pertumbuhan penduduk rata-rata tahun 2012 – 2031 sebesar 2,4% per tahun, pertumbuhan ekonomi sebesar 6,4% – 7,5% pada periode 2012 – 2014 dan sekitar 8,0% - 9,0% pada periode 2015 – 2031 yang dibarengi oleh penurunan inflasi dari sebesar 6,5% pada periode 2012 – 2014 menjadi 3,0% pada tahun 2025, rasio elektrifikasi ditargetkan menjadi sekitar 99,9% pada tahun 2020 atau penambahan konsumen rumah tangga diproyeksikan rata- rata sekitar 43.205 sambungan per tahun, dan tarif listrik disesuaikan berdasarkan inflasi.

Berdasarkan asumsi dan target tersebut, maka diproyeksikan permintaan energi listrik untuk periode 2012-2031 akan tumbuh rata-rata sekitar 19,7% per tahun sehingga pada tahun 2031 kebutuhan tenaga listrik diperkirakan mencapai 55,6 TWh. Sebagai upaya untuk memenuhi pertumbuhan beban puncak rata-rata sekitar 19,4% per tahun hingga tahun 2031, maka dibutuhkan tambahan daya rata-rata sekitar 741 MW per tahun. Prakiraan kebutuhan dan penyediaan tenaga listrik Provinsi Aceh adalah sebagaimana tercantum dalam Lampiran IV.2.

5.2.2. Provinsi Sumatera Utara

a. Kondisi Kelistrikan

Hampir seluruh beban di Provinsi Sumatera Utara (99,9%) ini dipasok oleh P3B Sumatera melalui jaringan transmisi 150 kV, sehingga kondisi kelistrikan Provinsi Sumatera Utara ini merupakan representasi dari kondisi kelistrikan P3B Sumatera. Sisanya dipasok pembangkit-pembangkit dalam sistem-sistem terisolasi di pulau Nias, Tello dan Sembilan yang dikelola oleh PLN Wilayah Sumatera Utara sendiri. Pada Tahun 2011 beban puncak di Sistem Provinsi Sumatera Utara adalah sebesar 1.253,52 MW.

Total kapasitas terpasang pembangkit tenaga listrik yang ada di Provinsi Sumatera Utara sampai dengan tahun 2011 adalah sebesar 2,669.10 MW yang terdiri dari: PLTU Belawan 260 MW, Growth Asia, Growth Sumatera (cangkang) 30 MW dan Labuhan Angin 230 MW. PLTG Glugur 44,25 MW, Lot III 33 MW dan Paya Pasir 146,04 MW. PLTGU Belawan 817,88 MW. PLTD tersebar 158,42 MW. PLTA, Aek Silau II 7,5 MW, Asahan I 180MW, Asahan

II (Inalum-Siguragura) 286 MW, Asahan II (Inalum-Tangga) 317 MW, Renun 82 MW dan Sipan 50 MW. PLTM, Aek Raisan 1,50 MW, Aek Silang 0,75 MW, Batang Gadis 0,90 MW, Boho 0,20 MW, Kombih I 1,50 MW, Kombih II 1,50 MW, Parlilitan 7,50 MW, Sibundong 0,75 MW dan Tonduhan 0,40 MW. PLTP Sibayak 12 MW.

Penjualan tenaga listrik untuk Provinsi Sumatera Utara pada tahun 2011 mencapai 7.194 GWh dengan komposisi penjualan per sektor pelanggan untuk rumah tangga adalah 3.366 GWh (46,78%), bisnis 1.170 GWh (16,27%), industri 2.016 GWh (28,03%), dan publik 642 GWh (8,92 %). Rasio elektrifikasi tahun 2011 adalah 83,98% dan rasio desa berlistrik tahun 2011 adalah 98,33%.

b. Potensi Sumber Energi

Provinsi Sumatera Utara memiliki potensi sumber energi yang dapat dimanfaatkan untuk pembangkit tenaga listrik terdiri dari potensi air sebesar 1.241,5 MW tersebar di 14 lokasi yaitu Kumbih-

3, Simanggo-2, Raisan-1, Toru-2, Toru-3, Sibudong-4, Ordi 3, Ordi-

5, Bila-2, Siria, Wampu, Lake Toba, Asahan-3 dan Asahan 4-5. Potensi panas bumi sebesar 3.237 MWe yang tersebar di 16 lokasi diantaranya terdapat di daerah Beras, Lau Debuk-Debuk / Sibayak, Marike, Dolok Marawa, Pusuk Bukit – Danau Toba, Simbolon – Samosir, Pagaran, Helatoba, Sipaholon, Sarula, Sibual buali, Namora Ilangit, Sibubuhan, S. Merapi – Sampuraga dan Sampuraga Roburan. Sedangkan potensi minyak bumi yang dimiliki adalah 110,85 MMSTB dan gas alam sebesar 1,29 TSCF. Provinsi Sumatera Utara juga memiliki potensi Batubara 26,97 juta ton. Potensi sumber energi Provinsi Sumatera Utara adalah sebagaimana tercantum dalam Lampiran I.

c. Prakiraan Kebutuhan dan Penyediaan Tenaga Listrik

Diasumsikan bahwa pertumbuhan penduduk rata-rata tahun 2012 – 2031 sebesar 1,1% per tahun, pertumbuhan ekonomi sebesar 6,4% – 7,5% pada periode 2012 – 2014 dan sekitar 8,0% - 9,0% pada periode 2015 – 2031 yang dibarengi oleh penurunan inflasi dari sebesar 6,5% pada periode 2012 – 2014 menjadi 3,0% pada tahun 2025, rasio elektrifikasi ditargetkan menjadi sekitar 99,9% pada tahun 2020 atau penambahan konsumen rumah tangga diproyeksikan rata- rata sekitar 89.923 sambungan per tahun, dan tarif listrik disesuaikan berdasarkan inflasi.

Berdasarkan asumsi dan target tersebut, maka diproyeksikan permintaan energi listrik untuk periode 2012-2031 akan tumbuh rata-rata sebesar 15,9% per tahun sehingga pada tahun 2031 kebutuhan tenaga listrik diperkirakan mencapai 130,0 TWh. Sebagai upaya untuk memenuhi pertumbuhan beban puncak rata- rata sekitar 15,6% per tahun hingga tahun 2031, maka dibutuhkan tambahan daya rata-rata sekitar 1.495 MW per tahun. Prakiraan kebutuhan dan penyediaan tenaga listrik Provinsi Sumatera Utara adalah sebagaimana tercantum dalam Lampiran IV 3.

5.2.3. Provinsi Sumatera Barat

a. Kondisi Kelistrikan

Sekitar 95% beban di Provinsi Sumatera Barat dipasok oleh P3B Sumatera melalui jaringan transmisi 150 kV dan sisanya dipasok pembangkit-pembangkit dalam sistem terisolasi di pulau Mentawai dan Sungai Penuh yang dikelola oleh PLN Wilayah Sumatera Barat sendiri. Pada Tahun 2011 beban puncak di Sistem Provinsi Sumatera Barat adalah sebesar 424,49 MW.

Total kapasitas terpasang pembangkit tenaga listrik yang ada di Provinsi Sumatera Barat sampai dengan tahun 2011 adalah sebesar 631,48 MW yang terdiri dari: PLTU Ombilin 200 MW, PLTG Pauh Limo 64,05 MW, PLTD tersebar 112,94 MW, PLTA Batang Agam 10,5 MW, Koto Anau 0,16 MW, Lempur 0,10 MW, Maninjau

68 MW, Pinang Awan 0,40 MW dan Singkarak 175 MW, PLTMH Salido Kecil 0,33 MW.

Penjualan tenaga listrik untuk Provinsi Sumatera Barat hingga akhir 2011 mencapai 2.403,09 GWh dengan komposisi penjualan per sektor pelanggan untuk rumah tangga adalah 1.127 GWh (46,89%), bisnis 363,3 GWh (15,12%), industri 722,5 GWh (30,06%), dan publik 190,3 GWh (7,921%). Rasio elektrifikasi tahun 2011 adalah 77,72% dan rasio desa berlistrik tahun 2011 adalah 99,52%.

b. Potensi Sumber Energi

Provinsi Sumatera Barat memiliki potensi sumber energi yang terdiri dari batubara mencapai 958,49 juta ton dan panas bumi spekulatif sebesar 2.045 Mwe yang terdapat pada 17 lokasi yaitu Simisioh, Cubadak Pasaman, Talu Pasaman Barat, Panti Pasaman, Lubuk Sikaping, Situjuh, Bonjol, Kota Baru Merapi, Maninjau, Sumani, Priangan, Bukit Kili/ G.Talang, Surian, G. Talang, Muaralabuh dan Liki – Pinangawan dan Pincurak.

Adapun tenaga air sebesar 625,1 MW yang berada pada 7 lokasi yaitu Batanghari-4, Sinamar-1, Sinamar-2, Masang-2, Gumanti-1, Anai-1 dan Kuantan-2 dan potensi CBM sebesar 0,5 TCF.

Potensi sumber energi Provinsi Sumatera Barat adalah sebagaimana tercantum dalam Lampiran I.

c. Prakiraan Kebutuhan dan Penyedian Tenaga Listrik

Diasumsikan bahwa pertumbuhan penduduk rata-rata tahun 2012 – 2031 sebesar 1,3% per tahun, pertumbuhan ekonomi sebesar 6,4% – 7,5% pada periode 2012 – 2014 dan sekitar 8,0% - 9,0% pada periode 2015 – 2031 yang dibarengi oleh penurunan inflasi dari sebesar 6,5% pada periode 2012 – 2014 menjadi 3,0% pada tahun 2025, rasio elektrifikasi ditargetkan menjadi sekitar 99,9% pada tahun 2020 atau penambahan konsumen rumah tangga diproyeksikan rata- rata sekitar 45.045 sambungan per tahun, dan tarif listrik disesuaikan berdasarkan inflasi.

Berdasarkan asumsi dan target tersebut, maka diproyeksikan permintaan energi listrik untuk periode 2012-2031 akan tumbuh rata-rata sebesar 14% per tahun sehingga pada tahun 2031 kebutuhan tenaga listrik diperkirakan mencapai 31,3 TWh. Sebagai upaya untuk memenuhi pertumbuhan beban puncak rata-rata sekitar 13,7% per tahun hingga tahun 2031, maka dibutuhkan tambahan daya rata-rata sekitar 369 MW per tahun. Prakiraan kebutuhan dan penyediaan tenaga listrik Provinsi Sumatera Barat adalah sebagaimana tercantum dalam Lampiran IV 4.

5.2.4. Provinsi Riau

a. Kondisi Kelistrikan

Kebutuhan tenaga listrik di Provinsi Riau sebagian besar (63%) dipasok oleh P3B Sumatera melalui jaringan transmisi 150 kV dalam Sistem Interkoneksi Sumatera Bagian Selatan (Sumbagsel) dan sisanya dipasok pembangkit-pembangkit dalam sistem-sistem terisolasi seperti: Sistem Bengkalis, Selat Panjang, Pkl. Kerinci, Sungai Guntung, Kuala Enok, Pulau Kijang/Kota Baru, Seberida,

Tembilahan, Rengat, Air Molek, Psr. Pangaraian, Siak S.Indrapura, dan Bagansiapiapi. Beban puncak di Provinsi Riau pada tahun 2011 mencapai 565,24 MW.

Total kapasitas terpasang pembangkit tenaga listrik yang ada di Provinsi Riau sampai dengan tahun 2011 adalah sebesar 529,08 MW yang terdiri dari: PLTG Duri 17 MW, Riau Power 21,50 MW, Teluk Lembu 20 MW dan Teluk Lembu 64,80 MW, PLTGU Teluk Lembu 8 MW, PLTD tersebar 283,78 MW, PLTA Koto Panjang 114 MW.

Penjualan tenaga listrik untuk Provinsi Riau tahun 2011 mencapai 2.361 GWh dengan komposisi penjualan per sektor pelanggan untuk rumah tangga adalah 1.368 GWh (58%), bisnis 611,3 GWh (25,9%), industri 122,3 GWh (5,18%), dan publik 259,1 GWh (11%). Rasio elektrifikasi tahun 2011 adalah 78,17% (termasuk Provinsi Kepulauan Riau) dan rasio desa berlistrik tahun 2011 adalah 99,70% (termasuk Provinsi Kepulauan Riau).

b. Potensi Sumber Energi

Provinsi Riau dan Kepulauan Riau memiliki potensi sumber energi yang terdiri dari minyak bumi diperkirakan sebesar 3.847,79 MMSTB, gas bumi sebesar 9,01 TSCF. Adapun potensi batubara mencapai 2.400,94 juta ton, panas bumi spekulatif sebesar 25 MWe yang terdapat pada 1 lokasi yaitu pada Pasir Pangarayan. Potensi sumber energi Provinsi Riau dan Provinsi Kepulauan Riau adalah sebagaimana tercantum dalam Lampiran I.

c. Prakiraan Kebutuhan dan Penyediaan Tenaga Listrik

Diasumsikan bahwa pertumbuhan penduduk rata-rata tahun 2012 – 2031 sebesar 3,6% per tahun, pertumbuhan ekonomi sebesar 6,4% – 7,5% pada periode 2012 – 2014 dan sekitar 8,0% - 9,0% pada periode 2015 – 2031 yang dibarengi oleh penurunan inflasi dari sebesar 6,5% pada periode 2012 – 2014 menjadi 3,0% pada tahun 2025, rasio elektrifikasi ditargetkan menjadi sekitar 99,9% pada tahun 2020 atau penambahan konsumen rumah tangga diproyeksikan rata- rata sekitar 90.291 sambungan per tahun, dan tarif listrik disesuaikan berdasarkan inflasi.

Berdasarkan asumsi dan target tersebut, maka diproyeksikan permintaan energi listrik untuk periode 2012-2031 akan tumbuh rata- rata sebesar 13,4% per tahun sehingga pada tahun 2031 kebutuhan tenaga listrik diperkirakan mencapai 28,0 TWh. Sebagai upaya untuk memenuhi pertumbuhan beban puncak rata-rata sekitar 13,0% per tahun hingga tahun 2031, maka dibutuhkan tambahan daya rata-rata sekitar 345 MW per tahun. Prakiraan kebutuhan dan penyediaan tenaga listrik Provinsi Riau adalah sebagaimana tercantum dalam Lampiran IV 5.

5.2.5. Provinsi Kepulauan Riau

a. Kondisi Kelistrikan

Sistem kelistrikan Provinsi Kepulauan Riau terdiri atas beberapa sistem terisolasi, seperti Tanjung Pinang, Tanjung Balai Karimun, Tanjung Uban, Tanjung Batu, Belakang Padang, Ranai (Natuna) dan Dabo Singkep/Daek Lingga. Pada Tahun 2011 beban puncak di Sistem Provinsi Kepulauan Riau adalah sebesar 366,22 MW.

Total kapasitas terpasang pembangkit tenaga listrik yang ada di Provinsi Kepulauan Riau sampai dengan tahun 2011 adalah sebesar 800.84 MW yang terdiri dari: PLTU CP (PLTU-G) 22 MW. PLTG Anggreko 1/Panaran 22 MW, Anggreko 2/Panaran 11 MW, Batamindo 17,72 MW, Panaran 205,80 MW, dan Tunas Energi 5,57 MW, PLTMG Baloi Jembo II 24 MW, Kabil I 18 MW, Kabil II 12 MW, Panaran 25,20 MW dan TM 2500 4 MW, PLTD tersebar 433,55 MW.

