PERUMUSAN VARIABEL
G. PERUMUSAN VARIABEL
Tabel 3 Variabel Penelitian
No Faktor Variabel
Definisi Operasional
Indikator
1 Kejadian Kebakaran
Frekuensi Kejadian
Semua kejadian kebakaran yang pernah terjadi pada suatu wilayah. Dimana kejadian kebakaran akan dapat terjadi kembali pada wilayah tersebut (Prof. Dr. Ir. Suprapto, MSc. FPE. IPM dalam Konsep dan Pendekatan dalam Penyusunan Rencana Induk Sistem Proteksi Kebakaran untuk Kabupaten/Kota di Indonesia)
Terjadinya kejadian kebakaran atau tidak.Serta seberapa
sering kejadian kebakaran tersebut Peraturan
Kepala BNPB Nomor 2 tahun 2012 tentang Pedoman Umum pengkajian
risiko Bencana menetapkan
klasifikasi kejadian kebakaran dalam 3 (tiga) kelas yaitu rendah (<2%), sedang (2- 5%), tinggi (>5%).
2 Penggunaa n Lahan
Permukiman Perkantoran Jasa Perdagangan Industri
Penggunaan Lahan merupakan adanya penggunaan lahan yang kurang sesuai akan dapat menimbulkan adanya suatu bahaya terjadinya bencana kebakaran. (Prof. Dr. Ir. Suprapto, MSc. FPE. IPM dalam Konsep dan Pendekatan dalam Penyusunan Rencana Induk Sistem Proteksi Kebakaran untuk Kabupaten/Kota di Indonesia)
Klasifikasi penggunaan lahan
dengan mengasumsikan berdasarkan
Permen PU nomor 20 tahun 2009. Permukiman, Perkantoran, Jasa, Perdagangan, Industri
3 Kepadatan Penduduk
Jumlah Kepadatan Penduduk
Penduduk Usia Rentan
Kepadatan Penduduk pada suatu wilayah membawa kecenderungan akan kerentanan kebakaran dan resiko dampak kebakaran. (Prof. Dr. Ir. Suprapto, MSc. FPE. IPM dalam Konsep dan Pendekatan dalam Penyusunan Rencana Induk Sistem Proteksi Kebakaran untuk Kabupaten/Kota di Indonesia)
Bagaimana Tingkat kepadatan penduduk serta turunannya berupa usia rentan peduduk. SNI nomor 3 tahun 2004 SNI nomor 3 tahun 2004 tentang perencanaan lingkungan di perkotaan <150jiwa/ha rendah 150 – 200jiwa/ha sedang >200 jiwa/ha tinggi Usia rentan (dependency ratio)
Berdasaarkan arahan BPS. ≤50 rendah
51 – 69 sedang ≥70 tinggi 4 Kepadatan Bangunan
Kepadatan Bangunan
Kepadatan bangunan suatu wilayah membawa pengaruh
kebakaran. Semakin rendah kepadatan bangunan potensi penyebaran atau kerentanan kejadian kebakaran juga akan semakin rendah. (Prof. Dr. Ir. Suprapto, MSc. FPE. IPM dalam Konsep dan Pendekatan dalam Penyusunan Rencana Induk Sistem Proteksi Kebakaran untuk Kabupaten/Kota di Indonesia)
Tingkat kepadatan bangunan >30 rendah
30 – 60 sedang >60 tinggi Sumber : PP Nomor 36 tahun 2005 tentang peraturan pelaksanan UU No. 28 Tahun 2002
commit to user
No Faktor Variabel
Definisi Operasional
Indikator
5 Proteksi Terpasang
Sarana Terpasang
Jumlah sarana Proteksi
Ketejangkau an
pos Pemadam kebakaran
Merupakan sarana proteksi terhadap bencana kebakaran yang terdapat pada suatu wilayah. (Prof. Dr. Ir. Suprapto, MSc. FPE. IPM dalam Konsep dan Pendekatan dalam Penyusunan Rencana Induk Sistem Proteksi Kebakaran untuk Kabupaten/Kota di Indonesia) Fire hydrant , pos pemadam kebakaran, serta jalur evakuasi dipilih dengan alasan untuk mengukur tingkat proteksi yang dimiliki oleh wilayah terutama
Kota
Surakarta
didalam kejadian
mengandalkan pada sarana dan prasrana tersebut.
Jangkauan dari keberadaan fire hydrant (NFPA ® 1141 Standar for Fire Protection Infrastructure for Land Development in Suburban and Rural Areas, 2008:22)
Keberadaan berdasarkan Jangkauan Pelayanan Pos Pemadam Kebakaran (Kepmen PU No 20 tahun 2009) Keberadaan Jalur evakuasi berdasarkan RTRW Kota Surakarta tahun 2011 - 2031
6 Kesiapan Masyaraka t
Satlakar
Program Pencegahan Kebakaran
Masyarakat pada suatu wilayah didalam upaya mencegah
terjadinya kebakaran, serta tanggap terhadap situasi kebakaran.
SATLAKAR pada suatu wilayah. SATLAKAR dipilih karena keberadaannya dalam masyarakat akan dapat membantu ketika terjadi kebakaran serta program pencegahan kebakaran dimana dapat mengurangi dampak meluasnya kebakaran. karena satlakar dan program pencegahan kebakaran merupakan sarana untuk pelatihan bencana.(Prof. Dr. Ir. Suprapto, MSc. FPE. IPM dalam Konsep dan Pendekatan dalam Penyusunan Rencana Induk Sistem Proteksi Kebakaran untuk Kabupaten/Kota di Indonesia)
Keberadaan Satlakar dan program pencegahan bencana Undang – Undang nomor 24 tahun
2007 tentang penanggulangan bencana
Sumber : Analisis Penulis, 2012
commit to user