Pendekatan Filsafi terhadap Masalah Tubuh-Jiwa

3) Pendekatan Filsafi terhadap Masalah Tubuh-Jiwa

Manusia terdiri atas tubuh dan jiwa. Filsafat mempertanyakan apakah sesung- guhnya tubuh itu? Apakah Jiwa itu? Apakah Jiwa itu sebenarnya bentuk dari pada zat material seperti tubuh juga?

Filsafat mendekati masalah tubuh-jiwa melalui salah satu dari tiga faham pemikiran, yaitu: Pendekatan materialistik, pendekatan idealistik, dan pendekatan hylemorphis.

Pendekatan materialistik mengakui bahwa baik tubuh maupun jiwa atau rohani itu ialah materi belaka. Lametri (1709-1751) menyatakan bahwa manusia sama dengan hewan, manusia ialah materi. Jiwa itu dalam tindakannya itu tergantung kepada materi. Jika tidak ada otak, maka tidak ada proses berpikir. Sebaliknya badan dapat berbuat tanpa jiwa, seperti jantung dapat berdenyut di luar badan/tubuh. Tentu saja pandangan seperti ini mempunyai konsekuensi pula terhadap pandangan tentang kehidupan manusia, termasuk pula di dalamnya terhadap pendidikan. Faham ini berpendapat bahwa karena manusia pada dasarnya materi, maka segala gerak dan kehidupan manusia itu bersifat material dan mekanistik, sehingga manusia semacam mesin. Manusia adalah ‘mesin yang memutar sendiri”. Bagaimana pandangan seperti tersebut terhadap pendidikan?

Sekiranya manusia itu hanya mesin belaka, maka menggerakkan dan menghidupkan manusia seperti terhadap mesin. Dengan demikian, gerak dan hidup manusia tunduk terhadap hukum yang sifatnya mekanistis seperti mesin. Dalam hal ini yang penting mesin itu dapat berfungsi, sedangkan tujuan dari segala gerak berada di luar jangkauan mesin. Dengan perkataan lain, manusia yang hidup dan bergerak seperti mesin itu tidak dapat diharapkan bahwa ia dapat bersifat aktif dan kreatif serta bertanggung jawab. Manusia yang demikian jelas tidak mampu menumbuhkan manusia-mansia pembangunan yang dapat membangun dirinya serta bersama-sama bertanggung jawab atas pembangunan bangsa. Demikian pula pandangan tersebut mengabaikan kemungkinan bahwa manusia dapat dipertinggi budi pekertinya dan diperkuat kepribadiannya.

Pandangan filsafat Pancasila tentang hakikat manusia, tidaklah memandang tubuh manusia sebagai materi belaka, namun di dalam materi itu terdapat jiwa Pandangan filsafat Pancasila tentang hakikat manusia, tidaklah memandang tubuh manusia sebagai materi belaka, namun di dalam materi itu terdapat jiwa

Pendekatan idealistik mengatakan bahwa tubuh yang nampak itu ialah bayangan saja dari pada tubuh ideal yang ada di dunia ideal, yaitu dunia yang kekal. Jadi tubuh itu sebenarnya perwujudan daripada ide yang hakekatnya bersifat ruhaniah. Plato (427-347) mengatakan, tubuh itu ialah penjara yang mengurung jiwa yang bebas. Tubuh menandakan keterikatan manusia kepada dunia yang nyata ini. Jiwa sebaliknya dapat memandang dunia nyata ini, karena itu jiwalah yang sebenarnya ada, sedangkan tubuh hanya menyertai jiwa itu, bahkan tubuh merupakan penghambat, karena dengan tubuhnya manusia menjadi terlalu mudah terikat pada kenikmatan indra dan benda material.

Pendekatan hylemorphisme (hyle = isi, morph = bentuk) memandang tubuh dan jiwa itu merupakan kesatuan dari dua subtansi (zat) yang berbeda secara hakekat(fundamental). Barang apapun di dunia ini terdiri atas isi dan bentuk. Tubuh merupakan isi, sedangkan jiwa merupakan bentuk. Jika salah satu di antara tubuh atau jiwa itu tidak ada, maka bukanlah manusia. Pendekatan hylemorphisme itu telah berkembang dan memperoleh tafsiran yang lebih halus. Demikianlah misalnya filsafat modern (eksistensialisme) mengatakan bahwa manusia itu makhluk fana. Kefanaan itu mengimplikasikan badan (tubuh). Manusia itu mencakup badan dan jiwa. Badan itu ukanlah penghambat yang membebani manusia, melainkan badan itu ialah manusia itu sendiri. Selanjutnya dikatakan, bahwa tidak ada pemisahan antara rohani (jiwa) manusia dengan alam di luarnya (termasuk badannya). Karena badan itu ialah jembatan yang menghubungkan jiwa dengan dunia di luarnya.

Pendidikan perlu mempunyai sikap yang tegas terhadap masalah tubuh-jiwa itu. Filsafat Pendidikan dapat memberikan penerangan tentang hal ini. Pendidik Pendidikan perlu mempunyai sikap yang tegas terhadap masalah tubuh-jiwa itu. Filsafat Pendidikan dapat memberikan penerangan tentang hal ini. Pendidik