METODE PENELITIAN
B. METODE PENELITIAN
Metode penelitiian dengan menggunakan metode kualitatif dan kuantitatif dalam penelitian ini berdasarkan pada makna penalaran atasdefinisi terhadap suatu situasi dalam konteks ruang lingkup penelitian pada pendekatan kualitatif, sedangkan pada kuantitatif dengan menggunakan data angka/numerik sehingga dapat ditarik suatu kesimpulan berupa
commit to user
nilai output yang terangkum dalam gambaran wilayah. Adapun tahapan dalam metode penelitian yang digunakan yaitu :
1. Persiapan Tahapan persiapan dilakukan untuk mencapai suatu tujuan berupa data yang dibutuhkan. Data yang lengkap dan akurat merupakan harapan yang ingin dicapai agar didapatkan hasil penelitian yang diinginkan. Dalam mendapatkan data-data yang akurat tersebut dilakukan persiapan antara lain :
a. Perumusan masalah, tujuan, dan sasaran studi Perumusan masalah studi diangkat berkaitan dengan kejadian kebakaran di Kota Surakarta terkait potensi terhadap faktor pemicu terjadinya kebakaran dan Resiko Kebakaran di Kota Surakarta.
b. Penetapan lokasi studi Lokasi studi yang diambil dalam penelitian ini dilakukan di Kota Surakarta Provinsi Jawa Tengah. Adapun alasan pengambilan lokasi tersebut adalah dengan adanya kondisi dimana Kota surakarta merupakan Kota yang memiliki indeks kebakaran yang tinggi berada pada rangking 26 Nasional pada 2011, serta belum terdapatnya pemetaan potensi rawan kebakaran pada Kota Surakarta. Hal ini berkaitan dengan suatu wilayah yang dipandang memiliki prospek pertumbuhan yang besar berikut kerawanan kebakaran, sehingga memerlukan adanya pembahasan terkait sebaran faktor yang berpotensi dan wilayah beresiko kebakaran di Kota Surakarta.
c. Inventaris data-data yang ada, yaitu berupa data – data terkait kebakaran yang disesuaikan dengan faktor pemicu terjadinya kebakaran sesuai topik yang dibutuhkan dalam penelitian yang dilakukan.
d. Pengumpulan studi pustaka yang berkaitan dengan penelitian ini untuk mempermudah dalam pembuatan metodologi serta pemahaman terhadap permasalahan yang diambil.
e. Penyusunan teknis pelaksanaan survei Kegiatan ini meliputi perumusan teknis pengumpulan data dan pelaksanaan observasi.
2. Teknik Pengumpulan Data Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data yang diambil dengan triangulasi data/gabungan. Dimana teknik ini menggabungkan data dari berbagai teknik pengumpulan data dan berbagai sumber data.
commit to user
Data yang dipakai merupakan data primer dan sekunder yang diambil dari Kota Surakarta yang merupakan lokasi studi. Data primer diambil dengan menyiapkan wawancara yang digunakan sebagai panduan dan notulensi sebagai dokumentasi data.
Sedangkan data sekunder diambil dari instansi yang terkait seperti Kantor Dinas Pekerjaan Umum bidang Pemadam Kebakaran Kota Surakarta, Biro Pusat Statistik, Badan Perencana Pembangunan Daerah, PDAM, 51 (lima puluh satu) Kantor Kelurahan dan instansi terkait lainnya. Data pendukung dari internet, buku, majalah, surat kabar, dan lain sebagainya. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data fisik dasar lingkungan yang diantaranya meliputi topografi, iklim, curah hujan, dan sarana-prasarana wilayah, data kependudukan, serta data berupa kebijakan pemerintah.
