Jenis-jenis Gangguan Kulit Kulit 1. Anatomi Kulit

2.3.4. Keluhan-Keluhan Penyakit Kulit

Keluhan-keluhan penyakit kulit adalah: 1. Adanya rasa gatal-gatal pada kulit seperti rasa terbakar dan lesi yang tidak nyeri 2. Terdapat tonjolan pada kulit yang berisi nanah dan teraba keras 3. Kulit yang kemerahan nyeri apabila di tekan diusap digaruk 4. Terjadi peradangan yang memerah dan cepat membesar 5. Adanya lecet-lecet atau retakan kulit 6. Adanya kulit yang mengelupas seperti sisik 7. Terdapat bintil seperti jerawat kecil kemerah-merahan yang kadang disertai lepuhan Harahap, 2008 Keluhan gangguan pada kulit adalah rasa gatal-gatal saat pagi, siang, malam, ataupun sepanjang hari, muncul bintik-bintik merah bentol-bentol bula-bula yang berisi cairan bening ataupun nanah pada kulit permukaan tubuh timbul ruam-ruam Graham, 2005.

2.3.5. Jenis-jenis Gangguan Kulit

1. Penyakit Kulit Akibat Bakteri a. Impetigo kontagiosa Impetigo kontagiosa adalah infeksi kulit yang mudah menular dan terutama mengenai anak-anak yang belum sekolah. Penyakit ini mengenai kedua jenis kelamin, laki-laki dan perempuan, sama banyak. Pada orang dewasa, impetigo ini sering terdapat pada mereka yang tinggal bersama-sama dalam satu kelompok, seperti asrama dan penjara. Faktor predisposisi terjadinya ialah hygiene penderita dan sanitasi yang jelek dan malnutrisi. Penyebab impetigo kontagiosa adalah Universitas Sumatera Utara Streptococcus B hemolyticus. Gejala klinisnya tidak disertai gejala umum, hanya terdapat pada anak. Tempat predileksi di muka, yakni di sekitar lubang hidung dan mulut karena dianggap sumber infeksi dari daerah tersebut. Kelainan kulit berupa eritema dan vesikel yang cepat memecah sehingga jika penderita datang berobat yang terlihat adalah krusta tebal berwarna kuning seperti madu. Jika dilepaskan tampak erosi di bawahnya. Sering krusta menyebar ke perifer dan sembuh di bagian tengah. Pengobatan jika krusta sedikit, dilepaskan dan diberi salap antibiotik sistematik Djuanda, 2008 Gambar 2.1. Impetigo Kontagiosa b. Impetigo Bulosa Impetigo Bulosa disebabkan oleh Staphylococcus aureus galur grup II tipe faga 71. Tiga lesi kulit kulit yang disebabkan oleh stafilokok grup II ini adalah: a. impetigo bulosa, b. penyakit eksfolatif “Staphylococcal Scalded Skin syndrome” SSSS, dan c. erupsi non streptokokal skarlatiniforme. Impetigo Bulosa terutama terdapat pada neonati dan anak yang lebih besar dan ditandai oleh pembentukan vesikula yang cepat berubah menjadi bula yang lunak. Bula ini terdapat pada kulit normal. Pada permulaaan bula berisi cairan kuning yang kemudian berubah menjadi kuning pekat Universitas Sumatera Utara dan keruh. Bula tidak dikelilingi eriterm dan berbatas tegas. Kemudian bula pecah dan mengempis serta membentuk krusta coklat tipis. Bula yang utuh mengandung stafilokok. Gejala klinisnya tidak dipengaruhi keadaan umum. Tempat predileksi di ketiak, dada, punggung. Sering bersama-sama miliaria. Terdapat pada anak dan orang dewasa. Kelainan kulit berupa eritema, bula, dan bula hupapion. Kadang-kadang waktu penderita datang berobat, vesikelbula telah memecah sehingga yang tampak hanya koleret dan dasarnya masih eritematosa. Pengobatan diberi salap antibiotik atau cairan antiseptik jika terdapat hanya beberapa vesikelbula yang dipecahkan Djuanda, 2008. Gambar 2.2. Impetigo Bulosa c. Impetigo neonatorum Penyakit ini merupakan varian impetigo bulosa yang terdapat pada neonatus. Kelainan kulit serupa impetigo bulosa hanya lokasinya menyeluruh, dapat disertai demam. Pada penyakit ini bula juga terdapat di telapak tangan dan kaki, terdapat pula snuffle nose, saddle nose, dan