Penjualan tenaga listrik untuk Provinsi Riau tahun 2011 mencapai 2.010 GWh dengan komposisi penjualan per sektor pelanggan untuk rumah tangga adalah 744 GWh (37%), bisnis 611.3 GWh (32,9%), industri 486 GWh (24,2%), dan publik 119 GWh (5,93%). Rasio elektrifikasi tahun 2011 adalah 91,52% (termasuk Provinsi Riau) dan rasio desa berlistrik tahun 2011 adalah 100% (termasuk Provinsi Riau).

b. Potensi Sumber Energi

Provinsi Riau dan Kepulauan Riau memiliki potensi sumber energi yang terdiri dari minyak bumi diperkirakan sebesar 3.832,11 MMSTB, gas bumi sebesar 10,35 TSCF. Potensi sumber energi Provinsi Riau dan Provinsi Kepulauan Riau adalah sebagaimana tercantum dalam Lampiran I.

c. Prakiraan Kebutuhan dan Penyediaan Tenaga Listrik

Diasumsikan bahwa pertumbuhan penduduk rata-rata tahun 2012 – 2031 sebesar 5% per tahun, pertumbuhan ekonomi sebesar 6,4% – 7,5% pada periode 2012 – 2014 dan sekitar 8,0% - 9,0% pada periode 2015 – 2031 yang dibarengi oleh penurunan inflasi dari sebesar 6,5% pada periode 2012 – 2014 menjadi 3,0% pada tahun 2025, rasio elektrifikasi ditargetkan menjadi sekitar 99,9% pada tahun 2020 atau penambahan konsumen rumah tangga diproyeksikan rata- rata sekitar 32.418 sambungan per tahun, dan tarif listrik disesuaikan berdasarkan inflasi.

Berdasarkan asumsi dan target tersebut, maka diproyeksikan permintaan energi listrik untuk periode 2012-2031 akan tumbuh rata-rata sebesar 10,3% per tahun sehingga pada tahun 2031 kebutuhan tenaga listrik diperkirakan mencapai 14,3 TWh. Sebagai upaya untuk memenuhi pertumbuhan beban puncak rata-rata Berdasarkan asumsi dan target tersebut, maka diproyeksikan permintaan energi listrik untuk periode 2012-2031 akan tumbuh rata-rata sebesar 10,3% per tahun sehingga pada tahun 2031 kebutuhan tenaga listrik diperkirakan mencapai 14,3 TWh. Sebagai upaya untuk memenuhi pertumbuhan beban puncak rata-rata

5.2.6. Provinsi Bengkulu

a. Kondisi Kelistrikan

Sistem kelistrikan Provinsi Bengkulu bersama-sama dengan Provinsi Jambi dan Provinsi Sumatera Selatan telah terinterkoneksi dengan baik melalui jaringan transmisi 150 kV yang kesistemannya dikenal dengan Wilayah Kesisteman Sumatera Selatan, Jambi dan Bengkulu (S2JB). Hampir seluruh kebutuhan listrik (96%) di S2JB dipasok oleh P3B Sumatera melalui jaringan transmisi 150 kV dalam Sistem Interkoneksi Sumatera Bagian Selatan (Sumbagsel) dan sisanya dipasok oleh pembangkit-pembangkit dalam sistem- sistem terisolasi. Sistem-sistem terisolasi di Provinsi Bengkulu antara lain: Sistem Muko-Muko, Manna dan Kaur. Pada Tahun 2011 beban puncak di Sistem Provinsi Bengkulu adalah sebesar 122,82 MW.

Total kapasitas terpasang pembangkit tenaga listrik yang ada di Provinsi Kepulauan Riau sampai dengan tahun 2011 adalah sebesar 273.08 MW yang terdiri dari: PLTD tersebar 37,04 MW, PLTA, Kepala Curup 1,60 MW, Musi 215,48 MW, Tes I 17,64 MW dan Tes II 1,32 MW.

Penjualan tenaga listrik di Provinsi Bengkulu hingga akhir 2011 adalah sebesar 494 GWh dengan komposisi penjualan per sektor pelanggan untuk rumah tangga adalah 358 GWh (72,4%), bisnis 71,6 GWh (14,5%), industri 22,8 GWh (4,62%), dan publik 41,7 GWh (8,45%). Rasio elektrifikasi tahun 2011 adalah 71,15% dan rasio desa berlistrik tahun 2011 adalah 99,07%.

b. Potensi Sumber Energi

Provinsi Bengkulu memiliki potensi energi primer yang terdiri dari batubara, yang diperkirakan cadangannya mencapai 227,32 juta ton, panas bumi yang diperkirakan potensinya mencapai 1.362 MWe yang tersebar pada 5 lokasi antara lain Tambang Sawah, B. Gedung Hulu Lais, Lebong Simpang, Suban Ayam dan Kepahiang/G. Kaba, serta tenaga air diperkirakan mencapai 50 MW yangberda pada 2 lokasi yaitu Padang Guci-2 dan Simpang Aur. Selain itu terdapat potensi CBM sebesar 3,6 TCF. Potensi sumber energi Provinsi Bengkulu adalah sebagaimana tercantum dalam Lampiran I.

c. Prakiraan Kebutuhan dan Penyediaan Tenaga Listrik

Diasumsikan bahwa pertumbuhan penduduk rata-rata tahun 2012 – 2031 sebesar 1,7% per tahun, pertumbuhan ekonomi sebesar 6,4% – 7,5% pada periode 2012 – 2014 dan sekitar 8,0% - 9,0% pada periode 2015 – 2031 yang dibarengi oleh penurunan inflasi dari sebesar 6,5% pada periode 2012 – 2014 menjadi 3,0% pada tahun 2025, rasio elektrifikasi ditargetkan menjadi sekitar 99,9% pada tahun 2020 atau penambahan konsumen rumah tangga diproyeksikan rata- rata sekitar 21.926 sambungan per tahun, dan tarif listrik disesuaikan berdasarkan inflasi.

Berdasarkan asumsi dan target tersebut, maka diproyeksikan permintaan energi listrik untuk periode 2012-2031 akan tumbuh rata- rata sebesar 18% per tahun sehingga pada tahun 2031 kebutuhan tenaga listrik diperkirakan mencapai 12,6 TWh. Sebagai upaya untuk memenuhi pertumbuhan beban puncak rata-rata sekitar 17,7% per tahun hingga tahun 2031, maka dibutuhkan tambahan daya rata-rata sekitar 177 MW per tahun. Prakiraan kebutuhan dan penyediaan tenaga listrik Provinsi Bengkulu adalah sebagaimana tercantum dalam Lampiran IV 7.

5.2.7. Provinsi Jambi

a. Kondisi Kelistrikan

Sistem kelistrikan Provinsi Jambi bersama-sama dengan Provinsi Bengkulu dan Provinsi Sumatera Selatan telah terinterkoneksi dengan baik melalui jaringan transmisi 150 kV yang kesistemannya dikenal dengan Wilayah Kesisteman Sumatera Selatan, Jambi dan Bengkulu (S2JB). Hampir seluruh kebutuhan listrik (96%) di S2JB dipasok oleh P3B Sumatera melalui jaringan transmisi 150 kV dalam Sistem Interkoneksi Sumatera Bagian Selatan (Sumbagsel) dan sisanya dipasok oleh pembangkit-pembangkit dalam sistem- sistem terisolasi. Sistem-sistem terisolasi di Provinsi Jambi antara lain: Sistem Muara Sabak, Tanjung Jabung Timur dan Sarolangun. Pada Tahun 2011 beban puncak di Sistem Provinsi Jambi adalah sebesar 235,94 MW.

Total kapasitas terpasang pembangkit tenaga listrik yang ada di Provinsi Jambi sampai dengan tahun 2011 adalah sebesar 273.61 MW yang terdiri dari: PLTU Proteknologi 6 MW, PLTG Batang Hari 61,77 MW, Ex. Sunyaragi 3,20 MW dan Payo Selincah 100 MW, PLTMG Sei Gelam 12 MW, Sungai Gelam 17,5 MW dan TJP 7 MW, PLTD tersebar 49,12 MW, PLTMH Beringin 0,22 MW.

Penjualan tenaga listrik di Provinsi Jambi hingga akhir 2011 adalah sebesar 1.054 GWh dengan komposisi penjualan per sektor pelanggan untuk rumah tangga adalah 691 GWh (65,6%), bisnis 216

GWh (20,5%), industri 71,8 GWh (6,81%), dan publik 75,2 GWh (7,13%). Rasio elektrifikasi tahun 2011 adalah 76,54% dan rasio desa berlistrik tahun 2011 adalah 99,71%.

b. Potensi Sumber Energi

Provinsi Jambi memiliki potensi sumber energi yang terdiri batubara sekitar 2.341,97 juta ton, potensi panas bumi diperkirakan sebesar 1.032 MWe tersebar di 8 lokasi dan tenaga air 373,9 MW yang terdapat di G. Kapur Kerinci, G. Kaca Kerinci, Sungai Betung, Semurup, Lempur, Air Dikit, Graho Nyabu Dan Sungai Tenang. Potensi tenaga air yang belum terukur pada 2 lokasi yaitu Merangin-2 dan Merangin-5. Potensi sumber energi Provinsi Jambi adalah sebagaimana tercantum dalam Lampiran I.

c. Prakiraan Kebutuhan dan Penyediaan Tenaga Listrik

Diasumsikan bahwa pertumbuhan penduduk rata-rata tahun 2012 – 2031 sebesar 2,6% per tahun, pertumbuhan ekonomi sebesar 6,4% – 7,5% pada periode 2012 – 2014 dan sekitar 8,0% - 9,0% pada periode 2015 – 2031 yang dibarengi oleh penurunan inflasi dari sebesar 6,5% pada periode 2012 – 2014 menjadi 3,0% pada tahun 2025, rasio elektrifikasi ditargetkan menjadi sekitar 99,9% pada tahun 2020 atau penambahan konsumen rumah tangga diproyeksikan rata- rata sekitar 43.020 sambungan per tahun, dan tarif listrik disesuaikan berdasarkan inflasi.

Berdasarkan asumsi dan target tersebut, maka diproyeksikan permintaan energi listrik untuk periode 2012-2031 akan tumbuh rata-rata sebesar 19,9% per tahun sehingga pada tahun 2031 kebutuhan tenaga listrik diperkirakan mencapai 35,5 TWh. Sebagai upaya untuk memenuhi pertumbuhan beban puncak rata-rata sekitar 19,6% per tahun hingga tahun 2031, maka dibutuhkan tambahan daya rata-rata sekitar 490 MW per tahun. Prakiraan kebutuhan dan penyediaan tenaga listrik Provinsi Jambi adalah sebagaimana tercantum dalam Lampiran IV 8.

5.2.8. Provinsi Sumatera Selatan

a. Kondisi Kelistrikan

Sistem kelistrikan Provinsi Sumatera Selatan bersama-sama dengan Provinsi Bengkulu dan Provinsi Jambi telah terinterkoneksi dengan baik melalui jaringan transmisi 150 kV yang kesistemannya dikenal dengan Wilayah Kesisteman Sumatera Selatan, Jambi dan Bengkulu (S2JB). Hampir seluruh kebutuhan listrik (96%) di S2JB dipasok oleh P3B Sumatera melalui jaringan transmisi 150 kV dalam Sistem Interkoneksi Sumatera Bagian Selatan (Sumbagsel) dan sisanya dipasok oleh pembangkit-pembangkit dalam sistem-sistem terisolasi.

Pada Tahun 2011 beban puncak di Sistem Provinsi Sumatera Selatan adalah sebesar 607,67 MW.

Total kapasitas terpasang pembangkit tenaga listrik yang ada di Provinsi Sumatera Selatan sampai dengan tahun 2011 adalah sebesar 1,493.54 MW yang terdiri dari: PLTU Bukit Asam 260 MW, Elnusa 12 MW, Keramasan (U) 25 MW dan Simpang Belimbing 300 MW, PLTG Proteknologi 6 MW, Batang Hari 61,77 MW, Ex. Sunyaragi III 20 MW dan Payo Selincah 100 MW, AKE 108 MW, Borang 67 MW, Ex. Sunyaragi IV 20 MW, Gn. Megang 80 MW, GT.1.1 Inderalaya 50 MW, Inderalaya 40 MW, Keramasan 50 MW, Keramasan (G) 44,85 MW, Merah Mata LM 2000 (ex t. Duku), Mounted Merah Mata 70 MW, Musi II 20 MW, Sako 12 MW, Talang Duku 59 MW dan Talang Duku 20 MW, PLTGU, Inderalaya 40 MW dan Palembang Timur/Borang 150 MW, PLTMG, Borang 33 MW, PLTD tersebar 32,69 MW.

Penjualan tenaga listrik di Provinsi Sumatera Selatan hingga akhir 2011 adalah sebesar 2.958 GWh dengan komposisi penjualan per sektor pelanggan untuk rumah tangga adalah 1.661 GWh (56,2%), bisnis 530 GWh (17,9%), industri 536 GWh (18,1%), dan publik 231 GWh (7,8%). Rasio elektrifikasi tahun 2011 adalah 72,71% dan rasio desa berlistrik tahun 2011 adalah 99,62%.

b. Potensi Sumber Energi

Provinsi Sumatera Selatan memiliki potensi sumber energi yang terdiri dari potensi sumber tenaga air untuk membangkitkan tenaga listrik 22,0 MW pada 1 lokasi yaitu Endikat-2, minyak bumi diperkirakan 838 MMSTB, gas bumi sebesar 15,79 TSCF, dan batubara diperkirakan sekitar 72.879,56 juta ton serta panas bumi sebesar 1.887 MWe yang tersebar di 6 lokasi yang tersebar pada daerah Tanjungsakti, Rantau Dadap – Segamit, Bukit Lumut Balai, Ulu Danau, Marga Bayur dan Wai Selabung. Potensi sumber energi Provinsi Sumatera Selatan adalah sebagaimana tercantum dalam Lampiran I.

c. Prakiraan Kebutuhan dan Penyediaan Tenaga Listrik

Diasumsikan bahwa pertumbuhan penduduk rata-rata tahun 2012 – 2031 sebesar 1,9% per tahun, pertumbuhan ekonomi sebesar 6,4% – 7,5% pada periode 2012 – 2014 dan sekitar 8,0% - 9,0% pada periode 2015 – 2031 yang dibarengi oleh penurunan inflasi dari sebesar 6,5% pada periode 2012 – 2014 menjadi 3,0% pada tahun 2025, rasio elektrifikasi ditargetkan menjadi sekitar 99,9% pada tahun 2020 atau penambahan konsumen rumah tangga diproyeksikan rata- rata sekitar 92.783 sambungan per tahun, dan tarif listrik disesuaikan berdasarkan inflasi.