Teknik pengumpulan data yang digunakan secara umum adalah :
a. Observasi, dimana perlu adanya pengamatan baik secara langsung maupun tidak langsung terhadap objek penelitian. Observasi dilakukan sebagai usaha penunjang dengan melakukan pengamatan terhadap Kelurahan, sehingga dapat melihat gambaran penggunaan lahan pada setiap kelurahan yang merupakan ruang lingkup penelitian ini. Selain itu, kepadatan bangunan, penggunaan lahan, serta kesiapan masyarakat juga dilakukan upaya observasi dimana hal ini memiliki tujuan sebagai penunjang terhadap analisis yang telah dilakukan.
b. Wawancara, adalah pengumpulan data sebagai penunjang dengan melalui cara memberikan daftar pertanyaan terhadap responden. Wawancara ini digunakan untuk mengetahui pandangan masyarakat mengenai kesiapan masyarakat, partisipasi masyarakat pada saat kejadian kebakaran. Dalam wawancara dilakukan dengan tidak terstruktur dan sebagai upaya didalam pengumpulan data terkait usaha-usaha yang dilakukan masyarakat ketika terjadi bencana kebakaran.
c. Studi literatur, adalah teknik pengumpulan data dengan cara menyalin, menyadur, atau mengopi data dari literatur berupa teori dari para pakar untuk membandingkan dengan data yang terdapat dilapangan. Literatur yang akan digunakan dalam penelitian ini terkait dengan faktor-faktor pemicu kebakaran. Untuk memudahkan dalam pengumpulan data maka dibuat suatu instrumen mengenai
data yang dibutuhkan. Berikut tabel yang menjelaskan mengenai data-data yang dibutuhkan dalam penelitian ini.
Tabel 4 Kebutuhan Data
Sumber Data
Survey
Data
Alat yang dibutuhkan
Keberadaan
Data
1 Kejadian Kebakaran
Kejadian Kebakaran
Dokumen DPU bid.
alat DPU bid PMK,
(bulan, jenis, lokasi)
Pemadam Kebakaran
penyimpanan dokumen
BPS, Kelurahan.
Kejadian kebakaran, Kelurahan
2 Penggunaan Lahan
Luas wilayah
RTRW Kota Surakarta
Sekunder
Kamera, alat tulis, alat
Bappeda Kota
Penggunaan Lahan
Kelurahan
didukung
penyimpanan dokumen
Surakarta, BPS,
- Luas Industri
primer
Kelurahan.
- Luas Perdagangan - Luas Jasa - Luas Perkantoran - Luas Permukiman
3 .Kepadatan Penduduk
Jumlah penduduk dan
Surakarta Dalam Angka, Sekunder
alat penyimpanan dokumen
BPS
Luas Wilayah
Monografi kelurahan
Penduduk
berdasarkan usia
4 Kepadatan Bangunan
Luas wilayah yang
RTRW Kota Surakarta,
Sekunder
alat penyimpanan dokumen, Bappeda, BPS,
terbangun (bangunan) Kelurahan
ditunjang
alat tulis
Kelurahan
primer
5 Proteksi terpasang
Data Hidran
Data persebaran hidran Sekunder
alat penyimpanan dokumen, PDAM bid. aset,
Data Pos pemadam
pos
pemadam ditunjang
kamera, alat tulis
DPU bid.
Sarana Evakuasi
Data sarana dan Jalur
Kebakaran,
Jalur Evakuasi
Evakuasi Kota Surakarta
Kecamatan, Kelurahan
6 Kesiapan Masyarakat
alat penyimpanan dokumen, Kelurahan
Program Pencegahan
alat tulis
Kebakaran
Sumber : Penulis, 2012
29
commit to user
3. Teknik Pengolahan dan Penyajian Data Setelah data yang dibutuhkan diperoleh, maka tahapan selanjutnya adalah pengolahan dan
penyajian data, dengan langkah-langkah sebagai berikut :
a. Verifikasi, yaitu pemeriksaan data secara umum dengan mengacu kepada daftar yang telah disusun.
b. Klasifikasi, yaitu pengelompokan data berdasarkan kepentingan/tujuan yang ingin dicapai atau berdasarkan kesamaan dalam aspek tertentu.
c. Tabulasi, proses akhir dalam penyusunan data agar mudah dibaca, dimengerti, dan digunakan sesuai tujuan penelitian.