pseudo paralisis parrot. Pengobatan dengan antibiotik yang diberikan secara sistematik. Topikal dapat diberikan bedak salisil 2 Djuanda, 2008. Universitas Sumatera Utara Gambar 2.3. Impetigo neonatorum d. Ektima Ektima adalah suatu infeksi piogenik kulit yang ditandai pembentukan krusta yang menutupi tukak ulkus dibawahnya. Ektima lebih sering terjadi pada anak-anak. Orang dewasa dapat juga terkena. Faktor predisposisi untuk terjadinya ektima adalah trauma, malnutrisi, dan hygiene yang jelek. Ektima sering timbul sebagai komplikasi penyakit kulit lain, seperti skabies dan ekzema. Lesi ektima sangat infeksius. Oleh karena itu penderita merupakan reservoir infeksi untuk orang lain. Penyebab ektima adalah streptokok beta hemolitik. Kadang-kadang pada lesi, ditemui juga stafilokok koagulase positip yang merupakan bakteri sekunder. Manifestasi klinik: ektima mulai sebagai pustule atau bula yang cepat membesar dan menjadi ulkus. Lesi berbentuk bulat atau oval dengan diameter 1-3 cm, dikelilingi oleh haloeritem dan edema. Ektima ditutupi krusta tebal yang melekat dan berwarna coklat tua. Jika krusta di angkat terdapat ulkus purulen, seperti cangkir dengan pinggir menimbul. Biasanya hanya ada satu atau beberapa lesi. Penderita merasa sedikit sakit dan pada perabaan terasa nyeri. Bila tidak diobati penyakit menjadi kronik dan lesi bertambah banyak akibat autoinokulasi. Limfangitis dan limfadenitis dapat terjadi. Jika sembuh, timbul Universitas Sumatera Utara jaringan parut. Pengobatan yang dilakukan jika terdapat ektima sedikit, krusta diangkat lalu diolesi dengan salap antibiotik. Kalau banyak, juga diobati dengan antibiotik sistemik Djuanda, 2008. Gambar 2.4. Ektima e. Folikulitis Folikulitis adalah peradangan bagian distal folikel rambut yang biasanya hanya mengenai ostium, tapi dapat meluas sedikit ke bawahnya. Secara epidemiologi merupakan keadaan yang sering ditemui dan umumnya diabaikan penderita. Folikulitis mengenai anak-anak, remaja, dan orang dewasa, terutama penderita jerawat atau cenderung menderita sebore. Faktor predisposisi ialah berkeringat banyak, maserasi, dan hygiene jelek. Folikulitis dalam dapat terjadi sebagai perluasan tipe superfisial. Sering kedua tipe folikulitis terdapat bersamaan. Folikulitis dalam adalah infeksi yang telah meluas ke bagian bawah folikel contohnya adalah sikosis vulgaris atau furunkel. Folikulitis disebabkan oleh Staphlococcus aureus. Folikulitis dapat diklasifikasikan yaitu folikulitis superfisialis terbatas di dalam epidermis dan Universitas Sumatera Utara folikulitis profunda sampai ke subkutan. Pada folikulitis superfisialis gejala klinis yaitu terdapat kelainan berupa papul atau pustul yang eritematosa dan di tengahnya terdapat rambut, biasanya multipel. Pada folikulitis profunda gambaran klinis seperti folikulitis superfisialis dan teraba infiltrat di subkutan. Contohnya sikosis barbe yang berlokasi di bibir atas dan dagu, bilateral. Pengobatan dengan antibiotik sistemiktopikal Djuanda, 2008. Gambar 2.5. Folikulitis f. Furunkel Nama lain Furunkel adalah bisul mata satu. Furunkel adalah infeksi folikel rambut dan daerah sekitarnya. Banyak terdapat pada anak-anak yang besar dan dewasa.Terutama mengenai daerah punggung, ketiak, paha, bokong dan perineum. Gejala klinis antara lain nodul eritematosa, puncaknya terdapat nekrosis dan supurasi. Nyeri sekali, dapat disertai demam dan pembesaran KGB Djuanda, 2008. Universitas Sumatera Utara Gambar 2.6. Furunkel g. Karbunkel Karbunkel adalah kumpulan beberapa furunkel yang bersatu, sehingga ada yang memberi nama bisul bermata banyak. Penyakit ini biasa terdapat