Berdasarkan asumsi dan target tersebut, maka diproyeksikan permintaan energi listrik untuk periode 2012-2031 akan tumbuh Berdasarkan asumsi dan target tersebut, maka diproyeksikan permintaan energi listrik untuk periode 2012-2031 akan tumbuh

5.2.9. Provinsi Kepulauan Bangka Belitung

a. Kondisi Kelistrikan

Sistem kelistrikan di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung terdiri atas dua sistem terisolasi, yaitu Sistem Bangka dan Sistem Belitung. Beban puncak pada tahun 2011 mencapai 125,58 MW.

Total kapasitas terpasang pembangkit tenaga listrik yang ada di Provinsi Sulawesi Barat sampai dengan tahun 2011 adalah sebesar 219.82 MW yang terdiri dari: PLTU Belitung Energy (cangkang) 7 MW dan Lampung Tarahan (U) 200 MW. PLTD tersebar 212,82 MW.

Penjualan tenaga listrik untuk Provinsi Kepulauan Bangka Belitung tahun 2011 adalah sebesar 536 GWh dengan komposisi penjualan per sektor pelanggan untuk rumah tangga adalah 384 GWh (71,7%), bisnis 84 GWh (15,7%), industri 29,1 GWh (5,44%), dan publik 38,5 GWh (7,18%). Rasio elektrifikasi tahun 2011 adalah 82,26% dan rasio desa berlistrik tahun 2011 telah mencapai 100%.

b. Potensi Sumber Energi

Provinsi Kepulauan Bangka Belitung sangat bergantung dengan pembangkit diesel milik PT PLN (Persero) maka pengembangan sumber potensi energi yang dimiliki sangat penting. Potensi panas bumi yang dimilikinya adalah sebesar 75 MWe yang tersebar di 3 lokasi, yaitu pada Sungai Liat, Pangkal Pinang Dan Air Tembaga. Potensi sumber energi Provinsi Bangka Belitung adalah sebagaimana tercantum dalam Lampiran I.

c. Prakiraan Kebutuhan dan Penyediaan Tenaga Listrik.

Diasumsikan bahwa pertumbuhan penduduk rata-rata tahun 2012 – 2031 sebesar 3,1% per tahun, pertumbuhan ekonomi sebesar 6,4% – 7,5% pada periode 2012 – 2014 dan sekitar 8,0% - 9,0% pada periode 2015 – 2031 yang dibarengi oleh penurunan inflasi dari sebesar 6,5% pada periode 2012 – 2014 menjadi 3,0% pada tahun 2025, rasio elektrifikasi ditargetkan menjadi sekitar 99,9% pada tahun 2020 atau penambahan konsumen rumah tangga diproyeksikan rata- rata sekitar 17.762 sambungan per tahun, dan tarif listrik disesuaikan berdasarkan inflasi.

Berdasarkan asumsi dan target tersebut, maka diproyeksikan permintaan energi listrik untuk periode 2012-2031 akan tumbuh rata-rata sebesar 14,9% per tahun sehingga pada tahun 2031 kebutuhan tenaga listrik diperkirakan mencapai 8,4 TWh. Sebagai upaya untuk memenuhi pertumbuhan beban puncak rata-rata sekitar 14,6% per tahun hingga tahun 2031, maka dibutuhkan tambahan daya rata-rata sekitar 133 MW per tahun. Prakiraan kebutuhan dan penyediaan tenaga listrik Provinsi Bangka Belitung adalah sebagaimana tercantum dalam Lampiran IV 10.

5.2.10. Provinsi Lampung

a. Kondisi Kelistrikan

Hampir seluruh kebutuhan tenaga listrik (99%) di Provinsi Lampung dipasok oleh P3B Sumatera melalui jaringan transmisi 150 kV dan sisanya dipasok pembangkit terisolasi yang tersebar di seluruh Provinsi Lampung. Pada Tahun 2011 beban puncak di Sistem Provinsi Lampung adalah sebesar 517 MW.

Total kapasitas terpasang pembangkit tenaga listrik yang ada di Provinsi lampung sampai dengan tahun 2011 adalah sebesar 558.46 MW yang terdiri dari:PLTU Tarahan (U) 597 MW, PLTG, Apung dan Tarahan (G), PLTD tersebar 240,46 MW, PLTA, Batutegi 28 MW, Way Besai 90 MW.

Penjualan tenaga listrik untuk Provinsi Lampung tahun 2011 adalah sebesar 2.426 GWh dengan komposisi penjualan per sektor pelanggan untuk rumah tangga adalah 1.457 GWh (60%), bisnis 407 GWh (16,8%), industri 395 GWh (16,3%), dan publik 167 GWh (6,87%). Rasio elektrifikasi tahun 2011 adalah 70,40% dan rasio desa berlistrik 99,39%.

b. Potensi Sumber Energi

Provinsi Lampung memiliki potensi sumber energi untuk pembangkit tenaga listrik yang terdiri dari batubara, tenaga air dan panas bumi,. Potensi batubara sekitar 106,95 juta ton. Potensi tenaga air untuk skala besar adalah 64,8 MW berada pada 2 lokasi yaitu Semung-3, dan Besai-2. Potensi panas bumi diperkirakan juga sangat besar yaitu mencapai 2.658 MWe yang terdapat di 13 lokasi diantaranya di daerah Wai Umpu, Danau Ranau, Purunan, G. Sekincau, Bacingot, Suoh Antatai, Pajar Bulan, Natar, Ulubelu, Lempasing, Wai Ratai, Kalianda dan Pematang Belirang. Potensi sumber energi Provinsi Lampung adalah sebagaimana tercantum dalam Lampiran I.

c. Prakiraan Kebutuhan dan Penyediaan Tenaga Listrik

Diasumsikan bahwa pertumbuhan penduduk rata-rata tahun 2012 – 2031 sebesar 1,2% per tahun, pertumbuhan ekonomi sebesar 6,4% – 7,5% pada periode 2012 – 2014 dan sekitar 8,0% - 9,0% pada periode 2015 – 2031 yang dibarengi oleh penurunan inflasi dari sebesar 6,5% pada periode 2012 – 2014 menjadi 3,0% pada tahun 2025, rasio elektrifikasi ditargetkan menjadi sekitar 99,9% pada tahun 2020 atau penambahan konsumen rumah tangga diproyeksikan rata- rata sekitar 89.917 sambungan per tahun, dan tarif listrik disesuaikan berdasarkan inflasi.

Berdasarkan asumsi dan target tersebut, maka diproyeksikan permintaan energi listrik untuk periode 2012-2031 akan tumbuh rata-rata sebesar 14,2% per tahun sehingga pada tahun 2031 kebutuhan tenaga listrik diperkirakan mencapai 34,3 TWh. Sebagai upaya untuk memenuhi pertumbuhan beban puncak rata-rata sekitar 13,9% per tahun hingga tahun 2031, maka dibutuhkan tambahan daya rata-rata sekitar 442 MW per tahun. Prakiraan kebutuhan dan penyediaan tenaga listrik Provinsi Lampung adalah sebagaimana tercantum dalam Lampiran IV 11.

5.2.11. Provinsi Banten

a. Kondisi Kelistrikan

Sistem kelistrikan di Provinsi Provinsi Banten adalah merupakan bagian dari sistem interkoneksi Jawa-Bali. Pasokan utama untuk kebutuhan tenaga listrik di Provinsi Provinsi Banten selain dari sistem transmisi 500 kV dan 150 kV adalah PLTU Suralaya, PLTU/PLTGU Muara Tawar. Beban puncak pada tahun 2011 mencapai 2.168,09 MW.

Total kapasitas terpasang pembangkit tenaga listrik yang ada di Provinsi Banten sampai dengan tahun 2011 adalah sebesar 7,463.00 MW. yang terdiri dari: PLTU KDL - Krakatau Daya Listrik (PLTU-G/M) 400 MW, Labuan 600 MW, Lontar 945 MW, Suralaya (PLTU-B) 3.400 MW dan Suralaya Baru 625 MW, PLTGU, Cilegon 740 MW.

Penjualan tenaga listrik untuk Provinsi Banten sampai dengan tahun 2011 adalah 7.274 GWh dengan komposisi penjualan per sektor pelanggan untuk rumah tangga adalah 1.100 GWh (15,1%), bisnis 251 GWh (3,46%), industri 5.818 GWh (80%), dan publik 104 GWh (1,43%). Rasio elektrifikasi untuk tahun 2011 adalah 68,18%. Adapun rasio desa berlistrik tahun 2011 adalah 100%.

b. Potensi Sumber Energi

Provinsi Banten memiliki potensi panas bumi yang dapat dikembangkan untuk tenaga listrik yang diperkirakan mencapai 613 MWe yang tersebar di 5 lokasi yaitu Rawa Dano, G. Karang, G. Pulosari, G. Endut dan Pamancalan. Sedangkan potensi batubara diperkirakan mencapai 18,80 juta ton. Potensi sumber energi Provinsi Banten adalah sebagaimana tercantum dalam Lampiran I.

c. Prakiraan Kebutuhan dan Penyediaan Tenaga Listrik

Diasumsikan bahwa pertumbuhan penduduk rata-rata tahun 2012 – 2031 sebesar 2,8% per tahun, pertumbuhan ekonomi sebesar 6,4% – 7,5% pada periode 2012 – 2014 dan sekitar 8,0% - 9,0% pada periode 2015 – 2031 yang dibarengi oleh penurunan inflasi dari sebesar 6,5% pada periode 2012 – 2014 menjadi 3,0% pada tahun 2025, rasio elektrifikasi ditargetkan menjadi sekitar 100% pada tahun 2020 atau penambahan konsumen rumah tangga diproyeksikan rata- rata sekitar 177.335 sambungan per tahun, dan tarif listrik disesuaikan berdasarkan inflasi.

Berdasarkan asumsi dan target tersebut, maka diproyeksikan permintaan energi listrik untuk periode 2012-2031 akan tumbuh rata-rata sebesar 7,8% per tahun sehingga pada tahun 2031 kebutuhan tenaga listrik diperkirakan mencapai 32,5 TWh. Sebagai upaya untuk memenuhi pertumbuhan beban puncak rata-rata sekitar 7,5% per tahun hingga tahun 2031, maka dibutuhkan tambahan daya rata-rata sekitar 521 MW per tahun. Prakiraan kebutuhan dan penyediaan tenaga listrik Provinsi Banten adalah sebagaimana tercantum dalam Lampiran IV 12.

5.2.12. Provinsi D.K.I. Jakarta

a. Kondisi Kelistrikan

Kebutuhan kelistrikan di Provinsi DKI Jakarta dilayani dari energi transfer dari sistem interkoneksi Jawa-Bali sebagai pemasok utama melalui jaringan SUTET (500 kV) dan SUTT (150 kV dan 70 kV), disamping pasokan dari PLTU-PLTGU Muara Karang dan Priok. Beban puncak pada tahun 2011 mencapai 4.386,71 MW.

Total kapasitas terpasang pembangkit tenaga listrik yang ada di Provinsi DKI Jakarta sampai dengan tahun 2011 adalah sebesar 2,256.66 MW yang terdiri dari: PLTU Muara Karang 400 MW dan Priok (PLTU-M) 100 MW, PLTG Priok (PLTG-M) 52 MW, PLTGU Muara Karang 508,58 MW, Priok (PLTGU-G) 1.180 MW dan Muara Karang Blok II 753 MW, PLTD tersebar 16,08 MW.

Penjualan tenaga listrik untuk Provinsi DKI Jakarta sampai dengan akhir tahun 2011 mencapai 35.061 GWh dengan komposisi penjualan per sektor pelanggan untuk rumah tangga adalah 12.130 GWh (34,6%), bisnis 10.571 GWh (30,2%), industri 9.976 GWh (28,5%), dan publik 2.385 GWh (6,8%). Rasio elektrifikasi tahun 2011 99,9% dan rasio desa berlistrik di Provinsi DKI Jakarta tahun 2011 telah mencapai 100%.

b. Potensi Sumber Energi

Di Provinsi Daerah Khusus Ibu Kota Jakarta tidak ada potensi sumber energi primer.

c. Prakiraan Kebutuhan dan Penyediaan Tenaga Listrik

Diasumsikan bahwa pertumbuhan penduduk rata-rata tahun 2012 – 2031 sebesar 1,4% per tahun, pertumbuhan ekonomi sebesar 6,4% – 7,5% pada periode 2012 – 2014 dan sekitar 8,0% - 9,0% pada periode 2015 – 2031 yang dibarengi oleh penurunan inflasi dari sebesar 6,5% pada periode 2012 – 2014 menjadi 3,0% pada tahun 2025, rasio elektrifikasi ditargetkan menjadi sekitar 100% pada tahun 2020 atau penambahan konsumen rumah tangga diproyeksikan rata- rata sekitar 37.993 sambungan per tahun, dan tarif listrik disesuaikan berdasarkan inflasi.

Berdasarkan asumsi dan target tersebut, maka diproyeksikan permintaan energi listrik untuk periode 2012-2031 akan tumbuh rata-rata sebesar 10,6% per tahun sehingga pada tahun 2031 kebutuhan tenaga listrik diperkirakan mencapai 259,8 TWh. Sebagai upaya untuk memenuhi pertumbuhan beban puncak rata- rata sekitar 10,4% per tahun hingga tahun 2031, maka dibutuhkan tambahan daya rata-rata sekitar 2.181 MW per tahun. Prakiraan kebutuhan dan penyediaan tenaga listrik Provinsi D.K.I Jakarta adalah sebagaimana tercantum dalam Lampiran IV 13.

5.2.13. Provinsi Jawa Barat

a. Kondisi Kelistrikan

Sistem kelistrikan di Provinsi Jawa Barat adalah merupakan bagian dari sistem interkoneksi Jawa-Bali. Pasokan utama untuk kebutuhan tenaga listrik di Provinsi Jawa Barat selain dari sistem transmisi 500 kV dan 150 kV adalah PLTA Saguling dan PLTA Cirata. Beban puncak pada tahun 2011 mencapai 5.515,46 MW.

