Sri Ulina Ginting : Pengaruh Kohesivitas Kelompok Kerja Terhadap Semangat Kerja Karyawan Di PT. Bumiputera Asuransi Jiwa Bersama Kantor Cabang Askum Medan, 2010.
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Karyawan merupakan bagian terpenting dari suatu perusahaan, karena karyawanlah yang menggerakan maju mundurnya suatu perusahaan Sukendar,
2004. Berbagai penyelidikanpun dilakukan untuk memenuhi harapan-harapan karyawan guna meningkatkan produktivitas kerja perusahaan agar pekerjaan dapat
segera diselesaikan dan karyawan tidak terlalu lelah bekerja. Keberhasilan proses kerja dalam mencapai tujuan kerja dipengaruhi oleh masing-masing karyawan
yang melakukan pekerjaan itu. Walau berbagai metode telah diperoleh, faktor yang memegang peran penting pada karyawan dalam meningkatkan produktivitas
kerja adalah semangat kerja Kosen, 1993. Efektifitas dalam organisasi erat kaitannya dengan semangat kerja. Semangat
kerja adalah kesinambungan dan situasi yang dipengaruhi oleh lingkungan kerja. Semangat kerja merupakan sikap antusias dengan rekan kerja sebagai respon
anggota kelompok kerja terhadap situasi kerja mereka Wallace Szilagyi, 1992.
Halsey 2003 menyatakan bahwa semangat kerja dapat diartikan sebagai sikap kesediaan perasaan yang memungkinkan seorang karyawan untuk
menghasilkan produktivitas kerja yang lebih baik tanpa menambah keletihan, dimana karyawan dengan antusias ikut serta dalam kegiatan-kegiatan dan usaha-
usaha kelompok sekerjanya dalam mencapai tujuan organisasi. Semangat kerja
Sri Ulina Ginting : Pengaruh Kohesivitas Kelompok Kerja Terhadap Semangat Kerja Karyawan Di PT. Bumiputera Asuransi Jiwa Bersama Kantor Cabang Askum Medan, 2010.
mempengaruhi sikap dan keinginan seseorang untuk bekerja dan selanjutnya mempengaruhi orang lain. Semangat kerja terdiri dari sikap-sikap para individu
dan kelompok-kelompok terhadap hidup, lingkungan dan pekerjaan Kasali, 1998.
Semangat kerja yang tinggi menunjukkan karyawan bekerja dengan energik, antusias, dan penuh dengan kemauan untuk menyelesaikan pekerjaannya, dan
karyawan ingin datang bekerja dan antusias untuk bekerja ketika sampai di kantor Carlaw, Deming dan Friedman, 2003. Karyawan dengan semangat kerja yang
tinggi juga akan memiliki rasa percaya diri terhadap dirinya sendiri, terhadap masa depannya dan terhadap orang lain. Karyawan tersebut berpikir bahwa
pekerjaannya baik dan berarti, sehingga kayawan bekerja dengan sepenuh hati sekalipun kondisi kerjanya di bawah tekanan Kasali, 1998.
Di lain pihak, semangat kerja yang rendah menunjukkan adanya masalah dalam hubungan karyawan di perusahaan. Hal tersebut berdampak terhadap iklim
kerja, baik menyangkut produktivitas maupun respon karyawan terhadap berbagai macam kegiatan Satrohadiwiryo, 2002. Semangat kerja yang rendah dalam
organisasi juga menunjukkan karyawan akan merasakan kebosanan dan malas bekerja. Artinya karyawan tidak bergairah untuk menyelesaikan pekerjaannya dan
hanya bermalas-malasan ketika sampai di kantor. Keadaan tersebut akan menyebabkan performansi kerja karyawan menjadi rendah, menciptakan masalah
di tempat kerja, cenderung untuk menarik diri dari lingkungan kerja, sering datang terlambat ke tempat kerja dan pulang kerja lebih awal daripada waktu yang
Sri Ulina Ginting : Pengaruh Kohesivitas Kelompok Kerja Terhadap Semangat Kerja Karyawan Di PT. Bumiputera Asuransi Jiwa Bersama Kantor Cabang Askum Medan, 2010.
ditetapkan, dan tidak mau bersosialisasi atau tidak melakukan interaksi dengan karyawan yang lainnya Carlaw, Deming Friedman, 2003.
Pattanayak 2002 mengatakan bahwa faktor yang dapat mempengaruhi semangat kerja karyawan, yaitu: a perasaan kebersamaan; b kejelasan tujuan
atau objektif yang diraih; c pengharapan keberhasilan terhadap tujuan yang diinginkan; d rasa kerja sama dalam melaksanakan tugas demi tercapainya
tujuan; e memiliki pemimpin yang memberikan dukungan dan dorongan. Berdasarkan uraian tersebut, dapat dinyatakan bahwa faktor yang mempengaruhi
semangat kerja karyawan adalah adanya perasaan kebersamaan, yaitu rasa saling memiliki dan peduli antar anggota kelompok kerja dan rasa kerja sama dalam
memberikan dukungan dan dorongan, yaitu tugas yang diberikan akan dilaksanakan dengan saling berpartisipasi antar anggota kelompok kerja.
