Perumusan masalah Manfaat Penelitian Kerangka Konsep

adanya potensi bahayakecelakaan kerja Balai K3 Bandung, 2008. Berdasarkan profil kesehatan Indonesia 2010, diperoleh kasus gangguan kulit di Indonesia sebesar 122.076 kasus. Menurut data RISKESDAS 2007, prevalensi dermatitis di Indonesia sebesar 6,78 sedangkan prevalensi dermatitis di Sumatera Utara sebesar 2,63. Berdasarkan data Puskesmas Kecamatan Medan Labuhan kasus gangguan kulit tahun 2011 di Kecamatan Medan Labuhan sebanyak 89 kasus. Berdasakan survei pendahuluan yang dilakukan penulis di Kelurahan Pekan Labuhan Kecamatan Medan Labuhan, terdapat 2 industri rumah tangga pengupasan udang dengan jumlah pekerja 75 orang dan pada saat bekerja kurang menjaga kebersihan diri antara lain tidak menggunakan sarung tangan dan tidak menggunakan sepatu kerja. Beberapa pekerja juga mengeluhkan gangguan kulit yang mereka alami. Oleh karena itu, pekerja pengupas udang berisiko terkena penyakit yang berkaitan dengan kebersihan diri. Berdasarkan latar belakang diatas, penulis tertarik untuk mengetahui hubungan kebersihan perorangan dan pemakaian alat pelindung diri dengan keluhan gangguan kulit pada pekerja pengupas udang di Kelurahan Pekan Labuhan Kecamatan Medan Labuhan.

1.2. Perumusan masalah

Pekerjaan mengupas udang merupakan pekerjaan yang berisiko mengalami gangguan kulit karena kemungkinan kecelakaan kerja seperti gangguan kulit. Penelitian mengenai hubungan hygiene perorangan dan pemakaian alat pelindung diri dengan keluhan gangguan kulit pada pekerja pengupas udang belum pernah dilakukan di daerah tersebut. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk meneliti apakah Universitas Sumatera Utara terdapat hubungan hygiene perorangan dan pemakaian alat pelindung diri dengan keluhan gangguan kulit pada pekerja pengupas udang di Kelurahan Pekan Labuhan Kecamatan Medan Labuhan. 1.3. Tujuan 1.3.1. Tujuan Umum Untuk mengetahui hubungan kebersihan perorangan dan pemakaian alat pelindung diri dengan keluhan gangguan kulit pada petugas pekerja pengupas udang di Kelurahan Pekan Labuhan Kecamatan Medan Labuhan.

1.3.2. Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui hubungan umur dengan keluhan gangguan kulit pada pekerja pengupas udang di Kelurahan Pekan Labuhan Kecamatan Medan Labuhan Tahun 2012. 2. Untuk mengetahui hubungan lama bekerja dengan keluhan gangguan kulit pada pekerja pengupas udang di Kelurahan Pekan Labuhan Kecamatan Medan Labuhan Tahun 2012. 3. Untuk mengetahui hubungan tingkat pendidikan dengan keluhan gangguan kulit pada pekerja pengupas udang di Kelurahan Pekan Labuhan Kecamatan Medan Labuhan Tahun 2012. 4. Untuk mengetahui hubungan kebersihan kulit sehari-hari dengan keluhan gangguan kulit pada pekerja pengupas udang di Kelurahan Pekan Labuhan Kecamatan Medan Labuhan Tahun 2012. 5. Untuk mengetahui hubungan kebersihan kulit saat bekerja dengan keluhan gangguan kulit pada pekerja pengupas udang di Kelurahan Pekan Labuhan Universitas Sumatera Utara Kecamatan Medan Labuhan Tahun 2012. 6. Untuk mengetahui hubungan kebersihan kuku dengan keluhan gangguan kulit 
 pada pekerja pengupas udang di Kelurahan Pekan Labuhan Kecamatan Medan Labuhan Tahun 2012. 7. Untuk mengetahui hubungan pemakaian sarung tangan dengan keluhan gangguan kulit pada pekerja pengupas udang di Kelurahan Pekan Labuhan Kecamatan Medan Labuhan Tahun 2012. 8. Untuk mengetahui hubungan pemakaian sepatu kerja dengan keluhan gangguan kulit pada pekerja pengupas udang di Kelurahan Pekan Labuhan Kecamatan Medan Labuhan Tahun 2012. 9. Untuk mengetahui hubungan pemakaian pakaian kerja dengan keluhan gangguan kulit pada pekerja pengupas udang di Kelurahan Pekan Labuhan Kecamatan Medan Labuhan Tahun 2012.

1.4. Manfaat Penelitian

1. Sebagai bahan masukan dan sumbangan pemikiran bagi pekerja pengupas udang agar memperhatikan kebersihan perorangan agar tidak terkena gangguan kulit. 2. Sebagai bahan masukan dan sumbangan pemikiran bagi pihak Dinas Kesehatan agar menyediakan sarana sanitasi dan alat pelindung diri kepada pekerja pengupas udang serta membuat program penyuluhan kepada pekerja pengupas udang tentang tindakan kebersihan diri. 3. Untuk menambah wawasan bagi penulis tentang keluhan gangguan kulit pada pekerja pengupas udang di Kelurahan Pekan Labuhan Kecamatan Medan Labuhan. Universitas Sumatera Utara BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Hygiene Perorangan 2.1.1. Definisi Menurut Tarwoto dan Wartonah 2003, hygiene perorangan berasal dari bahasa yunani yaitu personal yang artinya perorangan dan hygiene berarti sehat. Kebersihan perorangan adalah suatu tindakan untuk memelihara kebersihan dan kesehatan seseorang untuk kesejahteraan fisik dan psikis. Menurut Perry 2005, hygiene perorangan adalah suatu tindakan untuk memelihara kebersihan dan kesehatan seseorang untuk kesejahteraan fisik dan psikis, kurang perawatan diri adalah kondisi dimana seseorang tidak mampu melakukan perawatan kebersihan untuk dirinya.

2.1.2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hygiene Perorangan

Menurut Tarwoto dan Wartonah 2003, faktor-faktor yang mempengaruhi personal hygiene adalah: 1. Body image, yaitu gambaran individu terhadap dirinya yang mempengaruhi kebersihan diri misalnya dengan adanya perubahan fisik sehingga individu tidak peduli dengan kebersihan dirinya. 2. Praktik sosial, yaitu pada anak – anak selalu dimanja dalam kebersihan diri, maka kemungkinan akan terjadi perubahan pola hygiene perorangan. 3. Status sosial ekonomi, yaitu personal hygiene memerlukan alat dan bahan seperti sabun, pasta gigi, sikat gigi, sampo, alat mandi yang semuanya memerlukan uang untuk menyediakannya. Universitas Sumatera Utara 4. Pengetahuan, yaitu pengetahuan mengenai personal hygiene sangat penting karena pengetahuan yang baik dapat meningkatkan kesehatan. Misalnya pada pasien penderita diabetes mellitus ia harus menjaga kebersihan kakinya. 5. Budaya, yaitu pada sebagian masyarakat jika individu sakit tertentu tidak boleh mandi. 6. Kebiasaan seseorang, yaitu ada kebiasaan orang yang menggunakan produk tertentu dalam perawatan diri seperti penggunaan sabun, sampo dan lain – lain. 7. Kondisi fisik atau psikis, yaitu pada keadaan tertentu atau sakit kemampuan untuk merawat diri berkurang dan perlu bantuan untuk melakukannya.