Total kapasitas terpasang pembangkit tenaga listrik yang ada di Provinsi Jawa Barat sampai dengan tahun 2011 adalah sebesar

7,268.73 MW yang terdiri dari: PLTU Cirebon 660 MW dan Indramayu 990 MW, PLTG Bekasi Power 150 MW, Cikarang

Listrindo 236 MW, Muara Tawar 290 MW dan Muara Tawar 858 MW, PLTGU Cikarang Listrindo 354 MW dan Muara Tawar 660 MW, PLTD tersebar 0,20 MW, PLTA Bengkok 3,85 MW, Cikalong 19,20 MW, Cirata 1.008 MW, Kracak 18,90 MW, Lamajan 19,56 MW, Parakan Kondang 9,90 MW, PJT II (Po Jatiluhur) 180 MW, Plengan 6,87 MW, Saguling 700,72 MW dan Ubrug 18,36 MW, PLTM Cijampang 2A 0,50 MW, PLTMH Cijedil 0,55 MW, Cinta Mekar 0,12 MW, Cipayung 0,40 MW, Melong 0,10 MW dan Rakit 0,50 MW, PLTP Darajat 200 MW, Darajat 55 MW, Gunung Salak 180 MW, Kamojang 140 MW, Kamojang Unit IV 60 MW, Salak 195 MW dan Wayang Windu 227 MW, PLTSa Navigat Organic Energy

26 MW. Penjualan tenaga listrik untuk Provinsi Jawa Barat sampai dengan

tahun 2011 adalah 34.054 GWh dengan komposisi penjualan per sektor pelanggan untuk rumah tangga adalah 12.552 GWh (36,9%), bisnis 3.399 GWh (9,98%), industri 17.050 GWh (50,1%), dan publik 1.052 GWh (3,09%). Rasio elektrifikasi untuk tahun 2011 mencapai 70,72%. Adapun rasio desa berlistrik tahun 2011 adalah 100%.

b. Potensi Sumber Energi

Provinsi Jawa Barat memiliki bermacam sumber energi untuk pembangkit tenaga listrik yang terdiri dari tenaga air 2.137,5 MW yang sebagian besar sudah dikembangkan berada pada 5 lokasi Cibareno-1, Rajamandala, Jati Gede, Upper Cisokan-PS dan Grindulu-PS-3. Untuk minyak bumi sebesar 599,4 MMSTB, dan gas alam sebesar 4,24 TSCF, serta potensi panas bumi yang dapat dikembangkan diperkirakan sebesar 5.839 MWe yang tersebar di 40 lokasi yaitu K.Ratu (Salak), Kiaraberes (Salak), Awi Bengkok, Ciseeng, Bujal Jasinga, Cisukarame, Selabintana, Cisolok, G. Pancar, Jampang, Tanggeung -Saguling, Cilayu, Kawah Cibuni, G. Patuha, K. Ciwidey, Maribaya, Tangkubanperahu, Sagalaherang, Ciarinem, G. Papandayan, G. Masigit – Guntur, Kamojang, Darajat, G.Tampomas, Cipacing, G. Wayang – Windu, G. Telagabodas , G. Galunggung, Ciheuras, Cigunung, Cibalong, G. Karaha, G. Sawal, Cipanas – Ciawi, G. Cakrabuana, G. Kromong, Sangkanurip, Subang dan Cibingbin. Selain itu terdapat potensi CBM sebesar 0,8 TCF. Potensi sumber energi Provinsi Jawa Barat adalah sebagaimana tercantum dalam Lampiran I.

c. Prakiraan Kebutuhan dan Penyediaan Tenaga Listrik

Diasumsikan bahwa pertumbuhan penduduk rata-rata tahun 2012 – 2031 sebesar 1,9% per tahun, pertumbuhan ekonomi sebesar 6,4% – 7,5% pada periode 2012 – 2014 dan sekitar 8,0% - 9,0% pada periode 2015 – 2031 yang dibarengi oleh penurunan inflasi dari sebesar 6,5% pada periode 2012 – 2014 menjadi 3,0% pada tahun 2025, rasio elektrifikasi ditargetkan menjadi sekitar 100% pada tahun 2020 atau penambahan konsumen rumah tangga diproyeksikan rata- Diasumsikan bahwa pertumbuhan penduduk rata-rata tahun 2012 – 2031 sebesar 1,9% per tahun, pertumbuhan ekonomi sebesar 6,4% – 7,5% pada periode 2012 – 2014 dan sekitar 8,0% - 9,0% pada periode 2015 – 2031 yang dibarengi oleh penurunan inflasi dari sebesar 6,5% pada periode 2012 – 2014 menjadi 3,0% pada tahun 2025, rasio elektrifikasi ditargetkan menjadi sekitar 100% pada tahun 2020 atau penambahan konsumen rumah tangga diproyeksikan rata-

Berdasarkan asumsi dan target tersebut, maka diproyeksikan permintaan energi listrik untuk periode 2012-2031 akan tumbuh rata-rata sebesar 8,7% per tahun sehingga pada tahun 2031 kebutuhan tenaga listrik diperkirakan mencapai 176,7 TWh. Sebagai upaya untuk memenuhi pertumbuhan beban puncak rata- rata sekitar 8.4% per tahun hingga tahun 2031, maka dibutuhkan tambahan daya rata-rata sekitar 1.626 MW per tahun. Prakiraan kebutuhan dan penyediaan tenaga listrik Provinsi Jawa Barat adalah sebagaimana tercantum dalam Lampiran IV 14.

5.2.14. Provinsi Jawa Tengah

a. Kondisi Kelistrikan

Sistem kelistrikan di Provinsi Jawa Tengah adalah merupakan bagian dari sistem interkoneksi Jawa-Bali. Pasokan utama untuk kebutuhan tenaga listrik di Provinsi Jawa Tengah selain dari sistem transmisi 500 kV dan 150 kV adalah PLTU/PLTGU Tambaklorok, PLTA Mrica, PLTU Cilacap, dan PLTP Dieng. Beban puncak pada tahun 2011 mencapai 2.677,80 MW.

Total kapasitas terpasang pembangkit tenaga listrik yang ada di Provinsi Jawa Tengah sampai dengan tahun 2011 adalah sebesar 5,923.92 MW. yang terdiri dari: PLTU Cilacap 600 MW, Pura Barutama (PLTU-M) 15 MW, Rembang 630 MW, Tambak Lorok (PLTU-M) 300 MW dan Tj. Jati B 2.840 MW, PLTG Cilacap (PLTG - M) 55 MW, Sunyaragi (PLTG - G) 40,20 MW dan Sunyaragi (PLTG - M) 40,06 MW, PLTGU Tambak lorok (PLTGU-M) 1.033,90 MW, PLTA Garung 26,40 MW, Jelok 20,48, Kalianget 0,12 MW, Karang Tengah 0,26 MW, Kedung Ombo 22,50 MW, Kelambu 1,17 MW, Ketenger 8,04 MW, Pb.Sudirman 180,90 MW, Pejengkolan 1,40 MW, Sempor 1 MW, Sidorejo 1,40 MW, Tapen 0,75 MW, Timo 12 MW, Tulis, Wadas Lintang 18 MW, Wonogiri 12,40 MW.PLTM Plumbungan 1,60 MW dan Siteki 1,20 MW, PLTMH Wangan Aji 0,14 MW, PLTP Dieng 60 MW.

Penjualan tenaga listrik untuk Provinsi Jawa Tengah pada tahun 2011 adalah sebesar 15.316 GWh dengan komposisi penjualan per sektor pelanggan untuk rumah tangga adalah 7.308 GWh (47,7%), bisnis 1.715 GWh (11,2%), industri 5.2236 GWh (34,2%), dan publik 1.057 GWh (6,9%). Rasio elektrifikasi tahun 2011 adalah 77,31%. Adapun rasio desa berlistrik tahun 2011 telah mencapai 99,99%.

b. Potensi Sumber Energi

Provinsi Jawa Tengah memiliki potensi tenaga air yang dapat dikembangkan adalah diperkirakan mencapai 360,0 MW yang berada pada 1 lokasi yaitu Maung, dan panas bumi yang diperkirakan mencapai 1.981 MWe yang tersebar di 14 lokasi yaitu Banyugaram, Bumiayu, Baturaden - G. Slamet, Guci, Mangunan – Wanayasa, Candradimuka, Dieng. Krakal, Panulisan, G. Ungaran, G. Umbul – Telomoyo, Kuwuk, G. Lawu dan Klepu serta potensi dari batubara sebesar 0,82 juta ton. Potensi sumber energi Provinsi Jawa tengah adalah sebagaimana tercantum dalam Lampiran I.

c. Prakiraan Kebutuhan dan Penyediaan Tenaga Listrik

Diasumsikan bahwa pertumbuhan penduduk rata-rata tahun 2012 – 2031 sebesar 0,4% per tahun, pertumbuhan ekonomi sebesar 6,4% – 7,5% pada periode 2012 – 2014 dan sekitar 8,0% - 9,0% pada periode 2015 – 2031 yang dibarengi oleh penurunan inflasi dari sebesar 6,5% pada periode 2012 – 2014 menjadi 3,0% pada tahun 2025, rasio elektrifikasi ditargetkan menjadi sekitar 100% pada tahun 2020 atau penambahan konsumen rumah tangga diproyeksikan rata- rata sekitar 253.065 sambungan per tahun, dan tarif listrik disesuaikan berdasarkan inflasi.

Berdasarkan asumsi dan target tersebut, maka diproyeksikan permintaan energi listrik untuk periode 2012-2031 akan tumbuh rata-rata sebesar 8,2% per tahun sehingga pada tahun 2031 kebutuhan tenaga listrik diperkirakan mencapai 73,0 TWh. Sebagai upaya untuk memenuhi pertumbuhan beban puncak rata-rata sekitar 7,9% per tahun hingga tahun 2031, maka dibutuhkan tambahan daya rata-rata sekitar 732 MW per tahun. Prakiraan kebutuhan dan penyediaan tenaga listrik Provinsi Jawa Tengah adalah sebagaimana tercantum dalam Lampiran IV 15.

5.2.15. Provinsi D.I. Yogyakarta

a. Kondisi Kelistrikan

Sistem kelistrikan di Provinsi D.I. Yogyakarta adalah merupakan bagian dari sistem interkoneksi Jawa-Bali. Pasokan utama untuk kebutuhan tenaga listrik di Provinsi D.I. Yogyakarta adalah dari sistem transmisi 500 kV dan 150 kV. Beban puncak pada tahun 2011 mencapai 453,10 MW.

Total kapasitas terpasang pembangkit tenaga listrik yang ada di Provinsi Yogyakarta sampai dengan tahun 2011 adalah sebesar 0.32 MW yaitu PLTA Talang Krasak 0,32 MW.

Penjualan tenaga listrik untuk Provinsi DIY tahun 2011 adalah sebesar 1.870 GWh dengan komposisi penjualan per sektor pelanggan untuk rumah tangga adalah 1.52 GWh (56,2%), bisnis 395 GWh (21,2%), industri 193,9 GWh (10,4%), dan publik 228,6 GWh (12,2%). Rasio elektrifikasi tahun 2011 adalah 75,19%. Adapun rasio desa berlistrik tahun 2011 telah mencapai 100%.

b. Potensi Sumber Energi

Provinsi D.I.Yogyakarta memiliki potensi panas bumi yang diperkirakan mencapai 10 MWe di 1 lokasi yaitu pada Parangtritis, Gunung Kidul. Potensi sumber energi Provinsi D.I. Yogyakarta adalah sebagaimana tercantum dalam LampiranI.

c. Prakiraan Kebutuhan dan Penyediaan Tenaga Listrik

Diasumsikan bahwa pertumbuhan penduduk rata-rata tahun 2012 – 2031 sebesar 1% per tahun, pertumbuhan ekonomi sebesar 6,4% – 7,5% pada periode 2012 – 2014 dan sekitar 8,0% - 9,0% pada periode 2015 – 2031 yang dibarengi oleh penurunan inflasi dari sebesar 6,5% pada periode 2012 – 2014 menjadi 3,0% pada tahun 2025, rasio elektrifikasi ditargetkan menjadi sekitar 100% pada tahun 2020 atau penambahan konsumen rumah tangga diproyeksikan rata- rata sekitar 40.283 sambungan per tahun, dan tarif listrik disesuaikan berdasarkan inflasi.

Berdasarkan asumsi dan target tersebut, maka diproyeksikan permintaan energi listrik untuk periode 2012-2031 akan tumbuh rata-rata sebesar 10,8% per tahun sehingga pada tahun 2031 kebutuhan tenaga listrik diperkirakan mencapai 14,3 TWh. Sebagai upaya untuk memenuhi pertumbuhan beban puncak rata-rata sekitar 10,5% per tahun hingga tahun 2031, maka dibutuhkan tambahan daya rata-rata sekitar 160 MW per tahun. Prakiraan kebutuhan dan penyediaan tenaga listrik Provinsi D.I. Yogyakarta adalah sebagaimana tercantum dalam Lampiran IV 16.

5.2.16. Provinsi Jawa Timur

a. Kondisi Kelistrikan

Sistem kelistrikan di Provinsi Jawa Timur adalah merupakan bagian dari sistem interkoneksi Jawa-Bali. Kebutuhan beban dilayani dari energi transfer dari sistem interkoneksi Jawa-Bali sebagai pemasok utama melalui jaringan SUTET (500 kV) dan SUTT (150 kV dan 70 kV), serta dari pembangkit-pembangkit kecil/embedded (PLTA Wonorejo – PJB, PLTM dan Captive) melalui jaringan Tegangan Menengah, pembangkit sendiri (PLTD dan PLTM Sampean Baru), dan pembangkit sewa. Beban puncak pada tahun 2011 mencapai 4.076,19 MW.

Total kapasitas terpasang pembangkit tenaga listrik yang ada di Provinsi Jawa Timur sampai dengan tahun 2011 adalah sebesar 8,103.64 MW. Adapun rincian pembangkit tenaga listrik tersebut adalah: PLTU, Gresik 600 MW, Paiton 660 MW, Paiton 800 MW, Paiton I 1.230 MW, Paiton II 1.220 MW, Paiton III 815 MW, Perak (PLTU-M) 100 MW. PLTG Grati (PLTG-M) 302,25 MW dan Gresik 40 MW. PLTGU Grati (PLTGU-M) 461,83 MW, Gresik 1.578,78MW. PLTD tersebar 8,83 MW. PLTA Ampel Gading 10 MW, Giringan 3,20 MW, Golang 2,70 MW, Lodoyo 4,50 MW, Mendalan 23 MW, Ngebel 2,20 MW, Sampean Baru 1,85 MW, Selorejo 4,48 MW, Sengguruh 29 MW, Siman 10,80 MW, Sutami 105 MW, Tulungagung 36 MW, Wlingi

54 MW dan Wonorejo 6, 30 MW. PLTM, Kalimaron 0,03 MW. Penjualan tenaga listrik untuk Provinsi Jawa Timur pada tahun 2011

adalah sebesar 24.019 GWh dengan komposisi penjualan per sektor pelanggan untuk rumah tangga adalah 9.085 GWh (37,8%), bisnis 2.930 GWh (12,2%), industri 10.609 GWh (44,2%), dan publik 1.394 GWh (5,8%). Rasio elektrifikasi tahun 2011 adalah sebesar 72,05% dan rasio desa berlistrik tahun 2011 adalah 99,99%.

b. Potensi Sumber Energi

Provinsi Jawa Timur memiliki potensi sumber energi yang terdiri dari potensi gas bumi yang dapat dikembangkan sebesar 5,73 TSCF, minyak bumi 1.031,94 MMSTB, batubara 0,08 juta ton dan tenaga air 2.162,0 MW pada 4 lokasi yaitu Grindulu-PS-3, K.Konto-PS, Karangkjates Ext. dan Kalikonto-2. Serta panas bumi yang diperkirakan mencapai 1.274 MWe yang tersebar di 11 lokasi yaitu pada Melati Pacitan, Rejosari Pacitan, Telaga Ngebel Ponorogo, G. Pandan Madiun, G. Arjuno – Welirang, Cangar, Songgoriti, Tirtosari Sumenep, Argopuro Probolinggo, Tiris - G. Lamongan Probolinggo dan Blawan - Ijen Bondowoso.. Potensi sumber energi Provinsi Jawa Timur adalah sebagaimana tercantum dalam Lampiran I.

c. Prakiraan Kebutuhan dan Penyediaan Tenaga Listrik

Diasumsikan bahwa pertumbuhan penduduk rata-rata tahun 2012 – 2031 sebesar 0,8% per tahun, pertumbuhan ekonomi sebesar 6,4% – 7,5% pada periode 2012 – 2014 dan sekitar 8,0% - 9,0% pada periode 2015 – 2031 yang dibarengi oleh penurunan inflasi dari sebesar 6,5% pada periode 2012 – 2014 menjadi 3,0% pada tahun 2025, rasio elektrifikasi ditargetkan menjadi sekitar 100% pada tahun 2020 atau penambahan konsumen rumah tangga diproyeksikan rata- rata sekitar 406.743 sambungan per tahun, dan tarif listrik disesuaikan berdasarkan inflasi.

