Pengolahan dan Analisis Data Kuesioner Provinsi Jatim
4.1.2. Pengolahan dan Analisis Data Kuesioner Provinsi Jatim
Sementara dari hasil tabulasi kuesioner yang dilakukan memperlihatkan gambaran jumlah program yang dibiayai dari dana dekonsentrasi di provinsi Jawa Timur seperti dalam Tabel 3. di bawah ini.
Tabel 1. Jumlah Program yang Dibiayai dari Anggaran Dana Dekonsentrasi Provinsi Jatim Tahun 2012
Jumlah program di SKPD yang No
Nama SKPD
dibiayai melalui anggaran
Dekonsentrasi
1. Dinas Peternakan
2. Dinas Tenaga Kerja
3. Dinas Koperasi
4. Dinas Sosial
5. Dinas Perindag
6. Dinas ESDM
7. Dinas Kehutanan
8. Biro Adm Kerjasama
9. Dinas Kesehatan
10. Dinas Perkebunan
11. Badan Diklat
13. Badan P.Bencana
14. Badan Lingkungan H.
15. Dinas Perikannan & Kel
16. Perpustkaan Daerah
17. Dinas PU & Pengairan
Jumlah
Sumber: Data Primer Diolah Berdasarkan data dalam table diatas menunjukkan jumlah program yang dibiayai
dana dekonsentrasi sebanyak 49 program, dan SKPD yang memiliki jumlah kegiatan terbanyak yang dibiayai dari anggaran dekonsentrasi di provinsi Jawa Timur adalah Dinas Kelautan dan Perikanan/DKP sebanyak 8 program atau 16.33, diikuti oleh dinas Perindustrian dan Perdagangan sebanyak 7 program atau 14,29% dan Dinas Kesehatan sebanyak 6 program atau 12.25% dari total program yang dibiayai oleh anggaran dana dekonsentrasi.
Sementara untuk jumlah program yang dibiayai dari anggaran tugas pembantuan di provinsi Jawa Timur menunjukkan gambaran seperti dalam table 4. dibawah ini
Tabel 2. Jumlah Program yang Dibiayai dari Anggaran Tugas Pembantuan Provinsi Jatim Tahun 2012
Program di SKPD yang dibiayai No
Nama SKPD
melalui anggaran Tugas
Pembantuan
1 Dinas Peternakan
2 Dinas Tenaga Kerja
3 Dinas Koperasi
4 Dinas Sosial
5 Dinas Perindag
6 Dinas ESDM
7 Dinas Kehutanan
8 Biro Adm Kerjasama
9 Dinas Kesehatan
10 Dinas Perkebunan
11 Badan Diklat
12 Bapemas
13 Badan P.Bencana
14 Badan Lingkungan H.
15 Dinas Perikannan & Kel
16 Perpustkaan Daerah
17 Dinas PU & Pengairan
Sumber: Data Primer Diolah Berdasarkan data dalam table diatas menunjukkan jumlah program yang dibiayai
dari anggaran dekonsentrasi sebanyak 16 program, yang ada di 9 SKPD dan SKPD yang memiliki jumlah program terbanyak yang dibiayai dari anggaran tugas Pembantuan di provinsi Jawa Timur adalah Dinas Perikanan dan Kelautan/DPK, dinas perkebunan dan dinas peternakan sebanyak 3 program atau 16.33, dari total program yang dibiayai oleh anggaran dana dekonsentrasi.
4.1.3. Pengolahan dan Analisis Data Dana Dekonsentrasi Provinsi Jatim
Hasil olah data kuesioner Provinsi Jatim untuk dimensi dana dekonsentrasi dengan variabel inisitaif awal untuk mengajukan program melalui anggaran dekonsentrasi, berdasarkan hasil tabulasi kuesioner menunjukkan bahwa insiatif awal usulan program melalui dana dekonsentrasi lebih banyak datang dari pemerintah daerah. Hal ini ditunjukkan dengan nilai persentase inisiatif awal dari Pemda sebesar
52,9%, inisiatif dari K/L sebesar 41,1% dan lainnya sebesar 5,8%. Variabel inisiatif awal usulan dana dekonsentrasi disajikan seperti grafik 1 dibawah ini.
Grafik 1. Inisitaif Awal Untuk Mengajukan Program Melalui Anggaran Dekonsentrasi Prov. Jatim
Inisiatif awal untuk mengajukan program melalui anggaran Dekonsentrasi di Provinsi Jawa Timur
K/L Lainnya
Sumber: Data Primer Diolah Hasil olah data kuesioner untuk variabel kesesuaian jenis program melalui
anggaran dekonsentrasi diusulkan dengan kebutuhan/tuntutan RPJMD dan RKPD menunjukkan bahwa sebesar 70,5% program melalui dana dekonsentrasi sudah sesuai dengan kebutuhan atau tuntutan RPJMD/RKPD, sedangkan 29,4% berpendapat tidak sesuai dengan RPJMD/RKPD. Variabel kesesuaian jenis program melalui anggaran dekonsentrasi diusulkan dengan kebutuhan/tuntutan RPJMD dan RKPD disajikan seperti grafik 2 dibawah ini.
Grafik 2. Kesesuaian Jenis Program Melalui Anggaran Dekonsentrasi
Diusulkan Dengan Kebutuhan/Tuntutan RPJMD dan RKPD Prov. Jatim
Program melalui anggaran Dekonsentrasi diusulkan sesuai kebutuhan/tuntutan RPJMD dan RKPD yang ada
Sumber: Data Primer Diolah
Hasil olah data kuesioner untuk variabel penentu besarnya anggaran setiap program melalui anggaran dekonsentrasi adalah diketahui faktor penentu besarnya angaran adalah dari perkiraan K/L yaitu sebesar 52,9%, penentu berikutnya adalah berdasarkan usulan Pemda yaitu sebesar 29,4 dan lainnya yaitu sebesar 17,6%. Variable penentu besarnya anggaran setiap program melalui anggaran dekonsentrasi disajikan pada grafik 3 dibawah ini.
Grafik 3. Penentu Besarnya anggaran setiap program melalui anggaran Dekonsentrasi Prov. Jatim
Penentu besarnya anggaran setiap program melalui anggaran dekonsentrasi di Provinsi Jawa Timur
Usul. Pemda Perkiraan K/L
52,94 Lainnya
Sumber: Data Primer Diolah
Hasil olah data kuesioner untuk variabel penentu pelaksanaan tender program dekonsentrasi yang paling besar penentunya adalah dari yaitu sebesar 64,7%, penentu berikutnya adalah lainnya yaitu sebesar 5,8% sedang sisanya yaitu 29,4% dari K/L. Variable penentu pelaksanaan tender program dekonsentrasi disajikan pada grafik 4 dibawah ini.
Grafik 4. Penentu Pelaksanaan Tender Program Dekonsentrasi Prov. Jatim
Penentu tender pelaksanaan program melalui anggaran dekonsentrasi di Provinsi Jawa Timur
Pemda K/L Lainnya
Sumber: Data Primer Diolah
Hasil olah data kuesioner untuk variabel penilaian transparansi pelaksanaan program dibiayai dana dekonsentrasi adalah sebesar 76,4%, menilai pelaksanaan program sudah transparan sedang sisanya yaitu 23,5% berpendapat tidak transparan. Variable penentu pelaksanaan tender program dekonsentrasi disajikan pada grafik 5 dibawah ini.
Grafik 5. Penilaian Transparansi Pelaksanaan Program Dibiayai Dana Dekonsentrasi Prov. Jatim
Penilaian terhadap pelaksanaan program melalui anggaran dekonsentrasi dinilai cukup transparan karena diumumkan/disampaikan ke instansi eksekutif dan legislatif daerah provinsi Jawa Timur
Ya Tidak
Sumber: Data Primer Diolah
Hasil olah data kuesioner untuk variabel penilaian terhadap profesionalisme pelaksanaan program dibiayai dana dekonsentrasi adalah sebagian besar yaitu 88,2% berpendapat pelaksanaan program dana dekonsentrasi sudah profesional, pendapat sebaliknya yaitu tidak profesional sebesar 5,88% dan sisanya tidak tahu. Variable penilaian terhadap profesionalisme pelaksanaan program dibiayai dana dekonsentrasi disajikan pada grafik 6 dibawah ini.
Grafik 6. Penilaian Terhadap Profesionalisme Pelaksanaan Program Dibiayai Dana Dekonsentrasi Prov. Jatim
Penilaian terhadap pelaksanaan program melalui
anggaran dekonsentrasi di daerah dilaksanakan
secara profesional Jawa Timur 5,88
Ya
Tidak Tidak tahu
Sumber: Data Primer Diolah
Hasil olah data kuesioner untuk variabel pengamatan terhadap manfaat besar program dekonsentrasi adalah 94,1% berpendapat dana dekon bermanfaat besar sedangkan 5,8% tidak tahu. Variabel pengamatan terhadap manfaat besar program dekonsentrasi disajikan pada grafik 7 dibawah ini.
Grafik 7. Pengamatan Terhadap Manfaat Besar Program Dekonsentrasi Prov. Jatim
Pengamatan terhadap program melalui anggaran Dekonsentrasi telah memberikan manfaat yang besar
bagi daerah di provinsi Jawa Timur 5,88
Ya Tidak Tidak tahu
Sumber: Data Primer Diolah Hasil olah data kuesioner untuk variabel pendapat terhadap pembagian kewenangan urusan konkuren dalam PP 38/2007 antara pusat, provinsi dan kab/kota, sulit diterapkan untuk program yang menggunakan anggaran dekonsentrasi adalah 58,8% berpendapat tidak sulit untuk diterapkan, sedangkan 41,1% berpendapat sulit diterapkan. Variabel pendapat terhadap pembagian kewenangan urusan konkuren dalam PP 38/2007 antara pusat, provinsi dan kab/kota, sulit diterapkan untuk program yang menggunakan anggaran dekonsentrasi disajikan pada grafik 8 dibawah ini.
Grafik 8. Pendapat Terhadap Pembagian Kewenangan Urusan Konkuren Dalam PP 38/2007 Antara Pusat, Provinsi Dan Kab/Kota, Sulit Diterapkan Untuk Program Yang Menggunakan Anggaran Dekonsentrasi Prov. Jatim
Peilaian terhadap Pembagian kewenangan urusan konkuren dalam PP 38/2007 antara pusat, provinsi dan kab/kota, sulit
diterapkan untuk program yang menggunakan anggaran
dekonsentrasi di Provinsi Jawa Timur
Ya Tidak
Sumber: Data Primer Diolah
Hasil olah data kuesioner untuk variabel kewenangan dekonsentrasi belum didukung oleh kapasitas pemda yang memadai, adalah 52,9% berpendapat tidak artinya sudah didukung oleh kapasitas pemda yang memadai, sedangkan 41,1% berpendapat ya artinya tidak didukung oleh kapasitas Pemda yang memadai dan sisanya 5,8% berpendapat tidak tahu. Variabel kewenangan dekonsentrasi belum didukung oleh kapasitas pemda yang memadai disajikan pada grafik 9 dibawah ini.
Grafik 9. Kewenangan Dekonsentrasi Belum Didukung Oleh Kapasitas Pemda Yang Memadai Prov. Jatim
Penilaian terhadap kewenangan dekonsentrasi belum didukung oleh kapasitas pemda yang memadai di provinsi Jawa Timur
Tidak Tidak tahu
Sumber: Data Primer Diolah
Hasil olah data kuesioner untuk variabel penilaian terhadap Penilaian terhadap program melalui anggaran dekonsentrasi belum diintegrasi dan disinergikan antara pemda Kab/Kota dengan provinsi, dan antara pemda provinsi dengan Kementerian/Lembaga (integrasi vertikal), adalah 47,0% berpendapat tidak artinya terdapat integrasi dan sinergi antar tingkat pemerintahan, sedangkan 52,9% berpendapat ya artinya tidak terdapat integrasi dan sinergi antar tingkat pemerintahan. Variabel penilaian terhadap program melalui anggaran dekonsentrasi belum diintegrasi dan disinergikan antara pemda Kab/Kota dengan provinsi, dan antara pemda provinsi dengan Kementerian/Lembaga (integrasi vertikal) disajikan pada grafik 10 dibawah ini.
Grafik 10. Penilaian Terhadap Penilaian Terhadap Program Melalui Anggaran Dekonsentrasi Belum Diintegrasi Dan Disinergikan Antara Pemda Kab/Kota Dengan Provinsi, Dan Antara Pemda Provinsi Dengan Kementerian/Lembaga (Integrasi Vertikal) Prov. Jatim
Penilaian terhadap program melalui anggaran Dekonsentrasi belum diintegrasi dan disinergikan antara pemda Kab/Kota dengan provinsi, dan antara pemda provinsi dengan Kementerian/Lembaga (integrasi vertikal) Jawa Timur
Ya Tidak
Tidak tahu
Sumber: Data Primer Diolah
Hasil olah data kuesioner untuk variabel penilaian terhadap program melalui anggaran dekonsentrasi belum diintegrasikan dan disinergikan antara sektor yang satu dengan sektor yang lain (integrasi sektoral), adalah 76,4% berpendapat ya artinya sudah terdapat integrasi dan sinergi antar sektor yang satu dengan yang lain, sedangkan 17,6% berpendapat tidak artinya tidak terdapat integrasi dan sinergi antar Hasil olah data kuesioner untuk variabel penilaian terhadap program melalui anggaran dekonsentrasi belum diintegrasikan dan disinergikan antara sektor yang satu dengan sektor yang lain (integrasi sektoral), adalah 76,4% berpendapat ya artinya sudah terdapat integrasi dan sinergi antar sektor yang satu dengan yang lain, sedangkan 17,6% berpendapat tidak artinya tidak terdapat integrasi dan sinergi antar
Grafik 11. Penilaian Terhadap Program Melalui Anggaran Dekonsentrasi Belum Diintegrasikan Dan Disinergikan Antara Sektor Yang Satu Dengan Sektor Yang Lain (Integrasi Sektoral) Prov. Jatim
Penilaian terhadap program melalui anggaran dekonsentrasi belum diintegrasikan dan disinergikan antara sektor yang satu dengan sektor yang lain (integrasi sektoral) di Provinsi Jawa Timur
Ya Tidak
Tidak tahu
Sumber: Data Primer Diolah
Hasil olah data kuesioner untuk variabel penilaian terhadap program melalui anggaran Dekonsentrasi belum diintegrasikan dan disinergitaskan antara wilayah/kawasan yang satu dengan wilayah yang lain dalam kab/kota dan provinsi (spatial integration), adalah 23,5% berpendapat tidak artinya sudah terjadi integrasi antar wilayah dalam kabupaten/kota dan provinsi, sedangkan 76,4% berpendapat ya artinya belum terjadi integrasi antar wilayah dalam kabupaten/kota dan provinsi dan sisanya 0% berpendapat tidak tahu. Variabel penilaian terhadap program melalui anggaran dekonsentrasi belum diintegrasikan dan disinergitaskan antara wilayah/kawasan yang satu dengan wilayah yang lain dalam kab/kota dan provinsi (spatial integration) disajikan pada grafik 12 dibawah ini.
Grafik 12. Penilaian Terhadap Program Melalui Anggaran Dekonsentrasi Belum Diintegrasikan Dan Disinergitaskan Antara Wilayah/Kawasan Yang Satu Dengan Wilayah Yang Lain Dalam Kab/Kota Dan Provinsi
(Spatial Integration) Prov. Jatim
Penilaian terhadap program melalui anggaran Dekonsentrasi belum diintegrasikan dan disinergitaskan antara wilayah/kawasan yang satu dengan wilayah yang lain dalam kab/kota dan provinsi (spatial integration) di provinsi Jawa Timur
Tidak tahu
Sumber: Data Primer Diolah
Hasil olah data kuesioner untuk variabel penilaian terhadap program melalui anggaran dekonsentrasi belum diintegrasikan dan disinergikan antara tahun anggaran terdahulu dengan tahun anggaran berikutnya (integrasi antar waktu), adalah 41,1% berpendapat tidak artinya sudah terjadi integrasi antar waktu antara tahun anggaran terdahulu dengan tahun anggaran berikutnya, sedangkan 58,8% berpendapat ya artinya belum terjadi integrasi antar waktu antara tahun anggaran terdahulu dengan tahun anggaran berikutnya. Variabel Penilaian terhadap program melalui anggaran Dekonsentrasi belum diintegrasikan dan disinergikan antara tahun anggaran terdahulu dengan tahun anggaran berikutnya (integrasi antar waktu) disajikan pada grafik 13 dibawah ini.