2.1.3. Dampak yang Sering Timbul pada Masalah Hygiene Perorangan

Dampak yang akan timbul jika hygiene perorangan kurang adalah Tarwoto, 2003: 1. Dampak fisik, yaitu gangguan fisik yang terjadi karena adanya gangguan kesehatan yang diderita seseorang karena tidak terpeliharanya kebersihan perorangan dengan baik, adalah gangguan yang sering terjadi adalah gangguan integritas kulit, gangguan membran mukosa mulut, infeksi pada mata dan telinga dan gangguan fisik pada kuku. 2. Dampak psikososial, yaitu masalah-masalah sosial yang berhubungan dengan hygiene perorangan adalah gangguan kebutuhan rasa nyaman, aktualisasi diri dan gangguan interaksi sosial. Universitas Sumatera Utara

2.1.4. Tanda dan Gejala

Menurut Departemen Kesehatan RI 2000, tanda dan gejala individu dengan kurang perawatan diri adalah: 1. Fisik a. Badan bau dan pakaian kotor. b. Rambut dan kulit kotor. c. Kuku panjang dan kotor d. Gigi kotor disertai mulut bau e. Penampilan tidak rapi 2. Psikologis a. Malas dan tidak ada inisiatif. b. Menarik diri atau isolasi diri. c. Merasa tak berdaya , rendah diri dan merasa hina. 3. Sosial a. Interaksi kurang. b. Kegiatan kurang c. Tidak mampu berperilaku sesuai norma. d. Cara makan tidak teratur, buang air besar dan buang air kecil di sembarang tempat, gosok gigi dan mandi tidak mampu mandiri. Data yang biasa ditemukan dalam kurangnya perawatan diri adalah : 1. Data subjektif, yaitu malas untuk beraktivitas dan merasa tidak berdaya. 2. Data objektif, yaitu rambut kotor dan acak – acakan, badan dan pakaian kotor dan bau, mulut dan gigi bau, kulit kusam dan kotor, kuku panjang dan tidak terawat. Universitas Sumatera Utara

2.1.5. Pemeliharaan dalam Hygiene Perorangan

Pemeliharaan hygiene perorangan diperlukan untuk kenyamanan individu, keamanan dan kesehatan Potter, 2005. Hygiene perorangan meliputi:

1. Kebersihan Kulit

Kebersihan kulit merupakan cerminan kesehatan yang paling pertama memberikan kesan. Oleh karena itu perlu memelihara kulit sebaik-baiknya. Pemeliharaan kesehatan kulit tidak dapat terlepas dari kebersihan lingkungan, makanan yang dimakan serta kebiasaan hidup sehari-hari. Dalam memelihara kebersihan kulit kebiasaan-kebiasaan yang sehat harus selalu diperhatikan adalah menggunakan barang-barang keperluan sehari-hari milik sendiri, mandi minimal 2x sehari, mandi memakai sabun, menjaga kebersihan pakaian, makan yang bergizi terutama banyak sayur dan buah, dan menjaga kebersihan lingkungan. 2. Kebersihan Rambut Rambut yang terpelihara dengan baik akan membuat bersih dan indah sehingga akan menimbulkan kesan bersih dan tidak berbau. Dengan selalu memelihara kebersihan rambut dan kulit kepala, maka perlu memperhatikan kebersihan rambut dengan mencuci rambut sekurang-kurangnya 2 kali seminggu, mencuci rambut memakai sampobahan pencuci rambut lainnya, dan sebaiknya menggunakan alat-alat pemeliharaan rambut sendiri. 3. Kebersihan Gigi Menggosok gigi dengan teratur dan baik akan menguatkan dan membersihkan gigi sehingga terlihat bersih. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menjaga Universitas Sumatera Utara kesehatan gigi adalah menggosok gigi secara benar dan teratur dianjurkan setiap sehabis makan, memakai sikat gigi sendiri, menghindari makan-makanan yang merusak gigi, membiasakan makan buah-buahan yang menyehatkan gigi dan memeriksa gigi secara teratur. 4. Kebersihan Telinga Hal yang diperhatikan dalam kebersihan telinga adalah membersihkan telinga secara teratur, dan tidak mengorek-ngorek telinga dengan benda tajam. 5. Kebersihan Tangan, Kaki, dan Kuku Seperti halnya kulit, tangan kaki, dan kuku harus dipelihara dan ini tidak terlepas dari kebersihan lingkungan sekitar dan kebiasaan hidup sehari-hari. Tangan, kaki, dan kuku yang bersih menghindarkan kita dari berbagai penyakit. Kuku dan tangan yang kotor dapat menyebabkan bahaya kontaminasi dan menimbulkan penyakit-penyakit tertentu. Untuk menghindari bahaya kontaminasi maka harus membersihkan tangan sebelum makan, memotong kuku secara teratur, membersihkan lingkungan, dan mencuci kaki sebelum tidur.

2.1.6. Kegiatan yang Mencakup Hygiene Perorangan

Kegiatan-kegiatan yang mencakup hygiene perorangan adalah:

1. Mandi

Mandi merupakan bagian yang penting dalam menjaga kebersihan diri. Mandi dapat menghilangkan bau, menghilangkan kotoran, merangsang peredaran darah, memberikan kesegaran pada tubuh. Sebaiknya mandi dua kali sehari, alasan utama ialah agar tubuh sehat dan segar bugar. Mandi membuat tubuh kita segar dengan membersihkan seluruh tubuh kita Stassi, 2005. Universitas Sumatera Utara Menurut Irianto 2007, urutan mandi yang benar adalah seluruh tubuh dicuci dengan sabun mandi. Oleh buih sabun, semua kotoran dan kuman yang melekat mengotori kulit lepas dari permukaan kulit, kemudian tubuh disiram sampai bersih, seluruh tubuh digosok hingga keluar semua kotoran atau daki. Keluarkan daki dari wajah, kaki, dan lipatan- lipatan. Gosok terus dengan tangan, kemudian seluruh tubuh disiram sampai bersih sampai kaki. 2. Perawatan mulut dan gigi Mulut yang bersih sangat penting secara fisikal dan mental seseorang. Perawatan pada mulut juga disebut oral hygiene. Melalui perawatan pada rongga mulut, sisa-sisa makanan yang terdapat di mulut dapat dibersihkan. Selain itu, sirkulasi pada gusi juga dapat distimulasi dan dapat mencegah halitosis Stassi, 2005. Kesehatan gigi dan rongga mulut bukan sekedar menyangkut kesehatan di rongga mulut saja. Kesehatan mencerminkan kesehatan seluruh tubuh. Orang yang giginya tidak sehat, pasti kesehatan dirinya berkurang. Sebaliknya apabila gigi sehat dan terawat baik, seluruh dirinya sehat dan segar bugar. Menggosok gigi sebaiknya dilakukan setiap selesai makan. Sikat gigi jangan ditekan keras-keras pada gigi kemudian digosokkan cepat-cepat. Tujuan menggosok gigi ialah membersihkan gigi dan seluruh rongga mulut. Dibersihkan dari sisa-sisa makanan, agar tidak ada sesuatu yang membusuk dan menjadi sarang bakteri Irianto, 2007. Universitas Sumatera Utara 3. Cuci tangan Tangan adalah anggota tubuh yang paling banyak berhubungan dengan apa saja. Kita menggunakan tangan untuk menjamah makanan setiap hari. Selain itu, sehabis memegang sesuatu yang kotor atau mengandung kuman penyakit, selalu tangan langsung menyentuh mata, hidung, mulut, makanan serta minuman. Hal ini dapat menyebabkan pemindahan sesuatu yang dapat berupa penyebab terganggunya kesehatan karena tangan merupakan perantara penularan kuman Irianto, 2007. Selain itu, tangan juga salah satu penghantar utama masuknya kuman penyakit ke tubuh manusia. Cuci tangan dengan sabun dapat menghambat penyakit ke tubuh manusia melalui perantara tangan. Tangan manusia yang kotor karena menyentuh feses mengandung kurang lebih 10 juta virus dan 1 juta bakteri. Kuman penyakit seperti virus dan bakteri tidak dapat terlihat dengan mata telanjang sehingga sering diabaikan dan mudah masuk ke tubuh manusia. Hampir semua orang mengerti pentingnya cuci tangan pakai sabun namun tidak membiasakan diri untuk melakukannya dengan benar pada saat yang penting. Berdasarkan penelitan WHO dalam National Campaign for Handwashing with Soap 2007 telah menunjukkan mencuci tangan pakai sabun dengan benar pada 5 waktu penting yaitu sebelum makan, sesudah buang air besar, sebelum memegang bayi, sesudah menceboki anak, dan sebelum menyiapkan makanan dapat mengurangi angka kejadian diare sampai 40. Cuci tangan pakai sabun dengan benar juga dapat mencegah penyakit menular lainnya seperti tifus dan flu burung. Universitas Sumatera Utara Langkah yang tepat cuci tangan pakai sabun adalah seperti berikut National Campaign for Handwashing with Soap, 2007: a. Basuh tangan dengan air mengalir dan gosokkan kedua permukaan tangan dengan sabun secara merata, dan jangan lupakan sela-sela jari. b. Bilas kedua tangan sampai bersih dengan air yang mengalir. c. Keringkan tangan dengan menggunakan kain lap yang bersih dan kering. 4. Membersihkan Pakaian Pakaian yang kotor akan menghalang seseorang untuk terlihat sehat dan segar walaupun seluruh tubuh sudah bersih. Pakaian banyak menyerap keringat, lemak dan kotoran yang dikeluarkan badan. Dalam sehari saja, pakaian berkeringat dan berlemak ini akan berbau busuk dan menganggu. Untuk itu perlu mengganti pakaian dengan yang besih setiap hari. Saat tidur hendaknya kita mengenakan pakaian yang khusus untuk tidur dan bukannya pakaian yang sudah dikenakan sehari-hari yang sudah kotor. Untuk kaos kaki, kaos yang telah dipakai 2 kali harus dibersihkan. Selimut, sprei, dan sarung bantal juga harus diusahakan supaya selalu dalam keadaan bersih sedangkan kasur dan bantal harus sering dijemur Irianto, 2007.

2.1.7. Tujuan Hygiene Perorangan

Menurut Tarwoto dan Wartonah 2003, tujuan dari hygiene perorangan adalah untuk meningkatkan derajat kesehatan, memelihara kebersihan diri, memperbaiki personal hygiene yang kurang, mencegah penyakit, menciptakan keindahan, dan meningkatkan rasa percaya diri. Universitas Sumatera Utara Berdasarkan Penelitian Dahlia Kristina di TPA Namo Bintang Tahun 2010. Faktor hygiene yang mempengaruhi gangguan kulit adalah: 1. Kebersihan Kulit 2. Kebersihan Kuku 2.2. Alat Pelindung Diri 2.2.1. Definisi Menurut Ridley 2004, alat pelindung diri adalah kelengkapan yang wajib digunakan saat bekerja sesuai kebutuhan untuk menjaga keselamatan pekerja itu sendiri dan orang di sekeliling. Dalam menyediakan perlindungan terhadap bahaya, prioritas pertama seorang majikan adalah melindungi pekerjanya secara keseluruhan ketimbang secara individu. Penggunaan alat pelindung diri hanya dipandang perlu jika metode-metode perlindungan yang lebih luas ternyata tidak praktis dan tidak terjangkau. Dengan seluruh jenis alat pelindung diri yang tersedia, pemasok akan menyarankan jenis yang paling sesuai untuk kebutuhan perlindungan pekerja dan dapat menawarkan beberapa pilihan berdasarkan material, desain, warna, dan sebagainya. Akan tetapi, ada beberapa prinsip umum harus diikuti. Alat pelindung diri yang efektif harus sesuai dengan bahaya yang dihadapi, terbuat dari material yang akan tahan terhadap bahaya tersebut, cocok bagi orang yang akan menggunakannya, tidak mengganggu kerja operator yang sedang bertugas, memiliki konstruksi yang sangat kuat, tidak mengganggu alat pelindung diri lain yang sedang dipakai secara bersamaan, dan tidak meningkatkan risiko terhadap pemakainya Ridley, 2004. Universitas Sumatera Utara

2.2.2. Langkah-Langkah Menentukan Alat Pelindung Diri

Selain pengertian dari Alat Pelindung Diri adapula langkah-langkah yang penting diperhatikan sebelum menentukan APD yang akan digunakan, adalah : 1. inventarisasi potensi bahaya yang dapat terjadi.
L angkah ini sebagai langkah aw al agar APD yang digunakan sesuai kebutuhan. 2. menentukan jumlah APD yang akan disediakan. 
Jum lah tenaga kerja yang terpapar langsung menjadi prioritas utama. Dalam menentukan jumlah bergantung pula pada jenis APD yang digunakan sendiri-sendiri pribadi atau APD yang dapat dipakai secara bergantian. 3. memilih kualitas mutu dari APD yang akan digunakan. 
Penentuan m utu akan menentukan tingkat keparahan kecelakaan penyakit akibat kerja yang dapat terjadi. Penentuan mutu suatu APD dapat dilakukan melalui proses pengujian di laboratorium.

