Sistematika Penulisan Perbuatan Jinayah di Bidang Khalwat mesum

Ferdiansyah : Efektifitas Penerapan Sanksi Pidana Cambuk Terhadap Pelanggaran Qanun Di Bidang Syariat Islam Di Wilayah Hukum Kota Madya Banda Aceh Propinsi Nanggroe Aceh Darussalam, 2008. USU Repository © 2009 d. Dinas Syariat Islam Kota Banda Aceh. e. Kejaksaan Negeri Kota Banda Aceh. f. Wilayatul Hisbah Kota Banda Aceh. Metode ini dilakukan untuk memperoleh data tentang permasalahan– permasalahan yang akan diangkat dalam penulisan skripsi ini. Studi lapangan ini dilakukan di wilayah hukum kota Madya Banda Aceh Propinsi Nanggroe Aceh darussalam, karena mengingat kota Banda Aceh merupakan ibu kota dari Propinsi Nanggroe Aceh Darussalam, yang mana ibu kota propinsi ini merupakan acuan dan pusat dari pada pelaksanaan syariat Islam di Propinsi Nanggroe Aceh Darussalam.

c. Metode Analisis data

Data yang diperoleh melalui studi pustaka dan wawancara dikumpulkan, dan urutannya, lalu diorganisasikan dalam satu pola, kategori dan satuan uraian dasar. Data ini akan dianalisis secara kualitatif yang akan diuraikan secara deskritif, yaitu pendapat responden dan nara sumber diteliti dan dipelajari secara menyeluruh. Berdasarkan penelitian tersebut metode kualitatif bertujuan untuk menginterprestasikan secara kualitatif tentang pendapat atau tanggapan responden dan nara sumber, kemudian mendeskripsikannya secara lengkap dan mendetail aspek– aspek tertentu yang berkaitan dengan pokok permasalahan yang selanjutnya dianalisis untuk mengungkapkan kebenaran dan memahami kebenaran tersebut. 14 Sistematika penulisan skripsi ini di bagi dalam beberapa tahapan yang disebut dengan Bab, dimana masing-masing bab diuraikan masalahnya tersendiri, namun

G. Sistematika Penulisan

14 . Ronny Hanitijo Soemitro, Metode Penelitian Hukum, Jakarta 1982: Ghalia Indonesia, halaman 93. Ferdiansyah : Efektifitas Penerapan Sanksi Pidana Cambuk Terhadap Pelanggaran Qanun Di Bidang Syariat Islam Di Wilayah Hukum Kota Madya Banda Aceh Propinsi Nanggroe Aceh Darussalam, 2008. USU Repository © 2009 masih dalam konteks yang saling berkaitan antara satu dengan yang lainnya. Secara sistematis penulisan ini menempatkan materi pembahasan keseluruhannya ke dalam 5 lima bab yang terperinci sebagai berikut: BAB I : Berisikan pendahuluan yang merupakan pengantar yang di dalamnya terurai mengenai latar belakang penulisan skripsi, perumusan masalah kemudian dilanjutkan dengan keaslian penulisan, tujuan penulisan, tinjauan kepustakaan, metode penulisan, yang kemudian diakhiri dengan sistematika penulisan. BAB II : Merupakan bab yang membahas tentang pengaturan tindak pidana dan hukumannya dalam qanun Provinsi NAD. BAB III : Merupakan bab yang membahas tentang penerapan sanksi pidana cambuk menurut fikh jinayah,penerapan sanksi pidana cambuk menurut qanun propinsi NAD. BAB IV : Merupakan bab yang membahas tentang penerapan sanksi pidana cambuk, tingkat tindak pidana perjudian dan asusila sebelum penerapan Syariat Islam di propinsi NAD, tingkat pelanggaran qanun setelah penerapan qanun di bidang Syariat Islam propinsi NAD,dan efektifitas penerapan sanksi pidana cambuk terhadap pelanggaran qanun propinsi NAD di bidang Syariat Islam. BAB V : Bab ini berisikan kesimpulan dari bab-bab yang telah di bahas sebelumnya dan saran-saran. Ferdiansyah : Efektifitas Penerapan Sanksi Pidana Cambuk Terhadap Pelanggaran Qanun Di Bidang Syariat Islam Di Wilayah Hukum Kota Madya Banda Aceh Propinsi Nanggroe Aceh Darussalam, 2008. USU Repository © 2009 BAB II PERBUATAN PIDANA DAN HUKUMANNYA DALAM QANUN PROPINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM

A. Perbuatan Jinayah di Bidang Khalwat mesum

Menurut bahasa, istilah Khalwat berasak dari Khulwah dari akar kata khala yang berarti “sunyi” atau “sepi”. Sedangkan menurut istilah, khalwat adalah keadaan seorang yang menyendiri dan jauh dari pendangan orang lain. Dalam pemakaiannya, istilah ini berkonotasi ganda, positif dan negatif. dalam makna positif, khalwat adalah menarik diri dari keramaian dan menyepi untuk mendekatkan kepada Allah. Sedangkan dalam arti negatif, khalwat berarti perbuatan berdua–duaan di tempat yang sunyi atau terhindar dari pandangan orang lain antara seorang pria dan seorang wanita yang bukan muhrim dan tidak terikat perkawinan. Makna khalwat yang dimaksud dalam pembahasan ini adalah makna yang kedua. 15 Islam telah mengatur etika pergaulan muda mudi dengan baik. Cinta dan kasih sayang laki–laki dan perempuan adalah fitrah manusia yang merupakan karunia Allah. Untuk menghalalkan hubungan laki – laki dan perempuan, Islam menyediakan 15 . Al Yasa’ Abubakar Sulaiman M. Hasan, Perbuatan Pidana Dan Hukumannya Dalam Qanun Provinsi NAD Banda Aceh, Dinas Syariat Islam Provinsi NAD, 2006, halaman. 46 s.d 47. Ferdiansyah : Efektifitas Penerapan Sanksi Pidana Cambuk Terhadap Pelanggaran Qanun Di Bidang Syariat Islam Di Wilayah Hukum Kota Madya Banda Aceh Propinsi Nanggroe Aceh Darussalam, 2008. USU Repository © 2009 lembaga perkawinan. Tujuan utama agar hubungan laki – laki dan perempuan diikat dengan tali perkawinan adalah untuk menjaga dan memurnikan garis keturunan nasab dari anak yang lahir dari hubungan suami isteri. Kejelasan ini penting untuk melindungi masa depan anak yang dilahirkan tersebut. Larang khalwat adalah pencegahan dini bagi perbuatan zina. Larangan ini berbeda dengan beberapa jarimah lain yang langsung kepada zat perbuatan itu sendiri, seperti larangan mencuri, minum khamar dan maisir. Larangan zina justru dimulai dari tindakan–tindakan yang mengarah kepada zina. Hal ini mengindikasikan betapa Islam sangat memperhatikan kemurnian nasab seorang anak manusia. Dalam beberapa hadist, Nabi menunjukan batas–batas pergaulan antara laki– laki dan perempuan yang bukan muhrimnya, seperti: 1. Nabi melarang seorang perempuan berhubungan dengan laki–laki yang bukan muhrimnya tanpa ditemani oleh muhrim si wanita. 2. Nabi melarang khalwat dengan wanita yang sudah dipinang, meski Islam membolehkan laki-laki memandang perempuan yang dipinangnya untuk meyakinkan dan memantapkan hatinya. 3. Nabi melarang seorang laki–laki masuk kerumah wanita yang tidak bersama muhrimnya atau orang lainnya. 4. Nabi melarang wanita bepergian tanpa ditemani muhrimnya. Akan tetapi nilai–nilai etika yang ditawarkan Islam tersebut, dizaman modern ini mendapatkan tantangan yang serius dari budaya sekuler, yang serba permisif yang pada umumnya datang dari barat. Budaya sekuler adalah budaya yang lahir dari aliran filsafat sekulerisme yang memisahkan nilai–nilai agama dengan nilai–nilai duniawi. Menurut aliran ini, agama tidak boleh dicampuradukan dengan urusan dunia. Manusia Ferdiansyah : Efektifitas Penerapan Sanksi Pidana Cambuk Terhadap Pelanggaran Qanun Di Bidang Syariat Islam Di Wilayah Hukum Kota Madya Banda Aceh Propinsi Nanggroe Aceh Darussalam, 2008. USU Repository © 2009 bebas sebebas–bebasnya menentukan urusan dunianya. Termaksud dalam hal hubungan laki–laki dan perempuan. Dalam budaya masyarakat barat, hubungan antara laki–laki dan perempuan tidak mesti diikat dengan tali perkawinan. Seorang laki–laki dan perempuan dapat hidup bersama tanpa ikatan perkawinan, bahkan sampai siperempuan melahirkan anak. Akibat dari cara berpikir seperti ini, maka dibarat berkembang berbagai macam pemikiran yang mendukung kebebasan