Grafik 13. Penilaian terhadap program melalui anggaran Dekonsentrasi belum diintegrasikan dan disinergikan antara tahun anggaran terdahulu dengan tahun anggaran berikutnya (integrasi antar waktu) Prov. Jatim
Penilaian terhadap program melalui anggaran dekonsentrasi belum diintegrasikan dan disinergikan antara tahun anggaran terdahulu dengan tahun anggaran berikutnya (integrasi antar
waktu) di Provinsi Jawa Timur
41,18 Ya
Tidak Tidak tahu
Sumber: Data Primer Diolah
Hasil olah data kuesioner untuk variabel penilaian terhadap program melalui anggaran dekonsentrasi belum diintegrasikan dan disinergikan dengan pola anggaran Tugas Pembantuan (integrasi antar pola kewenangan konkuren), adalah 35,2% berpendapat tidak artinya sudah terjadi integrasi antara kegiatan dekonsentrasi dengan kegiatan TP, sedangkan 52,9% berpendapat ya artinya belum terjadi integrasi antara kegiatan dekonsentrasi dengan kegiatan TP sedangkan sisanya yaitu 11,7% masing- masing berpendapat tidak tahu dan tidak menjawab. Variabel penilaian terhadap program melalui anggaran dekonsentrasi belum diintegrasikan dan disinergikan dengan pola anggaran Tugas Pembantuan (integrasi antar pola kewenangan konkuren) disajikan pada grafik 14 dibawah ini.
Grafik 14. Penilaian terhadap program melalui anggaran dekonsentrasi belum diintegrasikan dan disinergikan dengan pola anggaran Tugas Pembantuan (integrasi antar pola kewenangan konkuren) Prov. Jatim
Penilaian terhadap program melalui anggaran dekonsentrasi belum diintegrasikan dan disinergikan dengan pola anggaran
Tugas Pembantuan (integrasi antar pola kewenangan konkuren) 11,76 Provinsi Jawa Timur
Ya Tidak
Tidak tahu 35,29
Sumber: Data Primer Diolah Hasil olah data kuesioner untuk variabel penilaian terhadap program melalui anggaran dekonsentrasi belum diintegrasikan dan disinergikan dengan pola anggaran desentralisasi (pola kewenangan konkuren dengan desentralisasi), adalah 82,3% berpendapat ya artinya belum terjadi integrasi antara kegiatan melalui anggaran dekonsentrasi dengan kegiatan pola anggaran desentralisasi, sedangkan 11,7% berpendapat tidak artinya sudah terjadi terjadi integrasi antara kegiatan melalui anggaran dekonsentrasi dengan kegiatan pola anggaran desentralisasi sedangkan sisanya yaitu 5,8% masing-masing menjawab tidak tahu. Variabel penilaian terhadap terjadi integrasi antara kegiatan melalui anggaran dekonsentrasi dengan kegiatan pola anggaran desentralisasi disajikan pada grafik 15 dibawah ini.
Grafik 15. Penilaian Terhadap Program Melalui Anggaran Dekonsentrasi Belum Diintegrasikan Dan Disinergikan Dengan Pola Anggaran Desentralisasi (Pola Kewenangan Konkuren Dengan Desentralisasi) Prov. Jatim
Penilaian terhadap program melalui anggaran dekonsentrasi belum diintegrasikan dan disinergikan dengan pola anggaran desentralisasi (pola kewenangan konkuren dengan desentralisasi) di Provinsi Jawa Timur 5,88
Ya Tidak Tidak tahu
Sumber: Data Primer Diolah
Sementara kalau dilihat dari jawaban pertanyaan yang terkait Tugas Perbantuan memperlihatkan gambaran seperti dibawah ini.
4.1.4. Pengolahan dan Analisis Data Dana TP Provinsi Jatim
Dilihat dari Inisiatif awal untuk mengajukan anggaran Tugas Pembantuan di provinsi Jawa Timur, berdasarkan tabulasi kuesioner yang dilakukan menunjukkan gambaran seperti dalam grafik dibawah ini.
Grafik 16. Inisiatif Awal Untuk Mengajukan Anggaran Tugas Pembantuan Di Prov. Jatim
Inisiatif awal untuk mengajukan anggaran Tugas Pembantuan di provinsi Jawa Timur
Lainnya Pemda & K/L Tdk Menjawab
Sumber: Data Primer Diolah
Berdasarkan data dalam grafik diatas menunjukkan untuk Inisiatif awal untuk mengajukan anggaran Tugas Pembantuan di provinsiJawa Timur tidak menjawab sebesar 47,06%, dan diikuti oleh yang memberikan jawaban dilakukan oleh Pemda dan K/L sebesar 23,53% dan terakhir yang memberikan jawaban dilakukan oleh lainnya sebesar 5,88%. Jadi yang dominan adalah yang tidak memberikan jawaban dan dilakukan oleh Pemda dan K/L sebesar 23,53%.
Apabila dilihat dari Penilaian terhadap Jenis Program melalui anggaran Tugas Pembantuan diusulkan sesuai kebutuhan/tuntutan RPJMD dan RKPD provinsi Jawa Timur, berdasarkan tabulasi table yang dilakukan menunjukkan gambaran seperti dalam grafik dibawah ini.
Grafik 17. Penilaian Terhadap Jenis Program Melalui Anggaran Tugas Pembantuan Diusulkan Sesuai Kebutuhan/Tuntutan RPJMD dan RKPD Prov. Jatim
Penilaian terhadap Jenis Program melalui anggaran Tugas Pembantuan diusulkan sesuai kebutuhan/tuntutan RPJMD dan RKPD Jawa Timur
Tidak Tidak Tahu Tdk Menjawab
Sumber: Data Primer Diolah
Berdasarkan data dalam grafik diatas, menunjukkan untuk Penilaian terhadap Jenis Program melalui anggaran Tugas Pembantuan diusulkan sesuai kebutuhan/tuntutan RPJMD dan RKPD provinsi Jawa Timur sebagian besar responden yaitu sebesar 47,06 tidak memberikan jawaban, diikuti oleh yang menyatakan setuju dengan pernyataan tersebut sebesar 41,18% dan yang tidak setuju dan tidak tahu dengan pernyataan tersebut sebesar 5,88%. Jadi yang paling dominan adalah yang tidak menjawab dan yang setuju dengan pernyataan tersebut.
Sementara apabila dilihat dari Penentuan Besarnya anggaran setiap program melalui anggaran tugas Pembantuan di provinsi Jawa Timur, berdasarkan tabulasi kuesioner yang dilakukan menunjukkan gambaran seperti dalam grafik dibawah ini.
Grafik 18. Penentuan Besarnya Anggaran Setiap Program Melalui Anggaran Tugas Pembantuan di Prov. Jatim
Penilaian terhadap Besarnya anggaran setiap program melalui anggaran tugas Pembantuan provinsi Jawa Timur
Usul. Pemda
Perkiraan K/L
Lainnya Usul&perk Tdk Menjawab
Sumber: Data Primer Diolah
Berdasarkan data dalam grafik diatas menunjukkan untuk Penentuan Besarnya anggaran setiap program melalui anggaran tugas Pembantuan di provinsi Jawa Timur menunjukkan sebagian besar responden atau 47,06% tidak memberikan jawaban dan diikuti oleh responden yang memberikan jawaban usulan pemda dan perkiraan K/L sebesar 23,53%, sementara yang menjawab lainnya sebesar 5,88%. Jadi yang dominan adalah responden yang tidak memberikan jawaban serta reponden yang menjawab ditentukan berdasarkan usulan pemda dan perkiraan K/L.
Dan apabila dilihat dari Penentu Pelaksanaan Tender program melalui anggaran Tugas Pembantuan di provinsi Jawa Timur, berdasarkan tabulasi kuesioner yang dilakukan menunjukkan gambaran seperti dalam grafik dibawah ini.
Grafik 19. Penentu Pelaksanaan Tender Program Melalui Anggaran Tugas Pembantuan di Prov. Jatim
Penentuan Pelaksanaan Tender program melalui anggaran Tugas Pembantuan di Provinsi Jawa Timur
K/L Lainnya Tdk Menjawab
Sumber: Data Primer Diolah
Berdasarkan data dalam grafik diatas menunjukkan untuk dari Penentu Pelaksanaan Tender program melalui anggaran Tugas Pembantuan di provinsi Jawa Timur, sponden atau sebagian besar responden atau 52,94% tidak memberikan jawaban, dan diikuti dengan responden yang memberikan jawaban ditentukan oleh Pemda sebesar 35,29%, dan selanjutnya diikuti oleh responden yang memberikan jawaban ditentukan oleh K/L dan Lainnya. Jadi yang dominan adalah yang tidak memberikan jawaban dan yang menjawab ditentukan oleh Pemda.
Apabila dilihat dari Penilaian Pelaksanaan program Tugas Pembantuan dinilai cukup transparan karena diumumkan/disampaikan ke instansi eksekutif dan legislatif daerah di provinsi Jawa Timur, berdasarkan tabulasi table yang dilakukan menunjukkan gambaran seperti dalam grafik dibawah ini.
Grafik 20. Penilaian Pelaksanaan Program Tugas Pembantuan Dinilai Cukup Transparan Karena Diumumkan/Disampaikan Ke Instansi Eksekutif Dan Legislatif Daerah Di Prov. Jatim
Penilaian pelaksanaan program Tugas Pembantuan dinilai cukup transparan karena diumumkan/disampaikan ke instansi eksekutif dan legislatif daerah di provinsi Jawa Timur
Ya Tidak Tidak Tahu
Tdk Menjawab
Sumber: Data Primer Diolah
Berdasarkan data dalam grafik diatas menunjukkan untuk Penilaian Pelaksanaan program Tugas Pembantuan dinilai cukup transparan karena diumumkan/disampaikan ke instansi eksekutif dan legislatif daerah di provinsi Jawa Timur, responden yang tidak memberikan jawaban dan responden yang memberikan jawaban setuju dengan pernyataan tersebut sebesar 47,06%, diikuti dengan responden yang tidak setuju dengan pernyataan tersebut. Jadi yang dominan adalah responden yang tidak memberikan jawaban dan responden yang memberikan jawaban setuju dengan pernyataan tersebut.
Apabila dilihat dari penilaian pelaksanaan program melalui anggaran Tugas Pembantuan di daerah dilaksanakan secara profesional, berdasarkan tabulasi kuesioner di Jawa Timur yang dilakukan menunjukkan gambaran seperti dalam grafik dibawah ini.
Grafik 21. Penilaian Pelaksanaan Program Melalui Anggaran Tugas Pembantuan Di Daerah Dilaksanakan Secara Profesional Di Prov. Jatim
Penilaian pelaksanaan program melalui anggaran Tugas Pembantuan di daerah dilaksanakan secara profesional di provinsi Jawa Timur
Ya Tidak Tidak Tahu
Tdk Menjawab
Sumber: Data Primer Diolah
Berdasarkan data dalam grafik diatas menunjukkan untuk Penilaian Pelaksanaan program Tugas Pembantuan dinilai cukup transparan karena diumumkan/disampaikan ke instansi eksekutif dan legislatif daerah di provinsi Jawa Timur didominasi oleh responden yang tidak memberikan jawaban sebesar 47,06% dan diikuti oleh responden yang setuju dengan pernyataan tersebut sebesar 41,18%, serta responden yang tidak setuju dengan pernyataan tersebut serta yang tidak tahu dengan pernyataan tersebut yaitu sebesar 5,88%. Jadi yang dominan adalah responden yang tidak memberikan jawaban dan responden yang setuju dengan pernyataan tersebut.
Sementara apabila dilihat dari penilaian program melalui anggaran Tugas Pembantuan telah memberikan manfaat yang besar bagi daerah, berdasarkan tabulasi kuesioner di Jawa Timur yang dilakukan menunjukkan gambaran seperti dalam grafik dibawah ini.
Grafik 22. Penilaian Program Melalui Anggaran Tugas Pembantuan Telah Memberikan Manfaat Yang Besar Bagi Daerah Di Prov. Jatim
Penilaian program melalui anggaran Tugas Pembantuan telah memberikan manfaat yang besar bagi daerah di provinsi Jawa
Ya Tidak Tidak Tahu
Tdk Menjawab
Sumber: Data Primer Diolah
Berdasarkan data dalam grafik diatas menunjukkan untuk penilaian program melalui anggaran Tugas Pembantuan telah memberikan manfaat yang besar bagi daerah, didominasi oleh kelomok responden yang tidak memberikan jawaban dan yang setuju dengan pernyataan tersebut yaitu sebesar 47,06%, diikuti dengan kelompok responden yang tidak setuju dengan pernyataan tersebut sebesar 5,88%. Jadi yang dominan adalah responden yang tidak memberikan jawaban dan responden yang setuju dengan pernyataan tersbeut.
Apabila dilihat dari Penilaian terhadap Pembagian kewenangan urusan konkuren dalam PP 38/2007 antara pusat, provinsi dan kab/kota, sulit diterapkan untuk program yang menggunakan anggaran tugas Pembantuan di provinsi Jawa Timur, berdasarkan tabulasi table yang dilakukan menunjukkan gambaran seperti dalam grafik dibawah ini.
Grafik 23. Penilaian Terhadap Pembagian Kewenangan Urusan Konkuren Dalam PP 38/2007 Antara Pusat, Provinsi Dan Kab/Kota, Sulit Diterapkan Untuk Program Yang Menggunakan Anggaran Tugas Pembantuan Di Prov. Jatim
Penilaian terhadap Pembagian kewenangan urusan konkuren dalam PP 38/2007 antara pusat, provinsi dan kab/kota, menurut pendapat saudara sulit diterapkan untuk program yang menggunakan anggaran tugas Pembantuan di provinsi Jawa Timur
Ya Tidak
Tidak Tahu Tdk Menjawab
Sumber: Data Primer Diolah
Berdasarkan data dalam grafik diatas menunjukkan untuk dari Penilaian terhadap Pembagian kewenangan urusan konkuren dalam PP 38/2007 antara pusat, provinsi dan kab/kota, sulit diterapkan untuk program yang menggunakan anggaran tugas Pembantuan di provinsi Jawa Timur didominasi oleh kelompok responden yang tidak memberikan jawaban sebesar 47,06%, dan diikuti kelompok responden yang tidak setuju dengan pernyataan tersebut sebesar 29,41% dan kelompok responden yang setuju dengan pernyataan tersebut sebesar 23,53%. Jadi yang dominan adalah kelompok responden yang tidak memberikan jawaban dan kelompok responden yang tidak setuju dengan pernyataan tersebut.
Sementara apabila dilihat dari penilaian terhadap kewenangan Tugas Pembantuan belum didukung oleh kapasitas pemda yang memadai, berdasarkan tabulasi kuesioner di jawa timur yang dilakukan menunjukkan gambaran seperti dalam grafik dibawah ini.
Grafik 24. Penilaian Terhadap Kewenangan Tugas Pembantuan Belum Didukung Oleh Kapasitas Pemda Yang Memadai Di Prov. Jatim
Penilaian kewenangan Tugas Pembantuan belum didukung oleh kapasitas pemda yang memadai di
provinsi Jawa Timur
Tidak Tahu Tdk Menjawab
Sumber: Data Primer Diolah
Berdasarkan data dalam grafik diatas menunjukkan untuk penilaian terhadap kewenangan Tugas Pembantuan belum didukung oleh kapasitas pemda yang memadai, didominasi oleh kelompok responden yang tidak memberikan jawaban sebear 47,06% dan diikuti oleh kelompok responden yang setuju dengan pernyataan tersebut sebesar 35,29%, serta kelompok responden yang tidak setuju dengan pernyataan tersebut sebesar 17,65%.
Dan, apabila Penilaian terhadap program melalui anggaran Tugas Pembantuan belum diintegrasi dan disinergikan antara pemda Kab/Kota dengan provinsi, dan antara pemda provinsi dengan Kementerian/Lembaga (integrasi vertikal) di provinsi Jawa Timur, berdasarkan tabulasi table yang dilakukan menunjukkan gambaran seperti dalam grafik dibawah ini.
Grafik 25. Penilaian Terhadap Program Melalui Anggaran Tugas Pembantuan Belum Diintegrasi Dan Disinergikan Antara Pemda Kab/Kota Dengan Provinsi, Dan Antara Pemda Provinsi Dengan Kementerian/Lembaga
(Integrasi Vertikal) Di Provinsi Jatim
Penilaian terhada program melalui anggaran Tugas Pembantuan belum diintegrasi dan disinergikan antara pemda Kab/Kota dengan provinsi, dan antara pemda provinsi dengan
Kementerian/Lembaga (integrasi vertikal) di provinsi Jawa Timur
Tidak Tahu Tdk Menjawab
Sumber: Data Primer Diolah
Berdasarkan data dalam grafik diatas menunjukkan untuk Penilaian terhadap program melalui anggaran Tugas Pembantuan belum diintegrasi dan disinergikan antara pemda Kab/Kota dengan provinsi, dan antara pemda provinsi dengan Kementerian/Lembaga (integrasi vertikal) di provinsi Jawa Timur, didominasi oleh responden yang tidak memberikan jawaban sebesar 47,06%, diikuti oleh kelompok responden yang tidak setuju dengan pernyataan tersebut sebesar 29,41% dan kelompok responden yang setuju dengan pernyataan tersebut sebesar 23,53%. Jadi yang dominan adalah kelompok responden yang tidak memberikan jawaban dan kelompok responden yang tidak setuju dengan pernyataan tersebut.