2.2.3. Ketentuan Alat Pelindung diri

Alat pelindung diri yang telah dipilih hendaknya memenuhi ketentuan- ketentuan sebagai berikut : 1. Dapat memberikan perlindungan terhadap bahaya 2. Berbobot ringan 3. Dapat dipakai secara fleksibel tidak membedakan jenis kelamin 4. Tidak menimbulkan bahaya tambahan 5. Tidak mudah rusak 6. Memenuhi ketentuan dari standar yang ada 7. Pemeliharaan mudah Universitas Sumatera Utara 8. Penggantian suku cadang mudah 9. Tidak membatasi gerak 10. Rasa tidak nyaman tidak berlebihan 11. Bentuknya cukup menarik

2.2.4. Fungsi Alat Pelindung Diri

Fungsi alat Pelindung Diri yaitu untuk mengisolasi tubuh pekerja terhadap keterpaan bahan kimia berbahaya. Pemekaian alat pelindug diri merupakan cara pengendalian setelah mengisolasi emisi polutan telah maksimum atau gagal.

2.2.5. Jenis-Jenis Alat Pelindung Diri

Penggunaan alat pelindung diri yang sesuai akan mengurangi kemungkinan kecelakaan ataupun penyakit akibat kerja. Jenis-jenis alat pelindung diri yang aman bagi pekerja adalah : 1. Pakaian kerja Pakaian kerja jenis celana, hindarkan bagian kaki yang terlalu panjang, bagian bawah yang terlalu lebar atau terlipat keluar akan mengurangi pergerakan dan mudah terkait atau jatuh. Pakaian kerja jenis baju sedapat mungkin tidak boleh terlalu longgar 2. Pemakaian sarung tangan Sarung tangan sangat membantu pada pengerjaan agar terhindar dari kecelakaan maupun penyakit akibat kerja. 3. Pemakaian sepatu kerja Pemakaian sepatu kerja sebagai pengaman kaki harus diperhatikan terutama pemilihan bahan sepatu di daerah kerja yang cocok dengan kondisi kerja, sepatu Universitas Sumatera Utara bengkel dengan pengaman, sepatu laboratorium ataupun sepatu untuk kerja di lapangan. Semua hal tersebut di atas terutama mengamankan kaki dari benda jatuh atau tergelincir pada waktu kerja. 4. Pemakaian masker Pemakaian masker untuk melindungi pernafasan dari gas tertentu. Alat pelindung diri harus disediakan gratis, diberikan satu per satu jika tidak harus dibersihkan setelah digunakan, hanya digunakan sesuai peruntukannya, dijaga dalam kondisi baik, diperbaiki atau diganti jika mengalami kerusakan, dan disimpan di tempat yang sesuai ketika tidak digunakan Ridley,2004. 2.3. Kulit 2.3.1. Anatomi Kulit Kulit adalah organ tubuh yang terletak paling luar dan membatasinya dari lingkungan hidup manusia. Luas kulit orang dewasa 1,5 m2 dengan berat kira-kira 15 berat badan. Kulit merupakan organ yang esensial dan vital merupakan cermin kesehatan dan kehidupan. Kulit juga sangat kompleks, elastis dan sensitif, bervariasi pada keadaan iklim, umur, seks, ras dan juga bergantung pada lokasi tubuh. Kulit terbagi atas tiga lapisan pokok yaitu : 1. Lapisan epidermis a. Stratum korneum lapisan tanduk adalah lapisan kulit yang paling luar dan terdiri atas beberapa lapis sel-sel gepeng yang mati, tidak berinti, dan protoplasmanya telah berubah menjadi keratin zat tanduk. b. Stratum lusidum terdapat langsung dibawah lapisan korneum, merupakan lapisan sel-sel gepeng tanpa inti dengan protoplasma yang berubah menjadi Universitas Sumatera Utara protein yang disebut eledin. Lapisan tersebut tampak lebih jelas di telapak tangan dan kaki. c. Stratum granulosum lapisan keratohialin merupakan 2 atau 3 sel-sel gepeng dengan sitoplasma berbutir kasar dan terdapat inti diantaranya. Butir-butir kasar ini terdiri atas keratohialin. Mukosa biasanya tidak memiliki lapisan ini. Stratum granulosum juga tampak jelas di telapak tangan dan kaki. d. Stratum spinosum stratum malphigi terdiri atas beberapa lapis sel yang berbentuk polygonal yang besarnya berbeda-beda karena adanya proses mitosis. Protoplasamanya jernih karena banyak mengandung glikogen, dan inti terletak di tengah-tengah. Sel-sel ini semakin dengan ke permukaan makin gepeng bentuknya. e. Stratum basale terdiri atas sel-sel berbentuk kubus kolumnar yang tersusun vertikal pada perbatasan dermo-epidermal berbaris seperti pagar. Lapisan ini merupakan lapisan epidermis yang paling bawah. 2. Lapisan dermis adalah lapisan di bawah epidermis yang jauh lebih tebal daripada epidermis. Lapisan ini terdiri atas lapisan elastik dan fibrosa padat dengan elemen- elemen selular dan folikel rambut. 3. Lapisan subkutis adalah kelanjutan dermis, terdiri atas jaringan ikat longgar berisi sel-sel lemak di dalamnya. Sel-sel lemak merupakan sel bulat, besar, dengan inti terdesak ke pinggir sitoplasma lemak yang bertambah. Sel-sel ini membentuk kelompok yang dipisahkan satu dengan yang lainnya oleh trabekula yang fibrosa. Lapisan sel-sel lemak disebut panikulus adiposa, berfungsi sebagai cadangan makanan. Di lapisan ini terdapat ujung-ujung saraf tepi, pembuluh darah dan getah Universitas Sumatera Utara bening Harahap, 2008.

