Strategi Pemanfaatan Jaringan Marga dalam Mendukung Kemenangan Calon Legislatif

4.4.4. Strategi Pemanfaatan Jaringan Marga dalam Mendukung Kemenangan Calon Legislatif

Berdasarkan temuan data dilapangan dengan melakukan wawancara mendalam dengan informan ditemukan bahwa strategi yang dilakukan calon legislatif untuk mendapatkan dukungan suara adalah dengan cara:

1. Memanfaatkan Modal Sosial berupa Pemanfaatan Jaringan Marga

Menjadi seorang calon legislatif harus mempunyai modal yang bisa dibilang banyak. Selain modal ekonomi berupa materi, modal budaya dan harus juga ada modal sosial social capital yang berupa jaringan, dan kepercayaan. Yang dimaksud dengan modal sosial menurut Robert Putnam adalah sebagai suatu nilai mutual kepercayaan trust antara anggota masyarakat dan masyrakat terhadap pemimpinnya, yang melibatkan jaringan network, norma-norma norms dan kepercayaan sosial yang mendorong kolaborasi sosial untuk kepentingan bersama. Adapun pemanfaatan jaringan Marga yang dilakukan oleh calon legislatif adalah dengan cara: A. Membuat Catatan Jumlah Desa, Kecamatan yang akan Didulang Suaranya Pada Saat Pemilihan Umum Catatan ini penting untuk mempetakan jaringan marga disetiap desa atau kecamatan dan mencari orang yang berpengaruh di daerah tersebut misalnya tokoh adat untuk dijadikan tim suksesuntuk mengajak masyarakat dan membentuk tim yang kuat pada saat kampanye hal ini sangat penting untuk dilakukan agar bisa mengetahui bagaimana kondisi dilapangan dengan melakukan wawancara dengan bapak Marsono Simamora salah satu calon legislatif terpilih yang melakukan strategi ini dalam dalam mendukung kemenangannya Laki-laki; 50 tahun: “… pemanfaatan jaringan marga itu sangat penting dilakukan untuk mendukung kemenangan dalam pemilihan legislatif maupun pemilihan kepala daerah. Apalagi ditempat kita ini yang masih identik dengan marga, karena sumua penduduk di kabupaten kita ini mayoritas orang batak yang memiliki marga.Kenapa harus memanfaatkan jaringan marga?Karena marga itu merupakan sebuah identitas yang paling menonjol dari orang batak.Karena melihat kondisi di masayarakat sifat primordialismenya tinggi.Berdasarkan pengalaman-pengalaman sebelumnya masyarakat cenderung memilih calon legislatif itu karena satu marga, satu agama, satu suku dan satu asal daerah. Melihat kondisi ini maka saya berfikir untuk membuat sebuah tim yang biasa kita sebut dengan tim sukses di setiap daerah pemilihan. Pada waktu itu saya berada di daerah pemilihan I. Sebelumnya kita harus kenal dengan daerah pemilihan, jangan menjadi seorang pemimpin perang yang bodoh yang berperang tanpa mempelajari area pertempuran.kalau perlu buat catatan jumlah desa, kecamatanyang akan didulang suaranya nanti. Catatan ini penting untuk mempetakan jaringan marga disana dan mencari orang yang berpengaruh di daerah tersebut misalnya tokoh adat untuk dijadikan tim sukses untuk mengajak masyarakat dan membentuk tim yang kuat pada saat kampanye. Selain itu kita juga berkunjung kerumah-rumah yang bisa kita jangkau untuk dikunjungi langsung…” B. Menggunakan Identitas Marga Ibu dan Identitas Marga Istri Suku Batak khususnya Batak Toba sangat terkenal dengan identitas marga yang dimilikinya. Setiap orang batak adalah saudara walaupun dia berbeda marga tetapi ada saja garis marga yang menghubungkan setiap orang batak yang menjadikan mereka satu saudara, baik itu dari marga ibu kandung dari kedua orang tersebut sama maupun marga dari nenek mereka sama mereka akan menarik sebuah garis yang menentukan mereka adalah masih saudara. Demikian juga halnya dengan calon legislatif terpilih yang menang di Humbang Hasundutan bapak Marsono Simamora untuk mendapatkan suara banyak pada pemilihan legislatif tahun 2014 lalu beliau memanfaatkan jaringan marga Simamora yang dimilikinya dan juga memanfaatkan jaringan marga yang dimiliki oleh ibu dan juga istrinya Laki-laki;50 tahun: “… Tetapi pada saat pencalonan tahun kemarin saya tidak hanya memanfaatkan jaringan marga saya yaitu marga Simamora tetapi juga saya memanfaatkan jaringan marga dari ibu saya, jaringan marga dari tulang saudara laki-laki ibu saya, dengan mengatakan bahwa saya adalah bere keponakan dari marga ibu saya, selain itu juga saya mengatakan bahwa hula-hula saudara laki-laki istri kandung maupun saudara tidak kandung tetapi semarga dengan istri saya adalah ini dengan menyebutkan marga istri saya. Cara ini cukup efektif saya rasa untuk mendulang suara banyak. Saya dan ibu maupun istri saya datang dan mengunjungi daerah dimana di daerah tersebut masyarakat yang bermarga sama dengan ibu saya maupun istri saya bisa dibilang mayoritas untuk memperkenalkan diri dengan membuat sebuah acara adat maupun acara sosial di daerah tersebut…” Ketika ditanya kepada informan, bapak Marsono Simamora mengenai seberapa besar pengaruh pemanfaatan jaringan marga itu dalam mendukung kemenangannya: “… kalau ditanya mengenai seberapa besar pengaruhnya yang pasti berpengaruh lah, tetapi jika hanya menggunakan metode menggunakan jaringan tadi mungkin suara tidak sebanyak itu terkumpul, yang pasti kita melakukan kampanye dan juga kegiatan sosial dan adat yang bertujuan untuk menyampaikan misi dan visi kita. Memang kalau bisa dibilang semua harus seimbang kita lakukan kerja keras, kita harus memanfaatkan jaringan marga tadi, dan juga kita harus mempunyai modal untuk bisa mendapatkan suara untuk memperoleh kemenangan dalam pemilihan umum…”