Berdasarkan asumsi dan target tersebut, maka diproyeksikan permintaan energi listrik untuk periode 2012-2031 akan tumbuh rata- rata sebesar 7,6% per tahun sehingga pada tahun 2031 kebutuhan tenaga listrik diperkirakan mencapai 104,1 TWh. Sebagai upaya untuk memenuhi pertumbuhan beban puncak rata-rata sekitar 7,4% Berdasarkan asumsi dan target tersebut, maka diproyeksikan permintaan energi listrik untuk periode 2012-2031 akan tumbuh rata- rata sebesar 7,6% per tahun sehingga pada tahun 2031 kebutuhan tenaga listrik diperkirakan mencapai 104,1 TWh. Sebagai upaya untuk memenuhi pertumbuhan beban puncak rata-rata sekitar 7,4%

5.2.17. Provinsi Bali

a. Kondisi Kelistrikan

Kebutuhan tenaga listrik di Provinsi Bali saat ini dipasok oleh sistem kelistrikan di Pulau Jawa melalui jaringan transmisi kabel laut 150 kV dengan daya mampu 200 MW dan dipasok juga oleh pembangkit yang ada di Provinsi Bali sendiri yaitu PLTD/PLTG Pesanggaran, PLTG Gilimanuk, PLTG Pemaron dengan total daya mampu adalah 362 MW. Beban puncak pada tahun 2011 mencapai 461,78 MW.

Total kapasitas terpasang pembangkit tenaga listrik yang ada di Provinsi Bali sampai dengan tahun 2011 adalah sebesar 562.96 MW. Adapun rincian pembangkit tenaga listrik tersebut adalah: PLTG Gilimanuk (PLTG-M) 133,80 MW, Pemaron (PLTG-M) 97,60 MW dan Pesanggaran (PLTG-M) 125,45 MW. PLTD tersebar 205,40 MW. PLTMH, Karangasem 0,03 MW. PLTB Nusa Penida 0,40 MW dan Tanglad 0,26 MW. PLTS Koperasi Surhya Sejahtera 0,03 MW. PLTSa Koperasi Surhya Sejahtera (Excees Power)

Penjualan tenaga listrik untuk Provinsi Bali sampai dengan akhir tahun 2011 adalah mencapai 3.224 GWh dengan komposisi penjualan per sektor pelanggan untuk rumah tangga adalah 1.420 GWh (44%), bisnis 1.482 GWh (46%), industri 116,3 GWh (3,61%), dan publik 205,8 GWh (6,38%). Rasio elektrifikasi Provinsi Bali untuk tahun 2011 adalah 69,77% dan rasio desa berlistrik tahun 2011 telah mencapai 100%.

b. Potensi Sumber Energi

Provinsi Bali memiliki potensi energi yang dapat dikembangkan untuk pembangkit tenaga listrik terdiri dari Potensi panas bumi yang dapat dikembangkan sebesar 296 MWe terdapat di 5 lokasi yaitu Banyuwedang Buleleng, Seririt Buleleng, Batukao Tabanan, Penebel Tabanan dan Buyan-Bratan Buleleng. Potensi sumber energi Provinsi Bali adalah sebagaimana tercantum dalam Lampiran I.

c. Prakiraan Kebutuhan dan Penyediaan Tenaga Listrik

Diasumsikan bahwa pertumbuhan penduduk rata-rata tahun 2012 – 2031 sebesar 2,2% per tahun, pertumbuhan ekonomi sebesar 6,4% – 7,5% pada periode 2012 – 2014 dan sekitar 8,0% - 9,0% pada periode 2015 – 2031 yang dibarengi oleh penurunan inflasi dari sebesar 6,5% pada periode 2012 – 2014 menjadi 3,0% pada tahun

2025, rasio elektrifikasi ditargetkan menjadi sekitar 100% pada tahun 2020 atau penambahan konsumen rumah tangga diproyeksikan rata- rata sekitar 59.905 sambungan per tahun, dan tarif listrik disesuaikan berdasarkan inflasi.

Berdasarkan asumsi dan target tersebut, maka diproyeksikan permintaan energi listrik untuk periode 2012-2031 akan tumbuh rata-rata sebesar 11,2% per tahun sehingga pada tahun 2031 kebutuhan tenaga listrik diperkirakan mencapai 27,1 TWh. Sebagai upaya untuk memenuhi pertumbuhan beban puncak rata-rata sekitar 10,9% per tahun hingga tahun 2031, maka dibutuhkan tambahan daya rata-rata sekitar 308 MW per tahun. Prakiraan kebutuhan dan penyediaan tenaga listrik Provinsi Bali adalah sebagaimana tercantum dalam Lampiran IV 18.

5.2.18. Provinsi Kalimantan Barat

a. Kondisi Kelistrikan

Sistem kelistrikan Provinsi Kalimantan Barat terdiri atas satu sistem interkoneksi dan beberapa sistem terisolasi. Sistem interkoneksi yang terhubung pada jaringan transmisi 150 kV disebut Sistem Khatulistiwa. Beban puncak di Provinsi Kalimantan Barat pada tahun 2011 mencapai 311,24 MW.

Total kapasitas terpasang pembangkit tenaga listrik yang ada di Provinsi Kalimantan Barat sampai dengan tahun 2011 adalah sebesar 466.41 MW. Adapun rincian pembangkit tenaga listrik tersebut adalah:

PLTG Siantan 34 MW. PLTD tersebar 397,34 MW. PLTA Batu Menang, Merasap 1,50 MW dan Sajingan 0,10 MW. PLTMH Sesco 0,40 MW. PLTGB Rasau Jaya 9 MW, Sintang 6 MW, Sukadana 3 MW, Tayan 6 MW dan Tebas 9 MW. PLTS Pulau Limbung 0,07 MW.

Penjualan tenaga listrik untuk Provinsi Kalimantan Barat sampai dengan tahun 2011, mencapai 1.435 GWh dengan komposisi penjualan per sektor pelanggan untuk rumah tangga adalah 868,7 GWh (60,5%), bisnis 367,1 GWh (25,6%), industri 77,84 GWh (5,43%), dan publik 121,1 GWh (8,44%). Rasio elektrifikasi untuk tahun 2011 mencapai 65,37% dan rasio desa berlistrik tahun 2011 mencapai 98,42%.

b. Potensi Sumber Energi

Provinsi Kalimantan Barat memiliki potensi sumber energi yang terdiri dari potensi batubara sebesar 489,24 juta ton yang tersebar di berbagai tempat, potensi tenaga air sebesar 198 MW yang terdapat pada 1 lokasi yaitu Pinoh. Sedangkan potensi panas bumi yang Provinsi Kalimantan Barat memiliki potensi sumber energi yang terdiri dari potensi batubara sebesar 489,24 juta ton yang tersebar di berbagai tempat, potensi tenaga air sebesar 198 MW yang terdapat pada 1 lokasi yaitu Pinoh. Sedangkan potensi panas bumi yang

c. Prakiraan Kebutuhan dan Penyediaan Tenaga Listrik

Diasumsikan bahwa pertumbuhan penduduk rata-rata tahun 2012 – 2031 sebesar 0,9% per tahun, pertumbuhan ekonomi sebesar 6,4% – 7,5% pada periode 2012 – 2014 dan sekitar 8,0% - 9,0% pada periode 2015 – 2031 yang dibarengi oleh penurunan inflasi dari sebesar 6,5% pada periode 2012 – 2014 menjadi 3,0% pada tahun 2025, rasio elektrifikasi ditargetkan menjadi sekitar 99,9% pada tahun 2020 atau penambahan konsumen rumah tangga diproyeksikan rata- rata sekitar 49.452 sambungan per tahun, dan tarif listrik disesuaikan berdasarkan inflasi.

Berdasarkan asumsi dan target tersebut, maka diproyeksikan permintaan energi listrik untuk periode 2012-2031 akan tumbuh rata- rata sebesar 12,7% per tahun sehingga pada tahun 2031 kebutuhan tenaga listrik diperkirakan mencapai 15,2 TWh. Sebagai upaya untuk memenuhi pertumbuhan beban puncak rata-rata sekitar 12,4% per tahun hingga tahun 2031, maka dibutuhkan tambahan daya rata-rata sekitar 191 MW per tahun. Prakiraan kebutuhan dan penyediaan tenaga listrik Provinsi Kalimantan Barat adalah sebagaimana tercantum dalam Lampiran IV 19.

5.2.19. Provinsi Kalimantan Tengah

a. Kondisi Kelistrikan

Kebutuhan tenaga listrik di Provinsi Kalimantan Tengah dipasok oleh satu sistem interkoneksi melalui jaringan transmisi 150 kV yaitu Sistem Barito dan beberapa sistem terisolasi, yaitu Sistem Sampit, Pangkalan Bun, Nanga Bulik, Sukamara, Kuala Kurun, Puruk Cahu, Muara Teweh, Buntok, dan Kuala Pembuang. Beban puncak tahun 2011 mencapaI 146,76 MW.

Total kapasitas terpasang pembangkit tenaga listrik yang ada di Provinsi Kalimantan Tengah sampai dengan tahun 2011 adalah sebesar 174.15 MW. Adapun rincian pembangkit tenaga listrik tersebut adalah: PLTU EEI 14 MW dan Pangkalan Bun 14 MW. PLTD tersebar 146,15 MW.

Sampai dengan tahun 2011, penjualan tenaga listrik untuk sistem kelistrikan Provinsi Kalimantan Tengah mencapai 650 GWh dengan komposisi penjualan per sektor pelanggan untuk rumah tangga adalah 439,6 GWh (67,6%), bisnis 129,6 GWh (19,9%), industri 19,24

GWh (2,96%), dan publik 61,57 GWh (9,47%). Rasio elektrifikasi untuk tahun 2011 adalah 67,28%. Adapaun rasio desa berlistrik tahun 2011 adalah 99,80%.

b. Potensi Sumber Energi

Provinsi Kalimantan Tengah Potensi batubara diperkirakan mencapai 4.126,67 juta ton. Potensi sumber energi Provinsi Kalimantan Tengah adalah sebagaimana tercantum dalam Lampiran I.

c. Prakiraan Kebutuhan dan Penyediaan Tenaga Listrik

Diasumsikan bahwa pertumbuhan penduduk rata-rata tahun 2012 – 2031 sebesar 1,8% per tahun, pertumbuhan ekonomi sebesar 6,4% – 7,5% pada periode 2012 – 2014 dan sekitar 8,0% - 9,0% pada periode 2015 – 2031 yang dibarengi oleh penurunan inflasi dari sebesar 6,5% pada periode 2012 – 2014 menjadi 3,0% pada tahun 2025, rasio elektrifikasi ditargetkan menjadi sekitar 99,9% pada tahun 2020 atau penambahan konsumen rumah tangga diproyeksikan rata- rata sekitar 32.408 sambungan per tahun, dan tarif listrik disesuaikan berdasarkan inflasi.

Berdasarkan asumsi dan target tersebut, maka diproyeksikan permintaan energi listrik untuk periode 2012-2031 akan tumbuh rata-rata sebesar 11,7% per tahun sehingga pada tahun 2031 kebutuhan tenaga listrik diperkirakan mencapai 5,8 TWh. Sebagai upaya untuk memenuhi pertumbuhan beban puncak rata-rata sekitar 11,4% per tahun hingga tahun 2031, maka dibutuhkan tambahan daya rata-rata sekitar 72 MW per tahun. Prakiraan kebutuhan dan penyediaan tenaga listrik Provinsi Kalimantan Tengah adalah sebagaimana tercantum dalam Lampiran IV 20.

5.2.20. Provinsi Kalimantan Selatan

a. Kondisi Kelistrikan

Kebutuhan tenaga listrik di Provinsi Kalimantan Selatan dipasok oleh satu sistem interkoneksi melalui jaringan transmisi 150 kV yaitu Sistem Barito dan beberapa sistem terisolasi, yaitu Sistem Batulicin/Pagatan, Sungai Kupang, dan Kotabaru. Beban puncak tahun 2011 mencapai 275,97 MW.

Total kapasitas terpasang pembangkit tenaga listrik yang ada di Provinsi Kalimantan Selatan sampai dengan tahun 2011 adalah sebesar 439.82 MW. Adapun rincian pembangkit tenaga listrik tersebut adalah: PLTU Asam-Asam 130 MW, Indocement 5 MW, Tanjung Alam 3 MW dan Wijaya 6 MW. PLTG Trisakti 21 MW. PLTD tersebar 244,82 MW. PLTA Riam Kanan 30 MW.

Sampai dengan tahun 2011, penjualan tenaga listrik untuk sistem kelistrikan Provinsi Kalimantan Selatan mencapai 1.467 GWh dengan komposisi penjualan per sektor pelanggan untuk rumah tangga adalah 940,1 GWh (64,1%), bisnis 259,8 GWh (17,7%), industri 137,9 GWh (9,4%), dan publik 129,3 GWh (8,81%). Rasio elektrifikasi untuk tahun 2011 adalah 75,65%. Adapaun rasio desa berlistrik tahun 2011 adalah 99,90%.

b. Potensi Sumber Energi

Provinsi Kalimantan Selatan memiliki beranekaragam potensi sumber energi primer yang dapat digunakan sebagai sumber energi pembangkit tenaga listrik antara lain Batubara 14.437,27 juta ton, Adapun potensi panas bumi yang dimiliki sebesar 50 MW yang berada di 3 lokasi yaitu pada Batubini Hulu Sungai, Tanuhi Hulu Sungai Selatan dan Hantakan Hulu Sungai Tengah. Selain itu terdapat potensi CBM sebesar 104,6 TCF. Potensi sumber energi Provinsi Kalimantan selatan adalah sebagaimana tercantum dalam Lampiran I.

c. Prakiraan Kebutuhan dan Penyediaan Tenaga Listrik

Diasumsikan bahwa pertumbuhan penduduk rata-rata tahun 2012 – 2031 sebesar 2% per tahun, pertumbuhan ekonomi sebesar 6,4% – 7,5% pada periode 2012 – 2014 dan sekitar 8,0% - 9,0% pada periode 2015 – 2031 yang dibarengi oleh penurunan inflasi dari sebesar 6,5% pada periode 2012 – 2014 menjadi 3,0% pada tahun 2025, rasio elektrifikasi ditargetkan menjadi sekitar 99,9% pada tahun 2020 atau penambahan konsumen rumah tangga diproyeksikan rata- rata sekitar 48.341 sambungan per tahun, dan tarif listrik disesuaikan berdasarkan inflasi.