Dari sasaran penelitian tersebut, penjelasan dilakukan dengan cara :
a. Secara deskriptif
b. Gambaran tabel, peta-peta secara diagmatis dan sketsa-sketsa gambar
c. Tampilan foto-foto dan sketsa gambar kawasan studi sesuai dengan keperluan data dan analisis kualitatif dari segi visual berdasarkan teori pendukungnya.
4. Teknik Analisis Data Setelah dilakukan tahapan pengumpulan data, tahap selanjutnya adalah melakukan
analisis data yang akan dilakukan dengan beberapa analisis. Analisis yang dipakai sebagai upaya dalam pencapaian tujuan penelitian ini adalah analisis dekriptif kualitatif dan kuantitatif, yaitu :
a. Analisis Deskriptif Kualitatif Faktor Pemicu Kebakaran. Analisis Deskriptif kualitatif terhadap data dengan teori dan pedoman standar. Data yang digunakan merupakan data Kota Surakarta secara umumyang berkaitan dengan Kebakaran melihat dari faktor pemicu terjadinya kebakaran agar dapat diketahui pemicu kebakaran.
Analisis ini terkait dengan penilaian terhadap 6 faktor pemicu kebakaran, yaitu kejadian kebakaran, penggunaan lahan, kepadatan penduduk, kepadatan bangunan, sistem proteksi aktif terpasang, dan kesiapan masyarakat. Faktor pemicu ini akan disinkronisasikan dengan standar, indikator,dan teori melalui analisis deskriptif yang kemudian dapat diketahui mengenai faktor yang menjadi potensi terjadinya kebakaran di Kota Surakarta.
Identifikasi terhadap faktor pemicu terjadinya kebakaran dilakukan tidak hanya untuk menganalisis secara deskriptif terhadap 6 (enam) faktor pemicu terjadinya kebakaran dengan indikator masing – masing, tetapi juga dengan tujuan untuk mengetahui faktor
commit to user
pemicu yang muncul sebagai pemicu kebakaran di Kota Surakarta. Secara sederhana, semakin banyak kelurahan yang memiliki penilaian terhadap faktor pemicu terhadap indikatornya, maka wilayah tersebut memiliki kemungkinan besar terhadap terjadinya kebakaran dari faktor pemicu yang ada.dalam kata lain dapat dikatakan bahwa faktor pemicu tersebut memiliki potensi yang tinggi dalam memicu terjadinya kebakaran, Sehingga nantinya juga didapatkan hasil berupa identifikasi faktor pemicu yang paling berpotensi dalam memicu kebakaran berdasarkan analisis deskriptif untuk dapat menjadikan rekomendasi penelitian.
b. Analisis Skoring/Pembobotan untuk Menilai Kawasan Rawan Bencana Kebakaran
Analisis kuantitatif yang digunakan dalam penelitian ini adalah Analisis Pembobotan atau skoring digunakan terhadap faktor-faktor yang menjadi pemicu terjadinya didalam menilai tingkat potensi kebakaran.
Dari hasil analisis deskriptif kualitatif sebelumnya, akan dilakukan analisis lanjutan berupa analisis dengan pembobotan. Tahapan ini bertujuan untuk mengetahui hasil kuantitatif berupa nilai potensi resiko kebakaran di Kota Surakarta dengan membobot 6 faktor pemicu kebakaran berdasarkan variabelnya.
Analisis pembobotan ini dilakukan dengan cara mengambil hasil identifikasi deskriptif kualitatif dari faktor-faktor yang menjadi pemicu kebakaran yaitu gambaran wilayah kebakaran untuk dibobot sesuai variabel dan indikator dengan nilai bobotnya.
