Pelanggaran Qanun Di Bidang Khamar Minuman Keras Dan Sejenisnnya

Ferdiansyah : Efektifitas Penerapan Sanksi Pidana Cambuk Terhadap Pelanggaran Qanun Di Bidang Syariat Islam Di Wilayah Hukum Kota Madya Banda Aceh Propinsi Nanggroe Aceh Darussalam, 2008. USU Repository © 2009 Dalam hal ini, meski para penjudi duduk berhadap–hadapan, yang menjadi lawan sesungguhnya adalah bandar judinya. Berbeda dengan khamar yang tergolong jarimah hudud, yaitu perbuatan pidana yang sudah ditetapkan jumlah hukumannya oleh nash, maka Maisir tergolong jarimah ta’jir, sebab ketentuan hukumnya tidak ditetapkan oleh nash, karena itu, ia diserahkan kepada ketentuan Pemerintah.

C. Pelanggaran Qanun Di Bidang Khamar Minuman Keras Dan Sejenisnnya

Secara lughawi bahasa, istilah khamar berasal dari kata al-khamr, yang artinya menutupi, khamar adalah sejenis minuman yang memabukan menutupi kesehatan akal. Khamar menurut Qanun no. 12 Tahun 2003 Bab I pasal I adalah “ minuman yang memabukkan apabila dikonsumsi dapat menyebabkan terganggu kesehatan, kesadaran dan daya fikir. Karena salah satu maqashid syari’ah adalah menjaga akal , maka syariat Islam sangat tegas melarangnya. Larangan khamar terdapat secara sharih dalam Al-quran dan hadist. Diantaranya yaitu terdapat dalam Al-quran surat al-maidah 5:90: Hai orang–orang beriman, sesungguhnya khamar, berjudi, berkurban untuk berhala, mengundi nasib dengan anak panah, itu adalah perbuatan keji, termaksud perbuatan setan, maka jauhilah agar kamu mendapat keberuntungan. Ferdiansyah : Efektifitas Penerapan Sanksi Pidana Cambuk Terhadap Pelanggaran Qanun Di Bidang Syariat Islam Di Wilayah Hukum Kota Madya Banda Aceh Propinsi Nanggroe Aceh Darussalam, 2008. USU Repository © 2009 Hadist shahih yang memperkuat larangan ini ada beberapa, diantaranya hadist yang dikeluarkan Imam Bukhari dalam kitab Al Asyrubah. Setiap minuman yang memabukan adalah haram. H.R Imam Malik bersumber dari ’Aisyah r.a Akal adalah unsur terpenting yang terdapat dalam tubuh manusia. Ia adalah daya atau kekuatan yang dianugrahkan oleh Allah SWT kepada manusia sebagai alat berfikir dan alat untuk mempertimbangkan baik buruknya sesuatu; dan ia adalah salah satu dari dua potensi yang diberikan kepada manusia selain nafsu. Keduanya akal dan nafsu adalah potensi ruhaniah yang bersumber dari Allah yang di tempatkan kedalam jasmani manusia. Akal pula yang membedakan manusia dengan hewan. Karena itu, menjaga kesehatan akal menjadi kebutuhan dharuri mutlak bagi manusia. Para ahli fiqh berbeda pola dalam mendefenisikan khamar. Menurut Imam Hanafi, khamar khusus kepada minuman yang terbuat dari benda–benda yang disebutkan dalam hadist nabi seperti anggur, kurma, gandum, madu dan beberapa yang lain. Menurutnya khamar dan memabukan itu sesuatu yang berbeda. Jadi, benda lain yang diminum, walaupun memabukan, menurut Imam Hanafi tidak termaksud khamar dan tidak haram, sebaliknya tiga Imam yang lain, Imam Malik, Syafi’I, dan Hambali, menyatakan bahwa setiap minuman yang memabukan adalah haram tanpa terkecuali. Pendapat yang mayoritas diikuti dunia Islam adalah pendapat yang kedua ini. Perbedaan dalam mendefenisikan khamar adalah perbedaan dalam