Pembentukan rumah bordil pasca perang dunia II

17 hadiah itu bergantung pada tawaran Jin’emon membatasi kekacauan yang terkait dengan baishun. Shogun menegaskan bahwa pemilik bordil harus mematuhi peraturan sumtuary, tindakan memantau pelanggan, dan melarang perempuan mereka untuk bekerja di luar kabupaten Stanley 2012:45-46.

2.2.3 Pembentukan rumah bordil pasca perang dunia II

Perang berakhir bagi Jepang setelah pengumuman penyerahan Kaisar Showa Hirohito disiarkan oleh radio pada tanggal 15 Agustus 1945. Pendudukan Jepang oleh sekutu terutama orang- orang dari Amerika resmi dimulai pada 1 september 1945 dan tetap berlaku sampai 1952. Jendral U.S Douglas MacArtur dan staf birokrasi militer Amerika disebut sebagai Supreme Command for the Allied Power, SCAP mengambil pendudukan. SCAP melaksanakan berbagai reformasi politik, termasuk mengeluarkan sebuah konstitusi baru yang mempromosikan kesetaraan hak bagi perempuan. Konstitusi baru memberikan perempuan hak pilih sebagai warga negara hukum penuh untuk pertama kalinya. Setelah perang dunia II, namun bukannya penjajah, Jepang menjadi dijajah. Pemerintah jepang menganggap bahwa kejahatan seks tentara Jepang yang telah dilakukan di negara yang mereka jajah mungkin terjadi di Jepang, akibatnya pemerintah mendukung sistem prostitusi untuk melayani pasukan militer Amerika Serikat. Pemerintah Jepang melembagakan sistem prostitusi dari tahun 1945. Pertama, menurut pakar hukum Wakao Noriko, segera setelah Jepang kalah dalam perang, pada 18 Agustus 1945, pemerintah Jepang secara sukarela membahas Universitas Sumatera Utara 18 pembentukan dari “comfort institutions” bentuk pelacuran sistematis untuk militer Amerika, lembaga- lembaga ini akh irnya disebut “organized houses” dan tempat dimana pelacur swasta berkumpul di daerah berlisensi. Pemerintah Jepang juga membangun “Recreational Amusement AssociationR.A.A” untuk merekrut pelacur untuk melayani personil militer Amerika Serikat. R.A.A membuat iklan di koran dengan teks- teks seperti, “PERLU WANITA JEPANG BARUBEKERJA UNTUK TRANSAKSI PASCA-PERANG DI LEMBAGA NASIONAL YANG MENDESAK” Keadaan Jepang setelah perang dunia II sangat miskin. Beberapa kota besar di Jepang hancur oleh bom atom yang mengakibatkan kelumpuhan ekonomi total. Kebijakan pemerintah membuka rumah bordil untuk melayani militer Amerika seperti memberikan pilihan bagi perempuan-perempuan Jepang untuk menjadi baishun. Seperti di Hiroshima, lima bulan setelah bom atom telah memiliki 566 pekerja seks yang terdaftar di 7 rumah di kota dan sekitarnya.

2.2.4 Pengesahan Undang-undang anti baishun