Pemberian bobot ditentukan berdasarkan bobot yang telah ditentukan oleh Peraturan Menteri PU no 20 tahun 2009 dan Badan Penanggulangan Bencana Kebakaran Nasional dalam Indeks Rawan Bencana Indonesia. Masing – masing indikator kemudian dikelompokan menjadi 3 kelas. Pengelompokan pada 3 kelas ini didasarkan untuk memudahkan peneliti didalam melakukan pengklasifikasian dalam analisis perhitungan yang dilakukan. Sedang penentuan interval masing – masing kelas didasarkan pada perhitungan yang ditetapkan berdasarkan indikator masing – masing variabel. Dimana penggunaan kelas ini juga didasarkan pada penggunaan data yang variatif. Artinya, terdapat data yang memiliki skala yang tidak sama sehingga memberikan perbedaan, antara lain data tentang keberadaan sarana proteksi,keberadaan satlakar, dan keberadaan program pencegahan kebakaran.
commit to user
Tabel 5
Perumusan Indikator dan Bobot Rawan Bencana Kebakaran
No Faktor
1 Kejadian Kebakaran
Frekuensi Kejadian
Rendah (<2%), Sedang (2 –5%),
Tinggi (>5%).
* PerKa BNPB Nomor 2 tahun 2012.
*bobot didapat dari asumsi terhadap Indeks Rawan Bencana Indonesia
2 Penggunaan Lahan
Permukiman
Rendah (<59%), Sedang (59% - 75%),
Tinggi (>75%)
Perkantoran
Rendah (<9%), Sedang (9% - 18%),
Tinggi (>18%).
Jasa
Rendah (<2%), Sedang (2% - 6%),
Tinggi (>6%).
Perdagangan
Rendah (<12%), Sedang (12% - 26%),
Tinggi (>26%).
Industri
Rendah (<2%), Sedang (2% - 5%),
Tinggi (>5%). * penggunaan lahan didapat dengan mengasumsikan terhadap Permen PU No 20 tahun 2009, serta melakukan perhitungan dengan formula Sturgess.
7 *bobot didapat dari asumsi dimana angka klasifikasi 3-7 yang berarti (tinggirendah) pada Permen PU No. 20 tahun 2009 dibalik jadi (rendahtinggi) agar sesuai dengan perhitungan
3 Penduduk
Jumlah Kepadatan Penduduk
Rendah (<150), Sedang (150-200),
Tinggi (>200). *Standar Nasional Indonesia nomor 3 tahun 2004 ttg tata cara perencanaan lingkungan perkotaan
*bobot didapat dari asumsi berdasarkan Indeks Rawan Bencana Indonesia
Penduduk Usia Rentan
Rendah (≤50), Sedang (51-69),
Tinggi (≥70).
* Arahan dari Badan statistik terhadap tingkatan usia rentan pada suatu wilayah
*bobot didapat dari asumsi berdasarkan Indeks Rawan Bencana Indonesia
4 Bangunan
Kepadatan Bangunan
Rendah (< 30%), Sedang (30% - 60%),
Tinggi (>60%). *PP Nomor 36 tahun 2005 ttg peraturan pelaksanan UU No. 28 Tahun 2002 tentang Bangunan dalam pasal 20 ayat 2 menetapkan
*bobot didapat dari asumsi berdasarkan Indeks Rawan Bencana Indonesia
commit to user
Kepadatan Bangunan
No Faktor
5 Proteksi Terpasang
Sarana Proteksi
Rendah (<34), Sedang (34-67),
Tinggi (>67).
Jumlah Sarana Proteksi
Rendah (<2%), Sedang (2%-4%),
Tinggi (>4%).
*didapatkan berdasarkan perhitungan dengan menggunakan formula Sturgess.
Keterjangkauan Pos Pemadam
Rendah (Jangkauan III),
Sedang (Jangkauan II),
Tinggi (Jangkauan I).
*Permen Pu Nomor 20 tahun 2009, asumsi dengan memasukkan jangkauan maksimal 2,5km kedalam 3 kelas
*bobot didapatkan dari asumsi berdasarkan Indeks Rawan Bencana Indonesia bahwa Keberadaan masing – masing variabel membawa dampak langsung terhadap manusia
6 Kesiapan Masyarakat
Satlakar
Ada & tidak
Program Pencegahan Kebakaran
Ada & Tidak
*didapat dengan mengasumsikan Undang – Undang Nomor 24 tahun 2007, bahwa keberadaan pihak – pihak serta program merupakan alat dalam mengurangi resiko bencana (kebakaran).