Dan, apabila dilihat dari Penilaian terhadap program melalui anggaran Tugas Pembantuan belum diintegrasikan dan disinergikan antara sektor yang satu dengan sektor yang lain (integrasi sektoral) di provinsi Jawa Timur, berdasarkan tabulasi kuesioner yang dilakukan menunjukkan gambaran seperti dalam grafik dibawah ini.
Grafik 26. Penilaian Terhadap Program Melalui Anggaran Tugas Pembantuan Belum Diintegrasikan Dan Disinergikan Antara Sektor Yang Satu Dengan Sektor Yang Lain (Integrasi Sektoral) Di Provinsi Jatim
Penilaian terhadap program melalui anggaran Tugas Pembantuan belum diintegrasikan dan disinergikan antara sektor yang satu dengan sektor yang lain (integrasi sektoral) di provinsi Jawa Timur
Tidak Tahu Tdk Menjawab
Sumber: Data Primer Diolah
Berdasarkan data dalam grafik diatas menunjukkan untuk Penilaian terhadap program melalui anggaran Tugas Pembantuan belum diintegrasikan dan disinergikan antara sektor yang satu dengan sektor yang lain (integrasi sektoral) di provinsi Jawa Timur, didominasi oleh kelompok responden yang tidak memberikan jawaban sebesar 47,06%, dan kelompok responden yang setuju dengan pernyataan tersebut sebesar 35,29%, serta diikuti oleh kelompok responden yang tidak setuju dengan pernyataan tersebut sebesar 17,65%. Jadi yang dominan adalah kelompok responden yang tidak memberikan jawaban dan kelompok responden yang setuju dengan pernyataan tersebut.
Dan apabila dilihat program melalui anggaran Tugas Pembantuan belum diintegrasikan dan disinergitaskan antara wilayah/kawasan yang satu dengan wilayah yang lain dalam kab/kota dan provinsi (spatial integration), berdasarkan tabulasi kuesioner di provinsi jawa timur yang dilakukan menunjukkan gambaran seperti dalam grafik dibawah ini.
Grafik 27. Anggaran Tugas Pembantuan Belum Diintegrasikan Dan Disinergitaskan Antara Wilayah/Kawasan Yang Satu Dengan Wilayah Yang Lain Dalam Kab/Kota Dan Provinsi (Spatial Integration) Di Prov. Jatim
Penilaian terhadap program melalui anggaran Tugas Pembantuan belum diintegrasikan dan disinergitaskan antara wilayah/kawasan yang satu dengan wilayah yang lain dalam kab/kota dan provinsi (spatial integration) provinsi Jawa Timur
Ya Tidak Tidak Tahu
Tdk Menjawab
Sumber: Data Primer Diolah
Adapun apabila dilihat penilaian terhadap program melalui anggaran Tugas Pembantuan belum diintegrasikan dan disinergikan antara tahun anggaran terdahulu dengan tahun anggaran berikutnya (integrasi antar waktu), berdasarkan tabulasi kuesioner di provinsi Jawa Timur yang dilakukan menunjukkan gambaran seperti dalam grafik dibawah ini.
Grafik 28. Penilaian Terhadap Program Melalui Anggaran Tugas Pembantuan Belum Diintegrasikan Dan Disinergikan Antara Tahun Anggaran Terdahulu Dengan Tahun Anggaran Berikutnya (Integrasi Antar Waktu)
Penilaian terhadap program melalui anggaran Tugas Pembantuan belum diintegrasikan dan disinergikan antara tahun anggaran terdahulu dengan tahun anggaran berikutnya (integrasi antar waktu) di provinsi Jawa Timur
17,65 Ya
47,06 Tidak 35,29
Tidak Tahu Tdk Menjawab
Sumber: Data Primer Diolah
Berdasarkan data dalam grafik diatas menunjukkan untuk penilaian terhadap program melalui anggaran Tugas Pembantuan belum diintegrasikan dan disinergikan antara tahun anggaran terdahulu dengan tahun anggaran berikutnya (integrasi antar waktu) didominasi oleh kelompok responden yang tidak memberikan jawaban sebesar 47,06% dan kelompok yang tidak setuju dengan pernyataan tersebut sebanyak 35,29%, serta diikuti oleh kelompok yang setuju dengan pernyataan tersebut sebesar 17,65%. Jadi yang dominan adalah kelompok yang tidak memberikan jawaban dan kelompok responden yang tidak setuju dengan pernyataan tersebut.
Apabila dilihat dari Penilaian terhadap program melalui anggaran Tugas Pembantuan Belum Diintegrasikan dan disinergikan dengan pola anggaran Dekonsentrasi (integrasi antar pola kewenangan konkuren) di provinsi Jawa Timur, berdasarkan tabulasi kuesioner yang dilakukan menunjukkan gambaran seperti dalam grafik dibawah ini.
Grafik 29. Penilaian Terhadap Program Melalui Anggaran Tugas Pembantuan Belum Diintegrasikan Dan Disinergikan Dengan Pola Anggaran Dekonsentrasi
(Integrasi Antar Pola Kewenangan Konkuren) Di Provinsi Jatim
Penilaian terhadap program melalui anggaran Tugas Pembantuan Belum Diintegrasikan dan disinergikan dengan pola anggaran Dekonsentrasi (integrasi antar pola kewenangan konkuren) di provinsi Jawa Timur
Ya Tidak
Tidak Tahu Tdk Menjawab
Sumber: Data Primer Diolah
Berdasarkan data dalam grafik diatas menunjukkan untuk Penilaian terhadap program melalui anggaran Tugas Pembantuan Belum Diintegrasikan dan disinergikan Berdasarkan data dalam grafik diatas menunjukkan untuk Penilaian terhadap program melalui anggaran Tugas Pembantuan Belum Diintegrasikan dan disinergikan
Apabila dilihat dari Penilaian terhadap program melalui anggaran Tugas Pembantuan Belum Diintegrasikan dan disinergikan dengan pola anggaran Dekonsentrasi (integrasi antar pola kewenangan konkuren) di provinsi Jawa timur, berdasarkan tabulasi kuesioner yang dilakukan menunjukkan gambaran seperti dalam grafik dibawah ini.
Grafik 30. Penilaian Terhadap Program Melalui Anggaran Tugas Pembantuan Belum Diintegrasikan Dan Disinergikan Dengan Pola Anggaran Desentralisasi (Integrasi Antar Pola Kewenangan Konkuren) Di Prov. Jatim
Penilaian terhadap program Tugas Pembantuan belum diintegrasikan dan disinergikan dengan pola anggaran
desentralisasi (pola kewenangan konkuren dengan desentralisasi) di provinsi Jawa Timur
Ya Tidak Tidak Tahu
Tdk Menjawab
Sumber: Data Primer Diolah
Berdasarkan data dalam grafik diatas menunjukkan bahwa untuk Penilaian terhadap program melalui anggaran Tugas Pembantuan Belum Diintegrasikan dan disinergikan dengan pola anggaran Dekonsentrasi (integrasi antar pola kewenangan konkuren) di provinsi Jawa timur didominasi oleh kelompok responden yang tidak Berdasarkan data dalam grafik diatas menunjukkan bahwa untuk Penilaian terhadap program melalui anggaran Tugas Pembantuan Belum Diintegrasikan dan disinergikan dengan pola anggaran Dekonsentrasi (integrasi antar pola kewenangan konkuren) di provinsi Jawa timur didominasi oleh kelompok responden yang tidak
4.2. Provinsi Kalimantan Tengah
4.2.1. Hasil Pelaksanaan FGD Provinsi Kalteng
Pelaksanaan FGD di Provinsi Kalimantan Tengah dilaksanakan di Kantor Bappeda Provinsi Kalteng dengan dihadiri oleh 13 SKPD. Dari FGD tersebut kami mendapatkan masukan-masukan terkait permasalahan dalam pelaksanaan kegiatan yang didanai dari dana Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan.
Masukan-masukan dan temuan dari hasil pelaksanaan FGD adalah sebagai berikut:
a. Beberapa kesulitan yang dialami Pemda dalam menjalankan kegiatan dengan pola anggaran Dekonsentrasi dan TP adalah:
1) Kegiatan Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan dari Pusat tidak konsisten tiap tahunnya, sering berubah-ubah tiap tahunnya;
2) Anggaran sering diblokir sehingga menyebabkan jadwal pelaksanaan kegiatan molor;
3) 60% dana ditarik ke pusat, contoh program pemberdayaan
4) Kontrol tidak optimal
5) Untuk Dekonsentrasi, mekanisme usulan dari Pemprov tetapi pada saat DIPA turun jenis kegiatan tidak sesuai dengan yang telah diusulkan. Jadi sering menggunakan sistem TOP DOWN.
6) Contoh program pengiriman naker ke LN berupa pembekalan TKI tetapi begitu keluar DIPA harus dilakukan revisi anggaran karena di Kalteng tidak pernah mengirim TKI ke LN.
b. Meskipun banyak kesulitan dan kendala mulai dari perencanaan sampai dengan pelaksanaan untuk kegiatan Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan tetapi masih ada manfaatnya dari anggaran tersebut.
c. Dalam hal K/L telah mengikuti rambu-rambu pembagian kewenangan antara pusat, provinsi dan kab/kota menurut pandangan para stakeholder adalah bahwa pertimbangan K/L untuk menyerahkan kewenangan ke daerah ada beberapa pertimbangan, yaitu antara lain masalah SDM, di daerah sering terjadi pergantian orang-orang staf atau pekabat Pemda. Jadi misalnya ada komitmen dana TP dengan kabupaten, misalnya perlunya dana sharing yg harus dibebankan kepada kab/kota untuk identifikasi dan penggalian data. Juga dalam hal penentuan prioritas-prioritas, misalnya contoh dana dekonsentrasi Pemberdayaan Komunitas Adat terpencil, dan ini tidak semua kab/kota ada komunitas adat terpencilnya.
d. Dalam hal intervensi melalui skema dekonsentrasi dan TP telah sejalan atau mendukung RPJMD dan RKPD yang ada, skema dekon/TP tidak mendukung RPJMD dan RKPD karena dana langsung ke SKPD yang bersangkutan dan SKPD dalam menyusun perencanaan (Renstra SKPD dan Renja SKPD) sebagian besar tidak mengetahui kepastian dana dekon/TP tersebut. Ada SKPD di tahun 2012 menerima dekon tetapi tahun 2013 tidak menerima lagi, dan ada pemberitahuan lagi bahwa tahun 2014 menerima dana dekon lagi.
e. Terdapat masalah yang timbul ketika kedua skema kewenangan tersebut diterapkan di daerah khususnya dalam kaitannya dengan urusan wajib dan pilihan, contohnya tentang ketahanan pangan, yang dalam PP 38/2007 telah ditetapkan menjadi urusan wajib daerah tetapi dalam pelaksanaannya Kementerian Pertanian masih mengendalikan kegiatan ketahanan pangan ini melalui dana Dekon, bahkan syarat yang ditetapkan oleh kementerian pertanian terhadap daerah yang berhak menerima dana dekon ini adalah wilayah pertanian yang didalamnya terdapat penduduk dengan tingkat kemiskinan minimal 30%. Ini menjadi sesuatu yang dilematis, karena dilain sisi pemda diminta bekerja keras menurunkan angka kemiskinan sedangkan dilain sisi harus mempertahankan angka kemiskinan tersebut untuk memperoleh dana Dekon. Contoh lainnya dalah dana dekon bidang e. Terdapat masalah yang timbul ketika kedua skema kewenangan tersebut diterapkan di daerah khususnya dalam kaitannya dengan urusan wajib dan pilihan, contohnya tentang ketahanan pangan, yang dalam PP 38/2007 telah ditetapkan menjadi urusan wajib daerah tetapi dalam pelaksanaannya Kementerian Pertanian masih mengendalikan kegiatan ketahanan pangan ini melalui dana Dekon, bahkan syarat yang ditetapkan oleh kementerian pertanian terhadap daerah yang berhak menerima dana dekon ini adalah wilayah pertanian yang didalamnya terdapat penduduk dengan tingkat kemiskinan minimal 30%. Ini menjadi sesuatu yang dilematis, karena dilain sisi pemda diminta bekerja keras menurunkan angka kemiskinan sedangkan dilain sisi harus mempertahankan angka kemiskinan tersebut untuk memperoleh dana Dekon. Contoh lainnya dalah dana dekon bidang
12 M tetapi tidak bisa dimanfaatkan secara optimal karena kewenangan pendidikan sebagian besar ada di kab/kota.
f. Beberapa jenis transfer seperti alokasi DAK, dana bagi hasil SDA, dana penyesuaian, dana insentif daerah, dana percepatan pembangunan infrastruktur daerah, tidak diintegrasikan dan tidak diperhitungkan dalam RPJMD dan RKPDmenurut peserta dana-dana tersebut bisa diistilahkan dana siluman.
g. Menciptakan integrasi antara pemerintah dengan pemerintah daerah dalam hal penetapan prioritas pembangunan daerah melalui mekanisme perencanaan bersama ( co-planning) sudah dilakukan yaitu melalui pelaksanaan Musrenbang, mulai Musrenbang kab/Kota, Musrenbang prov sampai dengan Musrenbangnas.
h. Proses menciptakan perencanaan pembangunan daerah yang berkesinambungan dalam mencapai tujuan pembangunan jangka menengah dan jangka panjang, pada dasarnya kalau di pihak eksekutif tidak ada masalah, yang menjadi permasalahan adalah proses politik yang mengiringi proses perencanaan pembangunan. Sepertinya sistem politik kita harus diperbaiki khususnya dalam hal kaitannya dengan proses dan sistem perencanaan dan penganggaran pembangunan.
Dalam hal membangun komitmen bersama antara eksekutif dan legislatif dalam mendukung perencanaan dan penganggaran pembangunan jangka menengah dan tahunan yang terjadi di Provinsi kalteng, sudah ada instruksi dari Gubernur bahwa seluruh Kepala Dinas dan SPKD harus tegas terhadap perencanaan yang sudah dilakukan dan tidak diperkenankan menerima atau melakukan lobby-lobby politik dengan anggota dewan.
4.2.2. Hasil Pengolahan Kuesioner Provinsi Kalteng
Dari hasil tabulasi kuesioner yang dilakukan memperlihatkan gambaran jumlah program yang dibiayai dari dana dekonsentrasi di provinsi Kalimantan Tengah seperti dalam Tabel 1. dibawah ini.
Tabel 3. Jumlah Program yang Dibiayai dari Anggaran Dana Dekonsentrasi
Provinsi Kalteng Tahun 2012
Jumlah program di SKPD yang No
Nama
dibiayai melalui anggaran % Dekonsentrasi
1 BPBD (Kasubag Program)
1 program
2 DKP Prov. Kalteng (Kabid P.Budidaya)
8 Program
3 Disperindag Prov.
5 Program
4 Bappeda Prov.Kalteng.
2 Program
5 Biro Adpum
2 Program
6 Biro Organisasi Setda Prov.Kalteng (KSBTU)
1 Program
7 Dinas Pendidikan (Kasubbag
3 Program
Penyu.Program)
8 Dinas Pertambangan dan Energi
1 Program
9 Dinas Sosial (Sekretaris)
4 Program
10 Badan Ketahanan Pangan (Sekretaris)
4 Program
11 Distanak (Sekretaris)
5 Program
12 Disnakertrans (Kasubbag Penyu. Kegiatan)
4 Program
13 BPMDP (Sekretaris)
1 Program 5 Kegiatan
Jumlah
41 Program dan 5 Kegiatan 100
Sumber: Data Primer Diolah
Berdasarkan data dalam table diatas menunjukkan jumlah program yang dibiayai dana dekonsentrasi sebanyak 41 program, dan SKPD yang memiliki jumlah kegiatan terbanyak yang dibiayai dari anggaran dekonsentrasi di provinsi Kalimantan Tengah adalah Dinas Kelautan dan Perikanan/DKP sebanyak 8 program atau 19.52% dari total program yang dibiayai anggaran Dekonsentrasi di provinsi Kalimantan Tengah yang kemudian diikuti oleh Dinas Perindustrian dan Perdagangan serta Dinas Pertanian dan Peternakan sebanyak 5 program atau 12.20%.
Sementara untuk dana Tugas Pembantuan memperlihatkan gambaran seperti dalam Tabel 2. di bawah ini.
