Titin I. M. Hutagalung : Peranan Ikapi Dalam Penanggulangan Pelanggaran Hak Cipta Atas Pembajakan Buku, 2007.
USU Repository © 2009
dapat disangkal lagi bahwa kehadiran buku sebagai ciptaan yang harus dilindungi sudah jelas diakui. Hal ini disebabkan buku merupakan kekayaan intelektual
seorang pencipta selain mempunyai arti ekonomis bagi yang mengeksploitasinya, juga mempunyai arti yang penting bagi pembangunan spiritual dan material suatu
bangsa. Jaminan perlindungan hak cipta dalam rangka pengembangan yang dapat
mendorong penulisan dan penerjemahan buku, kalau dikaji perkembangannya pada dewasa ini, rupa-rupanya kiat UUD 1945 untuk mencerdaskan bangsa dan
arahan GBHN belum menunjukkan hasil-hasil yang menggembirakan. Hal ini selain karena faktor kurangnya minat baca masyarakat juga disebabkan faktor
tingginya pembajakan buku-buku hingga sekarang. Tingginya tingkat pembajakan ciptaan-ciptaan yang dilindungi hak cipta, khususnya buku, dapat memberikan
indikasi bahwa perlindungan hukum terhadap buku penegakannya masih lemah. Perkembangan kegiatan pelanggaran hak cipta tersebut dipengaruhi oleh
berbagai faktor. Rendahnya tingkat pemahaman masyarakat akan arti dan fungsi hak cipta, sikap dan keinginan untuk memperoleh keuntungan dagang dengan cara
yang mudah ditambah dengan belum cukup terbinanya kesamaan pengertian, sikap, dan tindakan para penegak hukum dalam menghadapi pelanggaran hak
cipta, merupakan faktor yang memperoleh perhatian.
A. Kurangnya Pemahaman Masyarakat Tentang Hak Cipta
Masalah hak cipta muncul berkaitan dengan masalah liberalisasi ekonomi di satu pihak dan masalah kondisi sosial budaya masyarakat Indonesia di pihak
lain. Kondisi sosial budaya masyarakat Indonesia masih dalam masa transisi
Titin I. M. Hutagalung : Peranan Ikapi Dalam Penanggulangan Pelanggaran Hak Cipta Atas Pembajakan Buku, 2007.
USU Repository © 2009
industrial yang belum semuanya mengerti dan memahami masalah hak cipta yang sebelumnya tidak dikenal. Masyarakat transisi industrial digambarkan sebagai
masyarakat yang sedang mengalami perubahan dari masyarakat agraris yang bercorak komunal-tradisional ke masyarakat industri yang bercorak individual
modern. Perubahan ini berkaitan dengan struktur hubungan masyarakat yang belum tuntas ke corak yang lebih rasional dan komersial sebagai akibat dari
proses pembangunan yang dilakukan.
25
Law enforcement rezim hak cipta di Indonesia sangat memprihatinkan. Pengetahuan hukum dan kesadaran hukum masyarakat di bidang hak cipta dapat
dikatakan masih rendah. Hal ini bisa dilihat dari masih sedikitnya masyarakat pencipta yang mendaftarkan haknya ke kantor Hak Cipta untuk mendapatkan
perlindungan hukum terhadap pelanggaran hak cipta. Di samping itu juga masih banyak kita dapati pelanggaran hak cipta. Mereka bukan tidak tahu atau tidak
paham bahwa memperjualbelikan barang bajakan adalah melanggar hukum. Sebagian masyarakat kita masih tergiur barang murah meriah tanpa
memperdulikan bahwa barang itu bajakan atau bukan.
26
25
Budi Agus Riswandi, M. Syamsudin, Hak Kekayaan Intelektual dan Budaya Hukum Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2004 hal. 201
Banyak masyarakat masih beranggapan bahwa pelanggaran hak cipta adalah urusan pejabat penegak hukum semata-mata. Anggapan seperti itu perlu
diubah supaya budaya enggan untuk melapor dapat menjadi budaya berperan aktif, untuk mengurangi sekecil mungkin ruang gerak pelaku tindak pidana hak
cipta.
26
http:www.google.com Jawa Pos. 1 Agustus 2003
Tak Menjamin Bebas Barang Bajakan: Pemberlakuan UU Hak Cipta, diakses Agustus 2007
Titin I. M. Hutagalung : Peranan Ikapi Dalam Penanggulangan Pelanggaran Hak Cipta Atas Pembajakan Buku, 2007.
USU Repository © 2009
Etika profesi dari kalangan masyarakat ilmuan juga merupakan faktor yang berpengaruh terhadap penegakan hukum. Melenturnya etika mengakibatkan
dengan mudahnya orang untuk meniru hasil karya cipta orang lain tanpa seizin pencipta atau pemegang hak cipta. Juga mengenai bajak membajak hasil karya
cipta orang lain dilakukan tanpa beban, hanya untuk mendapatkan materi yang banyak tanpa mau bersusah payah mengeluarkan tenaga dan waktu.
B. Adanya Oknum yang Melindungi Si Pembajak Buku yang Dituju