sebagaimana digambarkan diatas. Gerakan emansipasi wanita adalah salah satu hasil dari cara berpikir ini. Meski budaya barat nyata–nyata bertentangan dengan budaya Islam, tetapi dalam kenyataan, budaya barat ini berkembang dengan baik di negara–negara timur yang pada umumnya religius, tak terkecuali dunia Islam, perkembangan budaya barat di dunia Islam juga dipengaruhi oleh sistem politik, kepengikutan itu juga akhirnya merembes ke wilayah–wilayah lain, seperti wilayah Sosial, Budaya, Hukum, dan sebagainya. Dalam budaya hukum, khususnya yang diterapkan di Indonesia, menganut sepenuhnya sistem hukum barat yang melegalkan pergaulan bebas yang disebut Islam sebagai perzinahan. Akibatnya, dalam bidang budaya, masyarakat Indonesia modren, juga akrab dengan produk budaya–budaya barat yang mendukung pergaulan bebas seperti pacaran dating, tunangan, freesex, summon liven kumpul kebo, dan sebagainya. 16 Khalwat menurut Qanun No. 14 tahun 2004 Bab I Pasal I point 20 adalah “Khalwat mesum adalah perbuatan bersunyi–sunyi antara dua orang mukallaf atau lebih yang berlainan jenis yang bukan muhrim atau tanpa ikatan perkawinan”. 17 16 . Al-yasa Abubakar Marah Halim, Hukum Pidana Islam Di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam,Banda Aceh,Dinas Syariat Islam Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam,halaman 80 s.d 82. 17 . Himpunan Undang – Undang, Keputusan Presiden, Peraturan Daerah Qanun, Instruksi Gubernur,Edaran Gubernur, Berkaitan Pelaksanaan Syari’at Islam, edisi V, Banda Aceh, Dinas Syariat Islam Provinsi NAD,2006, halaman 226. Ferdiansyah : Efektifitas Penerapan Sanksi Pidana Cambuk Terhadap Pelanggaran Qanun Di Bidang Syariat Islam Di Wilayah Hukum Kota Madya Banda Aceh Propinsi Nanggroe Aceh Darussalam, 2008. USU Repository © 2009 Khalwat dilarang dalam Islam karena perbuatan ini bisa menjerumuskan orang kepada zina, yakni hubungan intim di luar perkawinan yang sah. Larangan mendekati zina terdapat dalam surat Al-Isra’ayat 32: Dan janganlah kamu mendekati zina, karena sesungguhnya zina itu perbuatan yang keji dan seburuk-buruknya cara. 18 Adapun yang dimaksud perempuan yang mendatangkan syahwat adalah manusia yang hidup dan berkelamin perempuan, baik masih kecil maupun sudah Sedangkan menurut para ulama nenberikan pengertian zina dengan susunan kalimat yang berbeda–beda, namun pada prinsipnya sama. Salah satu pengertian yang diberikan ialah: “zina ialah memasukan alat kelamin laki–laki kedalam alat kelamin perempuan dalam persetubuhab yang haram menurut zat perbuatannya, bukan karena subhat dan perempuan tersebut mendatangkan syahwat”. Persetubuhan yang haram menurut zat perbuatannya yang dimaksud dalam pengertian diatas adalah bercampur dengan perempuan yang bukan isterinya dan bukan pula budaknya. Dengan demikian persetubuhan antara suami isteri, tidak termaksud zina, walaupun dilakukan pada waktu yang diharamkan, seperti dalam keadaan haid, pada siang hari bulan puasa, atau sedang ihram. Dalam waktu tersebut persetubuhan antara suami isteri hukumnya adalah haram, tetapi disini bukan lantaran zat perbuatannya, melainkan karena ada sebab lain. Oleh karena itu tidak termaksud dalam kategori zina, walaupun pelakunya berdosa. 18 . Q. S Al-Nisa’ Ayat 32. Ferdiansyah : Efektifitas Penerapan Sanksi Pidana Cambuk Terhadap Pelanggaran Qanun Di Bidang Syariat Islam Di Wilayah Hukum Kota Madya Banda Aceh Propinsi Nanggroe Aceh Darussalam, 2008. USU Repository © 2009 dewasa. Dengan demikian tidak termaksud kategori zina, persetubuhan dengan mayat atau dengan binatang, walaupun hukumnya tetap haram. 