melihat ‘illat hukumnya. ‘Illat adalah unsur utama yang dijadikan patokan dalam menetapkan hukum sesuatu. Menurut Imam Hanafi, ‘illatnya adalah jenis bahan bakunya, yaitu anggur. Sedangkan bagi Imam Malik, Syafi’I, dan Hambali, ‘illat hukumnya adalah Ferdiansyah : Efektifitas Penerapan Sanksi Pidana Cambuk Terhadap Pelanggaran Qanun Di Bidang Syariat Islam Di Wilayah Hukum Kota Madya Banda Aceh Propinsi Nanggroe Aceh Darussalam, 2008. USU Repository © 2009 sifat memabukan dari suatu minuman, karena itu jika ‘illat ini yang dipegang, maka semua jenis minuman yang memabukkan termaksud khamar dan haram hukumnya. Tampaknya memang pendapat terakhirnlah yang paling banyak dianut dalam dunia Islam, sebab dizaman modern ini, jenis – jenis minuman yang memabukan berbagai macam model dan jenisnya. Ia juga dapat diolah dari berbagai macam bahan baku selain yang disebutkan nabi. Bahkan dengan kemajuan teknologi, benda yang memabukan bukan lagi berupa minuman, tetapi bisa dalam bentuk dihisap, disuntik, dimakan, dan sebagainya yang membuat pelakunya lebih mabuk dari pada mengkonsumsi benda memabukan dalam bentuk minuman. Bentuk terakhir saat ini populer dengan istilah Narkoba narkotika dan obat–obatan terlarang. Yang termaksud obat-obat terlarang adalah heroin, kokain, shabu, putau dan sebagainya, yang pada umumnya benda–benda tersebut digunakan untuk kebutuhan farmasi dan kebutuhan medis. Islam melarang khamar karena efek negatifnya yang multi-aspek, seperti aspek sosial, budaya, ekonomi, hukum, psikis dan lain–lain. Secara sosial, budaya minum–minuman keras dapat melahirkan prilaku–prilaku yang kasar dan anti sosial; secara budaya, dalam masyarakat akan tumbuh menjadi masyarakat yang tidak kreatif, produktif, inovatif, dan sebagainya, sebab budaya mabuk menyebabkan orang malas, boros, dan lainnya. Secara Ekonomi, budaya minum–minuman keras menggrogoti pendapatan dan pengeluaran, sebab anggaran belanja yang seharusnya dipergunakan untuk hal–hal yang bermanfaat telah terkuras untuk membeli khamar, secara hukum, jika budaya khamar subur dimasyarakat, maka berbagai kasus kriminalitas kelas berat dapat terjadi seperti pembunuhan, pemerkosaaan, perkelahian, penganiayaan, dan sebagainya, yang ujung–ujungnya menjadi urusan aparat penegak hukum. Dan secara Ferdiansyah : Efektifitas Penerapan Sanksi Pidana Cambuk Terhadap Pelanggaran Qanun Di Bidang Syariat Islam Di Wilayah Hukum Kota Madya Banda Aceh Propinsi Nanggroe Aceh Darussalam, 2008. USU Repository © 2009 psikis, banyak pemabuk yang ketagihan akan prustasi, depresi dan gejala mental lainnya akibat kebiasaan buruknya bertentangan dengan norma–norma sosial. 28 1 Setiap orang atau badan hukum badan usaha dilarang memproduksi, menyediakan, menjual, memasukan, mengedarkan, mengangkut, menimbun, memperdagangkan,menghadiahkan, dan mempromosikan minuman khamar dan sejenisnya; Dalam pelaksanaan Syariat Islam di NAD, masalah khamar diatur dalam Qanun Propinsi nomor 12 tahun 2003. qanun ini disahkan bersamaan dengan qanun tentang Maisir perjudian dan qanun tentang khalwat mesum. Adapun ketentuan– ketentuan materil tentang larangan khamar tersebut adalah sebagai berikut: Pasal 4 