42 telah menggadaikan istrinya untuk mengumpulkan uang guna menutupi hutang
ayah mertuanya Stanley 2007:34. Penjualan istri ini terjadi karena bagi para rentenir tubuh perempuan pada umumnya dianggap sebagai aset dan bisa diklaim
sebagai pembayaran pinjaman Stanley 2007:34. Pihak germo sendiri memanfaatkan kemiskinan petani dengan perekrutan
yang berfokus pada daerah yang bertepatan dengan musim ketika petani lokal paling kasihan ; awal musim semi ketika toko-toko makanan menipis dan akhir
musim panas ketika pajak mereka jatuh tempo Stanley 2007:12 Yukaku adalah tempat baishun berlisensi. Yukaku dibangun pertama kali
pada masa Toyotomi Hideyoshi pada tahun 1589. Selanjutnya Yukaku lain dibangun oleh pemerintahan Tokugawa yang berfungsi untuk menertibkan
kegiatan baishun yang sudah marak terjadi. Hal ini menunjukkan bahwa negara ikut ambil bagian dalam pembangunan baishun di Jepang. Dampak positif dari
dibangunnya yukaku adalah negara menerima pajak dari pelacur di setiap rumah bordil yang dapa menambah penerimaan kas negara.
3.2.2. Penyebab Munculnya Karayuki-san
Schoorl dalam Pangastoeti membagi 4 faktor yang sering disebut faktor pendorong dan penarik push and pull factors yang melatarbelakangi seorang
perempuan menjadi karayuki-san. Kemiskinan, budaya, dan model dari karayuki- san yang sukses dapat dimasukkan ke dalam faktor pendorong, dan kondisi diluar
Jepang sebagai faktor penarik Pangastoeti 2009:140.
Universitas Sumatera Utara
43 1.
Kemiskinan Memasuki Zaman Meiji 1868-1912, kondisi petani tidak banyak
berubah. Modernisasi yang dilakukan oleh pemerintah Meiji lebih diarahkan untuk mencapai sasaran Fukoku Kyoohei negara kaya,
militer kuat Pangastoeti 2009:141. Selama deflasi Matsuka Masayoshi tahun 1880-an, komuditas
pertanian jatuh hingga 50, dan para petani skala kecil jatuh dallam kemiskinan parah. Akibatnya untuk bertahan hidup sebagian besar
anak- anak petani mencari alternatif lain dengan menjadi buruh dikota- kota bahkan diluar negeri Wulandari 2013:77.
Sebagian dari mereka mencari peruntungan di luar negeri baik atas kemauan sendiri ataupun tidak, adapula yang ditipu agen seperti kasus
Ishimoto Sada nama samaran. Ia lahir di Amakura pada tahun 1886,pada usia 16 tahun dia ditawa
ri pekerjaan sebagai “sales girl” di perusahaan wol dengan gaji 40 yen perbulan. Suatu malam ia dipaksa
untuk naik kapal dan segera meninggalkan pelabuhan. Setelah tiba di Singapura ia dijual ke rumah baishun dan dikirim ke jawa. Dari
beberapa sumber, kasus yang dialaminya sama dengan perempuan- perempuan lain yang terjebak dalam bisnis baishun.
2. Budaya
Budaya patriarki yang berlaku saat itu mewajibkan perempuan yang telah menikah untuk mengabdi kepada suami secara total.
Didalam hidupnya seorang perempuan dituntut agar mengabdi kepada tiga pihak triple obedience yaitu kepada ayahnya saat dia masih
Universitas Sumatera Utara
44 muda dan belum menikah, kepada suaminya saat dia sudah berumah
tangga dan kepada anak laki-lakinya saat dia tua Pangastoeti 2009:142.
“Kepatuhan” yang menjadi landasan etika konfusianis membuat kaum perempuan menerima perlakuan begitu saja. “Kepatuhan”
kepada kepala keluarga, merupakan suatu wujud kepatuhan keluarga kepada penguasa. Dengan demikian tubuh perempuan bukan semata-
mata suatu privasi, tetapi adalah milik negara. Sehingga karayuki-san yang pergi keluar negeri memiliki loyalitas, dan ikatan batin yang kuat
dengan negeri asalnya, yang akhirnya melahirkan sikap patriotisme bahwa mereka pergi untuk membantu negerinya Wulandari
20013:79. 3.
Model karayuki-san Faktor pendorong berikutnya adalah model dari karayuki-san yang
sukses, dan kriteria sukses ditentukan oleh kepemilikan materi. Jika karayuki mengacu pada perempuan yang pergi keluar negeri sebagai
pelacur, maka ada satu istilah yang bermakna sebaliknya, yaitu kara kudari. Istilah ini mengacu pada karayuki-san yang kembali
kekampung halamannya, lebih spesifik lagi yang sukses yakni pulang kampung dengan membawa uang yang banyak, kemudian membangun
rumah yang mewah. Cincin emas dan tusuk konde yang mengkilap berlapis emas juga banyak membuat tetangga kagum. Penampilan
seperti itu menunjukkan bahwa mereka mempunyai materi yang cukup, dan itu dimungkinkan karena mereka bekerja sebagai karayuki-san.
Universitas Sumatera Utara
45 Jumlah mereka tidak banyak, tetapi pengaruhnya dalam memotivasi
orang-orang dilingkungannya untuk menjadi karayuki-san cukup besar Panganstoeti 2009:42.
4. Kondisi luar Jepang
Berikut adalah kondisi luar Jepang yang merupakan faktor penarik pull factor bagi perempuan Jepang untuk menjadi karayuki-san.
Kondisi ini terkait dengan kebijakan pemerintah Jepang yang bermaksud mengembangkan kekuatan ekonomi ke selatan sebagai
langkah awal membentuk wilayah koloni. Untuk wilayah asia tenggara, daya tarik terutama ada di Singapura yang pada akhir abad
ke 19 sampai awal abad ke 20 telah menjadi tempat yang ramai dikunjungi oleh orang asing terutama Cina, Eropa, dan India
Panganstoeti 2009:42.
3.2.3 Penyebab Munculnya Baishun Pada Masa Pasca Perang Dunia ke II