2. Memanfaatkan Modal Budaya

Didalam keluarga batak toba yang masih dikenal kuat dengan aturan adat dan budaya serta identitas marga yang dimiliki menjadikan pemanfaatan modal sosial dan modal budaya itu sangat penting untuk di aplikasikan seperti data yang ditemukan dilapangan dengan melakukan wawancara denga bapak Marsono Simamora salah satu calon legislatif terpilih yang memanfaatkan modal budaya dan juga adat istiadat yang ada di adat batak toba untuk mendukung kemenangannya Laki-laki;50 tahun: “… Sebagai seorang calon anggota legislatif yang akan berkompetisi dalam pemilihan umum untuk memperebutkan salah satu kursi anggota DPRD kita harus mempunyai strategi dalam memenangkan pertarungan, kita harus mengenali kondisi dan situasi dimana kita bertarung. Seperti hal nya dengan saya, saya melihat kondisi dilingkungan kita dan melihat bahwa adat istiadat serta budaya kita masih kuat dan kita harus pintar memanfaatkan kondisi ini, dengan misalnya kalau ada sebuah pesta kita datang kepesta itu baik kedudukan kita sebagai hula-hual anak laki-laki maupun boru anak perempuan kita memberikan seperti misalnya papan bunga atau bentuk bantuan lain kepada yang berpesta, atau kita ikut marhobas jika kedudukan kita boru anak perempuan pada pesta itu. Kita harus pandai membawakan diri dan menempatkan posisi kita untuk mencari simpati dari masyarakat…”

3. Memanfaatkan Modal Ekonomi

Menurut penuturan informan, untuk bisa memperoleh suara banyak dan memenangkan pemilihan legislatif harus diseimbangkan antara modal ekonomi dan juga mampu mempelajari budaya daerah setempat dan harus pintar memanfaatkan jaringan marga.Dikarenakan kondisi masyarakat yang masih memegang kuat adat dan budaya serta melihat kecenderungan masyarakat yang lebih memilih para calon yang mempunyai kesamaan dengan mereka seperti misalnya kesamaan agama, marga, suku dan daerah. “modal ekonomi uang juga harus kita miliki untuk memenangkan sebuah pertarungan untuk mendapatkan satu kursi dalam pemilihan legislatif itulah yang dsebut dengan “cost politic” atau biaya politik. Modal ekonomi tersebut kita gunakan untuk pembuatan spanduk, pembuatan baliho maupun pembuatan poster-poster maupun stiker, dan juga pengeluaran untuk kebutuhan politik lainnya.Selain untuk itu pada acara natal dan tahun baru pada tahun lalu kita juga memberikan amplop berisi uang kepada masyarakat sebagai ucapan selamat hari natal dan tahun baru kita kepada masyarakat penduduk desa Saitnihuta.Pemberian tersebut bukan merupakan “Money Politic” tetapi itu sebuah bentuk ucapan terimakasih kita kepada masyarakat tersebut karena antusias mereka untuk mendukung saya waktu itu sampai pada pemilihan legislatif berlangsung.” Berdasarkan temuan data dilapangan dengan melakukan wawancara mendalam dengan informan ditemukan data bahwa strategi yang dilakukan calon legislatif untuk mendapatkan dukungan suara adalah dengan memanfaatkan jaringan marga calon legislatif itu sendiri, selain itu juga memanfaatkan jaringan marga dari ibu dan juga istrinya, Selain itu dengan cara memetakan dearah yang akan di dulang suaranya pada saat pemilihan dan menjumpai tokoh-tokoh adat disetiap daerah untuk dijadikan tim sukses, calon legislatif terpilih ini yang merupakan responden juga berkunjung kerumah-rumah yang bisa dijangkau untuk dikunjungi langsung. Ketiga modal ini harus dimiliki oleh seorang calon legislatif pada saat mencalonkan diri untuk menarik suara dari masyarakat. Didalam teori ekonomi diketahui bahwa pemanfaatan modal ekonomi, modal budaya dan modal sosial sangatlah penting untuk di aplikasikan dan tidak kalah pentingnya untuk di aplikasikan didalam dunia politik. Dimana sering kita lihat orang-orang mengabaikan modal sosial dan modal budaya dan hanya menjadikan modal ekonomi sebagai patokan untuk meraih suara dan kemenangan dalam pemilihan umum khusunya di daerah yang masih memiliki suku dan agama yang sama. Berdasarkan temuan data dilapangan jaringan yang dibangun antara calon legislatif terpilih dengan masyarakat khususnya Punguan Marga Simamora Boru Bere dan Ibebere sebagai berikut: a. Jaringan individu ego centris adalah sebuah jaringan yang berhubungan dengan modal tunggal atau individu, contohnya teman baik saya. Dalam hal ini ada satu titik yang menjadi sentral pengamatan. b. Sedangkan jaringan sosial social-centric digambarkan dalam model dan batasan analisisnya, seperti jaringan antara mahasiswa dalam sebuah kelas, jaringan pekerja dan manajemen dalam sebuah pabrik atau tempat kerja. c. Jaringan terbuka open system batasan tidak dianggap penting. Sebagai contoh jaringan politik, jaringan antar perusahaan dan jaringan antara mahasiswa. BAB V PENUTUP

5.1 Kesimpulan