Minuman khamar dan sejenisnya hukumnya haram. Pasal 5 Setiap orang dilarang mengkonsumsi minuman khamar dan sejenisnya. Pasal 6 2 Setiap orang atau badan hukum dilarang turut serta membantu memproduksi, menyediakan, menjual, memasukan, mengedarkan, mengangkut, menyimpan, menimbun, memperdagangkan, dan memproduksi minuman khamar dan sejenisnya. Pasal 7 28 . Al Yasa’ Abubakar, Marah Halim, Hukum Pidana Islam Di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam, Banda Aceh, Dinas Syariat Islam Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam, 2006, halaman 68 s.d 70 Ferdiansyah : Efektifitas Penerapan Sanksi Pidana Cambuk Terhadap Pelanggaran Qanun Di Bidang Syariat Islam Di Wilayah Hukum Kota Madya Banda Aceh Propinsi Nanggroe Aceh Darussalam, 2008. USU Repository © 2009 Larangan sebagaimana dimaksud dalam pasal 6 berlaku juga bagi badan hukum dan atau badan usaha yang dimodali atau mempekerjakan tenaga asing. Pasal 8 Instansi yang berwenang menerbitkan usaha hotel, penginapan, losmen, wisma, bar, restoran, warung kopi, rumah makan, kedai, kios dan tempat–tempat lain, dilarang melegalisasikan penyediaan minuman khamar dan sejenisnya. Pasal 9 Setiap orang institusi masyarakat berkewajiban mencegah perbuatan minuman khamar dan sejenisnya. Adapun ancaman hukuman terhadap pelanggar Qanun ini adalah sebagai berikut: Pasal 26 1 Setiap orang yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam pasal 5, diancam dengan ‘uqubat hudud 40 empat puluh kali cambuk. 2 Setiap orang yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam pasal 6 sampai pasal 8 diancam dengan ‘uqubat ta’zir berupa kurungan paling lama 1 satu tahun, paling sedikit 3 tiga bulan dan atau denda paling banyak Rp. 75.000.000,- tujuh puluh lima juta rupiah, paling sedikit Rp. 25.000.000,- dua puluh lima juta rupiah. 3 Pelanggaran terhadap larangan sebagaimana dimaksud dalam pasal 5 adalah jarimah hudud. 4 Pelanggaran terhadap larangan sebagaimana dimaksud dalam pasal 6 sampai pasal 8 adalah jarimah ta’zir. Penjelasan pasal 26 Ayat 1 Ferdiansyah : Efektifitas Penerapan Sanksi Pidana Cambuk Terhadap Pelanggaran Qanun Di Bidang Syariat Islam Di Wilayah Hukum Kota Madya Banda Aceh Propinsi Nanggroe Aceh Darussalam, 2008. USU Repository © 2009 Yang dimaksud dengan setiap orang adalah pemeluk agama Islam yang mukallaf di Nanggroe Aceh Darussalam. Ayat 2 Yang dimaksud dengan setiap orang adalah orang yang berada di Nanggroe Aceh Darussalam. Ayat 3 Jarimah Hudud adalah tindak pidana yang kadar dan jenis ‘uqubatnya terikat pada ketentuan – ketentuan Al-quran dan Al-hadist. Ayat 4 Jarimah Ta’zir adalah tindak pidana yang tidak termaksud Qishash-diat dan hudud yang kadar dan jenis ‘uqubatnya diserahkan kepada pertimbangan hakim. Pasal 29 Pengulangan pelanggaran terhadap ketentuan sebagai mana dimaksud dalam pasal 26,’uqubatnya dapat ditambah 13 sepertga dari ‘uqubat maksimal. Pasal 30 pelanggaran terhadap ketentuan sebagaimana dimaksud dalam pasal 6 sampai pasal 8: 1. apabila dilakuka oleh badan hukum badan usaha, maka ‘uqubatnya dijatuhkan kepada penanggung jawab; 2. Apabila ada hubungan dengan kegiatan usahanya, maka selain ‘uqubat sebagaimana