Tabel 4. Jumlah Program yang Dibiayai dari Anggaran Tugas Pembantuan Provinsi Kalteng Tahun 2012
Jumlah program di SKPD yang No
Nama dibiayai melalui anggaran Tugas %
Pembantuan
1 DKP (Kabid P.Budidaya)
3 program
2 Biro Adpum
Tidak Ada
3 Dinas Sosial (Sekretaris)
2 Program
4 Badan Ketahanan Pangan
5 Distanak (Sekretaris)
5 Program
6 Disnakertrans (Kasubbag
2 Program
Penyu. Kegiatan) Jumlah
100 Keterangan
17 program
1 UKE tidak ada
Sumber: Data Primer Diolah
Berdasarkan data dalam tabel diatas menunjukkan jumlah program yang dibiayai anggaran dana tugas pembantuan sebanyak 17 program, dan SKPD yang memiliki jumlah kegiatan terbanyak yang dibiayai dari anggaran Dana Tugas Pembantuan adalah Badan Ketahanan Pangan dan Dinas Pertanian dan Peternakan, masing-masing sebanyak 5 program atau 29.41% dari total program yang dibiayai oleh anggaran dana tugas pembantuan yang ada di provinsi Kalimantan Tengah, dan diikuti oleh Dinas Kelautan dan Perikanan.
4.2.3. Pengolahan dan Analisis Data Dana Dekonsentrasi Provinsi Kalteng
Hasil olah data kuesioner Provinsi Kalteng untuk dimensi dana dekonsentrasi dengan variabel inisitaif awal untuk mengajukan program melalui anggaran Dekonsentrasi, berdasarkan hasil tabulasi kuesioner menunjukkan bahwa insiatif awal usulan program melalui dana dekonsentrasi lebih banyak datang dari pemerintah daerah. Hal ini ditunjukkan dengan nilai persentase inisiatif awal dari Pemda sebesar 53,8%, inisiatif dari K/L sebesar 30,7% dan lainnya sebesar 15,3%. Variabel inisiatif awal usulan dana dekonsentrasi disajikan seperti grafik 31 dibawah ini.
Grafik 31. Inisitaif Awal Untuk Mengajukan Program Melalui Anggaran Dekonsentrasi Prov. Kalteng
Inisiatif Awal Pengajuan Program Provinsi Kalteng
K/L Lainnya
Sumber Data Primer Diolah
Hasil olah data kuesioner untuk variabel kesesuaian jenis program melalui anggaran dekonsentrasi diusulkan dengan kebutuhan/tuntutan RPJMD dan RKPD menunjukkan bahwa sebesar 92,3% program melalui dana dekonsentrasi sudah sesuai dengan kebutuhan atau tuntutan RPJMD/RKPD, sedangkan 7,4% berpendapat tidak sesuai dengan RPJMD/RKPD. Variabel kesesuaian jenis program melalui anggaran dekonsentrasi diusulkan dengan kebutuhan/tuntutan RPJMD dan RKPD disajikan seperti grafik 32 dibawah ini.
Grafik 32. Kesesuaian Jenis Program Melalui Anggaran Dekonsentrasi Diusulkan Dengan Kebutuhan/Tuntutan RPJMD dan RKPD Prov. Kalteng
Kesesuaian Usulan Dengan Kebutuhan Provinsi Kalteng
Ya Tidak
Tidak Tahu
Sumber Data Primer Diolah
Hasil olah data kuesioner untuk variabel penentu besarnya anggaran setiap program melalui anggaran dekonsentrasi adalah diketahui faktor penentu besarnya angaran adalah dari perkiraan K/L yaitu sebesar 61,5%, penentu berikutnya adalah berdasarkan usulan Pemda dan usulan dan perkiraan K/L yaitu masing-masing sebesar 15,3% sedang sisanya yaitu 7,7% menjawab lainnya. Variable penentu besarnya anggaran setiap program melalui anggaran dekonsentrasi disajikan pada grafik 33 dibawah ini.
Grafik 33. Penentu Besarnya Anggaran Setiap Program Melalui Anggaran Dekonsentrasi Prov. Kalteng
Penentu Besarnya Dana Program Dekonsentrasi Kalimantan Tengah
Usul. Pemda Perkiraan K/L Lainnya
61,54 Usul&perk
Sumber Data Primer Diolah
Hasil olah data kuesioner untuk variabel penentu pelaksanaan tender program dekonsentrasi yang paling besar penentunya adalah dari yaitu sebesar 46,1%, penentu berikutnya adalah lainnya yaitu sebesar 38,4% sedang sisanya yaitu 15,3% dari K/L. Variable penentu pelaksanaan tender program dekonsentrasi disajikan pada grafik 34 dibawah ini.
Grafik 34. Penentu Pelaksanaan Tender Program Dekonsentrasi Prov. Kalteng
Penentu Pelaksanaan Tender Program Dekonsentrasi Kalimantan Tengah
Pemda K/L Lainnya
Sumber Data Primer Diolah
Hasil olah data kuesioner untuk variabel penilaian transparansi pelaksanaan program dibiayai dana dekonsentrasi adalah sebesar 92,3%, menilai pelaksanaan program sudah transparan sedang sisanya yaitu 7,7% berpendapat tidak transparan. Variable penentu pelaksanaan tender program dekonsentrasi disajikan pada grafik 35 dibawah ini.
Grafik 35. Penilaian Transparansi Pelaksanaan Program Dibiayai Dana Dekonsentrasi Prov. Kalteng
Penilaian Transparansi Pelaksanaan Program Dibiayai Dana Dekonsentrasi Kalimantan Tengah
Ya Tidak
Sumber Data Primer Diolah
Hasil olah data kuesioner untuk variabel penilaian terhadap profesionalisme pelaksanaan program dibiayai dana dekonsentrasi adalah sebagian besar yaitu 92,3% berpendapat sudah pelaksanaan program dana dekonsentrasi sudah profesional, pendapat sebaliknya yaitu tidak profesional sebesar 7,7%. Variable penilaian terhadap Hasil olah data kuesioner untuk variabel penilaian terhadap profesionalisme pelaksanaan program dibiayai dana dekonsentrasi adalah sebagian besar yaitu 92,3% berpendapat sudah pelaksanaan program dana dekonsentrasi sudah profesional, pendapat sebaliknya yaitu tidak profesional sebesar 7,7%. Variable penilaian terhadap
36 dibawah ini.
Grafik 36. Penilaian Terhadap Profesionalisme Pelaksanaan Program Dibiayai Dana Dekonsentrasi Prov. Kalteng
Penilaian terhadap Profesionalisme Pelaksanaan Program dibiayai Dana Dekonsentrasi
Kalimantan Tengah
Ya Tidak
Tidak tahu
Sumber Data Primer Diolah
Hasil olah data kuesioner untuk variabel pengamatan terhadap manfaat besar program dekonsentrasi adalah 100% berpendapat dana dekon bermanfaat besar. Variabel pengamatan terhadap manfaat besar program dekonsentrasi disajikan pada grafik 37 dibawah ini.
Grafik 37. Pengamatan Terhadap Manfaat Besar Program Dekonsentrasi Prov. Kalteng
0 Pegamatan terhadap Manfaat Besar Program 0 Dekonsentrasi bagi Daerah Kalimantan Tengah
Ya Tidak
Tidak tahu
Sumber Data Primer Diolah
Hasil olah data kuesioner untuk variabel pendapat terhadap pembagian kewenangan urusan konkuren dalam PP 38/2007 antara pusat, provinsi dan kab/kota, sulit diterapkan untuk program yang menggunakan anggaran dekonsentrasi adalah
69,2% berpendapat tidak sulit untuk diterapkan, sedangkan 23% berpendapat sulit diterapkan, sisanya 7,7% berpendapat tidak tahu. Variabel pendapat terhadap pembagian kewenangan urusan konkuren dalam PP 38/2007 antara pusat, provinsi dan kab/kota, sulit diterapkan untuk program yang menggunakan anggaran dekonsentrasi disajikan pada grafik 38 dibawah ini.
Grafik 38. Pendapat Terhadap Pembagian Kewenangan Urusan Konkuren Dalam PP 38/2007 Antara Pusat, Provinsi Dan Kab/Kota, Sulit Diterapkan Untuk Program Yang Menggunakan Anggaran Dekonsentrasi Prov. Kalteng
Pendapat terhadap Pembagian kewenangan urusan konkuren dalam PP 38/2007 antara pusat, provinsi dan kab/kota, sulit diterapkan untuk program yang menggunakan anggaran Dekonsentrasi di Provinsi Kalimantan Tengah
Ya Tidak
Tidak tahu
Sumber Data Primer Diolah
Hasil olah data kuesioner untuk variabel kewenangan dekonsentrasi belum didukung oleh kapasitas pemda yang memadai, adalah 69,2% berpendapat tidak artinya sudah didukung oleh kapasitas pemda yang memadai, sedangkan 23% berpendapat ya artinya tidak didukung oleh kapasitas Pemda yang memadai dan sisanya 7,7% berpendapat tidak tahu. Variabel kewenangan dekonsentrasi belum didukung oleh kapasitas pemda yang memadai disajikan pada grafik 39 dibawah ini.
Grafik 39. Kewenangan Dekonsentrasi Belum Didukung Oleh Kapasitas Pemda Yang Memadai Prov. Kalteng
Penilaian terhadap Kewenangan Dekonsentrasi Belum Didukung oleh Kapasitas Pemda yang
Memadai di Kalimantan Tengah
23,08 Ya
Tidak Tidak tahu
Sumber Data Primer Diolah
Hasil olah data kuesioner untuk variabel penilaian terhadap Penilaian terhadap program melalui anggaran dekonsentrasi belum diintegrasi dan disinergikan antara pemda Kab/Kota dengan provinsi, dan antara pemda provinsi dengan Kementerian/Lembaga (integrasi vertikal), adalah 69,2% berpendapat tidak artinya terdapat integrasi dan sinergi antar tingkat pemerintahan, sedangkan 30,7% berpendapat ya artinya tidak terdapat integrasi dan sinergi antar tingkat pemerintahan. Variabel penilaian terhadap program melalui anggaran dekonsentrasi belum diintegrasi dan disinergikan antara pemda Kab/Kota dengan provinsi, dan antara pemda provinsi dengan Kementerian/Lembaga (integrasi vertikal) disajikan pada grafik 40 dibawah ini.
Grafik 40. Penilaian Terhadap Penilaian Terhadap Program Melalui Anggaran Dekonsentrasi Belum Diintegrasi Dan Disinergikan Antara Pemda Kab/Kota Dengan Provinsi, Dan Antara Pemda Provinsi Dengan Kementerian/Lembaga (Integrasi Vertikal) Prov. Kalteng
Penilaian terhadap program melalui anggaran Dekonsentrasi belum diintegrasi dan disinergikan antara pemda Kab/Kota dengan provinsi, dan antara pemda provinsi dengan Kementerian/Lembaga (integrasi vertikal) di Kalimantan Tengah
Ya Tidak
Sumber Data Primer Diolah
Hasil olah data kuesioner untuk variabel penilaian terhadap program melalui anggaran dekonsentrasi belum diintegrasikan dan disinergikan antara sektor yang satu dengan sektor yang lain (integrasi sektoral), adalah 69,2% berpendapat ya artinya sudah terdapat integrasi dan sinergi antar sektor yang satu dengan yang lain, sedangkan 30,7% berpendapat tidak artinya tidak terdapat integrasi dan sinergi antar sektor yang satu dengan yang lain. Variabel penilaian terhadap program melalui Hasil olah data kuesioner untuk variabel penilaian terhadap program melalui anggaran dekonsentrasi belum diintegrasikan dan disinergikan antara sektor yang satu dengan sektor yang lain (integrasi sektoral), adalah 69,2% berpendapat ya artinya sudah terdapat integrasi dan sinergi antar sektor yang satu dengan yang lain, sedangkan 30,7% berpendapat tidak artinya tidak terdapat integrasi dan sinergi antar sektor yang satu dengan yang lain. Variabel penilaian terhadap program melalui
Grafik 41. Penilaian Terhadap Program Melalui Anggaran Dekonsentrasi Belum Diintegrasikan Dan Disinergikan Antara Sektor Yang Satu Dengan Sektor Yang Lain (Integrasi Sektoral) Prov. Kalteng
Penilaian terhadap program melalui anggaran Dekonsentrasi belum diintegrasikan dan disinergikan antara sektor yang satu dengan sektor yang lain (integrasi sektoral) Kalimantan Tengah
Ya Tidak
Sumber Data Primer Diolah
Hasil olah data kuesioner untuk variabel penilaian terhadap program melalui anggaran Dekonsentrasi belum diintegrasikan dan disinergitaskan antara wilayah/kawasan yang satu dengan wilayah yang lain dalam kab/kota dan provinsi (spatial integration), adalah 46,1% berpendapat tidak artinya sudah terjadi integrasi antar wilayah dalam kabupaten/kota dan provinsi, sedangkan 46,1% berpendapat ya artinya belum terjadi integrasi antar wilayah dalam kabupaten/kota dan provinsi dan sisanya 7,7% berpendapat tidak tahu. Variabel penilaian terhadap program melalui anggaran dekonsentrasi belum diintegrasikan dan disinergitaskan antara wilayah/kawasan yang satu dengan wilayah yang lain dalam kab/kota dan provinsi (spatial integration) disajikan pada grafik 42 dibawah ini.
Grafik 42. Penilaian Terhadap Program Melalui Anggaran Dekonsentrasi Belum Diintegrasikan Dan Disinergitaskan Antara Wilayah/Kawasan Yang Satu Dengan Wilayah Yang Lain Dalam Kab/Kota Dan Provinsi Kalteng
Penilaian terhadap program melalui anggaran Dekonsentrasi belum diintegrasikan dan disinergitaskan antara wilayah/kawasan yang satu dengan wilayah yang lain dalam kab/kota dan provinsi (spatial integration) di Provinsi Kalimantan Tengah
Tidak Tidak tahu
Sumber Data Primer Diolah
Hasil olah data kuesioner untuk variabel penilaian terhadap program melalui anggaran dekonsentrasi belum diintegrasikan dan disinergikan antara tahun anggaran terdahulu dengan tahun anggaran berikutnya (integrasi antar waktu), adalah 76,9% berpendapat tidak artinya sudah terjadi integrasi antar waktu antara tahun anggaran terdahulu dengan tahun anggaran berikutnya, sedangkan 23% berpendapat ya artinya belum terjadi integrasi antar waktu antara tahun anggaran terdahulu dengan tahun anggaran berikutnya. Variabel Penilaian terhadap program melalui anggaran Dekonsentrasi belum diintegrasikan dan disinergikan antara tahun anggaran terdahulu dengan tahun anggaran berikutnya (integrasi antar waktu) disajikan pada grafik 43 dibawah ini.
Grafik 43. Penilaian terhadap program melalui anggaran Dekonsentrasi belum diintegrasikan dan disinergikan antara tahun anggaran terdahulu dengan tahun anggaran berikutnya (integrasi antar waktu) Prov. Kalteng
Penilaian terhadap program melalui anggaran Dekonsentrasi belum diintegrasikan dan disinergikan antara tahun anggaran terdahulu dengan tahun anggaran berikutnya (integrasi antar waktu) di Provinsi Kalimantan Tengah
Sumber Data Primer Diolah
Hasil olah data kuesioner untuk variabel penilaian terhadap program melalui anggaran dekonsentrasi belum diintegrasikan dan disinergikan dengan pola anggaran Tugas Pembantuan (integrasi antar pola kewenangan konkuren), adalah 61,5% berpendapat tidak artinya sudah terjadi integrasi antara kegiatan dekonsentrasi dengan kegiatan TP, sedangkan 23% berpendapat ya artinya belum terjadi integrasi antara kegiatan dekonsentrasi dengan kegiatan TP sedangkan sisanya yaitu 7,7% masing- masing berpendapat tidak tahu dan tidak menjawab. Variabel penilaian terhadap program melalui anggaran dekonsentrasi belum diintegrasikan dan disinergikan dengan pola anggaran Tugas Pembantuan (integrasi antar pola kewenangan konkuren) disajikan pada grafik 44 dibawah ini.