Perasaan kebersamaan dan rasa kerja sama dalam melaksanakan tugas merupakan bagian dari kohesivitas kelompok kerja, sehingga dapat dikatakan
bahwa yang mempengaruhi semangat kerja karyawan adalah kohesivitas kelompok kerja. Kohesivitas kelompok kerja adalah rasa kesatuan yang terjalin
dalam kelompok kerja Forsyth, 1999. Hal ini juga sesuai juga dengan pendapat Gibson 2003 yang menyatakan bahwa kohesivitas kelompok membuat individu
merasa kebersamaan dan menambah semangat dalam bekerja. Menurut Munandar 2001, kohesivitas kelompok adalah kesepakatan para
anggota terhadap sasaran kelompok, serta saling menerima antar anggota kelompok. Semakin para anggota kelompok saling tertarik dan makin sepakat
mereka terhadap sasaran kelompok, makin lekat kelompoknya.
Sri Ulina Ginting : Pengaruh Kohesivitas Kelompok Kerja Terhadap Semangat Kerja Karyawan Di PT. Bumiputera Asuransi Jiwa Bersama Kantor Cabang Askum Medan, 2010.
Kohesivitas kelompok kerja juga merupakan sejauh mana anggota tertarik satu sama lain antar anggota kelompok dan termotivasi untuk berada dalam dalam
kelompok tersebut. Dalam hal ini, kelompok kerja dikatakan kohesif karena anggota-anggotanya menghabiskan banyak waktu bersama, atau kelompok yang
berukuran kecil menyediakan sarana interaksi yang lebih intensif, atau kelompok yang telah berpengalaman dalam menghadapi ancaman dari luar menyebabkan
anggotanya lebih dekat satu sama lain Robbins, 2001. Shani 2005 mengemukakan bahwa kohesivitas kelompok kerja merupakan
ketertarikan dari anggota kelompok untuk tinggal dalam kelompok. Penelitian menunjukkan bahwa anggota kelompok kerja yang kohesivitasnya tinggi, akan
berbeda dengan kelompok kerja yang kohesivitasnya rendah, bisa dilihat dari komunikasi yang lebih baik, bekerja sama, dan saling mempengaruhi satu sama
lain, anggota kelompok juga berusaha meraih tujuan kelompok dan memiliki kepusasan kerja yang tinggi.
Kasus yang ditemukan dalam perusahaan yang terkait dengan masalah hubungan antar karyawan yaitu terdapat banyak staf yang semangat kerjanya
menurun. Semangat kerja menurun karena kecenderungan individualistik yang dominan ataupun hubungan dengan rekan kerja yang tidak tercipta dengan baik.
Kondisi kerja cenderung menjadi kaku atau tegang, yaitu antara lain kecenderungan mencari kesalahan seseorang, terjadi persaingan yang kurang
sehat, dan adanya kelompok yang menang dan pihak-pihak yang tersisih Majalah Human Capital No. 23, 2006.
Sri Ulina Ginting : Pengaruh Kohesivitas Kelompok Kerja Terhadap Semangat Kerja Karyawan Di PT. Bumiputera Asuransi Jiwa Bersama Kantor Cabang Askum Medan, 2010.
Penelitian dilakukan di PT. Bumiputera Asuransi Jiwa Bersama Kantor
Cabang Askum Medan. Pada perusahaan tersebut ditemui adanya fenomena penurunan semangat kerja karyawan. Berdasarkan hasil komunikasi personal yang
dilakukan peneliti kepada karyawan PT. Bumiputera Asuransi Jiwa Bersama
Kantor Cabang Askum Medan diketahui bahwa penurunan semangat kerja karyawan tersebut adalah karena individualistik dalam bekerja, serta persaingan
yang kurang sehat antar kerja karyawan. Berikut ini adalah kutipan hasil wawancara peneliti dengan karyawan bagian administrasi PT. Bumiputera
Asuransi Jiwa Bersama Kantor Cabang Askum Medan:
“Di sini rata-rata orangnya kurang peduli satu sama lain. Sulit untuk meminta bantuan antar sesama rekan kerja jika pekerjaan tersebut bukan bagian dari
pekerjaannya, sehingga karyawan di sini hanya mengerjakan pekerjaannya saja dan ketika salah satu karyawan sedang berhalangan hadir, pekerjaan bisa lama
selesainya karena menunggu siapa yang mau mengerjakan X1”.
Peneliti juga melakukan wawancara dengan karyawan dari pihak agen. Berikut kutipan hasil wawancara peneliti:
“Menurut saya sering terjadi persaingan antara sesama agen. Yang sering terjadi yaitu agen yang mendapat informasi dari supervisor tidak disampaikan
pada agen yang lain, agar dianggap agen lain dianggap lalai bekerja dan mengurangi persaingan dalam jenjang karir. Padahal sesama agen seharusnya
tidak boleh begitu. Karena itu banyak agen yang kurang bersemangat untuk bekerja lama di sini X2”.
Berdasarkan fenomena diatas, bahwa terdapat masalah kohesivitas kelompok kerja yang mempengaruhi semangat kerja karyawan, maka perlu diteliti seberapa
besar pengaruh kohesivitas kelompok terhadap semangat kerja karyawan. Hal tersebut membuat peneliti tertarik untuk meneliti seberapa besar pengaruh
Sri Ulina Ginting : Pengaruh Kohesivitas Kelompok Kerja Terhadap Semangat Kerja Karyawan Di PT. Bumiputera Asuransi Jiwa Bersama Kantor Cabang Askum Medan, 2010.
kohesivitas kelompok kerja terhadap semangat kerja karyawan pada PT. Bumiputera Asuransi Jiwa Bersama Kantor Cabang Askum Medan.
B. Rumusan Masalah