2.3.2. Fungsi Kulit

Kulit mempunyai fungsi yang bermacam-macam untuk menyesuaikan tubuh dengan lingkungan. Fungsi kulit adalah : 1. Fungsi proteksi, kulit menjaga bagian dalam tubuh terhadap gangguan fisis atau mekanis, misalnya tekanan, gesekan, tarikan; gangguan kimiawi, misalnya zat-zat kimia terutama yang bersifat iritan, contohnya lisol, karbol, asam, dan alkali kuat lainnya, gangguan bersifat panas, misalnya radiasi, sengatan sinar ultra violet, gangguan infeksi luar terutama kumanbakteri maupun jamur. 2. Fungsi absorpsi, kulit yang sehat tidak mudah menyerap air, larutan dan benda padat, tetapi cairan yang mudah menguap lebih mudah diserap, begitupun yang larut lemak. Kemampuan absorpsi kulit dipengaruhi oleh tebal tipisnya kulit, hidrasi, kelembaban, metabolisme dan jenis vehikulum. 3. Fungsi sekresi, kelenjar-kelenjar kulit mengeluarkan zat-zat yang tidak berguna lagi atau sisa metabolisme dalam tubuh berupa NaCl, urea, asam urat dan ammonia. Kelenjar lemak pada fetus atas pengaruh hormon androgen dari ibunya memproduksi sebum untuk melindungi kulitnya terhadap cairan amnion, pada waktu lahir dijumpai sebagai vernix caseosa. 4. Fungsi persepsi, kulit mengandung ujung-ujung saraf sensorik di dermis dan subkutis. Terhadap rangsangan panas diperankan oleh badan-badan ruffini di dermis dan subkutis. Terhadap dingin diperankan oleh badan-badan Krause yang terletak di dermis. Badan taktil meissner terletak di papilla dermis berperan terhadap rabaan, demikian pula badan merkel ranvier yang terletak di epidermis. Sedangkan terhadap Universitas Sumatera Utara tekanan diperankan oleh badan paccini di epidermis. 5. Fungsi pengaturan suhu tubuh, kulit melakukan peranan ini dengan cara mengeluarkan keringat dan mengerutkan otot berkontraksi pembuluh darah kulit. 6. Fungsi pembentukan pigmen, sel pembentuk pigmen melanosit, terletak di lapisan basal dan sel ini berasal dari rigi saraf. Jumlah melanosit dan jumlah serta besarnya butiran pigmen melanosomes menentukan warna kulit ras maupun individu. Melanosom dibentuk oleh alat golgi dengan bantuan enzim tirosinase, ion Cu dan O 2. Pajanan terhadap sinar matahari mempengaruhi produksi melanosom. Pigmen disebar ke epidermis melalui tangan-tangan dendrit sedangkan ke lapisan kulit di bawahnya dibawa oleh sel melanofag melanofor. Warna kulit tidak sepenuhnya dipengaruhi oleh pigmen kulit, melainkan juga oleh tebal tipisnya kulit, reduksi Hb, oksi Hb dan karoten. 7. Fungsi keratinisasi, lapisan epidermis dewasa mempunyai 3 jenis sel utama yaitu keratinosit, sel Langerhans, melanosit. Keratinosit dimulai dari sel basal mengadakan pembelahan,sel basal lain akan berpindah keatas dan berubah bentuknya menjadi sel spinosum, makin keatas sel menjadi semakin gepeng dan bergranula menjadi sel granulosum. Makin lama inti menghilang dan keratinosit ini menjadi sel tanduk yang amorf. 8. Fungsi pembentukan vitamin D, dimungkinkan dengan mengubah 7 dihidroksi kolesterol dengan pertolongan sinar matahari Harahap, 2008. Universitas Sumatera Utara

2.3.3. Penyebab Penyakit Kulit

Menurut Fregert 1988, jumlah agen yang menjadi penyebab penyakit kulit sangat banyak antara lain : 1. Agen-agen fisik, antara lain disebabkan oleh tekanan atau gesekan, kondisi cuaca, panas, radiasi dan serat-serat mineral. Agen-agen fisik menyebabkan trauma mekanik, termal atau radiasi langsung pada kulit. Kebanyakan iritan kulit langsung merusak kulit dengan jalan : a. Mengubah pHnya b. Bereaksi dengan protein-proteinnya denaturasi c. Mengekstrasi lemak dari lapisan luarnya d. Merendahkan daya tahan kulit. 2. Agen-agen kimia, terbagi menjadi 4 kategori yaitu : a. Iritan primer berupa asam, basa, pelarut lemak, deterjen, garam-garam logam. b. Sensitizer berupa logam dan garam-garamnya, senyawa-senyawa yang berasal dari anilin, derivat nitro aromatik, resin, bahan-bahan kimia karet, obat- obatan, antibiotik, kosmetik, tanam-tanaman, dll. c. Agen-agen aknegenik berupa nafialen dan bifenil klor, minyak mineral, dll d. Photosensitizer berupa antrasen, pitch, derivat asam amni benzoat, hidrokarbon aromatik klor, pewarna akrrridin, dll. 3. Agen-agen biologis, seperti mikroorganisme, parasit kulit dan produk-produknya. Jenis agen biologis ini umumnya merupakan zat pemicu terjadinya penyakit kulit. Universitas Sumatera Utara

2.3.4. Keluhan-Keluhan Penyakit Kulit

Keluhan-keluhan penyakit kulit adalah: 1. Adanya rasa gatal-gatal pada kulit seperti rasa terbakar dan lesi yang tidak nyeri 2. Terdapat tonjolan pada kulit yang berisi nanah dan teraba keras 3. Kulit yang kemerahan nyeri apabila di tekan diusap digaruk 4. Terjadi peradangan yang memerah dan cepat membesar 5. Adanya lecet-lecet atau retakan kulit 6. Adanya kulit yang mengelupas seperti sisik 7. Terdapat bintil seperti jerawat kecil kemerah-merahan yang kadang disertai lepuhan Harahap, 2008 Keluhan gangguan pada kulit adalah rasa gatal-gatal saat pagi, siang, malam, ataupun sepanjang hari, muncul bintik-bintik merah bentol-bentol bula-bula yang berisi cairan bening ataupun nanah pada kulit permukaan tubuh timbul ruam-ruam Graham, 2005.

