Pendekatan Filsafi terhadap Tujuan Pendidikan

3. Pendekatan Filsafi terhadap Tujuan Pendidikan

Pertanyaan yang perlu diajukan terhadap masalah tujuan adalah, benarkah pendidikan itu mempunyai tujuan? Apakah tujuan pendidikan itu hanya hasil pikiran pendidik? Kajian fenomenologi dengan tegas mengatakan bahwa setiap gejala pendidikan itu mempunyai tujuan akhir. Memang pendidik memegang peranan penting dalam merumuskan tujuan pendidikan tersebut. Demikian pula pendidik memegang peranan pula dalam mengarahkan situasi pendidikan, sehingga mencapai tujuan yang positif dan konstruktif. Gejala sosial dapat menjadi gejala mendidik, manakala gejala tersebut mengandung tujuan yang bermanfaat bagi pendidikan. Tujuan akhir pendidikan itu secara universal ialah kedewasaan.

Berbeda dengan MJ. Langeveld, kaum pragmatisme (John Dewey) mengemuka- kan bahwa tujuan pendidikan itu ada dalam proses pendidikan, sehingga proses pendidikan tidak memiliki tujuan yang terpisah. Pendidiklah yang memikirkan tujuan pendidikan itu. Pragmatisme memandang bahwa setiap fase dalam proses pendidikan itu merupakan alat untuk mencapai fase berikutnya. Dengan demikian, fase yang akan ditempuh dari fase sebelumnya adalah merupakan tujuan yang ada dalam proses pendidikan itu.

M.J.Langeveld, mengemukakan 6 jenis tujuan pendidikan, yaitu sebagai berikut:

a. Tujuan akhir (umum, universal, dan total), b.Pengkhususan tujuan umum,

c. Tujuan tak lengkap (sementara), c. Tujuan tak lengkap (sementara),

e. Tujuan tentatif

f. Tujuan intermedier. Pada uraian berikut, akan dimulai berdasarkan tujuan yang paling dekat dengan kehidupan manusia sehari-hari, yaitu tujuan insidental. (insiden = peristiwa). Tujuan insidental, ialah tujuan yang menyangkut suatu peristiwa khusus. Agak sukar untuk mencari hubungan antara tujuan umum dengan tujuan insidental, namun tujuan insidental sebenarnya terarah kepada realisasi tujuan umum. Jadi hubungan tujuan insidental dengan tujuan umum sangat jauh. Contoh: Ibu, melarang anaknya bermain-main di depan pintu yang terbuka, karena dapat menyebabkan anak itu sakit (masuk angin), atau karena mengganggu lalu lintas di pintu. Jelaslah tujuan insidental sangat jauh dengan kriteria kedewasaan sebagai tujuan umum pendidikan.

Tujuan tentatif, (tentatif = sementara) ialah tujuan yang terdapat pada langkah-langkah untuk mencapai tujuan umum. Karena itu tujuan tentatif lebih dekat pada tujuan umum, dibandingkan dengan tujuan insidental. Tujuan tentatif memberi kesempatan kepada anak untuk menguji nilai yang ingin dicapainya dengan perbuatan nyata. Dari kenyataan yang dialaminya itu diharapkan anak akan mengetahui kebenaran yang sesungguhnya. Contoh: tujuan agar anak biasa hidup bersih. Setelah ia mengalaminya berulang-ulang berperilaku bersih pada berbagai jenis dan tingkat kebersihan, maka ia diharapkan kelak mengerti dan biasa hidup bersih. Anak didik biasanya tidak menyadari bahwa ia sedang dibawa ke arah suatu tujuan pendidikan insidental ataupun tentatif, karena memang tujuan ini tidak secara tersurat dapat diketahui oleh anak.

Tujuan intermedier, (media = antara) ialah tujuan yang melayani tujuan pendidikan yang lain atau tujuan yang lebih luas atau lebih tinggi tingkatannya. Contoh: murid belajar membaca dengan tujuan agar ia kelak dapat belajar sendiri tentang ilmu pengetahuan dengan jalan membaca buku-buku.