Berdasarkan asumsi dan target tersebut, maka diproyeksikan permintaan energi listrik untuk periode 2012-2031 akan tumbuh rata-rata sebesar 10,5% per tahun sehingga pada tahun 2031 kebutuhan tenaga listrik diperkirakan mencapai 10,6 TWh. Sebagai upaya untuk memenuhi pertumbuhan beban puncak rata-rata sekitar 10,2% per tahun hingga tahun 2031, maka dibutuhkan tambahan daya rata-rata sekitar 135 MW per tahun. Prakiraan kebutuhan dan penyediaan tenaga listrik Provinsi Kalimantan Selatan adalah sebagaimana tercantum dalam Lampiran IV 21.

5.2.21. Provinsi Kalimantan Timur

a. Kondisi Kelistrikan

Sistem kelistrikan Provinsi Kalimantan Timur terdiri atas satu sistem interkoneksi dan beberapa sistem terisolasi. Sistem interkoneksi yang terhubung pada jaringan transmisi 150 kV disebut Sistem Mahakam.

Beban puncak di Provinsi Kalimantan Timur pada tahun 2011 mencapai 234,06 MW. Beban puncak pada tahun 2011 mencapai 401,86 MW.

Total kapasitas terpasang pembangkit tenaga listrik yang ada di Provinsi Kalimantan Timur sampai dengan tahun 2011 adalah sebesar 752.64 MW. Adapun rincian pembangkit tenaga listrik tersebut adalah:

PLTU Embalut 50 MW, IDEC 7 MW, Lati 14 MW dan Sumalindo 7,5 MW. PLTG Cahaya Sakti 7 MW, Gunung Belah 17 MW, Samberah 38,40 MW dan Tj Batu I 20 MW. PLTGU Tanjung Batu (HSD) 60 MW.PLTMG Bontang 13,94 MW, Bunyu 2 MW, Gunung Belah 6 MW, Kampung Satu 3 MW, Nipah 3,9 MW, Petung I 3 MW, Petung II 2 MW, Tarakan 3 MW dan Tj Batu II 9,2 MW. PLTD tersebar 477,61 MW. PLTM Jantur Beras. PLTGB Melak 8 MW. PLTS P. Derawan 0,09 MW.

Sampai dengan tahun 2011, penjualan tenaga listrik untuk Provinsi Kalimantan Timur adalah sebesar 2.277 GWh dengan komposisi penjualan per sektor pelanggan untuk rumah tangga adalah 1.308 GWh (57,4%), bisnis 569,6 GWh (25%), industri 174,8 GWh (7,67%), dan publik 225,3 GWh (9,89%). Rasio elektrifikasi untuk tahun 2011 adalah 63,44% dan rasio desa berlistrik tahun 2011 adalah 96,52%.

b. Potensi Sumber Energi

Provinsi Kalimantan Timur memiliki beranekaragam potensi sumber energi primer yang dapat digunakan sebagai sumber energi pembangkit tenaga listrik yaitu minyak bumi yang diperkirakan sebesar 670 MMSTB, gas bumi 19,76 TSCF, batubara 49.526,90 juta ton, tenaga air 168 MW pada 1 lokasi yaitu Kelai-2 dan panas bumi sekitar 30 MWe terletak di 4 lokasi yaitu pada Sebakis Nunukan, Sajau Bulungan, Semolon Malinau dan Mengkausar Malinau. Selain itu terdapat potensi CBM sebesar 106,3 TCF. Potensi sumber energi Provinsi Kalimantan Timur adalah sebagaimana tercantum dalam Lampiran I.

c. Prakiraan Kebutuhan dan Penyediaan Tenaga Listrik

Diasumsikan bahwa pertumbuhan penduduk rata-rata tahun 2012 – 2031 sebesar 3,8% per tahun, pertumbuhan ekonomi sebesar 6,4% – 7,5% pada periode 2012 – 2014 dan sekitar 8,0% - 9,0% pada periode 2015 – 2031 yang dibarengi oleh penurunan inflasi dari sebesar 6,5% pada periode 2012 – 2014 menjadi 3,0% pada tahun 2025, rasio elektrifikasi ditargetkan menjadi sekitar 99,9% pada tahun 2020 atau penambahan konsumen rumah tangga diproyeksikan rata- rata sekitar 76.902 sambungan per tahun, dan tarif listrik disesuaikan berdasarkan inflasi.

Berdasarkan asumsi dan target tersebut, maka diproyeksikan permintaan energi listrik untuk periode 2012-2031 akan tumbuh rata-rata sebesar 15,9% per tahun sehingga pada tahun 2031 kebutuhan tenaga listrik diperkirakan mencapai 42,8 TWh. Sebagai upaya untuk memenuhi pertumbuhan beban puncak rata-rata sekitar 15,6% per tahun hingga tahun 2031, maka dibutuhkan tambahan daya rata-rata sekitar 555 MW per tahun. Prakiraan kebutuhan dan penyediaan tenaga listrik Provinsi Kalimantan Timur adalah sebagaimana tercantum dalam Lampiran IV 22 .

5.2.22. Provinsi Sulawesi Utara

a. Kondisi Kelistrikan

Kebutuhan tenaga listrik di Provinsi Sulawesi Utara dipasok oleh satu sistem interkoneksi melalui jaringan transmisi 150 kV yaitu Sistem Minahasa dan beberapa sistem terisolasi, yaitu Sistem Tahuna, Melonguane, Ondong (Siau), Tagulandang, Beo (Talaud), Lirung, dan Molibagu. Beban puncak tahun 2011 mencapai 206, 39 MW.

Total kapasitas terpasang pembangkit tenaga listrik yang ada di Provinsi Sulawesi Utara sampai dengan tahun 2011 adalah sebesar 342.36 MW. Adapun rincian pembangkit tenaga listrik tersebut adalah:

PLTU Amurang. PLTD tersebar 202,56 MW. PLTA Tanggari I 18 MW, Tanggari II 19 MW, Tonsealama 14,38 MW. PLTM Lobong 1,60 MW, Mobuya 3 MW, Poigar 2,40 MW, Ulung Peliang 1 MW. PLTP Lahendong 80 MW. PLTB Malamenggu 0,08 MW. PLTS. Bunaken 0,34 MW.

Penjualan tenaga listrik untuk kelistrikan Provinsi Sulawesi Utara sampai dengan akhir 2011 mencapai 987 GWh dengan komposisi penjualan per sektor pelanggan untuk rumah tangga adalah 567 GWh (57,4%), bisnis 253 GWh (25, 7%), industri 73,2 GWh (7,42%), dan publik 93,3 GWh (9,45%). Rasio elektrifikasi tahun 2011 adalah 73,21%. Adapun rasio desa berlistrik tahun 2011 adalah 99,82%.

b. Potensi Sumber Energi

Provinsi Sulawesi Utara memiliki potensi sumber energi primer yang dapat digunakan sebagai sumber energi pembangkit tenaga listrik, yaitu panas bumi, dan tenaga air. Potensi panas bumi yang ada diperkirakan 793 MWe yang tersebar di 5 lokasi yaitu Air Madidi Minahasa, Lahendong Tomohon, Tompaso Minahasa, G. Ambang Bolaang Mongondow dan Kotamobagu Bolaang Mongondow dan potensi air sebesar 16 MW pada 1 lokasi yaitu Sawangan. Potensi Provinsi Sulawesi Utara memiliki potensi sumber energi primer yang dapat digunakan sebagai sumber energi pembangkit tenaga listrik, yaitu panas bumi, dan tenaga air. Potensi panas bumi yang ada diperkirakan 793 MWe yang tersebar di 5 lokasi yaitu Air Madidi Minahasa, Lahendong Tomohon, Tompaso Minahasa, G. Ambang Bolaang Mongondow dan Kotamobagu Bolaang Mongondow dan potensi air sebesar 16 MW pada 1 lokasi yaitu Sawangan. Potensi

c. Prakiraan Kebutuhan dan Penyediaan Tenaga Listrik

Diasumsikan bahwa pertumbuhan penduduk rata-rata tahun 2012 – 2031 sebesar 1,3% per tahun, pertumbuhan ekonomi sebesar 6,4% – 7,5% pada periode 2012 – 2014 dan sekitar 8,0% - 9,0% pada periode 2015 – 2031 yang dibarengi oleh penurunan inflasi dari sebesar 6,5% pada periode 2012 – 2014 menjadi 3,0% pada tahun 2025, rasio elektrifikasi ditargetkan menjadi sekitar 95% pada tahun 2020 atau penambahan konsumen rumah tangga diproyeksikan rata- rata sekitar 21.809 sambungan per tahun, dan tarif listrik disesuaikan berdasarkan inflasi.

Berdasarkan asumsi dan target tersebut, maka diproyeksikan permintaan energi listrik untuk periode 2012-2031 akan tumbuh rata-rata sebesar 15,1% per tahun sehingga pada tahun 2031 kebutuhan tenaga listrik diperkirakan mencapai 15,6 TWh. Sebagai upaya untuk memenuhi pertumbuhan beban puncak rata-rata sekitar 14.8% per tahun hingga tahun 2031, maka dibutuhkan tambahan daya rata-rata sekitar 219 MW per tahun. Prakiraan kebutuhan dan penyediaan tenaga listrik Provinsi Sulawesi Utara adalah sebagaimana tercantum dalam Lampiran IV 23.

5.2.23. Provinsi Gorontalo

a. Kondisi Kelistrikan

Kebutuhan tenaga listrik di Provinsi Gorontalo dipasok oleh beberapa sistem terisolasi, yaitu Sistem Telaga (Gorontalo), Buruki, dan Marisa Tilamuta. Beban puncak tahun 2011 mencapai 49,63 MW.

Total kapasitas terpasang pembangkit tenaga listrik yang ada di Provinsi Gorontalo sampai dengan tahun 2011 adalah sebesar 62.20 MW. Adapun rincian pembangkit tenaga listrik tersebut adalah:

PLTD 60,70 MW. PLTM Mongango 1,50 MW. Penjualan tenaga listrik untuk kelistrikan Provinsi Gorontalo sampai

dengan akhir 2011 mencapai 237 GWh dengan komposisi penjualan per sektor pelanggan untuk rumah tangga adalah 153 GWh (64,8%), bisnis 35,8 GWh (15,1%), industri 15,5 GWh (6,55%), dan publik 31,9 GWh (13,5%). Rasio elektrifikasi tahun 2011 adalah 54,69%. Adapun rasio desa berlistrik tahun 2011 adalah 99,59%.

b. Potensi Sumber Energi

Provinsi Gorontalo memiliki potensi sumber panas bumi di 2 lokasi sebesar 185 MWe yaitu Petandio Gorontalo dan Suwawa Bone Bolango. Potensi sumber energi Provinsi Gorontalo adalah sebagaimana tercantum dalam Lampiran I.

c. Prakiraan Kebutuhan dan Penyediaan Tenaga Listrik

Diasumsikan bahwa pertumbuhan penduduk rata-rata tahun 2012 – 2031 sebesar 2,3% per tahun, pertumbuhan ekonomi sebesar 6,4% – 7,5% pada periode 2012 – 2014 dan sekitar 8,0% - 9,0% pada periode 2015 – 2031 yang dibarengi oleh penurunan inflasi dari sebesar 6,5% pada periode 2012 – 2014 menjadi 3,0% pada tahun 2025, rasio elektrifikasi ditargetkan menjadi sekitar 99,9% pada tahun 2020 atau penambahan konsumen rumah tangga diproyeksikan rata- rata sekitar 18.732 sambungan per tahun, dan tarif listrik disesuaikan berdasarkan inflasi.

Berdasarkan asumsi dan target tersebut, maka diproyeksikan permintaan energi listrik untuk periode 2012-2031 akan tumbuh rata-rata sebesar 12,1% per tahun sehingga pada tahun 2031 kebutuhan tenaga listrik diperkirakan mencapai 2,2 TWh. Sebagai upaya untuk memenuhi pertumbuhan beban puncak rata-rata sekitar 11,8% per tahun hingga tahun 2031, maka dibutuhkan tambahan daya rata-rata sekitar 33 MW per tahun. Prakiraan kebutuhan dan penyediaan tenaga listrik Provinsi Gorontalo adalah sebagaimana tercantum dalam Lampiran IV 24.

5.2.24. Provinsi Sulawesi Tengah

a. Kondisi Kelistrikan

Kebutuhan tenaga listrik di Provinsi Sulawesi Tengah dipasok oleh beberapa sistem terisolasi, yaitu Sistem Palu, Toli-Toli, Luwuk, Bangkir, Palasa, Moutong, Parigi, Poso, Tentena, Kolonedale, Toili, Kotaraya, Leok, Ampana, Bunta, Moilong, Banggai, dang Bungku. Beban puncak tahun mencapai 137,13 MW.

Total kapasitas terpasang pembangkit tenaga listrik yang ada di Provinsi Sulawesi Tengah sampai dengan tahun 2011 adalah sebesar 249.69 MW. Adapun rincian pembangkit tenaga listrik tersebut adalah:

PLTU Tawaeli 30 MW. PLTD tersebar 201,84 MW. PLTM Bambalo 2,55 MW, Hanga-Hanga I 1,60 MW, Hanga-Hanga II Tahap I 2 MW, Hanga-Hanga Kalumpang 3,80 MW, Hek 2,50 MW, Kalumpang 1 MW, Kolondom 1,60 MW, Sansarino 0,8 MW, Tomini 2 MW.

Penjualan tenaga listrik untuk kelistrikan Provinsi Sulawesi Tengah sampai dengan akhir 2011 mencapai 575 GWh dengan komposisi penjualan per sektor pelanggan untuk rumah tangga adalah 386 GWh (67,1%), bisnis 92,1 GWh (16%), industri 16,8 GWh (2,92%), dan publik 80,2 GWh (14%). Rasio elektrifikasi tahun 2011 adalah 64,84%. Adapun rasio desa berlistrik tahun 2011 adalah 99,34%.

b. Potensi Sumber Energi

Provinsi Sulawesi Tengah memiliki potensi sumber energi primer yang dapat digunakan sebagai sumber energi untuk pembangkit tenaga listrik, yaitu batubara, gas alam, air (PLTA, Minihidro, dan mikro hidro), dan panas bumi.

Potensi batubara sekitar 1,98 juta ton, potensi gas alam sebesar 2,80 TSCF. Potensi air sebesar 670,2 MW terdapat pada 5 lokasi yaitu Poso-1, Poso-2, Lariang-6, Lasoko-4, dan Konaweha-3. Potensi panas bumi yang ada mencapai sebesar 643 MWe yang terdapat di 17 lokasi yaitu pada Maranda Poso, Sapo Sigi, Langkapa Poso, Kalemago-Wanga Poso, Torire-Katu Poso, Toare Donggala, Pantangolemba Poso, Marana Donggala, Bora Sigi, Pulu Sigi, Sedoa Poso, Lompio Donggala, Tambu Donggala, Wuasa Poso, Watuneso Poso, Papanlulu Poso dan Ranang-Kasimbar Parigi Moutong. Potensi untuk minyak bumi yang ada adalah sekitar 49,78 MMSTB. Potensi sumber energi Provinsi Sulawesi Tengah adalah sebagaimana tercantum dalam Lampiran I.

c. Prakiraan Kebutuhan dan Penyediaan Tenaga Listrik

Diasumsikan bahwa pertumbuhan penduduk rata-rata tahun 2012 – 2031 sebesar 2% per tahun, pertumbuhan ekonomi sebesar 6,4% – 7,5% pada periode 2012 – 2014 dan sekitar 8,0% - 9,0% pada periode 2015 – 2031 yang dibarengi oleh penurunan inflasi dari sebesar 6,5% pada periode 2012 – 2014 menjadi 3,0% pada tahun 2025, rasio elektrifikasi ditargetkan menjadi sekitar 95% pada tahun 2020 atau penambahan konsumen rumah tangga diproyeksikan rata- rata sekitar 32.746 sambungan per tahun, dan tarif listrik disesuaikan berdasarkan inflasi.

