miskin dan membentuk fenomena involusi yang mengarah kepada stagnansi dalam suatu sistem pertumbuhan wilayah.
Problema masyarakat pertanian di pedesaan secara intrinsik berhubungan dengan: 1 pola pemilikan lahan dan produktivitas lahan, 2 struktur kesempatan
kerja, dan 3 mekanisme pasar tenaga kerja. Dalam bentuk yang paling sederhana dapat dikatakan bahwa individu-individu dari berbagai golongan rumah tanga
mempunyai perbedaan dalam hal anugrah sumber daya resource endowment dan modal manusia human capital. Terdapat korelasi yang tinggi antara standar hidup
dengan jumlah dan kualitas lahan yang dikuasaidimiliki. Seperti juga terdapat korelasi antara standar hidup dengan tingkat keahlian dan pendidikan dari anggota
rumah tangga. Suatu rumah tangga yang tergolong tidak memiliki lahan dan penguasaan modal manusianya juga terbatas terutama kualitasnya akan cenderung
terus tenggelam dalam kemiskinannya Thobecke dan Pluijm, 1993
2.2.7. Peranan Sumber Daya Manusia dalam Pembangunan Pertanian
Penduduk berfungsi ganda dalam perekonomian. Dalam konteks pasar dia berada baik di sisi permintaan maupun di sisi penawaran. Dalam konteks
pembangunan, pandangan terhadap penduduk terpecah dua, ada yang menganggapnya sebagai penghambat pembangunan, ada pula yang menganggapnya
sebagai pemacu pembangunan. Beberapa ahli seperti H.W. singer, tahun 1959 pernah mengemukakan
bahwa faktor sumber daya manusia merupakan faktor utama dalam pembangunan ekonomi. Kemudian, Fibrican menyatakan ada kaitan yang erat antara pendidikan dan
penghasilan yang diperoleh seorang tenaga kerja.
Mengenai hubungan antara pertumbuhan sumber daya manusia dengan pembangunan ekonomi, terdapat 3 pendapat yaitu:
a. Meningkatnya jumlah sumber daya manusia akan merangsang pembangunan ekonomi karena sumber daya manusia yang banyak akan meningkatkan
produktivitas Weeks dalam Alkadri, Muchdie, Suhandjojo, 2001:177 b. Tidak ada hubungan antara pertumbuhan penduduk dengan pembangunan
ekonomi. Pendapat ini umumnya dianut oleh kelompok Marxis. Mereka beranggapan bahwa kegagalan pembangunan ekonomi bukan karena pertumbuhan
penduduk, tetapi karena kegagalan lembaga sosial ekonomi di wilayah atau daerah yang bersangkutan.
c. Pertumbuhan penduduk jika tidak diawasi akan menghilangkan hasil-hasil pembangunan ekonomi. Menurut paham ini, dengan mengurangi pertumbuhan
penduduk, maka pembangunan ekonomi akan dapat dilaksanakan lebih baik lagi. Mereka mengambil contoh keluarga berencana guna mengurangi laju pertumbuhan
penduduk yang mempunyai akibat yang positif terhadap pembangunan. Dari ketiga pendapat tersebut, pendapat pertama telah dianut secara luas oleh
para ahli. Weeks 1986 memberikan contoh tentang pembangunan yang dirangsang oleh pertumbuhan penduduk seperti yang terjadi di Amerika Serikat yaitu
pembangunan jalan kereta api yang membuka daerah-daerah terisolir, sehingga daerah tersebut menarik para pendatang dan menjadi daerah yang maju. Akan tetapi
pendapat ini tak sepenuhnya disetujui oleh para ahli lainnya. Antara lain oleh Kelly 1993, dimana hasil penelitiannya menunjukkan bahwa terdapat korelasi yang positif
antara pertumbuhan penduduk dengan pertumbuhan ekonomi di negara-negara maju, sedangkan di negara-negara berkembang hubungannya negatif. Selanjutnya, masih
menurut Kelly, terdapat kecenderungan bahwa para ahli mempunyai persamaan pendapat dimana kualitas dan kuantitas sumber daya alam akan semakin menurun,
sehingga faktor yang sangat penting dalam pembangunan wilayah adalah sumber daya manusia. Mengingat pentingnya sumber daya manusia dalam pembangunan
wilayah, maka perlu ditingkatkan kualitasmutunya. Peningkatan mutu modal manusia dapat dilakukan melalui peningkatan pendidikan, kesehatan dan keamanan
tanpa mengabaikan investasi fisik dan segi pembiayaannya. Mutu modal manusia yang meningkat mengakibatkan produktivitas tenaga kerja juga meningkat.
Konsep pembangunan manusia telah banyak dikembangkan, termasuk oleh the United Nations Development Programme
UNDP yang merumuskannya sebagai indikator taraf hidup dalam Indeks Pembangunan Manusia IPM. Pada saat itu pula
UNDP mengembangkan konsep pembangunan kemampuan manusia melalui perbaikan taraf kesehatan, pengetahuan, dan keterampilan. Kemudian muncul konsep
Indeks Pembangunan manusia yang merupakan gabungan dari 3 indikator yaitu: a. Angka harapan hidup life expetancy at age atau faktor kesehatan yang mengukur
umur panjang dan sehat. b. Angka melek huruf penduduk dewasa dan rata-rata lama sekolah adult literacy
rate, mean years of schooling atau faktor pendidikan yang mengukur pengetahuan
dan keterampilan. c. Purchasing power parity kemampuan ekonomi yang mengukur kemampuan
dalam mengakses sumber daya ekonomi dalam arti luas. Ketiga indikator ini tergambar sebagai kekuatan segitiga yang memiliki ikatan yang
kokoh antara satu dengan yang lain.
2.3. Pendidikan 2.3.1. Definisi Pendidikan