Grafik 44. Penilaian terhadap program melalui anggaran dekonsentrasi belum diintegrasikan dan disinergikan dengan pola anggaran Tugas Pembantuan (integrasi antar pola kewenangan konkuren) Prov. Kalteng
Penilaian terhadap program melalui anggaran Dekonsentrasi belum diintegrasikan dan disinergikan dengan pola anggaran
Tugas Pembantuan (integrasi antar pola kewenangan 7,69
konkuren) di Provinsi Kalimantan Tengah
Ya Tidak Tidak tahu
Tidak Menjawab
Sumber Data Primer Diolah
Hasil olah data kuesioner untuk variabel penilaian terhadap program melalui anggaran dekonsentrasi belum diintegrasikan dan disinergikan dengan pola anggaran desentralisasi (pola kewenangan konkuren dengan desentralisasi), adalah 46,1% berpendapat ya artinya belum terjadi integrasi antara kegiatan melalui anggaran dekonsentrasi dengan kegiatan pola anggaran desentralisasi, sedangkan 38,5% berpendapat tidak artinya sudah terjadi terjadi integrasi antara kegiatan melalui anggaran dekonsentrasi dengan kegiatan pola anggaran desentralisasi sedangkan sisanya yaitu 7,7% masing-masing menjawab tidak tahu dan tidak menjawab. Variabel penilaian terhadap terjadi integrasi antara kegiatan melalui anggaran dekonsentrasi dengan kegiatan pola anggaran desentralisasi disajikan pada grafik 45 dibawah ini.
Grafik 45. Penilaian Terhadap Program Melalui Anggaran Dekonsentrasi Belum Diintegrasikan Dan Disinergikan Dengan Pola Anggaran Desentralisasi (Pola Kewenangan Konkuren Dengan Desentralisasi) Prov. Kalteng
Penilaian terhadap program melalui anggaran Dekonsentrasi belum diintegrasikan dan disinergikan dengan pola anggaran
desentralisasi (pola kewenangan konkuren dengan desentralisasi) di Provinsi Kalimantan Tengah
Tidak tahu Tidak Menjawab
Sumber Data Primer Diolah
4.2.4. Pengolahan dan Analisis Data Dana TP Provinsi Kalteng
Sementara untuk pertanyaan yang terkait dengan Tugas Perbantuan memperlihatkan gambaran sebagai berikut:
Dilihat dari inisiatif awal untuk mengajukan anggaran Tugas Pembantuan di provinsi Kalimantan Tengah, berdasarkan tabulasi kuesioner yang dilakukan menunjukkan gambaran seperti dalam grafik dibawah ini.
Grafik 46. Inisiatif Awal Untuk Mengajukan Anggaran Tugas Pembantuan Di Prov. Kalteng
Inisiatif awal untuk mengajukan anggaran Tugas Pembantuan di provinsi Kalimantan Tengah
20 20 Pemda K/L
20 Lainnya 40 Pemda & K/L
Tdk Menjawab
Sumber: Data Primer Diolah
Berdasarkan data dalam grafik diatas memperlihatkan gambaran inisiatif awal untuk mengajukan anggaran tugas perbantuan di provinsi Kalimantan tengah dominan dilakukan oleh K/L sebesar 40%, sementara yang menjawab dilakukan oleh pemda sebanyak 20% dan yang menjawab dilakukan oleh Pemda dan K/L sebanyak 20%, serta yang menjawab dilakukan oleh lainnya sebesar 20%. Jadi yang dominan adalah jawaban responden yang memberikan jawaban inisiatif awal pengajuan anggaran tugas perbantuan dilakukan oleh K/L.
Apabila dilihat dari Penilaian terhadap Jenis Program melalui anggaran Tugas Pembantuan diusulkan sesuai kebutuhan/tuntutan RPJMD dan RKPD provinsi Kalimantan Tengah, berdasarkan tabulasi table yang dilakukan menunjukkan gambaran seperti dalam grafik dibawah ini.
Grafik 47. Penilaian Terhadap Jenis Program Melalui Anggaran Tugas Pembantuan Diusulkan Sesuai Kebutuhan/Tuntutan RPJMD dan RKPD Prov.
Kalteng
Penilaian terhadap Jenis Program melalui anggaran Tugas Pembantuan diusulkan sesuai kebutuhan/tuntutan RPJMD dan RKPD provinsi Kalimantan Tengah
0 0 0 Ya
Tidak Tidak Tahu
Tdk Menjawab
Sumber: Data Primer Diolah
Berdasarkan data dalam grafik diatas dapat dietahui berdasarkan penilaian responden terkait Penilaian terhadap Jenis Program melalui anggaran Tugas Pembantuan diusulkan sesuai kebutuhan/tuntutan RPJMD dan RKPD provinsi Kalimantan Tengah, semua responden memberikan jawaban setuju.
Sementara apabila dilihat dari Penentuan Besarnya anggaran setiap program melalui anggaran tugas Pembantuan di provinsi Kalimantan Tengah, berdasarkan tabulasi table yang dilakukan menunjukkan gambaran seperti dalam grafik dibawah ini.
Grafik 48. Penentuan Besarnya Anggaran Setiap Program Melalui Anggaran Tugas Pembantuan di Prov. Kalteng
Penentuan Besarnya anggaran setiap program melalui anggaran tugas Pembantuan di provinsi Kalimantan Tengah
Usul. Pemda Perkiraan K/L Lainnya
Usul&perk 0,00
Tdk Menjawab
Sumber: Data Primer Diolah
Berdasarkan data dalam grafik diatas memperlihatkan bahwa penentuan Besarnya anggaran setiap program melalui anggaran tugas Pembantuan di provinsi Kalimantan Tengah ditentukan oleh jawaban perkiraan K/L yaitu sebesar 50%, sementara responden yang menjawab usulan pemda sebesar 16,67% dan yang menjawab usulan pemda dan perkiraan K/L sebesar 33,33%. Jadi yang dominan adalah yang memberikan jawaban Perkiraan K/L.
Dan apabila dilihat dari Penentu Pelaksanaan Tender program melalui anggaran Tugas Pembantuan di provinsi Kalimantan Tengah, berdasarkan tabulasi kuesioner yang dilakukan menunjukkan gambaran seperti dalam grafik dibawah ini.
Grafik 49. Penentu Pelaksanaan Tender Program Melalui Anggaran Tugas Pembantuan di Prov. Kalteng
Penentu Pelaksanaan Tender program melalui anggaran Tugas Pembantuan di provinsi Kalimantan Tengah
Pemda K/L
Sumber: Data Primer Diolah
Berdasardata dalam grafik diatas, dapat diketahui bahwa dari Penentu Pelaksanaan Tender program melalui anggaran Tugas Pembantuan di provinsi Kalimantan Tengah sebagian besar responden memberi jawaban Pemda, yaitu sebesar 83,33%, sementara sebagian kecil memberi jawaban ditentkan oleh K/L sebesar 16,67%. Jadi yang lebih dominan memberikan jawaban ditentukan oleh Pemda.
Apabila dilihat dari Penilaian Pelaksanaan program Tugas Pembantuan dinilai cukup transparan karena diumumkan/disampaikan ke instansi eksekutif dan legislatif daerah, berdasarkan tabulasi kuesioner yang dilakukan menunjukkan gambaran seperti dalam grafik dibawah ini.
Grafik 50. Penilaian Pelaksanaan Program Tugas Pembantuan Dinilai Cukup Transparan Karena Diumumkan/Disampaikan Ke Instansi Eksekutif Dan Legislatif Daerah Di Prov. Kalteng
Penilaian terhadap Pelaksanaan program Tugas Pembantuan dinilai cukup transparan karena diumumkan/disampaikan ke instansi eksekutif dan legislatif daerah provinsi Kalimantan Tengah
Sumber: Data Primer Diolah
Berdasarkan data dalam grafik diatas dapat diketahui Penilaian terhadap Pelaksanaan program Tugas Pembantuan dinilai cukup transparan karena diumumkan/disampaikan ke instansi eksekutif dan legislatif daerah berdasarkan jawaban responden sebagian besar memberikan jawaban setuju yaitu sebesar 83,33% dan sebagian kecil memberikan jawaban yang tidak setuju sebesar 16,67%. Jadi yang lebih dominan adalah yang memberikan jawaban setuju terhadap pernyataan tersebut.
Apabila dilihat dari penilaian pelaksanaan program melalui anggaran Tugas Pembantuan di daerah dilaksanakan secara profesional, berdasarkan tabulasi table yang dilakukan menunjukkan gambaran seperti dalam grafik dibawah ini.
Grafik 51. Penilaian Pelaksanaan Program Melalui Anggaran Tugas Pembantuan Di Daerah Dilaksanakan Secara Profesional Di Prov. Kalteng
Penilaian terhadap pelaksanaan program melalui anggaran Tugas Pembantuan di daerah dilaksanakan secara profesional di rpovinsi Kalimantan Tengah
Ya Tidak
Sumber: Data Primer Diolah
Berdasarkan data dalam grafik diatas menunjukkan bahwa penilaian terhadap pelaksanaan program melalui anggaran Tugas Pembantuan di daerah dilaksanakan secara professional seluruh responden memberikan jawaban setuju dengan pernyataan tersebut yaitu 100%.
Sementara apabila dilihat dari penilaian program melalui anggaran Tugas Pembantuan telah memberikan manfaat yang besar bagi daerah, berdasarkan tabulasi table yang dilakukan menunjukkan gambaran seperti dalam grafik dibawah ini.
Grafik 52. Penilaian Program Melalui Anggaran Tugas Pembantuan Telah Memberikan Manfaat Yang Besar Bagi Daerah Di Prov. Kalteng
Penilaian terhadap program melalui anggaran Tugas Pembantuan telah memberikan manfaat yang besar
bagi daerah di provinsi Kalimantan Tengah
Ya Tidak
Sumber: Data Primer Diolah
Berdasarkan data dalam grafik diatas menunjukkan bahwa seluruh responden memberikan jawaban setuju dengan pernyataan program melalui anggaran Tugas Pembantuan telah memberikan manfaat yang besar bagi daerah, atau 100%.
Apabila dilihat dari Penilaian terhadap Pembagian kewenangan urusan konkuren dalam PP 38/2007 antara pusat, provinsi dan kab/kota, sulit diterapkan untuk program yang menggunakan anggaran tugas Pembantuan di provinsi Kalimantan Tengah, berdasarkan tabulasi table yang dilakukan menunjukkan gambaran seperti dalam grafik dibawah ini.
Grafik 53. Penilaian Terhadap Pembagian Kewenangan Urusan Konkuren Dalam PP 38/2007 Antara Pusat, Provinsi Dan Kab/Kota, Sulit Diterapkan Untuk Program Yang Menggunakan Anggaran Tugas Pembantuan Prov. Kalteng
Penilaian terhadap Pembagian kewenangan urusan konkuren dalam PP 38/2007 antara pusat, provinsi dan kab/kota, menurut pendapat saudara sulit diterapkan untuk program yang menggunakan anggaran tugas Pembantuan di provinsi Kalimantan Tengah
Ya Tidak
Sumber: Data Primer Diolah
Berdasarkan data dalam grafik diatas dapat diketahui Penilaian terhadap Pembagian kewenangan urusan konkuren dalam PP 38/2007 antara pusat, provinsi dan kab/kota, sulit diterapkan untuk program yang menggunakan anggaran tugas Pembantuan di provinsi Kalimantan Tengah sebagian besar responden atau 83,33% memberikan jawaban tidak setuju, dan hanya sebagian kecil atau 16,67% yang menyatakan setuju dengan pernyataan tersebut.
Sementara apabila dilihat dari penilaian terhadap kewenangan Tugas Pembantuan belum didukung oleh kapasitas pemda yang memadai, berdasarkan tabulasi kuesioner yang dilakukan menunjukkan gambaran seperti dalam grafik dibawah ini.
Grafik 54. Penilaian Terhadap Kewenangan Tugas Pembantuan Belum Didukung Oleh Kapasitas Pemda Yang Memadai Di Prov. Kalteng
Penilaian terhadap kewenangan Tugas Pembantuan belum didukung oleh kapasitas pemda yang memadai di provinsi Kalimantan Tengah
Sumber: Data Primer Diolah
Berdasarkan data dalam grafik diatas menunjukkan untuk penilaian terhadap kewenangan Tugas Pembantuan belum didukung oleh kapasitas pemda yang memadai sebagian besar responden memberikan jawaban yang tidak setuju dengan pernyataan tersebut atau 66,67%, dan hanya sebagian kecil yang setuju dengan pernyataan tersebut.
Dan, apabila Penilaian terhadap program melalui anggaran Tugas Pembantuan belum diintegrasi dan disinergikan antara pemda Kab/Kota dengan provinsi, dan antara pemda provinsi dengan Kementerian/Lembaga (integrasi vertikal) di provinsi Kalteng, berdasarkan tabulasi table yang dilakukan menunjukkan gambaran seperti dalam grafik dibawah ini.
Grafik 55. Penilaian Terhadap Program Melalui Anggaran Tugas Pembantuan Belum Diintegrasi Dan Disinergikan Antara Pemda Kab/Kota Dengan Provinsi, Dan Antara Pemda Provinsi Dengan Kementerian/Lembaga
(Integrasi Vertikal) Di Provinsi Kalteng
program melalui anggaran Tugas Pembantuan belum diintegrasi dan disinergikan antara pemda Kab/Kota dengan provinsi, dan antara pemda provinsi dengan Kementerian/Lembaga (integrasi vertikal) Kalimantan Tengah
Sumber: Data Primer Diolah
Berdasarkan data dalam grafik diatas menunjukkan untuk Penilaian terhadap program melalui anggaran Tugas Pembantuan belum diintegrasi dan disinergikan antara pemda Kab/Kota dengan provinsi, dan antara pemda provinsi dengan Kementerian/Lembaga (integrasi vertikal) di provinsi Kalteng, kelompok responden yang tidak setuju dengan pernyataan tersebut sebesar 66,67% dan kelompok responden yang setuju dengan pernyataan tersebut sebesar 33,33%.
Dan, apabila dilihat dari Penilaian terhadap program melalui anggaran Tugas Pembantuan belum diintegrasikan dan disinergikan antara sektor yang satu dengan sektor yang lain (integrasi sektoral) di provinsi Kalimantan Tengah, berdasarkan tabulasi table yang dilakukan menunjukkan gambaran seperti dalam grafik dibawah ini.
Grafik 56. Penilaian Terhadap Program Melalui Anggaran Tugas Pembantuan Belum Diintegrasikan Dan Disinergikan Antara Sektor Yang Satu Dengan Sektor Yang Lain (Integrasi Sektoral) Di Provinsi Kalteng
Penilaian terhadap program melalui anggaran Tugas Pembantuan belum diintegrasikan dan disinergikan antara sektor yang satu dengan sektor yang lain (integrasi sektoral) di provinsi Kalimantan Tengah
Ya Tidak
Sumber: Data Primer Diolah
Berdasarkan data dalam grafik diatas menunjukkan Penilaian terhadap program melalui anggaran Tugas Pembantuan belum diintegrasikan dan disinergikan antara sektor yang satu dengan sektor yang lain (integrasi sektoral) di provinsi Kalimantan Tengah sebagian besar responden 83,33% memberikan jawaban setuju dengan pernyataan tersebut, sementara yang memberikan jawaban tidak setuju dengan pernyataan tersebut sebesar 16,67%. Jadi yang dominan adalah responden yang memberikan jawaban setuju dengan pernyataan tersebut.
Dan apabila dilihat program melalui anggaran Tugas Pembantuan belum diintegrasikan dan disinergitaskan antara wilayah/kawasan yang satu dengan wilayah yang lain dalam kab/kota dan provinsi (spatial integration), berdasarkan tabulasi table yang dilakukan menunjukkan gambaran seperti dalam grafik dibawah ini.
Grafik 57. Anggaran Tugas Pembantuan Belum Diintegrasikan Dan Disinergitaskan Antara Wilayah/Kawasan Yang Satu Dengan Wilayah Yang Lain Dalam Kab/Kota Dan Provinsi (Spatial Integration) Di Prov. Kalteng
Penilaian program melalui anggaran Tugas Pembantuan belum diintegrasikan dan disinergitaskan antara wilayah/kawasan yang satu dengan wilayah yang lain dalam kab/kota dan provinsi di provinsi (spatial integration) di provinsi Kalimantan Tengah
Sumber: Data Primer Diolah
Berdasarkan data dalam grafik diatas menunjukkan untuk program melalui anggaran Tugas Pembantuan belum diintegrasikan dan disinergitaskan antara wilayah/kawasan yang satu dengan wilayah yang lain dalam kab/kota dan provinsi (spatial integration), sebagian besar responden atau 66,67% memberikan jawaban yang tidak setuju dengan pernyataan tersebut, sementara hanya sebagian kecil yaitu 33,33% memberikan jawaban yang setuju dengan pernyataan tersebut.
Adapun apabila dilihat dari penilaian terhadap program melalui anggaran Tugas Pembantuan belum diintegrasikan dan disinergikan antara tahun anggaran terdahulu dengan tahun anggaran berikutnya (integrasi antar waktu), berdasarkan tabulasi table yang dilakukan menunjukkan gambaran seperti dalam grafik dibawah ini.
