Rapat Koordinasi Pusat

3.1. Rapat Koordinasi Pusat

Rapat koordinasi di Jakarta dilakukan antar kementerian/lembaga dan komponen di lingkungan Kementerian Dalam Negeri, bertempat di Hotel Aston Marina, Jalan Lodan Raya Nomor 2A, Jakarta , yang dihadiri oleh 19 perwakilan pejabat Biro Perencanaan kementerian/lembaga dan badan, serta komponen di lingkungan

Kementerian Dalam Negeri , dengan rumusan sebagai berikut:

3.1.1. Dasar Hukum Penyelenggaraan

1. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintahan Provinsi, Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota.

2. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tatacara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah.

3. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tatacara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah.

4. Surat Undangan Direktur Jenderal Bina Pembangunan Daerah Nomor 005/7806/II/Bangda tanggal 1 Oktober 2013 hal Undangan Rapat penyusunan model analisa pemetaan urusan kewenangan bersama pemerintah dan pemerintah daerah dalam rangka mendorong terwujudnya sinergi pusat dan daerah.

3.1.2. Tujuan Rapat

1. Meningkatkan pemahaman tentang konsep pemetaan bersama pemerintah dan pemerintah daerah sebagaimana dalam rancangan revisi Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah;

2. Mendapatkan gambaran terhadap proses perumusan program dan kegiatan dekonsentrasi/tugas pembantuan dari kementerian/lembaga dalam upaya mewujudkan sinergi perencanaan dan penganggaran pusat dan daerah untuk pencapaian sasaran prioritas pembangunan nasional.

3. Membahas rancangan pedoman model analisa pemetaan kewenangan bersama pemerintah dan pemerintah daerah dalam rangka mewujudkan sinergi pusat dan daerah.

3.1.3. Konsep Pemetaan Urusan Kewenangan Bersama Dalam Rancangan Revisi Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004

1. Urusan pemerintahan yang bersifat concurrent atau urusan bersama, yaitu urusan yang penanganannya dalam bagian atau bidang tertentu dapat dilaksanakan bersama antara pemerintah dan pemerintah daerah.

2. Penerapan penyelenggaraan urusan concurrent atau urusan bersama dalam rancangan revisi Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 bertujuan untuk dapat lebih mendorong terwujudnya sinergi pusat dan daerah dalam rangka percepatan pencapaian tujuan dan sasaran pembangunan nasional dan daerah.

3. Kementerian/lembaga diminta melakukan pemetaan kewenangan bersama antara pemerintah dan pemerintah daerah, sehingga dapat terwujud sinergi perencanaan pusat, provinsi dan kabupaten/kota untuk mendukung pencapaian tujuan dan sasaran pembangunan nasional pada setiap bidang urusan pemerintahan di daerah.

4. Setiap kementerian/lembaga menyiapkan pemetaan isu-isu strategis di tingkat provinsi dalam rangka pencapaian sasaran prioritas pembangunan berdasarkan kriteria yang ditetapkan.

5. Pemetaan urusan concurrent perlu dibedakan atas urusan wajib dan urusan pilihan. Urusan wajib meliputi aspek pelayanan dasar, sementara urusan pilihan meliputi sektor unggulan daerah.

6. Dana diluar mekanisme dekonsentrasi dan tugas pembantuan yang ada selama ini, dialihkan ke Dana Alokasi Khusus (DAK).

7. Untuk menjamin keberhasilan prinsip money follows function, diperlukan aparatur yang kompeten.

3.1.4. Permasalahan Penyelenggaraan Urusan Kewenangan Bersama Pemerintah

Dalam Perencanaan Pembangunan Daerah

1. Masih rendahnya pemahaman aparat pemerintahan terhadap kewenangan, kebijakan, prosedur dan adanya kecenderungan egosektoral.

2. Munculnya beberapa skema transfer dana ke daerah diluar pola kewenangan yang sudah ada sehingga mengganggu mekanisme perencanaan dan penganggaran yang sudah ada, seperti dana penyesuaian, dana insentif daerah, dana percepatan pembangunan infrastruktur daerah dan dana aspirasi.

3. Adanya inkonsistensi perencanaan dan penganggaran mulai dari RPJMD ke RKPD, RKPD ke KUA-PPAS dan KUA-PPAS ke RAPBD.

4. Perbedaan periodesasi pemerintahan pusat, provinsi dan kabupaten/kota menghambat tercapainya sinergi pusat dan daerah.

5. Mutasi, rotasi dan promosi pegawai yang tidak tepat dapat menghambat implementasi

dan program kementerian/lembaga di daerah.

6. Dalam penentuan lokasi dan besaran anggaran pusat di daerah sering terjadi intervensi politik.

3.1.5. Model Analisa Pemetaan Urusan Kewenangan Bersama Pemerintah Dan Pemerintah Daerah Dalam Rangka Mewujudkan Sinergi Pusat Dan Daerah

1. Menciptakan integrasi antara pemerintah dengan pemerintah daerah dalam hal penetapan prioritas pembangunan daerah melalui mekanisme perencanaan bersama ( co-planning).

2. Menciptakan integrasi horizontal antar wilayah yang terkait secara fungsional.

3. Menciptakan mekanisme koordinasi lintas sektor dalam penanganan permasalahan pembangunan nasional.

4. Menciptakan perencanaan pembangunan daerah yang berkesinambungan dalam mencapai tujuan pembangunan jangka menengah dan jangka panjang.

5. Membangun komitmen bersama antara eksekutif dan legislatif dalam mendukung

perencanaan dan penganggaran pembangunan jangka menengah dan tahunan.