Tujuan tidak lengkap (sementara), ialah tujuan yang berkenaan dengan salah satu aspek kehidupan. Disebut tidak lengkap karena setiap tujuan yang

dihubungkan dengan salah satu aspek kehidupan itu berarti tidak lengkap.

Tujuan yang lengkap ialah tujuan yang mengembangkan seluruh aspek kehidupan itu, yaitu tujuan umum pendidikan. Aspek-aspek tujuan umum pendidikan ialah: - pendidikan jasmani - pendidikan religius - pendidikan sosial - pendidikan ekonomis - pendidikan etika - pendidikan estetika

Tujuan umum, (akhir, universal, total) ialah tujuan yang menjadi sumber bagi bagi tujuan lainnya. Semua manusia di seluruh dunia ingin mencapai tujuan itu, yaitu tujuan umum pendidikan ialah manusia dewasa.

Pengkhususan tujuan umum, itu terjadi karena manusia dewasa yang universal itu diberi bentuk yang nyata berhubung dengan kebangsaan, kebudayaan, agama, sistem politik, dan sebagainya. Oleh karena itu, manusia dewasa bagi bangsa Indonesia adalah selaras dengan filsafat bangsa Indonesia, yaitu manusia yang memiliki karakteristik kepribadian Pancasila. Ada beberapa karakteristik umum kedewasaan, yaitu sebagai berikut:

1) Memiliki otonomi dalam kehidupan kesusilaan. Orang dewasa ialahmanusia yang mampu mengambil keputusan susila tanpa dipengaruhi atau dipaksa oleh orang lain, serta mampu melaksanakan keputusan susila itu dalam perbuatan nyata. Katahati orang dewasa pada umumnya telah terbentuk. Dengan demikian, walaupun ia sendiri tanpa pengawasan orang lain, ia tetap berpikir dan berbuat sesuai dengan prinsip kesusilaan.

2) Orang dewasa itu menjadi anggota masyarakat penuh. Orang dewasa mampu bergaul dengan orang dewasa lain dalam rangka memberi sumbangan bagi kemajuan masyarakat, bangsa dan negaranya. Orang dewasa ialah seorang yang berguna bagi masyarakat dan negaranya,

3) Orang dewasa ialahorang yang matang secara biologis, dan psikologis. Pertumbuhan secara biologis boleh dikatakan telah mencapai titik tertinggi. Demikianlah ia sudah mampu menikah yang bertujuan untuk 3) Orang dewasa ialahorang yang matang secara biologis, dan psikologis. Pertumbuhan secara biologis boleh dikatakan telah mencapai titik tertinggi. Demikianlah ia sudah mampu menikah yang bertujuan untuk

4) Dari aspek intelektual, orang dewasa mampu : a) menyadari akan kemampuan dirinya, motivasinya, cita-citanya, dan prestasinya, b) ia mengetahui secara tepat tentang manusia dan peristiwa di sekitarnya, serta kebudayaannya, c) ia mampu berkomunikasi dengan orang lain secara terampil, d) ia mampu mengadakan sintesa antara pengetahuan, pengalaman, dan keterampilannya, sehingga ia menjadi pribadi yang fleksibel, toleransi dan adaptif, e) ia mampu memandang hidup secara keseluruhan dan terintegrasi dengan menganut secara sadar suatu agama atau filsafat hdup.

5) Dari aspek volisional, orang dewasa memiliki karakteristik sebagai berikut:

a) memiliki karakter produktif, yaitu mampu menghasilkan sesuatu berupa jasa, barang, uang dan sebagainya, b) ia mampu merealisasikan ide dan kemauannya dalam masyarakat, dengan jalan bekerjasama, bersedia memimpin dan dipimpin, sehingga nampak “siapa dia”, c) ia mampu melakukan keseimbangan antara kepentingan dirinya dan kepentingan sosial, dan d) ia mampu merencanakan masa depannya. Dengan demikian, orang dewasa memiliki keseluruhan karak- teristik yang mampu merealisasikan norma-norma yang dijadikan sebagai filsafat hidup atau cita-cita hidup yang lebih baik.