Grafik 58. Penilaian Terhadap Program Melalui Anggaran Tugas Pembantuan Belum Diintegrasikan Dan Disinergikan Antara Tahun Anggaran Terdahulu Dengan Tahun Anggaran Berikutnya (Integrasi Antar Waktu) Prov. Kalteng
Penilaian terhadap program melalui anggaran Tugas Pembantuan belum diintegrasikan dan disinergikan antara tahun anggaran terdahulu dengan tahun anggaran berikutnya (integrasi antar waktu) di provinsi Kalimantan Tengah
Ya Tidak
Sumber: Data Primer Diolah
Berdasarkan data dalam grafik diatas, menunjukkan penilaian terhadap program melalui anggaran Tugas Pembantuan belum diintegrasikan dan disinergikan antara tahun anggaran terdahulu dengan tahun anggaran berikutnya (integrasi antar waktu), sebagian besar responden atau 83,33% menyatakan tidak setuju dengan pernyataan tersebut, dan sebagian kecil yaitu sebesar 16,67% yang menyatakan setuju dengan pernyataan tersebut.
Apabila dilihat dari Penilaian terhadap program melalui anggaran Tugas Pembantuan Belum Diintegrasikan dan disinergikan dengan pola anggaran Dekonsentrasi (integrasi antar pola kewenangan konkuren) di provinsi Kalimantan Tengah, berdasarkan tabulasi table yang dilakukan menunjukkan gambaran seperti dalam grafik dibawah ini.
Grafik 59. Penilaian Terhadap Program Melalui Anggaran Tugas Pembantuan Belum Diintegrasikan Dan Disinergikan Dengan Pola Anggaran Dekonsentrasi
(Integrasi Antar Pola Kewenangan Konkuren) Di Provinsi Kalteng
Penilaian terhadap program melalui anggaran Tugas Pembantuan Belum Diintegrasikan dan disinergikan dengan pola anggaran Dekonsentrasi (integrasi antar pola kewenangan konkuren) di provinsi Kalimantan Tengah
Ya Tidak
Sumber: Data Primer Diolah
Berdasarkan data dalam grafik diatas menunjukkan untuk Penilaian terhadap program melalui anggaran Tugas Pembantuan Belum Diintegrasikan dan disinergikan dengan pola anggaran Dekonsentrasi (integrasi antar pola kewenangan konkuren) di provinsi Kalteng sebagian besar responden menyatakan persetujuannya, yaitu sebesar 83,33%, sementara yang tidak setuju dengan pernyataan tersebut hanya sebesar 16,67%. Jadi yang dominan adalah yang memberikan jawaban setuju dengan pernyataan tersebut.
Apabila dilihat dari penialian terhadap program tugas pembantuan belum diintegrasikan dan disinergikan dengan pola anggaran desentralisasi (pola kewenangan konkuren dengan desentralisasi) di Provinsi Kalteng, berdasarkan tabulasi table yang dilakukan menunjukkan gambaran seperti dalam grafik dibawah ini.
Grafik 60. Penilaian Terhadap Program Tugas Pembantuan Belum Diintegrasikan Dan Disinergikan Dengan Pola Anggaran Desentralisasi (Pola Kewenangan Konkuren Dengan Desentralisasi) Di Provinsi Kalteng
Penilaian terhadap program Tugas Pembantuan belum diintegrasikan dan disinergikan dengan pola anggaran
desentralisasi (pola kewenangan konkuren dengan desentralisasi) di provinsi Kalimantan Tengah
Sumber: Data Primer Diolah
Berdasarkan data dalam grafik diatas menunjukkan untuk Penilaian terhadap program Tugas Pembantuan belum diintegrasikan dan disinergikan dengan pola anggaran desentralisasi (pola kewenangan konkuren dengan desentralisasi) di provinsi Kalimantan Tengah, sebagian besar responden menyatakan persetujuannya, yaitu sebesar 66,67%, sementara yang tidak setuju dengan pernyataan tersebut hanya sebesar 33,33%. Jadi yang dominan adalah yang memberikan jawaban setuju dengan pernyataan tersebut.
4.3. Provinsi Sulawesi Tengah
4.3.1. Hasil Pelaksanaan FGD Provinsi Sulteng
Pelaksanaan FGD di Provinsi Sulawesi Tengah dilaksanakan di Kantor Bappeda Provinsi Sulteng dengan dihadiri oleh 10 SKPD. Dari FGD tersebut kami mendapatkan masukan-masukan terkait permasalahan dalam pelaksanaan kegiatan yang didanai dari dana Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan.
Masukan-masukan dan temuan dari hasil pelaksanaan FGD adalah sebagai berikut:
a. Kesulitan yang dialami Pemda dalam menjalankan pola anggaran Dekonsentrasi dan TP adalah:
1) Kegiatan Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan tumpang tindih, kegiatan yang dilakukan oleh Bappeda dalam rangka koordinasi dengan pemerintah kabupaten/kota juga dilakukan oleh Biro Pembangunan.
2) Bappeda Provinsi Sulteng memperoleh dana dekonsentrasi dari Kemendagri yaitu Ditjen Pemerintahan Umum namun dalam struktur Sakternya untuk Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) ada di Biro Pemerintahan tetapi Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) ada di Bappeda, begitu juga kegiatan dekonsentrasi di Biro Administrasi Pembangunan, KPA ada di Biro Pemerintahan tetapi PPK ada di Biro Pembangunan.
3) Perencanaan tidak terlibat, namun yang menjadi pertanyaan adalah apakah kemudian ikut bertanggungjawab terhadap kegiatan dana dekonsentrasi tersebut.
b. Meskipun banyak kesulitan dan kendala mulai dari perencanaan sampai dengan pelaksanaan untuk kegiatan Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan tetapi pada prinsipnya dana tersebut masih membantu kegiatan di daerah.
c. Inkonsistensi kegiatan antara SKPD yang menerima dana dekonsentrasi juga tidak sesuai dengan RAPBD.
d. Dalam hal sinkronisasi antara perencanaan dan pengganggaran terdapat perbedaan yang jauh sekali, khususnya antara KUA-PPAS dengan RAPBD, Bappeda sebagai instansi perencana bisa jadi tidak tahu perubahan tersebut dan kalaupun tahu kemudian mempertanyakan perubahan tersebut, Bappeda tidak mempunyai hak untuk mengubahnya atau meluruskannya kembali, dalam hal ini Bappeda hanya memiliki permohonan hak jawab saja kepada DPRD dan SKPD.
e. Dalam hal intervensi melalui skema dekonsentrasi dan TP telah sejalan atau mendukung RPJMD dan RKPD yang ada, skema dekon/TP tidak mendukung RPJMD dan RKPD karena dana langsung ke SKPD yang bersangkutan dan SKPD dalam menyusun perencanaan (Renstra SKPD dan Renja SKPD) sebagian besar tidak mengetahui kepastian dana dekon/TP tersebut. Ada SKPD di tahun 2012 menerima dekon tetapi tahun 2013 tidak menerima lagi, dan ada pemberitahuan lagi bahwa tahun 2014 menerima dana dekon lagi.
f. UU No 17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara, khususunya ayat yang menyebutkan bahwa pembahasan KUA-PPAS harus dengan DPRD harus direvisi karena kegiatan rentan berubah pada saat pembahasan dengan DRPD.
g. Dana dekonsentrasi tidak mendukung pelaksanaan Permendagri Nomor 54/2010, dari indikator antara kegiatan dana dekonsentrasi dengan Permendagri 54/2010 tidak sinkron sama sekali. Misalnya capaian indikator kegiatan SPM, tidak diimbangi dengan dana.
h. Inspektorat Prov. Kalteng menerima dana dekonsentrasi dari Itjend Kemendagri, namun realisasi kecil karena petunjuk teknisnya kurang jelas dan sering terlambat, yaitu inspektorat hanya boleh menindaklanjuti pengaduan masyarakat yang pengaduaanya tersebut ditujukan langsung ke Pusat, pengaduan yang ditujukan ke provinsi tidak bisa ditindaklanjuti akhirnya harus dilakukan revisi DIPA agar dana dekonsentrasi tersebut bisa dimanfaatkan untuk menindaklanjuti semua pengaduan masyarakat.
i. Untuk dana dekonsentrasi dari Ditjen PMD Kemendagri, dalam DIPA untuk biaya honor dan perjalanan dinas tidak sesuai dengan Pergub, besaran nilai SBU dalam Peraturan Menteri Keuangan kecil sekali sehingga menghambat kegiatan.
j. Provinsi Kalteng menerima dana Tugas Pembantuan dari Ditjen Bina Marga Kementerian Pekerjaan Umum untuk kegiatan pemeliharaan rutin tetapi dana TP tersebut tidak banyak pemanfaatannya karena untuk pemeliharaan jalan provinsi hanya 200 Km dari 1.200 Km. Diusulkan agar dana TP tersebut diubah menjadi DAK tetapi dana sharing yang harus dikeluarkan Pemprov untuk DAK tersebut agar tidak terlalu besar dan memberatkan Pemprov.
k. Kementerian Sosial menyalurkan dana untuk pembangunan rumah melalui Program Keluarga Harapan (PKH) langsung ke Kabupaten/Kota tetapi dinas sosial provinsi diminta oleh Kementerian Sosial menyusun laporan pelaksanaan kegiatan tersebut.
l. Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal (KPDT) juga melakukan hal serupa dengan Kementerian Sosial yaitu penyaluran dana bansos langsung ke kelompok penerima di Kabupaten/Kota yaitu melalui LSM lokal. Dalam proses pengajuan l. Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal (KPDT) juga melakukan hal serupa dengan Kementerian Sosial yaitu penyaluran dana bansos langsung ke kelompok penerima di Kabupaten/Kota yaitu melalui LSM lokal. Dalam proses pengajuan
m. Untuk Bansos Kementerian Pendidikan tidak terkoordinir dengan baik karena bansos tersebut langsung masuk ke rekening sekolahan.
4.3.2. Hasil Pengolahan dan Analisis Data Kuesioner Provinsi Sulteng
Dari hasil tabulasi kuesioner yang dilakukan memperlihatkan gambaran jumlah program yang dibiayai dari dana dekonsentrasi di provinsi Sulawesi Tengah seperti dalam Tabel 5. dibawah ini
Tabel 5. Jumlah Program yang Dibiayai dari Anggaran Dana Dekonsentrasi Provinsi Sulteng Tahun 2012
Jumlah program di SKPD yang dibiayai melalui
No
Nama
% anggaran Dekonsentrasi
di tahun 2012?
Dinas Pendidikan & Kebudayaan (Staf
1 Perencanaan)
2 Inspektorat (Kasubag Perencanaan)
3 BPMPD Prov. Sulteng (Kasubag Porele)
- Disnakertrans Prov. Sulteng (Staf Perenc.
4 Badan PPKB (Kasubag Perc. Program)
5 Program)
6 Dinas Sosial (Kasub. Perencanaan)
7 Dinas Pertanian Daerah (Kasubag Perenc.)
Sumber: Data Primer diolah Dari data dalam table diatas memperlihatkan jumlah program yang dibiayai dana dekonsentrasi sebanyak 21 program dan tersebar di 6 SKPD, dan yang terbanyak ada di BPMD yaitu sebanyak 5 program atau 23,81% dan yang terkecil ada di Inspektorat
sebanyak 1 program atau 4,76%
Tabel 6. Jumlah Program yang Dibiayai dari Anggaran Dana Tugas Perbantuan Provinsi Sulteng Tahun 2012
Jumlah program di SKPD yang dibiayai
No
Nama
% melalui anggaran
Tugas Perbantuan
1 BPMPD Prov. Sulteng (Kasubag Porele)
Jumlah program di SKPD yang dibiayai
No
Nama
% melalui anggaran
Tugas Perbantuan
2 Badan PPKB (Kasubag Perc. Program)
2 22.22 Disnakertrans Prov. Sulteng (Staf Perenc.
3 Program)
4 Dinas Bina Marga
5 Dinas Sosial (Kasub. Perencanaan)
6 Dinas Pertanian Daerah (Kasubag Perenc.)
Sumber: Data Primer diolah Dari data dalam table diatas memperlihatkan jumlah program yang dibiayai dana
tugas perbantuan di provinsi Sulawesi Tengah sebanyak 9 program, dan tersebar di 6 SKPD.
4.3.3. Pengolahan dan Analisis Data Dana Dekonsentrasi Provinsi Sulteng
Hasil olah data kuesioner Provinsi Sulteng untuk dimensi dana dekonsentrasi dengan variabel inisitaif awal untuk mengajukan program melalui anggaran dekonsentrasi, berdasarkan hasil tabulasi kuesioner menunjukkan bahwa insiatif awal usulan program melalui dana dekonsentrasi lebih banyak datang dari pemerintah daerah. Hal ini ditunjukkan dengan nilai persentase inisiatif awal dari Pemda sebesar 42,8%, inisiatif dari K/L sebesar 42,8% dan lainnya sebesar 14,3%. Variabel inisiatif awal usulan dana dekonsentrasi disajikan seperti grafik 61 dibawah ini.
Grafik 61. Inisitaif Awal Untuk Mengajukan Program Melalui Anggaran Dekonsentrasi Prov. Sulteng
Inisiatif awal untuk mengajukan program melalui anggaran Dekonsentrasi di provinsi Sulawesi Tengah
Pemda K/L
Lainnya
Sumber: Data Primer diolah
Hasil olah data kuesioner untuk variabel kesesuaian jenis program melalui anggaran dekonsentrasi diusulkan dengan kebutuhan/tuntutan RPJMD dan RKPD menunjukkan bahwa sebesar 100% program melalui dana dekonsentrasi sudah sesuai dengan kebutuhan atau tuntutan RPJMD/RKPD. Variabel kesesuaian jenis program melalui anggaran dekonsentrasi diusulkan dengan kebutuhan/tuntutan RPJMD dan RKPD disajikan seperti grafik 62 dibawah ini.
Grafik 62. Kesesuaian Jenis Program Melalui Anggaran Dekonsentrasi Diusulkan Dengan Kebutuhan/Tuntutan RPJMD dan RKPD Prov. Sulteng
Penilaian Jenis Program melalui anggaran Dekonsentrasi 0,00 diusulkan sesuai kebutuhan/tuntutan RPJMD dan RKPD yang
ada Sulawesi Tengah
Ya Tidak
Tidak Tahu
Sumber: Data Primer diolah
Hasil olah data kuesioner untuk variabel penentu besarnya anggaran setiap program melalui anggaran dekonsentrasi adalah diketahui faktor penentu besarnya angaran adalah dari perkiraan K/L yaitu sebesar 71,4%, penentu berikutnya adalah berdasarkan usulan Pemda dan usulan dan perkiraan K/L yaitu masing-masing sebesar 14,3%. Variable penentu besarnya anggaran setiap program melalui anggaran dekonsentrasi disajikan pada grafik 63 dibawah ini.
Grafik 63. Penentu Besarnya anggaran setiap program melalui anggaran Dekonsentrasi Prov. Sulteng
Penilaian terhadap penentuan besarnya anggaran setiap program melalui anggaran Dekonsentrasi di provinsi Sulawesi Tengah
Usul. Pemda Perkiraan K/L
Lainnya Usul&perk
Sumber: Data Primer diolah Hasil olah data kuesioner untuk variabel penentu pelaksanaan tender program
dekonsentrasi yang paling besar penentunya adalah dari Pemda yaitu sebesar 57,1%, penentu berikutnya adalah lainnya yaitu sebesar 14,3% dari K/L, lainnya dan tidak menjawab. Variable penentu pelaksanaan tender program dekonsentrasi disajikan pada grafik 64 dibawah ini.
Grafik 64. Penentu Pelaksanaan Tender Program Dekonsentrasi Prov. Sulteng
Penentu pelaksanaan Tender program melalui anggaran Dekonsentrasi di provinsi Sulawesi Tengah
Pemda
14,29 K/L
Lainnya Tdk Mjwb
Sumber: Data Primer diolah Hasil olah data kuesioner untuk variabel penilaian transparansi pelaksanaan
program dibiayai dana dekonsentrasi adalah sebesar 71,4%, menilai pelaksanaan program sudah transparan sedang sisanya yaitu 14,3% berpendapat tidak transparan program dibiayai dana dekonsentrasi adalah sebesar 71,4%, menilai pelaksanaan program sudah transparan sedang sisanya yaitu 14,3% berpendapat tidak transparan
Grafik 65. Penilaian Transparansi Pelaksanaan Program Dibiayai Dana Dekonsentrasi Prov. Sulteng
Penilaian terhadap pelaksanaan program melalui anggaran Dekonsentrasi dinilai cukup transparan karena diumumkan/disampaikan ke instansi eksekutif dan legislatif daerah di provinsi Sulawesi Tengah
Tidak Tidak tahu
Sumber: Data Primer diolah Hasil olah data kuesioner untuk variabel penilaian terhadap profesionalisme pelaksanaan program dibiayai dana dekonsentrasi adalah sebagian besar yaitu 71,4% berpendapat sudah pelaksanaan program dana dekonsentrasi sudah profesional, pendapat sebaliknya yaitu tidak profesional sebesar 28,5%. Variable penilaian terhadap profesionalisme pelaksanaan program dibiayai dana dekonsentrasi disajikan pada grafik
66 dibawah ini.