*bobot didapatkan dari asumsi berdasarkan Indeks Rawan Bencana Indonesia bahwa keberadaan masing masing variabel membawa dampak langsung terhadap manusia
Sumber : - Arahan Badan Statistik terhadap tingkatan usia rentan - Indeks Rawan Bencana Indonesia 2011 oleh BNPB - Undang – Undang nomor 24 tahun 2007 tentang penanggulangan bencana - Peraturan Menteri Pekerjaan Umum nomor 20 tahun 2009 tentang Pedoman Teknis Manajemen Proteksi
Kebakaran Di Perkotaan
- PP Nomor 36 tahun 2005 tentang peraturan pelaksanan UU No. 28 Tahun 2002 tentang Bangunan
dalam pasal 20 ayat 2
- Peraturan Kepala BNPB Nomor 2 tahun 2012 tentang Pedoman Umum pengkajian risiko Bencana - Standar Nasional Indonesia nomor 3 tahun 2004 tentang tata cara perencanaan lingkungan perkotaan
Dalam melakukan penentuan skor, dilakukan dengan metode pengkalian antara kelas (1,2, dan 3) yang merupakan indikator dengan bobot yang telah menjadi ketentuan. Skor masing – masing variabel kemudian dijumlahkan untuk memperoleh total skor. Dimana kemudian masing – masing skor variabel dimasukkan dalam rumus Resiko Bencana
commit to user
untuk kemudian dilakukan perhitungan dengan metode matematika untuk mendapat skor resiko kebakaran.
Ada pun rumus resiko bencana adalah :
Hal ini dilakukan agar didapatkan hasil kuantitatif akan tingkatan wilayah berpotensi bencana kebakaran berupa nilai, tingkat resiko bencana kebakaran pada masing – masing wilayah kelurahan di Kota Surakarta dan pemetaan tingkat potensi resiko bencana Kebakaran di Kota Surakarta.
Tabel 6 Perhitungan Analisis Resiko Kebakaran
NILAI KELURAHAN
1 Kejadian Kebakaran
Frekuensi Kejadian
2 Penggunaan Lahan
JUMLAH SKOR ANCAMAN (A)
3 Penduduk
Jumlah Kepadatan Penduduk
Penduduk Usia Rentan
4 Bangunan
Kepadatan
commit to user
Bangunan
JUMLAH SKOR KERENTANAN (K)
5 Proteksi terpasang
Sarana Proteksi
Jumlah Sarana Proteksi
Keterjangkauan Pos Pemadam
6 Kesiapan Masyarakat
Satlakar
Program Pencegahan Kebakaran
JUMLAH SKOR KEMAMPUAN (M) SKOR RESIKO BENCANA KEBAKARAN (R)
Sumber : Analisis,2012
5. Tahap Sintesis Merupakan hasil akhir dari penelitian yang berupa kesimpulan dan rekomendasi mengenai
kegiatan penelitian. Hasil sintesis ini diharapkan dapat menjadi gambaran tentang wilayah yang berpotensi rawan kebakaran di Kota Surakarta saat ini. Sehingga dapat dilakukan upaya pencegahan dan penanggulangan bahaya kebakaran.
Gambar 3 Kerangka Analisis
Teori, UU, peraturan, dan standar
Data Teridentifikasinya wilayah yang memiliki
potensi rawan kebakaran di Kota Surakarta berdasarkan faktor pemicu kebakaran
Terpetakannya kawasan dengan tingkat
Resiko Kebakaran di Kota Surakarta
Perhitungan Resiko Kebakaran
Deskriptif Kualitatif
Kerentanan terhadap
kebakaran
Ancaman terhadap kebakaran
Kemampuan terhadap
kebakaran
Upaya pencehagan dan penanggulangan
kebakaran (Rekomendasi)
Scoring atau Pembobotan
Variabel
Teridentifikasinya nilai wilayah resiko bencana
Kebakaran di Kota Surakarta
commit to user