Titin I. M. Hutagalung : Peranan Ikapi Dalam Penanggulangan Pelanggaran Hak Cipta Atas Pembajakan Buku, 2007.
USU Repository © 2009
hukum. Upaya pencegahan dan penindakan terhadap pelaku pembajakan belum mampu menangkal para pembajak untuk menjadi jera.
D. Pencegahan dan Penindakan terhadap Pelaku Pembajakan
Pencegahan berkaitan erat dengan pengawasan dan pemantauan. Dengan dapat diawasi dan dipantaunya tindakan penerbitan maka tindakan pembajakan
dapat segera dicegah. Undang-undang Hak Cipta dalam memberikan perlindungan hukum karya cipta maupun terhadap hak dan kepentingan pencipta dan pemegang
hak cipta cukup bagus. Pertama, perubahan sifat delik dari delik aduan menjadi delik biasa. Kedua, ancaman pidana yang cukup berat terhadap pelanggar delik
hak cipta. Dari perubahan sifat delik menunjukkan keseriusan undang-undang dalam
menanggulangi pelanggaran hak cipta. Dari segi ruang lingkup jenis pelanggaran yang ada, dapat dikatakan sudah memenuhimewakili terhadap semua perilaku
yang terkait dengan pelanggaran hak cipta. Dilihat dari segi ancaman pidananya, selalu ada peningkatan setiap kali ada perubahan undang-undang. Semula dengan
Auteurswet 1912 delik hak cipta hanya diancam pidana denda. Dalam perjalanannya, dengan munculnya UU No.6 Tahun 1982, pelanggaran hak cipta
tidak hanya diancam pidana denda tetapi disertai juga pidana penjara. UU No.6 Tahun 1982 ini disempurnakan lagi dengan UU No.7 Tahun 1987. Kemudian
ketiga undang-undang terdahulu masih disempurnakan lagi dengan UU No.12 Tahun 1997 dan yang terakhir UU No.19 Tahun 2002
Titin I. M. Hutagalung : Peranan Ikapi Dalam Penanggulangan Pelanggaran Hak Cipta Atas Pembajakan Buku, 2007.
USU Repository © 2009
Penyempurnaan-penyempurnaan ini dimaksudkan untuk lebih menegaskan bahwa suatu ciptaan yang misalnya merupakan sebuah buku untuk mendapatkan
perlindungan hak cipta perlu memenuhi unsur-unsur
33
a. Dalam bentuk yang khas, yang berarti buku yang diterbitkan telah selesai
diwujudkan sehingga dapat dilihat atau dibaca. :
b. Menunjukkan keasliannya, yang berarti buku yang diterbitkan merupakan
suatu karya dalam lapangan ilmu pengetahuan, atau seni atau sastra yang dihasilkan dari kemampuan dan kreativitas penulis bersifat pribadi.
Kalau dilihat ke belakang dapat ditelusuri mengapa undang-undang di bidang Hak Cipta itu mengalami perubahan yang sangat cepat. Penyebab utama
adalah tuntutan untuk menyesuaikan dengan perkembangan ekonomi dan teknologi yang begitu cepat. Penyebab lain yang tidak kalah pentingnya adalah
keikutsertaan Indonesia dalam konvensi-konvensi internasional di bidang Hak Atas Kekayaan Intelektual, yang menuntut dilakukannya penyesuaian-
penyesuaian Undang-undang Hak Cipta Indonesia dengan konvensi-konvensi internasional tersebut.
Kasus yang pernah masuk ke Pengadilan Negeri Jakarta Timur adalah kasus menggandakan buku sebanyak 38 judul buku bajakan milik 19 penerbit.
Dalam kasus ini yang mejadi korban adalah pencipta karangan buku itu dan penerbit sebagai pemegang hak cipta.
34
33
Edy Damian, op. cit.. hal. 178
34
Insan Budi Maulana, Ridwan Khairandy, Nurjihad, op. cit.. hal 199-200
Ikatan Penerbit Indonesia IKAPI cabang DKI Jakarta melaporkan terdapat kasus hukum terkait pembajakan buku yang
melibatkan pembajak kelas kakap yang tertangkap di wilayah Pisangan Timur, terhenti saat sampai pada tahapan pembacaan vonis. Kasus pembajakan buku oleh
Titin I. M. Hutagalung : Peranan Ikapi Dalam Penanggulangan Pelanggaran Hak Cipta Atas Pembajakan Buku, 2007.
USU Repository © 2009
terdakwa Marbun di PN Jakarta Timur tiba-tiba terhenti secara tidak jelas padahal tinggal menunggu pembacaan vonis. Dikhawatirkan kasus ini menguap begitu
saja mengingat yang tertangkap adalah pembajak buku kelas kakap.
35
Sedangkan di Medan kasus pembajakan buku tidak pernah sampai ke Pengadilan, tapi bukan berarti kasus ini tidak pernah terjadi. Menurut pengakuan
Ketua IKAPI Cabang Sumatera Utara, Dr. Rizali Nasution, kasus pembajakan buku yang pernah terjadi di kotamadya Medan dapat diselesaikan secara
kekeluargaan.
36
Bagi masyarakat sebagai konsumen, semakin pula tumbuh sikap yang tidak lagi memandang perlu untuk mempertanyakan apakah sesuatu barang
tersebut merupakan hasil pelanggaran hukum atau tidak. Makin tumbuh sikap acuh tak acuh mengenai yang baik dan yang buruk, apa yang sah dan tidak sah,
kendati negara kita adalah negara yang berdasarkan atas hukum. Bagi negara, Dampak adanya tindak pidana hak cipta secara umum sudah demikian
besar terhadap tatanan kehidupan bangsa di bidang ekonomi, hukum dan sosial budaya. Di bidang sosial budaya, dampak yang timbul semakin meluasnya
pembajakan tersebut beraneka ragam. Bagi pelaku tindak pidana atau para pembajak, keadaan yang berlarut-larut tanpa adanya tindakan yang tegas akan
semakin menimbulkan sikap apatis dan sangat menurunkan gairah mencipta. Bagi penerbit, akan kehilangan minatnya dalam profesi mereka untuk menerbitkan
buku.
35
http:www.google.com , Humaniora Pendidikan IKAPI Imbau Mahasiswa Perangi Buku
Bajakan, diakses Juli 2007
36
Hasil wawancara dengan Ketua IKAPI Cabang Sumatera Utara. Medan: 24 Agustus 2007 Pkl. 15.00 WIB
Titin I. M. Hutagalung : Peranan Ikapi Dalam Penanggulangan Pelanggaran Hak Cipta Atas Pembajakan Buku, 2007.
USU Repository © 2009
dengan banyaknya bajakan atau pelanggaran hak cipta berupa pembajakan, maka dilihat dari sektor penerimaanpendapatan negara melalui pajak penghasilan dari
hak cipta, jelas bahwa negara sangat dirugikan, karena tidak memperoleh pemasukanpendapatan dari sektor itu yang cukup potensial sebagai salah satu
sumber dana untuk pembangunan.
Titin I. M. Hutagalung : Peranan Ikapi Dalam Penanggulangan Pelanggaran Hak Cipta Atas Pembajakan Buku, 2007.
USU Repository © 2009
BAB IV PERAN IKATAN PENERBIT INDONESIA IKAPI DALAM UPAYA