Grafik 66. Penilaian Terhadap Profesionalisme Pelaksanaan Program Dibiayai Dana Dekonsentrasi Prov. Sulteng
Penilaian terhadap pelaksanaan program melalui anggaran Dekonsentrasi di daerah dilaksanakan secara
0 profesional di provinsi Sulawesi Tengah 28,57
Ya
Tidak Tidak tahu
Sumber: Data Primer diolah
Hasil olah data kuesioner untuk variabel pengamatan terhadap manfaat besar program dekonsentrasi adalah 85,7% berpendapat dana dekon bermanfaat besar, Hasil olah data kuesioner untuk variabel pengamatan terhadap manfaat besar program dekonsentrasi adalah 85,7% berpendapat dana dekon bermanfaat besar,
Grafik 67. Pengamatan Terhadap Manfaat Besar Program Dekonsentrasi Prov. Sulteng
Pengamatan terhadap program melalui anggaran Dekonsentrasi telah memberikan manfaat yang besar 0 bagi daerah provinsi Sulawesi Tengah
14,29 Ya
Tidak 85,71
Tidak tahu
Sumber: Data Primer diolah
Hasil olah data kuesioner untuk variabel pendapat terhadap pembagian kewenangan urusan konkuren dalam PP 38/2007 antara pusat, provinsi dan kab/kota, sulit diterapkan untuk program yang menggunakan anggaran dekonsentrasi adalah 71,4% berpendapat sulit untuk diterapkan, sedangkan 28,5% berpendapat tidak sulit diterapkan. Variabel pendapat terhadap pembagian kewenangan urusan konkuren dalam PP 38/2007 antara pusat, provinsi dan kab/kota, sulit diterapkan untuk program yang menggunakan anggaran dekonsentrasi disajikan pada grafik 68 dibawah ini.
Grafik 68. Pendapat Terhadap Pembagian Kewenangan Urusan Konkuren Dalam PP 38/2007 Antara Pusat, Provinsi Dan Kab/Kota, Sulit Diterapkan Untuk Program Yang Menggunakan Anggaran Dekonsentrasi Prov. Sulteng
Penilaian terhadap kesulitan penerapan kegiatan dekonsentrasi menurut pembagian kewenangan urusan konkuren dalam PP 38/2007 antara pusat, provinsi dan
kab/kotadi provinsi Sulawesi Tengah
Ya Tidak
Sumber: Data Primer diolah
Hasil olah data kuesioner untuk variabel kewenangan dekonsentrasi belum didukung oleh kapasitas pemda yang memadai, adalah 57,4% berpendapat tidak artinya sudah didukung oleh kapasitas pemda yang memadai, sedangkan 42,8% berpendapat ya artinya tidak didukung oleh kapasitas Pemda yang memadai. Variabel kewenangan dekonsentrasi belum didukung oleh kapasitas pemda yang memadai disajikan pada grafik 69 dibawah ini.
Grafik 69. Kewenangan Dekonsentrasi Belum Didukung Oleh Kapasitas Pemda Yang Memadai Prov. Sulteng
Penilaian terhadap kewenangan dekonsentrasi belum didukung oleh kapasitas pemda yang memadai di provinsi Sulawesi Tengah
Ya Tidak
57,14 Tidak tahu
Sumber: Data Primer diolah
Hasil olah data kuesioner untuk variabel penilaian terhadap Penilaian terhadap program melalui anggaran dekonsentrasi belum diintegrasi dan disinergikan antara pemda Kab/Kota dengan provinsi, dan antara pemda provinsi dengan Kementerian/Lembaga (integrasi vertikal), adalah 71,4% berpendapat tidak artinya terdapat integrasi dan sinergi antar tingkat pemerintahan, sedangkan 28,5% berpendapat ya artinya tidak terdapat integrasi dan sinergi antar tingkat pemerintahan. Variabel penilaian terhadap program melalui anggaran dekonsentrasi belum diintegrasi dan disinergikan antara pemda Kab/Kota dengan provinsi, dan antara pemda provinsi dengan Kementerian/Lembaga (integrasi vertikal) disajikan pada grafik 70 dibawah ini.
Grafik 70. Penilaian Terhadap Penilaian Terhadap Program Melalui Anggaran Dekonsentrasi Belum Diintegrasi Dan Disinergikan Antara Pemda Kab/Kota Dengan Provinsi, Dan Antara Pemda Provinsi Dengan Kementerian/Lembaga (Integrasi Vertikal) Prov. Sulteng
Penilaian terhadap program melalui anggaran Dekonsentrasi belum diintegrasi dan disinergikan antara pemda Kab/Kota dengan provinsi, dan antara pemda provinsi dengan Kementerian/Lembaga (integrasi vertikal) di provinsi Sulawesi Tengah
Sumber: Data Primer diolah Hasil olah data kuesioner untuk variabel penilaian terhadap program melalui
anggaran dekonsentrasi belum diintegrasikan dan disinergikan antara sektor yang satu dengan sektor yang lain (integrasi sektoral), adalah 57,1% berpendapat tidak artinya belum terdapat integrasi dan sinergi antar sektor yang satu dengan yang lain, sedangkan 28,5% berpendapat ya artinya sudah terdapat integrasi dan sinergi antar sektor yang satu dengan yang lain sedangkan sisanya 14,3 berpendapat tidak tahu. Variabel penilaian terhadap program melalui anggaran dekonsentrasi belum diintegrasikan dan disinergikan antara sektor yang satu dengan sektor yang lain (integrasi sektoral) disajikan pada grafik 71 dibawah ini.
Grafik 71. Penilaian Terhadap Program Melalui Anggaran Dekonsentrasi Belum Diintegrasikan Dan Disinergikan Antara Sektor Yang Satu Dengan Sektor Yang Lain (Integrasi Sektoral) Prov. Sulteng
Penilaian terhadap program melalui anggaran dekonsentrasi belum diintegrasikan dan disinergikan antara sektor yang satu dengan sektor yang lain (integrasi sektoral) di provinsi Sulawesi Tengah
Tidak Tidak tahu
Sumber: Data Primer diolah
Hasil olah data kuesioner untuk variabel penilaian terhadap program melalui anggaran Dekonsentrasi belum diintegrasikan dan disinergitaskan antara wilayah/kawasan yang satu dengan wilayah yang lain dalam kab/kota dan provinsi (spatial integration), adalah 57,1% berpendapat ya artinya belum terjadi integrasi antar wilayah dalam kabupaten/kota dan provinsi, sedangkan 42,8% berpendapat tidak artinya sudah terjadi integrasi antar wilayah dalam kabupaten/kota dan provinsi. Variabel penilaian terhadap program melalui anggaran dekonsentrasi belum diintegrasikan dan disinergitaskan antara wilayah/kawasan yang satu dengan wilayah yang lain dalam kab/kota dan provinsi (spatial integration) disajikan pada grafik 72 dibawah ini.
Grafik 72. Penilaian Terhadap Program Melalui Anggaran Dekonsentrasi Belum Diintegrasikan Dan Disinergitaskan Antara Wilayah/Kawasan Yang Satu Dengan Wilayah Yang Lain Dalam Kab/Kota Dan Provinsi Sulteng
Penilaian terhadap program melalui anggaran dekonsentrasi belum diintegrasikan dan disinergitaskan antara wilayah/kawasan yang satu dengan wilayah yang lain dalam kab/kota dan provinsi (spatial integration) di provinsi Sulawesi Tengah
Sumber: Data Primer diolah
Hasil olah data kuesioner untuk variabel penilaian terhadap program melalui anggaran dekonsentrasi belum diintegrasikan dan disinergikan antara tahun anggaran terdahulu dengan tahun anggaran berikutnya (integrasi antar waktu), adalah 57,1% berpendapat tidak artinya sudah terjadi integrasi antar waktu antara tahun anggaran terdahulu dengan tahun anggaran berikutnya, sedangkan 42,8% berpendapat ya artinya belum terjadi integrasi antar waktu antara tahun anggaran terdahulu dengan tahun anggaran berikutnya. Variabel Penilaian terhadap program melalui anggaran
Dekonsentrasi belum diintegrasikan dan disinergikan antara tahun anggaran terdahulu dengan tahun anggaran berikutnya (integrasi antar waktu) disajikan pada grafik 73 dibawah ini.
Grafik 73. Penilaian terhadap program melalui anggaran Dekonsentrasi belum diintegrasikan dan disinergikan antara tahun anggaran terdahulu dengan tahun anggaran berikutnya (integrasi antar waktu) Prov. Sulteng
Penilaian terhadap program melalui anggaran dekonsentrasi belum diintegrasikan dan disinergikan antara tahun anggaran terdahulu dengan tahun anggaran berikutnya (integrasi antar waktu) di provinsi Sulawesi Tengah
Sumber: Data Primer diolah Hasil olah data kuesioner untuk variabel penilaian terhadap program melalui
anggaran dekonsentrasi belum diintegrasikan dan disinergikan dengan pola anggaran Tugas Pembantuan (integrasi antar pola kewenangan konkuren), adalah 57,1% berpendapat tidak artinya sudah terjadi integrasi antara kegiatan dekonsentrasi dengan kegiatan TP, sedangkan 28,5% berpendapat ya artinya belum terjadi integrasi antara kegiatan dekonsentrasi dengan kegiatan TP sedangkan sisanya yaitu 14,3% berpendapat tidak tahu. Variabel penilaian terhadap program melalui anggaran dekonsentrasi belum diintegrasikan dan disinergikan dengan pola anggaran Tugas Pembantuan (integrasi antar pola kewenangan konkuren) disajikan pada grafik 74 dibawah ini.
Grafik 74. Penilaian terhadap program melalui anggaran dekonsentrasi belum diintegrasikan dan disinergikan dengan pola anggaran Tugas Pembantuan (integrasi antar pola kewenangan konkuren) Prov. Sulteng
Penilaian terhadap program melalui anggaran dekonsentrasi belum diintegrasikan dan disinergikan dengan pola anggaran Tugas Pembantuan (integrasi antar pola kewenangan konkuren) di provinsi Sulawesi Tengah
Ya Tidak
Tidak tahu
Sumber: Data Primer diolah Hasil olah data kuesioner untuk variabel penilaian terhadap program melalui
anggaran dekonsentrasi belum diintegrasikan dan disinergikan dengan pola anggaran desentralisasi (pola kewenangan konkuren dengan desentralisasi), adalah 71,4% berpendapat tidak artinya sudah terjadi integrasi antara kegiatan melalui anggaran dekonsentrasi dengan kegiatan pola anggaran desentralisasi, sedangkan 28,5% berpendapat ya artinya belum terjadi terjadi integrasi antara kegiatan melalui anggaran dekonsentrasi dengan kegiatan pola anggaran desentralisasi. Variabel penilaian terhadap terjadi integrasi antara kegiatan melalui anggaran dekonsentrasi dengan kegiatan pola anggaran desentralisasi disajikan pada grafik 75 dibawah ini.
Grafik 75. Penilaian Terhadap Program Melalui Anggaran Dekonsentrasi Belum Diintegrasikan Dan Disinergikan Dengan Pola Anggaran Desentralisasi (Pola Kewenangan Konkuren Dengan Desentralisasi) Prov. Sulteng
Penilaian terhadap program melalui anggaran Dekonsentrasi belum diintegrasikan dan disinergikan dengan pola anggaran
desentralisasi (pola kewenangan konkuren dengan desentralisasi) di provinsi Sulawesi Tengah
Sumber: Data Primer Diolah
4.3.4. Pengolahan dan Analisis Data Dana TP Provinsi Sulteng
Sementara apabila dilihat jawaban terhadap pertanyaan pertanyaan yang terkait dengan program yang dibiayai dari anggaran Tugas Perbantuan memperlihatkan gambaran seperti dibawah ini Dilihat dari inisiatif awal untuk mengajukan anggaran Tugas Pembantuan di provinsi Sulawesi Tengah, berdasarkan tabulasi kuesioner yang dilakukan menunjukkan gambaran seperti dalam table dibawah ini.
Grafik 76. Inisiatif Awal Untuk Mengajukan Anggaran Tugas Pembantuan Di Prov. Sulteng
Inisiatif awal untuk mengajukan anggaran Tugas Pembantuan provinsi Sulawesi Tengah
20 40 Pemda
K/L 40 Lainnya
Sumber: Data Primer Diolah
Berdasarkan data dalam grafik tersebut diatas menunjukkan bahwa inisiatif awal untuk mengajukan anggaran Tugas Pembantuan di provinsi Sulawesi Tengah dilakukan oleh kementerian/lembaga sebanyak 40%, dan dilakukan pemda sebesar 40 %, serta dilakukan oleh lainnya sebesar 20%. Jadi inisiatif awal lebih didominasi oleh K/L dan Pemda sebesar 40%
Apabila dilihat dari Penilaian terhadap Jenis Program melalui anggaran Tugas Pembantuan diusulkan sesuai kebutuhan/tuntutan RPJMD dan RKPD provinsi Sulawesi Tengah, berdasarkan tabulasi kuesioner yang dilakukan menunjukkan gambaran seperti dalam grafik dibawah ini.
Grafik 77. Penilaian Terhadap Jenis Program Melalui Anggaran Tugas Pembantuan Diusulkan Sesuai Kebutuhan/Tuntutan RPJMD dan RKPD Prov. Sulteng
Penilaian terhadap Jenis Program melalui anggaran Tugas Pembantuan diusulkan sesuai kebutuhan/tuntutan RPJMD
dan RKPD provinsi Sulawesi Tengah 16,67
Ya
Tidak Tidak Tahu
Sumber: Data Primer Diolah
Berdasarkan data dalam grafik diatas, menunjukkan bahwa jenis program melalui anggaran Tugas Pembantuan diusulkan sesuai kebutuhan/tuntutan RPJMD dan RKPD provinsi Sulawesi Tengah sebagian besar responden menjawab tidak sesuai dengan RPJMD dan RKPD provinsi Sulawesi tengah yaitu sebesar 83,33%, sementara yang menjawab sesuai dengan kebutuhan/tuntutan RPJMD dan RKPD sabesar 16,67%. Jadi lebih didominasi oleh jawaban tidak sesuai dengan kebutuhan/tuntutan RPJMD dan RKPD provinsi Sulawesi Tengah.
Sementara apabila dilihat dari Penentuan Besarnya anggaran setiap program melalui anggaran tugas Pembantuan di provinsi Sulawesi Tengah, berdasarkan tabulasi kuesioner yang dilakukan menunjukkan gambaran seperti dalam grafik dibawah ini.
Grafik 78. Penentuan Besarnya Anggaran Setiap Program Melalui Anggaran Tugas Pembantuan di Prov. Sulteng
Penentuan Besarnya anggaran setiap program melalui anggaran tugas Pembantuan di provinsi Sulawesi Tengah
Usul. Pemda
Perkiraan K/L Lainnya
Sumber: Data Primer Diolah
Berdasarkan data dalam grafik diatas Penentuan Besarnya anggaran setiap program melalui anggaran tugas Pembantuan di provinsi Sulawesi Tengah didominasi oleh usulan pemda dan perkiraan K/L yaitu sebesar 42,86%, sementara yang lainnya sebesar 14,29%. Jadi yang lebih dominan adalah jawaban perkiraaan K/L dan Usulan Pemda.
Dan apabila dilihat dari Penentu Pelaksanaan Tender program melalui anggaran Tugas Pembantuan di provinsi Sulawesi Tengah, berdasarkan tabulasi kuesioner yang dilakukan menunjukkan gambaran seperti dalam grafik dibawah ini.
Grafik 79. Penentu Pelaksanaan Tender Program Melalui Anggaran Tugas Pembantuan di Prov. Sulteng
Penentu Pelaksanaan Tender program melalui anggaran Tugas Pembantuan di provinsi Sulawesi Tengah
0,00 Tdk Menjawab
Sumber: Data Primer Diolah
Berdasarkan Penentu Pelaksanaan Tender program melalui anggaran Tugas Pembantuan di provinsi Sulawesi Tengah lebih didominasi oleh jawaban ditentukan oleh Pemda sebesar 66,6%, sementara yang tidak ada K/L yang ikut menentukan, dan ditentukan oleh Lainnya sebesar 16,67% dan yang tidak menjawab sebesar 16, 67 %. Jadi jawaban yang mendominasi Penentu Pelaksanaan Tender program melalui anggaran Tugas Pembantuan di provinsi Sulawesi Tengah adalah Pemda.