dimaksud dalam ayat 2 pasal 26, dapat juga dikenakan ‘uqubat administratif dengan mencabut atau membatalkan izin usaha yang telah diberikan. Penjelasan Pasal 30 Huruf b Ferdiansyah : Efektifitas Penerapan Sanksi Pidana Cambuk Terhadap Pelanggaran Qanun Di Bidang Syariat Islam Di Wilayah Hukum Kota Madya Banda Aceh Propinsi Nanggroe Aceh Darussalam, 2008. USU Repository © 2009 Atas dasar keputusan hakim yang sudah berkekuatan hukum tetap, pemerintah daerah atau pejabat yang berwenang memberi izin usaha, mencabut atau membatalkan izin usaha yang telah diberikan. 29 1. Perbuatan meminum–minuman yang memabukan dan berbahaya bagi kesehatan, kesadaran dan daya fikir; Dalam Qanun tersebut, khamar didefenisikan dengan “minuman yang memabukan, apabila dikonsumsi dapat menyebabkan terganggu kesehatan, kesadaran, dan daya fikir,” dari defenisi ini, maka unsur–unsur pidana yang terdapat dalam khamar ini, selain unsur–unsur umum sebagaimana yang disebutkan di atas ada nash larangan, melakukan perbuatan yang dilarang melawan hukum, dan pelakunya mukallaf, maka ada dua unsur tambahan yang khusus untuk tindak pidana khamar, yaitu: 2. Ada I’tikad jahat. Unsur utama dari perbuatan pidana khamar itu sendiri adalah perbuatan minum, dan sifat zat dari benda yang diminum adalah memabukkan. Dalam hal ini, bukan berarti bahwa jika minumnya tidak sampai memabukan maka ia menjadi halal, sebab hadist Nabi dengan jelas menyatakan keharamannya, baik diminum banyak atau sedikit. Dalam hadist riwayat Ahmad, Nabi bersabda: Apa saja yang banyaknya memabukan, maka sedikitnya pun haram H.R.Ahmad bin’ Amru. Sedikit adalah ukuran yang sangat relatif bagi setiap orang, dan jika yang sedikit dibolehkan, maka kemungkinan besar orang akan mengkonsumsinya dalam jumlah yang banyak. Jika dibolehkan sedikit, maka secara logika, hadist yang melarang membuatnya, mengedarkannya, menyimpannya, menjualnya, dan 29 . Qanun Provinsi NAD No. 12 Tahun 2003. Ferdiansyah : Efektifitas Penerapan Sanksi Pidana Cambuk Terhadap Pelanggaran Qanun Di Bidang Syariat Islam Di Wilayah Hukum Kota Madya Banda Aceh Propinsi Nanggroe Aceh Darussalam, 2008. USU Repository © 2009 sebagainya menjadi tidak berlaku sama sekali. Karena itu, melarang yang ssedikit disini adalah menutup jalan bagi yang banyak. Yang dimaksud dengan itikad jahat di sini adalah bahwa pelaku minum sudah mengetahui bahwa khamar dapat menghilangkan akal sehat dan kemungkinan besar dalam kondisi mabuk dia dapat melakukan apa saja yang membahayakan dirinya dan orang lain, tetapi dia tetap mengkonsumsinya. Hal ini menandakan bahwa ia acuh terhadap kepentingan orang lain. Dalam defenisi ini khamar telah dikhususkan kepada minuman yang memabukan, artinya benda–benda lain yang sifatnya memabukkan tetapi tidak diminum seperti narkotika dan obat–obat terlarang, tidak termaksud dalam pengertian khamar dalam qanun ini. Hal ini karena narkoba telah diatur dalam peraturan khusus yang berlaku umum di seluruh Indonesia. Jadi yang diatur oleh qanun ini dan berlaku secara khusus pula di Aceh, adalah khamar atau minuman keras, yang dalam KUHP tidak dilarang secara jelas. 30

A. Penerapan Sanksi Pidana Cambuk Menurut Fiqh Jinayah.