leher, punggung, paha, bokong. Gejala klinis antara lain Nodul--nodul yang bergabung, dengan beberapa puncak yang mengalami nekrosis dan supurasi, lesi dapat mencapai 10 cm, kulit sekitar eritem, demam tinggi dan disertai nyeri Djuanda, 20008. Gambar 2.7. Karbunkel Universitas Sumatera Utara h. Pionikia Pionikia merupakan radang di sekitar kuku oleh piokokus. Penyebabnya adalah Staphylococcus aureus danatau Streptococcus B hemolyticus. Penyakit ini didahului trauma. Mulainya infeksi pada lipat kuku, terlihat tanda-tanda radang, kemudian menjalar ke matriks dan lempeng kuku nail plate, dapat terbentuk abses subungual. Pengobatan dapat dilakukan dengan kompres dengan larutan antiseptik dan berikan antibiotik sistemik. Jika terjadi abses subungual kuku diekstraksi Djuanda, 2008. Gambar 2.8. Pionikia i. Erisipelas Erisipelas merupakan penyakit infeksi akut, biasanya disebabkan oleh streptococcus, gejala utamanya ialah eritema berwarna merah cerah dan berbatas tegas serta disertai gejala konstitusi. Terdapat gejala konstitusi yaitu demam, malese. Lapisan kulit yang diserang ialah epidermis dan dermis. Penyakit ini didahului trauma, karena itu biasanya tempat predileksinya di tungkai bawah. Kelainan kulit yang utama ialah eritema yang berwarna merah cerah, berbatas tegas, dan pinggirnya Universitas Sumatera Utara meninggi dengan tanda-tanda radang akut. Dapat disertai edema, vesikel, dan bula . terdapat leukositosis. Jika tidak diobati akan menjalar ke sekitarnya terutama ke proksimal. Kalau sering residif di tempat yang sama dapat terjadi elefantiasis. Pengobatan dengan istirahat, tungkai bawah dan kaki yang diserang ditinggikan elevasi, tingginya sedikit lebih tinggi daripada letak kor. Pengobatan sistemik ialah antibiotik, topikal diberikan kompres terbuka dengan larutan antiseptik. Jika terdapat edema diberikan diuretika Djuanda, 2008. Gambar 2.9. Erisipela 2. Penyakit Kulit Akibat Jamur Mikosis adalah penyakit yang disebabkan oleh jamur. Beberapa contoh dari mikosis adalah tinea kurap dan tinea versikolor panu Harahap, 2008. Gambar 2.10. Tinea Kurap Universitas Sumatera Utara Gambar 2.11. Tinea Versikolor Panu 3. Penyakit Kulit Akibat Virus a. Veruka Veruka adalah hiperplasi epidermis disebabkan oleh human papilloma virus tipe tertentu. Djuanda, 2008. Veruka adalah hiperlasia epidermis yang disebabkan infeksi virus. Harahap, 2008. Veruka terbagi atas 4 tipe: Veruka vulgaris, Veruka plana, Veruka piantaris dan Veruka akuminatum. Gambar 2.12. Veruka Universitas Sumatera Utara b. Herpes Zoster Herpes Zoster adalah penyakit yang disebabkan oleh varisela zoster virus. Herpes Zoster menyerang kulit dan mukosa, infeksi ini merupakan aktifitas virus yang terjadi setelah infeksi primer. Djuanda, 2008. Virus ini dengan cepat dapat dihancurkan oleh bahan organik, detergen, enzim preolitik, panas dan PH tinggi Harahap, 2008. Gambar 2.13. Herpes Zoster c. Varisela Varisela adalah penyakit infeksi virus akut dan cepat menular, yang disertai gejala konstitusi dengan kelainan kulit yang polimorf, terutama berlokasi di bagian sentral tubuh Harahap, 2008. Penyakit ini disebabkan oleh virus varisela zoster, penanaman virus ini memberikan pengertian bahwa infeksi primer virus ini menyebabkan penyakit varisela, sedangkan reaktivasi menyebabkan herpes zoster Djuanda, 2008. Gambar 2.14. Varisela Universitas Sumatera Utara d. Variola Variola adalah penyakit infeksi virus akut yang disertai keadaaan umum yang sangat menular dan dapat menyebabkan kematian, dengan ruang kulit yang monomorf, terutama tersebar di bagian perifer tubuh Harahap, 2008. Gambar 2.15. Variola 2.4. Udang 2.4.1. Defenisi