Apabila dilihat dari Penilaian Pelaksanaan program Tugas Pembantuan dinilai cukup transparan karena diumumkan/disampaikan ke instansi eksekutif dan legislatif daerah, berdasarkan tabulasi kuesioner yang dilakukan menunjukkan gambaran seperti dalam grafik dibawah ini.
Grafik 80. Penilaian Pelaksanaan Program Tugas Pembantuan Dinilai Cukup Transparan Karena Diumumkan/Disampaikan Ke Instansi Eksekutif Dan Legislatif Daerah Di Prov. Sulteng
Penilaian terhadap Pelaksanaan program Tugas Pembantuan dinilai cukup transparan karena diumumkan/disampaikan ke instansi eksekutif dan legislatif daerah di provinsi Sulawesi Tengah
Tidak Tahu Tdk Menjawab
Sumber: Data Primer Diolah
Berdasarkan data dalam grafik diatas dapat diketahui bahwa Penilaian terhadap Pelaksanaan program Tugas Pembantuan dinilai cukup transparan karena diumumkan/disampaikan ke instansi eksekutif dan legislatif daerah di provinsi Sulawesi Tengah menurut para responden yang menyatakan persetujuannya sebesar 83, 33%, sementara yang tidak menjawab sebesar 16,67%. Jadi yang dominan adalah yang menjawab Pelaksanaan program Tugas Pembantuan dinilai cukup transparan karena diumumkan/disampaikan ke instansi eksekutif dan legislatif daerah.
Apabila dilihat dari penilaian pelaksanaan program melalui anggaran Tugas Pembantuan di daerah dilaksanakan secara profesional, berdasarkan tabulasi kuesioner yang dilakukan menunjukkan gambaran seperti dalam grafik dibawah ini.
Grafik 81. Penilaian Pelaksanaan Program Melalui Anggaran Tugas Pembantuan Di Daerah Dilaksanakan Secara Profesional Di Prov. Sulteng
Penilaian pelaksanaan program melalui anggaran Tugas Pembantuan di daerah dilaksanakan secara profesional di provinsi Sulawesi Tengah
Tidak Tahu Tdk Menjawab
Sumber: Data Primer Diolah
Berdasarkan data dalam grafik diatas, menunjukkan bahwa responden memberikan Penilaian pelaksanaan program melalui anggaran Tugas Pembantuan di daerah dilaksanakan secara profesional di provinsi Sulawesi Tengah sebesar 83,33%, sementara yang menjawab tidak dan yang tidak menjawab sebesar 16,67 %.
Sementara apabila dilihat dari penilaian program melalui anggaran Tugas Pembantuan telah memberikan manfaat yang besar bagi daerah, berdasarkan tabulasi kuesioner yang dilakukan menunjukkan gambaran seperti dalam grafik dibawah ini.
Grafik 82. Penilaian Program Melalui Anggaran Tugas Pembantuan Telah Memberikan Manfaat Yang Besar Bagi Daerah Di Prov. Sulteng
Penilaian program melalui anggaran Tugas Pembantuan telah memberikan manfaat yang besar bagi daerah di provinsi Sulawesi Tengah
Ya Tidak
33,33 Tidak Tahu
Tdk Menjawab
Sumber: Data Primer Diolah
Berdasarkan data dalam grafik diatas, menunjukkan bahwa responden dominan memberikan jawaban setuju dalam pemberian penilaian program melalui anggaran Tugas Pembantuan telah memberikan manfaat yang besar bagi daerah yaitu sebesar 50%, sementara yang menjawab tidak setuju atau tidak memberikan manfaat yang besar sebesar 33,33% dan tidak menjawab sebesar 16,67 %. Jadi yang paling dominan adalah yang memberikan jawaban setuju.
Apabila dilihat dari Penilaian terhadap Pembagian kewenangan urusan konkuren dalam PP 38/2007 antara pusat, provinsi dan kab/kota, sulit diterapkan untuk program yang menggunakan anggaran tugas Pembantuan di provinsi Sulawesi Tengah, Apabila dilihat dari Penilaian terhadap Pembagian kewenangan urusan konkuren dalam PP 38/2007 antara pusat, provinsi dan kab/kota, sulit diterapkan untuk program yang menggunakan anggaran tugas Pembantuan di provinsi Sulawesi Tengah,
Grafik 83. Penilaian Terhadap Pembagian Kewenangan Urusan Konkuren Dalam PP 38/2007 Antara Pusat, Provinsi Dan Kab/Kota, Sulit Diterapkan Untuk Program Yang Menggunakan Anggaran Tugas Pembantuan Prov. Sulteng
Penilaian terhadap Pembagian kewenangan urusan konkuren dalam PP 38/2007 antara pusat, provinsi dan kab/kota, sulit diterapkan untuk program yang menggunakan anggaran tugas Pembantuan di provinsi Sulawesi Tengah
Ya Tidak
Tidak Tahu Tdk Menjawab
Sumber: Data Primer Diolah
Berdasarkan data dalam table diatas menunjukkan apabila responden yang dominan memberikan jawaban tidak setuju apabila Pembagian kewenangan urusan konkuren dalam PP 38/2007 antara pusat, provinsi dan kab/kota, sulit diterapkan untuk program yang menggunakan anggaran tugas Pembantuan di provinsi Sulawesi Tengah yaitu sebesar 50%, sementara yang memberikan jawaban setuju sebesar 33,33%, dan yang tidak memberikan jawaban sebesar 16,67%. Jadi yang paling dominan adalah yang setuju.
Sementara apabila dilihat dari penilaian terhadap kewenangan Tugas Pembantuan belum didukung oleh kapasitas pemda yang memadai, berdasarkan tabulasi kuesioner yang dilakukan menunjukkan gambaran seperti dalam grafik dibawah ini.
Grafik 84. Penilaian Terhadap Kewenangan Tugas Pembantuan Belum Didukung Oleh Kapasitas Pemda Yang Memadai Di Prov. Sulteng
Penilaian terhadap kewenangan Tugas Pembantuan belum didukung oleh kapasitas pemda yang memadai di provinsi Sulawesi Tengah
Ya Tidak
Tidak Tahu Tdk Menjawab
Sumber: Data Primer Diolah
Berdasarkan data dalam grafik diatas, dapat diketahui apabila sebagian besar responden tidak setuju dengan pernyataan kewenangan Tugas Pembantuan belum didukung oleh kapasitas pemda yang memadai, yaitu sebesar 50%, sementara sebagian responden menjawab setuju dengan pernyataan tersebut sebesar 33,33%, dan yang tidak memberikan jawaban sebesar 16,67%. Jadi yang dominan adalah yang memberikan jawaban tidak setuju dengan pernyataan tersebut.
Dan, apabila Penilaian terhadap program melalui anggaran Tugas Pembantuan belum diintegrasi dan disinergikan antara pemda Kab/Kota dengan provinsi, dan antara pemda provinsi dengan Kementerian/Lembaga (integrasi vertikal) di provinsi Sulawesi Tengah, berdasarkan tabulasi kuesioner yang dilakukan menunjukkan gambaran seperti dalam grafik dibawah ini.
Grafik 85. Penilaian Terhadap Program Melalui Anggaran Tugas Pembantuan Belum Diintegrasi Dan Disinergikan Antara Pemda Kab/Kota Dengan Provinsi, Dan Antara Pemda Provinsi Dengan Kementerian/Lembaga
(Integrasi Vertikal) Di Provinsi Sulteng
Penilaian program melalui anggaran Tugas Pembantuan belum diintegrasi dan disinergikan antara pemda Kab/Kota dengan provinsi, dan antara pemda provinsi dengan Kementerian/Lembaga (integrasi vertikal) di Provinsi Sulawesi Tengah
Ya Tidak Tidak Tahu
Tdk Menjawab
Sumber: Data Primer Diolah
Berdasarkan data dalam grafik diatas, dapat diketahui bahwa responden dominan tidak setuju dengan pernyataan apabila program melalui anggaran Tugas Pembantuan belum diintegrasi dan disinergikan antara pemda Kab/Kota dengan provinsi, dan antara pemda provinsi dengan Kementerian/Lembaga (integrasi vertikal) yaitu sebesar 66,67%, sementara yang setuju dengan pernyataan tersebut sebesar 16,67% dan yang tidak memberikan jawaban sebesar 16,67%. Jadi yang dominan adalah yang memberikan jawaban tidak setuju terhadap pernyataan tersebut.
Dan, apabila dilihat dari Penilaian terhadap program melalui anggaran Tugas Pembantuan belum diintegrasikan dan disinergikan antara sektor yang satu dengan sektor yang lain (integrasi sektoral) di provinsi Sulawesi Tengah, berdasarkan tabulasi kuesioner yang dilakukan menunjukkan gambaran seperti dalam grafik dibawah ini.
Grafik 86. Penilaian Terhadap Program Melalui Anggaran Tugas Pembantuan Belum Diintegrasikan Dan Disinergikan Antara Sektor Yang Satu Dengan Sektor Yang Lain (Integrasi Sektoral) Di Provinsi Sulteng
Penilaian program melalui anggaran Tugas Pembantuan belum diintegrasikan dan disinergikan antara sektor yang satu dengan sektor yang lain (integrasi sektoral) di provinsi Sulawesi Tengah
Tidak Tahu Tdk Menjawab
Sumber: Data Primer Diolah
Berdasarkan data dalam grafik tersebut diatas, dapat diketahui apabila responden setuju dengan pernyataan program melalui anggaran Tugas Pembantuan belum diintegrasikan dan disinergikan antara sektor yang satu dengan sektor yang lain
(integrasi sektoral) yaitu sebesar program melalui anggaran Tugas Pembantuan belum diintegrasikan dan disinergikan antara sektor yang satu dengan sektor yang lain (integrasi sektoral 50%, sementara yang tidak setuju dengan pernyataan tersebut sebesar 33,33% dan yang tidak memberikan jawaban sebesar 16,67%.
Dan apabila dilihat program melalui anggaran Tugas Pembantuan belum diintegrasikan dan disinergitaskan antara wilayah/kawasan yang satu dengan wilayah yang lain dalam kab/kota dan provinsi (spatial integration), berdasarkan tabulasi kuesioner yang dilakukan menunjukkan gambaran seperti dalam grafik dibawah ini.
Grafik 87. Anggaran Tugas Pembantuan Belum Diintegrasikan Dan Disinergitaskan Antara Wilayah/Kawasan Yang Satu Dengan Wilayah Yang Lain Dalam Kab/Kota Dan Provinsi (Spatial Integration) Di Prov. Sulteng
Penilaian program melalui anggaran Tugas Pembantuan belum diintegrasikan dan disinergitaskan antara wilayah/kawasan yang satu dengan wilayah yang lain dalam kab/kota dan provinsi (spatial integration) di provinsi Sulawesi Tengah
33,33 Ya
50 Tidak
Tidak Tahu
Tdk Menjawab 0,00
Sumber: Data Primer Diolah
Berdasarkan data dalam grafik tersebut diatas maka dapat diketahui apabila responden yang setuju dengan pernyataan program melalui anggaran Tugas Pembantuan belum diintegrasikan dan disinergitaskan antara wilayah/kawasan yang satu dengan wilayah yang lain dalam kab/kota dan provinsi (spatial integration) yaitu sebesar 50%, sementara yang tidak setuju dengan pernyataan tersebut sebesar 16,67% dan yang tidak memberikan jawaban sebesar 33,33%. Jadi yang dominan adalah yang memberikan pernyataan setuju.
Adapun apabila dilihat program melalui anggaran Tugas Pembantuan belum diintegrasikan dan disinergikan antara tahun anggaran terdahulu dengan tahun anggaran berikutnya (integrasi antar waktu), berdasarkan tabulasi kuesioner yang dilakukan menunjukkan gambaran seperti dalam grafik dibawah ini.
Grafik 88. Penilaian Terhadap Program Melalui Anggaran Tugas Pembantuan Belum Diintegrasikan Dan Disinergikan Antara Tahun Anggaran Terdahulu Dengan Tahun Anggaran Berikutnya (Integrasi Antar Waktu) Prov. Sulteng
Penilaian terhadap program melalui anggaran Tugas Pembantuan belum diintegrasikan dan disinergikan antara tahun anggaran terdahulu dengan tahun anggaran berikutnya (integrasi antar waktu) di provinsi Sulawesi Tengah
Tidak Tahu
Tdk Menjawab
Sumber: Data Primer Diolah
Berdasarkan data dalam grafik tersebut diatas, maka dapat diketahui apabila responden yang setuju dengan pernyataan program melalui anggaran Tugas Pembantuan belum diintegrasikan dan disinergikan antara tahun anggaran terdahulu dengan tahun anggaran berikutnya (integrasi antar waktu) adalah sebesar 50%, sementara yang tidak setuju dengan pernyataan tersebut adalah sebesar 16,67% dan yang tidak memberikan jawaban sebesar 33,33%. Jadi yang dominan adalah yang memberikan jawaban setuju.
Apabila dilihat dari Penilaian terhadap program melalui anggaran Tugas Pembantuan Belum Diintegrasikan dan disinergikan dengan pola anggaran Dekonsentrasi (integrasi antar pola kewenangan konkuren) di provinsi Sulawesi Tengah, berdasarkan tabulasi kuesioner yang dilakukan menunjukkan gambaran seperti dalam grafik dibawah ini.
Grafik 89. Penilaian Terhadap Program Melalui Anggaran Tugas Pembantuan Belum Diintegrasikan Dan Disinergikan Dengan Pola Anggaran Dekonsentrasi
(Integrasi Antar Pola Kewenangan Konkuren) Di Provinsi Sulteng
Penilaian terhadap program melalui anggaran Tugas Pembantuan Belum Diintegrasikan dan disinergikan dengan pola anggaran Dekonsentrasi (integrasi antar pola kewenangan konkuren) di provinsi Sulawesi Tengah
Ya Tidak Tidak Tahu Tdk Menjawab
Sumber: Data Primer Diolah
Berdasarkan data dalamgrafik diatas dapat diketahui bahwa responden yang memberikan jawaban tidak setuju dengan pernyataan terhadap program melalui anggaran Tugas Pembantuan Belum Diintegrasikan dan disinergikan dengan pola anggaran Dekonsentrasi (integrasi antar pola kewenangan konkuren) yaitu sebesar 66,67%, sementara itu responden yang memberikan jawaban setuju sebesar 16,67%, dan yang tidak memberikan jawaban sebesar 16,67%. Jadi yang dominan yang memberikan jawaban tidak setuju.
Dan, apabila dilihat dari penilaian program Tugas Pembantuan belum diintegrasikan dan disinergikan dengan pola anggaran desentralisasi (pola kewenangan konkuren dengan desentralisasi), berdasarkan tabulasi kuesioner yang dilakukan menunjukkan gambaran seperti grafik dibawah ini.
Grafik 90. Penilaian Terhadap Program Melalui Anggaran Tugas Pembantuan Belum Diintegrasikan Dan Disinergikan Dengan Pola Anggaran Desentralisasi (Integrasi Antar Pola Kewenangan Konkuren) Di Prov. Sulteng
Penilaian terhadap program Tugas Pembantuan belum diintegrasikan dan disinergikan dengan pola anggaran
desentralisasi (pola kewenangan konkuren dengan desentralisasi) di provinsi Sulawesi Tengah
Ya Tidak Tidak Tahu
Tdk Menjawab
Sumber: Data Primer Diolah
Berdasarkan data dalam table diatas dapat diketahui bahwa responden yang tidak setuju dengan program Tugas Pembantuan belum diintegrasikan dan disinergikan dengan pola anggaran desentralisasi (pola kewenangan konkuren dengan desentralisasi) adalah sebesar 66,67%, sementara yang menjawab setuju sebesar 16,67% dan yang tidak memberikan jawaban sebesar 16,67%/adi yang dominan adalah yang menjawab Tidak Setuju.
Dari hasil analisis data yang dilakukan jumlah program dekonsentrasi di masing- masing provinsi menunjukkan gambaran seperti grafik dibawah ini.
Grafik 91. Jumlah Program dibiayai Dana Dekonsentrasi
Kalimantan Jawa Timur Sulawesi
Sumber: Data Primer Diolah
Sementara untuk program yang dibiayai dari dana Tugas Perbantuan menunjukkan gambaran seperti grafik dibawah ini
Grafik 92. Jumlah Program Dibiayai dana Tugas Perbantuan
20 1 1 Jumlah 0 SKPD Tanpa TP
Sumber: Data Primer Diolah Dari data dalam kedua grafik diatas memperlihatkan Provinsi Jawa Timur
memiliki jumlah program yang dibiayai dari dana dekonsentrasi dan tugas perbantuan yang paling banyak di lokasi uji petik. Bahkan untuk program yang dibiayai dana dekonsentrasi provinsi Jawa Timur memiliki proporsi hampir 50 % dari total program yang dibiayai dana dekonsentrasi di 3 provinsi lokasi uji petik.