2.3.5. Jenis-jenis Gangguan Kulit

1. Penyakit Kulit Akibat Bakteri a. Impetigo kontagiosa Impetigo kontagiosa adalah infeksi kulit yang mudah menular dan terutama mengenai anak-anak yang belum sekolah. Penyakit ini mengenai kedua jenis kelamin, laki-laki dan perempuan, sama banyak. Pada orang dewasa, impetigo ini sering terdapat pada mereka yang tinggal bersama-sama dalam satu kelompok, seperti asrama dan penjara. Faktor predisposisi terjadinya ialah hygiene penderita dan sanitasi yang jelek dan malnutrisi. Penyebab impetigo kontagiosa adalah Universitas Sumatera Utara Streptococcus B hemolyticus. Gejala klinisnya tidak disertai gejala umum, hanya terdapat pada anak. Tempat predileksi di muka, yakni di sekitar lubang hidung dan mulut karena dianggap sumber infeksi dari daerah tersebut. Kelainan kulit berupa eritema dan vesikel yang cepat memecah sehingga jika penderita datang berobat yang terlihat adalah krusta tebal berwarna kuning seperti madu. Jika dilepaskan tampak erosi di bawahnya. Sering krusta menyebar ke perifer dan sembuh di bagian tengah. Pengobatan jika krusta sedikit, dilepaskan dan diberi salap antibiotik sistematik Djuanda, 2008 Gambar 2.1. Impetigo Kontagiosa b. Impetigo Bulosa Impetigo Bulosa disebabkan oleh Staphylococcus aureus galur grup II tipe faga 71. Tiga lesi kulit kulit yang disebabkan oleh stafilokok grup II ini adalah: a. impetigo bulosa, b. penyakit eksfolatif “Staphylococcal Scalded Skin syndrome” SSSS, dan c. erupsi non streptokokal skarlatiniforme. Impetigo Bulosa terutama terdapat pada neonati dan anak yang lebih besar dan ditandai oleh pembentukan vesikula yang cepat berubah menjadi bula yang lunak. Bula ini terdapat pada kulit normal. Pada permulaaan bula berisi cairan kuning yang kemudian berubah menjadi kuning pekat Universitas Sumatera Utara dan keruh. Bula tidak dikelilingi eriterm dan berbatas tegas. Kemudian bula pecah dan mengempis serta membentuk krusta coklat tipis. Bula yang utuh mengandung stafilokok. Gejala klinisnya tidak dipengaruhi keadaan umum. Tempat predileksi di ketiak, dada, punggung. Sering bersama-sama miliaria. Terdapat pada anak dan orang dewasa. Kelainan kulit berupa eritema, bula, dan bula hupapion. Kadang-kadang waktu penderita datang berobat, vesikelbula telah memecah sehingga yang tampak hanya koleret dan dasarnya masih eritematosa. Pengobatan diberi salap antibiotik atau cairan antiseptik jika terdapat hanya beberapa vesikelbula yang dipecahkan Djuanda, 2008. Gambar 2.2. Impetigo Bulosa c. Impetigo neonatorum Penyakit ini merupakan varian impetigo bulosa yang terdapat pada neonatus. Kelainan kulit serupa impetigo bulosa hanya lokasinya menyeluruh, dapat disertai demam. Pada penyakit ini bula juga terdapat di telapak tangan dan kaki, terdapat pula snuffle nose, saddle nose, dan pseudo paralisis parrot. Pengobatan dengan antibiotik yang diberikan secara sistematik. Topikal dapat diberikan bedak salisil 2 Djuanda, 2008. Universitas Sumatera Utara Gambar 2.3. Impetigo neonatorum d. Ektima Ektima adalah suatu infeksi piogenik kulit yang ditandai pembentukan krusta yang menutupi tukak ulkus dibawahnya. Ektima lebih sering terjadi pada anak-anak. Orang dewasa dapat juga terkena. Faktor predisposisi untuk terjadinya ektima adalah trauma, malnutrisi, dan hygiene yang jelek. Ektima sering timbul sebagai komplikasi penyakit kulit lain, seperti skabies dan ekzema. Lesi ektima sangat infeksius. Oleh karena itu penderita merupakan reservoir infeksi untuk orang lain. Penyebab ektima adalah streptokok beta hemolitik. Kadang-kadang pada lesi, ditemui juga stafilokok koagulase positip yang merupakan bakteri sekunder. Manifestasi klinik: ektima mulai sebagai pustule atau bula yang cepat membesar dan menjadi ulkus. Lesi berbentuk bulat atau oval dengan diameter 1-3 cm, dikelilingi oleh haloeritem dan edema. Ektima ditutupi krusta tebal yang melekat dan berwarna coklat tua. Jika krusta di angkat terdapat ulkus purulen, seperti cangkir dengan pinggir menimbul. Biasanya hanya ada satu atau beberapa lesi. Penderita merasa sedikit sakit dan pada perabaan terasa nyeri. Bila tidak diobati penyakit menjadi kronik dan lesi bertambah banyak akibat autoinokulasi. Limfangitis dan limfadenitis dapat terjadi. Jika sembuh, timbul Universitas Sumatera Utara jaringan parut. Pengobatan yang dilakukan jika terdapat ektima sedikit, krusta diangkat lalu diolesi dengan salap antibiotik. Kalau banyak, juga diobati dengan antibiotik sistemik Djuanda, 2008. Gambar 2.4. Ektima e. Folikulitis Folikulitis adalah peradangan bagian distal folikel rambut yang biasanya hanya mengenai ostium, tapi dapat meluas sedikit ke bawahnya. Secara epidemiologi merupakan keadaan yang sering ditemui dan umumnya diabaikan penderita. Folikulitis mengenai anak-anak, remaja, dan orang dewasa, terutama penderita jerawat atau cenderung menderita sebore. Faktor predisposisi ialah berkeringat banyak, maserasi, dan hygiene jelek. Folikulitis dalam dapat terjadi sebagai perluasan tipe superfisial. Sering kedua tipe folikulitis terdapat bersamaan. Folikulitis dalam adalah infeksi yang telah meluas ke bagian bawah folikel contohnya adalah sikosis vulgaris atau furunkel. Folikulitis disebabkan oleh Staphlococcus aureus. Folikulitis dapat diklasifikasikan yaitu folikulitis superfisialis terbatas di dalam epidermis dan Universitas Sumatera Utara folikulitis profunda sampai ke subkutan. Pada folikulitis superfisialis gejala klinis yaitu terdapat kelainan berupa papul atau