19 6 Setiap orang yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam pasal 4, diancam dengan ‘uqubat ta’zir berupa dicambuk paling banyak 9 sembilan kali Dalam pelaksanaan Syariat Islam di Propinsi Nanggroe Aceh Darussalam, masalah khalwat di atur dalam Qanun Nomor 14 Tahun 2003 yang di atur bersamaan dengan Qanun Khamar minuman keras dan sejenisnya dan Maisir perjudian. Adapun ketentuan – ketentuan materil tentang larangan khalwat yang diatur dalam Qanun No. 14 Tahun 2003 adalah sebagai berikut: Pasal 4 Khalwat mesum hukumnya haram. Pasal 5 Setiap orang dilarang melakukan khalwat mesum. Pasal 6 Setiap orang atau kelompok masyarakat atau aparatur pemerintahan dan badan usaha dilarang memberikan fasilitas kemudahan danatau melindungi orang yang melakukan khalwatmesum. Pasal 7 Setiap orang, baik sendiri maupun kelompok berkewajiban mencegah terjadinya perbuatan khalwat mesum. Adapun ancaman hukuman terhadap pelanggaran Qanun ini adalah sebagai berikut : Pasal 22: 19 . M. Amrullah, Pelajaran Fiqih Madrasah Aliyah Kelas II, Caturwulan 1,2,3, Bandung, CV,Armico, 1995, halaman 152. Ferdiansyah : Efektifitas Penerapan Sanksi Pidana Cambuk Terhadap Pelanggaran Qanun Di Bidang Syariat Islam Di Wilayah Hukum Kota Madya Banda Aceh Propinsi Nanggroe Aceh Darussalam, 2008. USU Repository © 2009 dan paling sedikit 3 tiga kali danatau denda paling banyak Rp.10.000.000,- sepuluh juta rupuah, paling sedikit Rp. 2.500.000,- dua juta lima ratus ribu rupiah. 7 Setiap orang yang melanggar ketentuan sebagai mana dimaksud dalam pasal 5 diancam dengan ‘uqubat ta’zir berupa kurungan. 1 Paling lama 6 enam bulan, paling singkat 2 dua bulan dan atau denda paling banyak Rp. 15. 000.000,- lima belas juta rupiah, paling sedikit Rp. 5.000.000,- lima juta rupiah. 2 Pelanggaran terhadap larangan sebagaimana dimaksud dalam pasal 5 dan 6 adalah jarimah ta’zir. Penjelasan Pasal 22 Ayat 1 dan 2 Yang dimaksud dengan setiap orang adalah orang islam yang berada di Nanggroe Aceh Darussalam. Pasal 24 Pengulangan pelanggaran terhadap ketentuan sebagaiman dimaksud dalam pasal 22, ‘uqubat dapat ditambah 13 sepertiga dari ‘uqubat maksimal. Pasal 25 Pelanggaran terhadap ketentuan sebagaimana dimaksud dalam pasal 5 dan 6: a. apabila dilakukan oleh badan hukum badan usaha , maka ‘ukubatnya dijatuhkan kepada penanggung jawab. b. apabila ada hubungan dengan kegiatan usahanya, maka selain sanksi ‘uqubat sebagaimana dimaksudkan dalam pasal 22 ayat 1 dan 2, dapat juga dikenakan ‘uqubat administratif dengan mencabut dan membatalkan izin usaha yang telah diberikan. Ferdiansyah : Efektifitas Penerapan Sanksi Pidana Cambuk Terhadap Pelanggaran Qanun Di Bidang Syariat Islam Di Wilayah Hukum Kota Madya Banda Aceh Propinsi Nanggroe Aceh Darussalam, 2008. USU Repository © 2009 Dari penjelasan di atas, maka unsur–unsur pidana dari tindak pidana khalwat, selain yang termaksud unsur pidana yang berlaku umum dalam pidana Islam di atas adanya nash yang melarang, melakukan sesuatu yang dilarang perbuatan melawan hukum, dan pelakunya mukalaf, maka terdapat pula unsur -unsur yang khusus terdapat pada jarimah khalwat, yaitu: 1. perbuatan bersunyi – sunyi; 2. dilakukan oleh pria dan wanita yang bukan muhrim; 20 Maisir berasal dari kata yasara atau yusr yang artinya mudah, atau dari kata yasar yang berarti kekayaan. Maisir atau perjudian adalah suatu bentuk permainan yang mengandung unsur taruhan dan orang yang menang dalam permainan itu berhak mendapatkan taruhan tersebut. Seperti halnya khamar, maka maisir juga merupakan suatu budaya jelek peradaban manusia sejak dulu. Jika khamar adalah minuman yang bertujuan bersenang – senang, maka maisir adalah permainan yang sesungguhya juga bertujuan mendapat kesenangan dan keuntungan tanpa bersusah payah.

B. Perbuatan Jinayah di Bidang Maisir Perjudian