Berdasarkan asumsi dan target tersebut, maka diproyeksikan permintaan energi listrik untuk periode 2012-2031 akan tumbuh rata- rata sebesar 10,6% per tahun sehingga pada tahun 2031 kebutuhan tenaga listrik diperkirakan mencapai 4,2 TWh. Sebagai upaya untuk memenuhi pertumbuhan beban puncak rata-rata sekitar 10,3% per tahun hingga tahun 2031, maka dibutuhkan tambahan daya rata-rata sekitar 57 MW per tahun. Prakiraan kebutuhan dan penyediaan tenaga listrik Provinsi Sulawesi Tengah adalah sebagaimana tercantum dalam Lampiran IV 25.

5.2.25. Provinsi Sulawesi Barat

a. Kondisi Kelistrikan

Kebutuhan tenaga listrik di Provinsi Sulawesi Barat dipasok oleh 2 sistem terisolasi, yaitu Sistem Pasangkayu dan Mamasa. Beban puncak tahun 2011 mencapai 30 MW.

Total kapasitas terpasang pembangkit tenaga listrik yang ada di Provinsi Sulawesi Barat sampai dengan tahun 2011 adalah sebesar

6.49 MW yang keseluruhannya terdiri dari PLTD tersebar. Sampai tahun 2011, penjualan tenaga listrik untuk kelistrikan Provinsi

Sulawesi Barat mencapai 152 GWh dengan komposisi penjualan per sektor pelanggan untuk rumah tangga adalah 103 GWh (68,2%), bisnis 28 GWh (18,5%), industri 2,13 GWh (1,4%), dan publik 18 GWh (11,9%). Rasio elektrifikasi tahun 2011 adalah 64,12%. Adapun rasio desa berlistrik tahun 2011 adalah 99,22%.

b. Potensi Sumber Energi

Provinsi Sulawesi Barat memiliki memiliki potensi panas bumi sebesar 545 MWe yang tersebar di 6 lokasi yaitu pada Mambosa Mamuju, Somba Majene, Mamasa Mamasa, Lilli-Sepporaki Polewali Mandar, Riso-Kalimbua Polewali Mandar dan Alu Polewali Mandar serta potensi energi air sebesar 800 MW pada 1 lokasi yaitu Karama-I. Potensi sumber energi Provinsi Sulawesi Barat adalah sebagaimana tercantum dalam Lampiran I.

c. Prakiraan Kebutuhan dan Penyediaan Tenaga Listrik

Diasumsikan bahwa pertumbuhan penduduk rata-rata tahun 2012 – 2031 sebesar 2,7% per tahun, pertumbuhan ekonomi sebesar 6,4% – 7,5% pada periode 2012 – 2014 dan sekitar 8,0% - 9,0% pada periode 2015 – 2031 yang dibarengi oleh penurunan inflasi dari sebesar 6,5% pada periode 2012 – 2014 menjadi 3,0% pada tahun 2025, rasio elektrifikasi ditargetkan menjadi sekitar 99,9% pada tahun 2020 atau penambahan konsumen rumah tangga diproyeksikan rata- rata sekitar 18.506 sambungan per tahun, dan tarif listrik disesuaikan berdasarkan inflasi.

Berdasarkan asumsi dan target tersebut, maka diproyeksikan permintaan energi listrik untuk periode 2012-2031 akan tumbuh rata- rata sebesar 13,0% per tahun sehingga pada tahun 2031 kebutuhan tenaga listrik diperkirakan mencapai 1,7 TWh. Sebagai upaya untuk memenuhi pertumbuhan beban puncak rata-rata sekitar 12,7% per tahun hingga tahun 2031, maka dibutuhkan tambahan daya rata-rata sekitar 24 MW per tahun. Prakiraan kebutuhan dan penyediaan tenaga listrik Provinsi Sulawesi Barat adalah sebagaimana tercantum dalam Lampiran IV 26.

5.2.26. Provinsi Sulawesi Selatan

a. Kondisi Kelistrikan

Kebutuhan tenaga listrik di Provinsi Sulawesi Selatan dipasok oleh satu sistem interkoneksi melalui jaringan transmisi 150 kV yaitu Sistem Sulawesi Selatan dan beberapa sistem terisolasi, yaitu Sistem Malili-Inco, dan Selayar. Beban puncak tahun 2011 mencapai 583,08 MW.

Total kapasitas terpasang pembangkit tenaga listrik yang ada di Provinsi Sulawesi Selatan sampai dengan tahun 2011 adalah sebesar 1.120,34 MW. Adapun rincian pembangkit tenaga listrik tersebut adalah: PLTU Jeneponto 200 MW, Makassar (PLTU-M) 3 MW dan Tello 12,50 MW. PLTG Sengkang (Ekspansi 1) 60 MW dan Tello 122,72 MW. PLTGU Sengkang 135 MW. PLTD tersebar 419,91 MW. PLTA Bakaru 126,39 MW, Bili-Bili 20,49 MW, Palopo 5 MW, Ranteballa 3,12 MW dan Sawitto 1,62. PLTM Tangka Manipi 10,10 MW. PLTMH Sinjai/Gowa/Mappung 0,29 MW. PLTB Barubasa 0,20 MW.

Sampai tahun 2011, penjualan tenaga listrik untuk kelistrikan Provinsi Sulawesi Selatan mencapai 3.246 GWh dengan komposisi penjualan per sektor pelanggan untuk rumah tangga adalah 1.588 GWh (48,9%), bisnis 664 GWh (20,4%), industri 687 GWh (21,2%), dan publik 308 GWh (9,48%). Rasio elektrifikasi tahun 2011 adalah 74,19%. Adapun rasio desa berlistrik tahun 2011 adalah 99,63%.

b. Potensi Sumber Energi

Provinsi Sulawesi Selatan memiliki beranekaragam potensi sumber energi primer yang dapat digunakan sebagai sumber energi pembangkit tenaga listrik, yaitu Potensi batubara sebesar 231,24 juta ton. Potensi sumber daya air sebesar 1.567,8 MW yang tersebar di 7 lokasi yaitu Masuni, Mong, Lasolo-4, Poko, Malea, Batu, dan Bonto Batu. Potensi panas bumi diperkirakan sebesar 463 MWe yang tersebar di 14 lokasi yaitu Limbong Luwu Utara, Parara Luwu Utara, Pincara Luwu Utara, Bituang Tanatoraja, Sangalla Tanatoraja, Watansoppeng Soppeng, Sulili Pinrang, Malawa Pangkajene, Baru Baru, Watampone Bone, Todong Bone, Kampala/ Sinjai Sinjai, Massepe Sidrap dan Sengkang/ D. Tempe Wajo.

Potensi sumber energi Provinsi Sulawesi Selatan adalah sebagaimana tercantum dalam Lampiran I.

c. Prakiraan Kebutuhan dan Penyediaan Tenaga Listrik

Diasumsikan bahwa pertumbuhan penduduk rata-rata tahun 2012 – 2031 sebesar 1,2% per tahun, pertumbuhan ekonomi sebesar 6,4% – 7,5% pada periode 2012 – 2014 dan sekitar 8,0% - 9,0% pada Diasumsikan bahwa pertumbuhan penduduk rata-rata tahun 2012 – 2031 sebesar 1,2% per tahun, pertumbuhan ekonomi sebesar 6,4% – 7,5% pada periode 2012 – 2014 dan sekitar 8,0% - 9,0% pada

Berdasarkan asumsi dan target tersebut, maka diproyeksikan permintaan energi listrik untuk periode 2012-2031 akan tumbuh rata- rata sebesar 11,9% per tahun sehingga pada tahun 2031 kebutuhan tenaga listrik diperkirakan mencapai 29,6 TWh. Sebagai upaya untuk memenuhi pertumbuhan beban puncak rata-rata sekitar 11,6% per tahun hingga tahun 2031, maka dibutuhkan tambahan daya rata-rata sekitar 410 MW per tahun. Prakiraan kebutuhan dan penyediaan tenaga listrik Provinsi Sulawesi Selatan adalah sebagaimana tercantum dalam Lampiran IV 27.

5.2.27. Provinsi Sulawesi Tenggara

a. Kondisi Kelistrikan

Kebutuhan tenaga listrik di Provinsi Sulawesi Tenggara dipasok oleh beberapa sistem terisolasi, yaitu Sistem Kendari, Lambuya, Bau-Bau, Wangi-Wangi, Lasusua, Kolaka, Kassipute, dan Raha. Beban puncak tahun 2011 mencapai 105,97 MW.

Total kapasitas terpasang pembangkit tenaga listrik yang ada di Provinsi Sulawesi Tenggara sampai dengan tahun 2011 adalah sebesar 177.85 MW. Adapun rincian pembangkit tenaga listrik tersebut adalah: PLTD tersebar 173,70 MW. PLTA, Winning 1,60 MW. PLTMH, Mikuasi 0,55 MW, Sabilambo 2 MW.

Sampai tahun 2011, penjualan tenaga listrik untuk kelistrikan Provinsi Sulawesi Tenggara mencapai 441 GWh dengan komposisi penjualan per sektor pelanggan untuk rumah tangga adalah 293 GWh (66,5%), bisnis 81,4 GWh (18,4%), industri 24,6 GWh (5,57%), dan publik 41,8 GWh (9,48%). Rasio elektrifikasi tahun 2011 adalah 56,46%. Adapun rasio desa berlistrik tahun 2011 adalah 98,63%.

b. Potensi Sumber Energi

Provinsi Sulawesi Tenggara memiliki beranekaragam potensi sumber energi primer yang dapat digunakan sebagai sumber energi pembangkit tenaga listrik, yaitu air (PLTA Mikrohidro) dan panas bumi.

Potensi sumber daya air sebesar 82,8 yang tersebar di 2 lokasi Watunohu-1 dan Tamboli. Potensi panas bumi cukup besar, dengan total kapasitas diperkirakan sebesar 310 MWe yang Potensi sumber daya air sebesar 82,8 yang tersebar di 2 lokasi Watunohu-1 dan Tamboli. Potensi panas bumi cukup besar, dengan total kapasitas diperkirakan sebesar 310 MWe yang

c. Prakiraan Kebutuhan dan Penyediaan Tenaga Listrik

Diasumsikan bahwa pertumbuhan penduduk rata-rata tahun 2012 – 2031 sebesar 2,1% per tahun, pertumbuhan ekonomi sebesar 6,4% – 7,5% pada periode 2012 – 2014 dan sekitar 8,0% - 9,0% pada periode 2015 – 2031 yang dibarengi oleh penurunan inflasi dari sebesar 6,5% pada periode 2012 – 2014 menjadi 3,0% pada tahun 2025, rasio elektrifikasi ditargetkan menjadi sekitar 95% pada tahun 2020 atau penambahan konsumen rumah tangga diproyeksikan rata- rata sekitar 32.956 sambungan per tahun, dan tarif listrik disesuaikan berdasarkan inflasi.

Berdasarkan asumsi dan target tersebut, maka diproyeksikan permintaan energi listrik untuk periode 2012-2031 akan tumbuh rata- rata sebesar 13,5% per tahun sehingga pada tahun 2031 kebutuhan tenaga listrik diperkirakan mencapai 5,4 TWh. Sebagai upaya untuk memenuhi pertumbuhan beban puncak rata-rata sekitar 13,2% per tahun hingga tahun 2031, maka dibutuhkan tambahan daya rata-rata sekitar 87 MW per tahun. Prakiraan kebutuhan dan penyediaan tenaga listrik Provinsi Sulawesi Tenggara adalah sebagaimana tercantum dalam Lampiran IV 28.

5.2.28. Provinsi Nusa Tenggara Barat

a. Kondisi Kelistrikan

Sistem kelistrikan Provinsi Nusa Tenggara Barat terdiri atas beberapa sistem terisolasi seperti antara lain sistem Lombok, Sumbawa, dan Bima. Beban puncak sampai dengan akhir tahun 2011 untuk kelistrikan Provinsi Nusa Tenggara Barat mencapai 186,81 MW.

Total kapasitas terpasang pembangkit tenaga listrik yang ada di Provinsi Nusa Tenggara Barat sampai dengan tahun 2011 adalah sebesar 288.70 MW. Adapun rincian pembangkit tenaga listrik tersebut adalah: PLTD tersebar 287,32 MW. PLTM Mamak 0,52 MW dan Pengga 0,40 MW. PLTMH Kukusan 0,20 MW. PLTS Gili Trawangan 0,25 MW dan Nggelu 0,01 MW.

Sampai dengan tahun 2011, penjualan tenaga listrik untuk kelistrikan Provinsi Nusa Tenggara Barat adalah 837 GWh dengan komposisi penjualan per sektor pelanggan untuk rumah tangga adalah 548

GWh (65,4%), bisnis 182 GWh (21,7%), industri 22,4 GWh (2,68%), dan publik 85,5 GWh (10,2%). Rasio elektrifikasi tahun 2011 untuk Provinsi Nusa Tenggara Barat adalah 52,88% dan rasio desa berlistrik tahun 2011 adalah 99,82%.

b. Potensi Sumber Energi

Provinsi Nusa Tenggara Barat memiliki potensi sumber energi relatif kecil. Panas bumi terdapat di 3 lokasi dengan total daya sebesar 195 MWe yaitu pada Sembalun Lombok Timur, Marongge Sumbawa Besar dan Daha Dompu. Potensi sumber energi Nusa Tenggara Barat adalah sebagaimana tercantum dalam Lampiran I.

c. Prakiraan Kebutuhan dan Penyediaan Tenaga Listrik

Diasumsikan bahwa pertumbuhan penduduk rata-rata tahun 2012 – 2031 sebesar 1,2% per tahun, pertumbuhan ekonomi sebesar 6,4% – 7,5% pada periode 2012 – 2014 dan sekitar 8,0% - 9,0% pada periode 2015 – 2031 yang dibarengi oleh penurunan inflasi dari sebesar 6,5% pada periode 2012 – 2014 menjadi 3,0% pada tahun 2025, rasio elektrifikasi ditargetkan menjadi sekitar 90% pada tahun 2020 atau penambahan konsumen rumah tangga diproyeksikan rata- rata sekitar 66.246 sambungan per tahun, dan tarif listrik disesuaikan berdasarkan inflasi.

Berdasarkan asumsi dan target tersebut, maka diproyeksikan permintaan energi listrik untuk periode 2012-2031 akan tumbuh rata- rata sebesar 12,5% per tahun sehingga pada tahun 2031 kebutuhan tenaga listrik diperkirakan mencapai 8,6 TWh. Sebagai upaya untuk memenuhi pertumbuhan beban puncak rata-rata sekitar 12,2% per tahun hingga tahun 2031, maka dibutuhkan tambahan daya rata-rata sekitar 124 MW per tahun. Prakiraan kebutuhan dan penyediaan tenaga listrik Provinsi Nusa Tenggara Barat adalah sebagaimana tercantum dalam Lampiran IV 29.

