Titin I. M. Hutagalung : Peranan Ikapi Dalam Penanggulangan Pelanggaran Hak Cipta Atas Pembajakan Buku, 2007.
USU Repository © 2009
Dengan demikian hak cipta adalah hak khusus bagi pencipta maupun penerima hak untuk mengumumkan atau memperbanyak ciptaannya atau memberi
izin untuk itu dengan tidak mengurangi pembatasan-pembatasan menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Selanjutnya dalam Undang-undang Nomor 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta Pasal 8 disebutkan bahwa apabila suatu ciptaan dibuat dalam hubungan
dinas dengan pihak lain dan lingkungan pekerjaannya, maka pihak yang mempekerjakan orang bersangkutan ini adalah pemegang hak cipta, maka dapat
ditentukan berbeda.
13
5. Pendaftaran Hak Cipta
Dengan demikian bahwa hak cipta pada suatu ciptaannya dibuat oleh seseorang berdasarkan pesanan, misalnya dari instansi pemerintah, kecuali jika
diperjanjikan lain dipegang oleh instansi pemerintah tersebut. Maka hal ini tidak mengurangi hak pembuat ciptaan tersebut sebagai penciptanya apabila digunakan
untuk hal di luar hubungan kedinasan.
Sistem yang dianut Hak Cipta dalam Undang-undang Nomor 19 Tahun 2002 adalah sistem deklaratif first to use system, yang tidak mewajibkan
pendaftaran. Pendaftaran hak cipta bukan merupakan suatu keharusan, karena tanpa didaftarkan pun hak cipta dilindungi Undang-undang Hak Cipta. Pada hak
cipta berlaku pendaftaran secara sukarela voluntary registration, artinya apabila Pencipta ingin mendaftarkan ciptaannya, dia dapat melakukan pendaftaran dengan
persyaratan dan tata cara yang telah diatur dengan undang-undang. Pendaftaran ciptaan tidak bermaksud untuk mengesahkan hak cipta, melainkan untuk
13
Pasal 8 Undang-undang Hak Cipta Nomor 19 Tahun 2002
Titin I. M. Hutagalung : Peranan Ikapi Dalam Penanggulangan Pelanggaran Hak Cipta Atas Pembajakan Buku, 2007.
USU Repository © 2009
memudahkan pembuktian dalam hal terjadi sengketa mengenai hak cipta. Ciptaan yang tidak didaftarkan akan lebih sulit pembuktiannya apabila ada pelanggaran
hak cipta jika dibandingkan dengan hak cipta yang didaftarkan. Hal ini dapat disimpulkan dari Pasal 5 ayat 1 Undang-undang Nomor 19 Tahun 2002 yang
mengemukakan, kecuali terbukti sebaliknya, yang dianggap sebagai pencipta adalah:
a. orang yang namanya terdaftar dalam Daftar Umum Ciptaan pada
Direktorat Jenderal; atau b.
orang yang namanya disebut dalam Ciptaan atau diumumkan sebagai Pencipta pada suatu Ciptaan.
Apabila dicermati ketentuan pasal tersebut, tampak pembentuk undang- undang mengharapkan agar hasil karya cipta seseorang didaftarkan. Hal ini
dimaksudkan untuk memudahkan apabila ada sengketa atau pelanggaran hak cipta.
Dalam Undang-undang Hak Cipta, tidak ada ketentuan khusus apabila pencipta atau pemegang hak cipta mendaftarkan hak ciptanya. Dalam Pasal 35
Undang-undang Hak Cipta hanya disebutkann, Dirjen menyelenggarakan pendaftaran ciptaan dan dicatat dalam daftar umum ciptaan. Jadi disini terlihat,
bahwa untuk mendapatkan pengakuan hak cipta perlu pendaftaran. Tata cara pendaftaran hak cipta diatur dalam Peraturan Menteri Kehakiman RI Nomor:
M.01-H.C.03.0.1.1987, tanggal 26 Oktober 1987 tentang Pendaftaran Ciptaan. Dalam Pasal 1 ayat 1 peraturan tersebut disebutkan:
Permohonan pendaftaran ciptaan diajukan kepada Menteri Kehakiman melalui Direktur Paten dan Hak Cipta dengan surat rangkap 2 dua, ditulis
Titin I. M. Hutagalung : Peranan Ikapi Dalam Penanggulangan Pelanggaran Hak Cipta Atas Pembajakan Buku, 2007.
USU Repository © 2009
dalam bahasa Indonesia di atas kertas folio berganda; 2 dua Surat Permohonan tersebut berisi:
a. Nama, Kewarganegaraan dan alamat pencipta;
b. Nama, Kewarganegaraan dan alamat pemegang hak cipta;
c. Nama, Kewarganegaraan dan alamat kuasa;
d. Jenis dan judul ciptaan;
e. Tanggal dan tempat ciptaan diumumkan untuk pertama kali;
f. Uraian ciptaan rangkap 3 tiga.
Surat permohonan pendaftaran hanya dapat diajukan untuk satu ciptaan.
Selanjutnya dalam Pasal 11 disebutkan, pengumuman pendaftaran ciptaan dalam Tambahan Berita Negara RI.
14
Kalau ditelusuri secara mendalam hak cipta ini dapat dibedakan menjadi dua jenis hak, yakni hak moral moral rights dan hak ekonomi economic rights.
Hak moral adalah hak-hak yang melindungi kepentingan pribadi si pencipta. Konsep hak moral ini berasal dari sistem hukum kontinental, yaitu dari Prancis.
Dengan terdaftarnya hak cipta seseorang dalam daftar ciptaan, secara teoritis hak cipta maupun pemegang hak cipta sudah aman. Untuk itu, apabila ada
pihak lain yang mengklaim bahwa yang terdaftar tersebut adalah miliknya, maka pihak mengklaimlah yang wajib membuktikan kebenaran haknya. Keuntungan
lain yang diperoleh bagi pencipta yang mendaftarkan ciptaannya, dapat menggugat pelanggar hak cipta tersebut.
5. Hak-Hak Yang Berkaitan Dengan Hak Cipta