pustul yang eritematosa dan di tengahnya terdapat rambut, biasanya multipel. Pada folikulitis profunda gambaran klinis seperti folikulitis superfisialis dan teraba infiltrat di subkutan. Contohnya sikosis barbe yang berlokasi di bibir atas dan dagu, bilateral. Pengobatan dengan antibiotik sistemiktopikal Djuanda, 2008. Gambar 2.5. Folikulitis f. Furunkel Nama lain Furunkel adalah bisul mata satu. Furunkel adalah infeksi folikel rambut dan daerah sekitarnya. Banyak terdapat pada anak-anak yang besar dan dewasa.Terutama mengenai daerah punggung, ketiak, paha, bokong dan perineum. Gejala klinis antara lain nodul eritematosa, puncaknya terdapat nekrosis dan supurasi. Nyeri sekali, dapat disertai demam dan pembesaran KGB Djuanda, 2008. Universitas Sumatera Utara Gambar 2.6. Furunkel g. Karbunkel Karbunkel adalah kumpulan beberapa furunkel yang bersatu, sehingga ada yang memberi nama bisul bermata banyak. Penyakit ini biasa terdapat leher, punggung, paha, bokong. Gejala klinis antara lain Nodul--nodul yang bergabung, dengan beberapa puncak yang mengalami nekrosis dan supurasi, lesi dapat mencapai 10 cm, kulit sekitar eritem, demam tinggi dan disertai nyeri Djuanda, 20008. Gambar 2.7. Karbunkel Universitas Sumatera Utara h. Pionikia Pionikia merupakan radang di sekitar kuku oleh piokokus. Penyebabnya adalah Staphylococcus aureus danatau Streptococcus B hemolyticus. Penyakit ini didahului trauma. Mulainya infeksi pada lipat kuku, terlihat tanda-tanda radang, kemudian menjalar ke matriks dan lempeng kuku nail plate, dapat terbentuk abses subungual. Pengobatan dapat dilakukan dengan kompres dengan larutan antiseptik dan berikan antibiotik sistemik. Jika terjadi abses subungual kuku diekstraksi Djuanda, 2008. Gambar 2.8. Pionikia i. Erisipelas Erisipelas merupakan penyakit infeksi akut, biasanya disebabkan oleh streptococcus, gejala utamanya ialah eritema berwarna merah cerah dan berbatas tegas serta disertai gejala konstitusi. Terdapat gejala konstitusi yaitu demam, malese. Lapisan kulit yang diserang ialah epidermis dan dermis. Penyakit ini didahului trauma, karena itu biasanya tempat predileksinya di tungkai bawah. Kelainan kulit yang utama ialah eritema yang berwarna merah cerah, berbatas tegas, dan pinggirnya Universitas Sumatera Utara meninggi dengan tanda-tanda radang akut. Dapat disertai edema, vesikel, dan bula . terdapat leukositosis. Jika tidak diobati akan menjalar ke sekitarnya terutama ke proksimal. Kalau sering residif di tempat yang sama dapat terjadi elefantiasis. Pengobatan dengan istirahat, tungkai bawah dan kaki yang diserang ditinggikan elevasi, tingginya sedikit lebih tinggi daripada letak kor. Pengobatan sistemik ialah antibiotik, topikal diberikan kompres terbuka dengan larutan antiseptik. Jika terdapat edema diberikan diuretika Djuanda, 2008. Gambar 2.9. Erisipela 2. Penyakit Kulit Akibat Jamur Mikosis adalah penyakit yang disebabkan oleh jamur. Beberapa contoh dari mikosis adalah tinea kurap dan tinea versikolor panu Harahap, 2008. Gambar 2.10. Tinea Kurap Universitas Sumatera Utara Gambar 2.11. Tinea Versikolor Panu 3. Penyakit Kulit Akibat Virus a. Veruka Veruka adalah hiperplasi epidermis disebabkan oleh human papilloma virus tipe tertentu. Djuanda, 2008. Veruka adalah hiperlasia epidermis yang disebabkan infeksi virus. Harahap, 2008. Veruka terbagi atas 4 tipe: Veruka vulgaris, Veruka plana, Veruka piantaris dan Veruka akuminatum. Gambar 2.12. Veruka Universitas Sumatera Utara b. Herpes Zoster Herpes Zoster adalah penyakit yang disebabkan oleh varisela zoster virus. Herpes Zoster menyerang kulit dan mukosa, infeksi ini merupakan aktifitas virus yang terjadi setelah infeksi primer. Djuanda, 2008. Virus ini dengan cepat dapat dihancurkan oleh bahan organik, detergen, enzim preolitik, panas dan PH tinggi Harahap, 2008. Gambar 2.13. Herpes Zoster c. Varisela Varisela adalah penyakit infeksi virus akut dan cepat menular, yang disertai gejala konstitusi dengan kelainan kulit yang polimorf, terutama berlokasi di bagian sentral tubuh Harahap, 2008. Penyakit ini disebabkan oleh virus varisela zoster, penanaman virus ini memberikan pengertian bahwa infeksi primer virus ini menyebabkan penyakit varisela, sedangkan reaktivasi menyebabkan herpes zoster Djuanda, 2008. Gambar 2.14. Varisela Universitas Sumatera Utara d. Variola Variola adalah penyakit infeksi virus akut yang disertai keadaaan umum yang sangat menular dan dapat menyebabkan kematian, dengan ruang kulit yang monomorf, terutama tersebar di bagian perifer tubuh Harahap, 2008. Gambar 2.15. Variola 2.4. Udang 2.4.1. Defenisi Udang merupakan makhluk air yang tidak bertulang belakang invertebrata. Udang mempunyai bentuk morfologi dan histologi yang khas, kepala dan tubuhnya dilindungi oleh kulit yang banyak mengandung kalsium dan kitin Darmono 1991. Jenis udang laut yang dikategorikan memiliki nilai ekonomis penting antara lain udang windu Penaeus monodon, udang putih Penaeus merguiensis dan udang dogol Metapenaeus monoceros. Sedangkan udang air tawar yang memiliki ekonomis penting antara lain udang galah Macrobrachium rosenbergii, udang kipas Panulirus spp dan udang karang lobster Purwaningsih 2000. Pada dasarnya tubuh udang dibagi menjadi dua bagian, yaitu Cephalotorax gabungan antara kepala,dada dan perut pada bagian ekor terdapat bagian usus dan gonad. Bagian kepala beratnya sekitar 36-49 dari keseluruhan berat badan, daging Universitas Sumatera Utara 24-41 dan kulit 17-23 Purwaningsih 2000.