Dokumen yang terkait

Hubungan Kebersihan Perorangan Dan Pemakaian Alat Pelindung Diri Dengan Keluhan Gangguan Kulit Pada Petugas Pengelola Sampah Di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Namo Bintang Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang Tahun 2010

11 92 95

Hubungan Hygiene Perorangan dan Pemakaian Alat Pelindung Diri (APD) dengan Keluhan Gangguan Kulit dan Kecacingan pada Petugas Pengangkut Sampah Kota Pematangsiantar Tahun 2012

1 62 130

Hubungan Hygiene Perorangan dan Pemakaian Alat Pelindung Diri (APD) dengan Keluhan Gangguan Kulit dan Kecacingan pada Petugas Pengangkut Sampah Kota Pematangsiantar Tahun 2012

3 13 130

Hubungan Hygiene Perorangan dan Pemakaian Alat Pelindung Diri (APD) dengan Keluhan Gangguan Kulit dan Kecacingan pada Petugas Pengangkut Sampah Kota Pematangsiantar Tahun 2012

0 0 14

Hubungan Hygiene Perorangan dan Pemakaian Alat Pelindung Diri (APD) dengan Keluhan Gangguan Kulit dan Kecacingan pada Petugas Pengangkut Sampah Kota Pematangsiantar Tahun 2012

0 0 2

Hubungan Hygiene Perorangan dan Pemakaian Alat Pelindung Diri (APD) dengan Keluhan Gangguan Kulit dan Kecacingan pada Petugas Pengangkut Sampah Kota Pematangsiantar Tahun 2012

1 3 6

Hubungan Hygiene Perorangan dan Pemakaian Alat Pelindung Diri (APD) dengan Keluhan Gangguan Kulit dan Kecacingan pada Petugas Pengangkut Sampah Kota Pematangsiantar Tahun 2012

0 0 43

Hubungan Hygiene Perorangan dan Pemakaian Alat Pelindung Diri (APD) dengan Keluhan Gangguan Kulit dan Kecacingan pada Petugas Pengangkut Sampah Kota Pematangsiantar Tahun 2012

0 0 3

Hubungan Hygiene Perorangan Dan Pemakaian Alat Pelindung Diri Dengan Keluhan Gangguan Kulit Pada Pekerja Pengupas Udang Di Kelurahan Pekan Labuhan Kecamatan Medan labuhan Tahun 2012

0 0 20

Hubungan Hygiene Perorangan Dan Pemakaian Alat Pelindung Diri Dengan Keluhan Gangguan Kulit Pada Pekerja Pengupas Udang Di Kelurahan Pekan Labuhan Kecamatan Medan labuhan Tahun 2012

0 0 12