5.2.29. Provinsi Nusa Tenggara Timur

a. Kondisi Kelistrikan

Sistem kelistrikan Provinsi Nusa Tenggara Timur terdiri atas beberapa sistem terisolasi seperti antara lain sistem Kupang, Atambua, Ende, Ruteng, Bajawa, Maumere. Sampai dengan akhir tahun 2011, beban puncak kelistrikan Provinsi Nusa Tenggara Timur mencapai 103,59 MW.

Total kapasitas terpasang pembangkit tenaga listrik yang ada di Provinsi Nusa Tenggara Timur sampai dengan tahun 2011 adalah sebesar 194.82 MW. Adapun rincian pembangkit tenaga listrik tersebut adalah: PLTD tersebar 193,35 MW. PLTA Mborong 0,12

MW.PLTM Lokomboro 0,80 MW dan Ogi 0,16 MW. PLTMH Waikelosawah 0,02 MW. PLTP Mataloko. PLTS Lewoleba 0,20 MW, Nemberala 0,11 MW dan Wini 0,06 MW.

Penjualan tenaga listrik untuk kelistrikan Provinsi Nusa Tenggara Timur sampai dengan tahun 2011 mencapai 487 GWh dengan komposisi penjualan per sektor pelanggan untuk rumah tangga adalah 291 GWh (59,8%), bisnis 130 GWh (26,6%), industri 4,81 GWh (0,99%), dan publik 61,1 GWh (12,5%). Rasio elektrifikasi tahun 2011 adalah 39,92% dan rasio desa berlistrik tahun 2011 adalah 96,16%.

b. Potensi Sumber Energi

Provinsi Nusa Tenggara Timur memiliki potensi sumber energi primer yang terdiri dari panas bumi dan air. Potensi panas bumi yang dimiliki adalah sebesar 1.276 MWe di 19 lokasi yaitu Wai Sano Manggarai Barat, Ulumbu Manggarai Barat, Wai Pesi Manggarai Barat, Gou - Inelika Ngada, Mengeruda Ngada, Mataloko Ngada, Komandaru Ende, Ndetusoko, Sukoria Ende, Jopu Ende, Lesugolo, Oka-Ile Angie Flores Timur, Atadei Lembata, Bukapiting Alor, Roma-Ujelewung Lembata, Oyang Barang Flores Timur, Sirung (Isiabang-Kuriali) Alor, Adum Lembata dan Alor Timur Alor, dan Potensi tenaga air yang dimiliki sebesar 11,1 MW pada 1 lokasi yaitu di Wai Ranjang. Total potensi hidro sebesar 11,1 MW. Potensi sumber energi Provinsi Nusa Tenggara Timur adalah sebagaimana tercantum dalam Lampiran I.

c. Prakiraan Kebutuhan dan Penyediaan Tenaga Listrik

Diasumsikan bahwa pertumbuhan penduduk rata-rata tahun 2012 – 2031 sebesar 2,1% per tahun, pertumbuhan ekonomi sebesar 6,4% – 7,5% pada periode 2012 – 2014 dan sekitar 8,0% - 9,0% pada periode 2015 – 2031 yang dibarengi oleh penurunan inflasi dari sebesar 6,5% pada periode 2012 – 2014 menjadi 3,0% pada tahun 2025, rasio elektrifikasi ditargetkan menjadi sekitar 90% pada tahun 2020 atau penambahan konsumen rumah tangga diproyeksikan rata- rata sekitar 78.542 sambungan per tahun, dan tarif listrik disesuaikan berdasarkan inflasi.

Berdasarkan asumsi dan target tersebut, maka diproyeksikan permintaan energi listrik untuk periode 2012-2031 akan tumbuh rata-rata sebesar 14,9% per tahun sehingga pada tahun 2031 kebutuhan tenaga listrik diperkirakan mencapai 8,1 TWh. Sebagai upaya untuk memenuhi pertumbuhan beban puncak rata-rata sekitar 14,6% per tahun hingga tahun 2031, maka dibutuhkan tambahan daya rata-rata sekitar 110 MW per tahun. Prakiraan kebutuhan dan penyediaan tenaga listrik Provinsi Nusa Tenggara Timur adalah sebagaimana tercantum dalam Lampiran IV 30.

5.2.30. Provinsi Maluku

a. Kondisi Kelistrikan

Kebutuhan tenaga listrik di Provinsi Maluku dipasok oleh beberapa sistem terisolasi, yaitu Sistem Ambon, Namlea, Tual, Saumlaki, Mako, Piru, Bula, Masohi, Dobo, dan Langgur. Beban puncak tahun 2011 mencapai 70,79 MW.

Total kapasitas terpasang pembangkit tenaga listrik yang ada di Provinsi Maluku sampai dengan tahun 2011 adalah sebesar 68.55 MW. Adapun rincian pembangkit tenaga listrik tersebut adalah: PLTD tersebar 217,04 MW. PLTS Banda.

Penjualan tenaga listrik untuk kelistrikan Provinsi Maluku sampai dengan akhir tahun 2011 mencapai 337 GWh dengan komposisi penjualan per sektor pelanggan untuk rumah tangga adalah 213 GWh (63,4%), bisnis 77,2 GWh (22,9%), industri 5,72 GWh (1,7%), dan publik 40,4 GWh (12%). Rasio elektrifikasi tahun 2011 adalah 70,80%. Adapun rasio desa berlistrik tahun 2011 adalah 95,41%.

b. Potensi Sumber Energi

Provinsi Maluku memiliki potensi energi air sebesar 156,4 MW selain itu ada potensi panas bumi sebesar 590 MWe di 17 lokasi yaitu Waisekat Buru Selatan, Wapsalit-Waeapo Buru, Batabual Buru, Larike Ambon, Taweri Ambon, Tolehu Ambon, Oma-Haruku Maluku Tengah, Saparua Maluku Tengah, Nusa Laut Maluku Tengah, Tehoru Maluku Tengah, Banda Baru Maluku Tengah, Pohon Batu Maluku Tengah, Kelapa Dua Maluku Barat, Warmong Maluku Barat Daya, Esulit Maluku Barat Daya, Lurang Maluku Barat Daya dan Karbubu Maluku Barat Daya, potensi gas alam sebesar 15,22 TSCF dan potensi miyak bumi sebesar 48,07 MMSTB. Untuk Potensi air sebesar 156,4 MW. Potensi sumber energi Provinsi Maluku adalah sebagaimana tercantum dalam Lampiran I.

c. Prakiraan Kebutuhan dan Penyediaan Tenaga Listrik

Diasumsikan bahwa pertumbuhan penduduk rata-rata tahun 2012 – 2031 sebesar 2,8% per tahun, pertumbuhan ekonomi sebesar 6,4% – 7,5% pada periode 2012 – 2014 dan sekitar 8,0% - 9,0% pada periode 2015 – 2031 yang dibarengi oleh penurunan inflasi dari sebesar 6,5% pada periode 2012 – 2014 menjadi 3,0% pada tahun 2025, rasio elektrifikasi ditargetkan menjadi sekitar 90% pada tahun 2020 atau penambahan konsumen rumah tangga diproyeksikan rata- rata sekitar 16.127 sambungan per tahun, dan tarif listrik disesuaikan berdasarkan inflasi.

Berdasarkan asumsi dan target tersebut, maka diproyeksikan permintaan energi listrik untuk periode 2012-2031 akan tumbuh rata- Berdasarkan asumsi dan target tersebut, maka diproyeksikan permintaan energi listrik untuk periode 2012-2031 akan tumbuh rata-

5.2.31. Provinsi Maluku Utara

a. Kondisi Kelistrikan

Kebutuhan tenaga listrik di Provinsi Maluku Utara dipasok oleh beberapa sistem terisolasi, yaitu Sistem Ternate, Soa Siu, Weda, Bacan, Dofa, Jailolo, Sanana, Tobelo, Subaim, Maba-Buli, Patani, dan Sofifi. Beban puncak tahun 2011 mencapai 38,40 MW.

Total kapasitas terpasang pembangkit tenaga listrik yang ada di Provinsi Maluku Utara sampai dengan tahun 2011 adalah sebesar 164.19 MW. Adapun rincian pembangkit tenaga listrik tersebut adalah: PLTD tersebar 68,55 MW.

Penjualan tenaga listrik untuk kelistrikan Provinsi Maluku Utara sampai dengan akhir tahun 2011 mencapai 205 GWh dengan komposisi penjualan per sektor pelanggan untuk rumah tangga adalah 139 GWh (69,40%), bisnis 36,7 GWh (17,9%), industri 1,74 GWh (0,85%), dan publik 27 GWh (13,2%). Rasio elektrifikasi tahun 2011 adalah 70,34%. Adapun rasio desa berlistrik tahun 2011 adalah 99,72%.

b. Potensi Sumber Energi

Provinsi Maluku Utara memiliki potensi panas bumi sebesar 427 MWe di 13 lokasi yaitu pada Mamuya Halmahera Utara, Ibu Halmahera Barat, Akelamo Halmahera Utara, Jailolo Halmahera Barat, Keibesi Halmahera Barat, Akesahu Tidore, Indari Halmahera Selatan, Labuha Halmahera Selatan, Songa - Wayaua Halmahera Selatan, Kramat Kepulauan Sula, Losseng Kepulauan Sula, Auponia Kepulauan Sula dan Bruokol Kepulauan Sula dan potensi batubara sebesar 2,13 juta ton. Potensi sumber energi Provinsi Maluku Utara adalah sebagaimana tercantum dalam Lampiran I.

c. Prakiraan Kebutuhan dan Penyediaan Tenaga Listrik

Diasumsikan bahwa pertumbuhan penduduk rata-rata tahun 2012 – 2031 sebesar 2,5% per tahun, pertumbuhan ekonomi sebesar 6,4% – 7,5% pada periode 2012 – 2014 dan sekitar 8,0% - 9,0% pada periode 2015 – 2031 yang dibarengi oleh penurunan inflasi dari sebesar 6,5% pada periode 2012 – 2014 menjadi 3,0% pada tahun

2025, rasio elektrifikasi ditargetkan menjadi sekitar 90% pada tahun 2020 atau penambahan konsumen rumah tangga diproyeksikan rata- rata sekitar 10.190 sambungan per tahun, dan tarif listrik disesuaikan berdasarkan inflasi.

Berdasarkan asumsi dan target tersebut, maka diproyeksikan permintaan energi listrik untuk periode 2012-2031 akan tumbuh rata- rata sebesar 17,2% per tahun sehingga pada tahun 2031 kebutuhan tenaga listrik diperkirakan mencapai 4,8 TWh. Sebagai upaya untuk memenuhi pertumbuhan beban puncak rata-rata sekitar 16,9% per tahun hingga tahun 2031, maka dibutuhkan tambahan daya rata-rata sekitar 65 MW per tahun. Prakiraan kebutuhan dan penyediaan tenaga listrik Provinsi Maluku Utara adalah sebagaimana tercantum dalam Lampiran IV 32.

5.2.32. Provinsi Papua Dan Provinsi Papua Barat

a. Kondisi Kelistrikan

Kondisi kelistrikan di Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat masuk dalam sistem kelistrikan Wilayah Papua yang terdiri atas beberapa sistem yang terisolasi seperti antara lain Sistem Jayapura, Biak, Sorong, Merauke, Manokwari, dan Timika. Beban puncak kelistrikan Wilayah Papua pada tahun 2011 mencapai 159,40 MW.

Total kapasitas terpasang pembangkit tenaga listrik yang ada di Provinsi Papua dan Papua Barat sampai dengan tahun 2011 adalah sebesar 87.12 MW. Adapun rincian pembangkit tenaga listrik tersebut adalah: PLTD Papua Barat tersebar 162,15 MW dan Papua 85,12 MW. PLTA Papua Sinagma 0.40 MW, Walesi 1,64 MW dan Papua Barat Werba 2 MW.

Sampai dengan akhir tahun 2011, penjualan tenaga listrik untuk kelistrikan Wilayah Papua mencapai 523 GWh dengan komposisi penjualan per sektor pelanggan untuk rumah tangga adalah 282 GWh (53,9%), bisnis 171 GWh (32,7%), industri 2,08 GWh (04%), dan publik 68,3 GWh (13,1%). Rasio elektrifikasi tahun 2011 untuk Provinsi Papua 29,25% dan Provinsi Papua Barat adalah 58,24% dan rasio desa berlistrik tahun 2011 untuk papua adalah 39,07 dan papua barat 83,11%.

Untuk Papua Barat mencapai 305 GWh dengan komposisi penjualan per sektor pelanggan untuk rumah tangga adalah 173 GWh (56,8%), bisnis 93,5 GWh (30,7%), industri 4,56 GWh (1,49%), dan publik 33,7 GWh (11,75%). Rasio elektrifikasi tahun 2011 untuk Provinsi Papua 29,25% dan Provinsi Papua Barat adalah 58,24% dan rasio desa berlistrik tahun 2011 untuk papua adalah 39,07 dan papua barat 83,11%.

b. Potensi Sumber Energi

Provinsi Papua memiliki potensi sumber tenaga air sekitar 49 MW, dengan batu bara 2,16 juta ton dan panas bumi 75 MWe yang berada di 3 lokasi yaitu pada Makbon - Sorong Sorong, Ransiki - Manokwari Manokwari dan Kebar Manokwari

Untuk Provinsi Papua Barat memiliki potensi sumber energi minyak bumi sebesar 94,93 MMSTB, gas alam sekitar 24,32 TSCF dan batu bara sekitar 126,41 juta ton.

c. Prakiraan Kebutuhan dan Penyediaan Tenaga Listrik

Diasumsikan bahwa pertumbuhan penduduk rata-rata tahun 2012 – 2031 sebesar 5% per tahun, pertumbuhan ekonomi sebesar 6,4% – 7,5% pada periode 2012 – 2014 dan sekitar 8,0% - 9,0% pada periode 2015 – 2031 yang dibarengi oleh penurunan inflasi dari sebesar 6,5% pada periode 2012 – 2014 menjadi 3,0% pada tahun 2025, rasio elektrifikasi ditargetkan menjadi sekitar 90% pada tahun 2020 atau penambahan konsumen rumah tangga diproyeksikan rata- rata sekitar 101.334 sambungan per tahun, dan tarif listrik disesuaikan berdasarkan inflasi.

Berdasarkan asumsi dan target tersebut, maka diproyeksikan permintaan energi listrik untuk periode 2012-2031 akan tumbuh rata-rata sebesar 13,6% per tahun sehingga pada tahun 2031 kebutuhan tenaga listrik diperkirakan mencapai 11,2 TWh. Sebagai upaya untuk memenuhi pertumbuhan beban puncak rata-rata sekitar 13,3% per tahun hingga tahun 2031, maka dibutuhkan tambahan daya rata-rata sekitar 141 MW per tahun. Prakiraan kebutuhan dan penyediaan tenaga listrik Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat adalah sebagaimana tercantum dalam Lampiran IV 33.