2.4.2. Proses Pengolahan Udang

Proses pengolah udang menurut Hadiwiyoto 1993 adalah sebagai berikut: 1. Penerimaan bahan baku pabrik Udang segar yang tiba di pabrik dalam bak fiberglass atau blong plastik yang diberi es dibongkar diruang penerimaan. Udang tersebut dipisahkan dari sisa-sisa es dan disemprot dengan air bersih pencucian I. Setelah bersih, udang dipindahkan kedalam keranjang-keranjang plastik besar yang dapat memuat 100 kg udang. Udang kemudian dipindahkan dan dibawa ke ruang sampling melalui pintu yang diberi plastic curtain. Dari ruang sampling, selanjutnya udang dibawa ke ruang proses untuk diolah lebih lanjut. Apabila bahan baku masih banyak, maka udang ditampung dalam bak penampung fiber box. Penampungan udang tidak boleh lebih dari satu hari. Dalam bak penampung tersebut diberi es dengan perbandingan antara udang dan es adalah 1: 2. Pada penampungan udang ini lapisan paling bawah diberi es curai kira-kira setebal 20 cm, lalu diatas lapisan udang juga diberi lapisan es dengan ketebalan yang sama. 2. Pemotongan kepala dan pembersihan genjer Bentuk olahan udang yang paling umum adalah Head On HO, yaitu 
udang yang diberikan dengan bentuk kepala dan genjer masih utuh. Pemotongan kepala dan pembersihan dilakukan dengan tangan yaitu dengan mematahkan kepala dari arah bawah keatas dan bagian yang dipotong mulai dari batas kelopak penutup kepala hingga batas leher. Universitas Sumatera Utara 3. Pencucian II Udang yang sedang dipotong kepalanya dicuci dengan air yang berklorin 
 dengan konsentrasi sebesar 10 ppm. Pencucian ini bertujuan untuk menghilangkan lendir, menghilangkan kotoran yang terbawa udang pada saat ditambak dan mengurangi jumlah bakteri. 4. Sortasi warna Sortasi warna adalah proses pemisahan udang sesuai dengan warnanya. 
 Dalam sortasi warna pada dasarnya ada tiga warna yaitu black hitam, blue biru, dan white putih yang harus dibedakan dengan tujuan untuk mempertinggi nilai artistiknya. Meskipun kualitas udang lebih penting, akan tetapi dari segi keindahan susunan dan keseragaman warna juga sangat berperan dalam menarik minat konsumen Haryadi 1994. 5. Sortasi Ukuran Sortasi ukuran adalah suatu cara penyortiran udang berdasarkan ukuran. Sortasi ini dilakukan sesuai dengan jumlah udang untuk setiap pound. Pada tahap ini udang selalu dipertahankan pada kondisi dingin yaitu dengan cara memberi es curai pada udang yang sedang disortir. 6. Sortasi Final Sortasi final dilakukan untuk mengoreksi hasil sortasi yang belum seragam 
 baik mutu, ukuran dan warna. Untuk pengecekan dilakukan per 1 pound dengan timbangan. Bila jumlah udang sudah sesuai dengan jumlah standar pada daftar, maka proses penanganan dapat dilanjutkan. Universitas Sumatera Utara 7. Penimbangan I Pada tahap ini ada dua aktivitas utama yaitu perhitungan jumlah dilakukan 
 untuk menentukan jumlah yang tepat dan ukuran yang seragam. Penimbangan dilakukan setelah proses perhitungan jumlah standar. Berat produk disesuaikan dengan ketentuan inner carton yaitu seberat 4 pound atau 1,8 kg. Untuk menjaga penyusutan setelah thawing, maka penimbangan dilebihkan extra weight 2-4 dari berat bersih. Setelah penimbangan dilakukan pencatatan udang berdasarkan ukuran , mutu, dan jumlah bobotnya. Kemudian diberi label serta ditambahkan es agar tetap dalam keadaan dingin dan segar. Label udang menunjukkan kualitas dan jenis udang, sedangkan angka menunjukkan ukuran udang dalam setiap pound lbs. Untuk jenis pembekuan digunakan kode, misalnya IQF berarti udang dibekukan dalam individual quick freezer, ABF berarti dibekukan dalam air blast freezer dan CPF yaitu pembekuan dengan contact plate freezer. 8. Pencucian III Udang dicuci dalam air bersih tanpa kaporit yang dicampur dengan es 
 sehingga udang tetap dalam keadaan dingin. Pencucian ini bertujuan untuk 
 membersihkan lendir bakteri dan kotoran sebelum dilakukan pembekuan. 9. Penyusunan dalam pan pembeku Penyusunan udang headless dalam pan pembeku adalah penyusunan udang dengan metode ekor akan bertemu dengan ekor, dan potongan kepala menghadap kesamping. Jumlah udang pada setiap lapis tergantung pada ukuran yang disusun. Misalnya, untuk ukuran 16-20 pada lapisan paling bawah ada angka 8 berarti dalam Universitas Sumatera Utara satu deret ada 8 udang, angka 7 diatasnya berarti dalam satu deret udang yang jumlahnya 8, begitu seterusnya. 10. Pembekuan dan glazing Pembekuan udang sering dilakukan dengan menggunakan contact plate freezer dan air blast freezer bila udang dibekukan dalam bentuk blok. Apabila udang blok dibekukan secara individu bisa menggunakan individual quick freezer. Setelah dibekukan, udang harus di glazing atau diberi lapisan es tipis sehingga permukaan udang beku atau blok udang beku tampak mengkilat. Tujuan utama dari glazing adalah mencegah pelekatan antar bahan baku, melindungi produk dari kekeringan selama penyimpanan, mencegah ketengikan akibat oksidasi dan memperbaiki penampakan permukaan Goncalves dan Junior 2009. Adapun glazing dilakukan dengan cara menyiram atau mencelupkan udang beku dalam air bersuhu 0-5 oC. Setelah di glazing, kemudian udang dikemas dan disimpan dalam gudang beku cold storage. Universitas Sumatera Utara

2.5. Kerangka Konsep

Variabel Independen Variabel Dependen Gambar 2.16. Kerangka Konsep Berdasarkan gambar 2.9. dapat dijelaskan bahwa variabel independen dalam penelitian ini adalah karakteristik pekerja yang mencakup umur, lama bekerja dan tingkat pendididkan, personal hygiene yang mencakup kebersihan kulit sehari-hari, kebersihan kulit saat bekerja, kebersihan tangan, kaki dan kuku, pemakaian alat pelindung diri yang mencakup pemakaian pakaian kerja, pemakaian sarung tangan, Hygiene Perorangan: 1. Kebersihan Kulit Sehari-hari 2. Kebersihan Kulit Saat Bekerja 3. Kebersihan Tangan, Kaki, Kuku Pemakaian Alat Pelindung Diri: 1. Pemakaian Pakaian Kerja 2. Pemakaian Sarung Tangan 3. Pemakaian Sepatu Kerja Keluhan Gangguan Kulit Karakteristik Pekerja 1. Umur 2. Lama Bekerja 3. Tingkat Pendidikan Universitas Sumatera Utara pemakaian sepatu kerja. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah keluhan gangguan kulit.

2.6. Hipotesis Penelitian

Dokumen yang terkait

Hubungan Kebersihan Perorangan Dan Pemakaian Alat Pelindung Diri Dengan Keluhan Gangguan Kulit Pada Petugas Pengelola Sampah Di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Namo Bintang Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang Tahun 2010

11 92 95

Hubungan Hygiene Perorangan dan Pemakaian Alat Pelindung Diri (APD) dengan Keluhan Gangguan Kulit dan Kecacingan pada Petugas Pengangkut Sampah Kota Pematangsiantar Tahun 2012

1 62 130

Hubungan Hygiene Perorangan dan Pemakaian Alat Pelindung Diri (APD) dengan Keluhan Gangguan Kulit dan Kecacingan pada Petugas Pengangkut Sampah Kota Pematangsiantar Tahun 2012

3 13 130

Hubungan Hygiene Perorangan dan Pemakaian Alat Pelindung Diri (APD) dengan Keluhan Gangguan Kulit dan Kecacingan pada Petugas Pengangkut Sampah Kota Pematangsiantar Tahun 2012

0 0 14

Hubungan Hygiene Perorangan dan Pemakaian Alat Pelindung Diri (APD) dengan Keluhan Gangguan Kulit dan Kecacingan pada Petugas Pengangkut Sampah Kota Pematangsiantar Tahun 2012

0 0 2

Hubungan Hygiene Perorangan dan Pemakaian Alat Pelindung Diri (APD) dengan Keluhan Gangguan Kulit dan Kecacingan pada Petugas Pengangkut Sampah Kota Pematangsiantar Tahun 2012

1 3 6

Hubungan Hygiene Perorangan dan Pemakaian Alat Pelindung Diri (APD) dengan Keluhan Gangguan Kulit dan Kecacingan pada Petugas Pengangkut Sampah Kota Pematangsiantar Tahun 2012

0 0 43

Hubungan Hygiene Perorangan dan Pemakaian Alat Pelindung Diri (APD) dengan Keluhan Gangguan Kulit dan Kecacingan pada Petugas Pengangkut Sampah Kota Pematangsiantar Tahun 2012

0 0 3

Hubungan Hygiene Perorangan Dan Pemakaian Alat Pelindung Diri Dengan Keluhan Gangguan Kulit Pada Pekerja Pengupas Udang Di Kelurahan Pekan Labuhan Kecamatan Medan labuhan Tahun 2012

0 0 20

Hubungan Hygiene Perorangan Dan Pemakaian Alat Pelindung Diri Dengan Keluhan Gangguan Kulit Pada Pekerja Pengupas Udang Di Kelurahan Pekan Labuhan Kecamatan Medan labuhan Tahun 2012

0 0 12