LATAR BELAKANG MASALAH PENDAHULUAN

Pratiwi Jayanti : Perbedaan Organizational Citizenship Behavior Antara Pegawai Dengan Tipe Kepribadian Ekstrovert Dan Introvert, 2010.

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Sumber daya manusia SDM merupakan salah satu elemen terpenting dalam usaha pencapaian keberhasilan organisasi dimana pada masa sekarang ini organisasi harus menghadapi tantangan - tantangan dalam era globalisasi yang selalu ditandai dengan perubahan – perubahan pada kondisi ekonomi. Salah satu tantangan yang harus dihadapi adalah bagaimana organisasi secara responsif menanggapi perubahan ekternal yang terjadi yang semestinya juga diikuti oleh peubahan internal agar organisasi dapat beradaptasi dengan lingkungannya dan menghasilkan organisasi yang memiliki performa kerja tinggi untuk mencapai keberhasilan organisasi. Ulrich 1998 mengatakan bahwa kunci sukses perubahan adalah pada sumber daya manusia yaitu sebagai inisiator dan agen perubahan terus menerus, pembentuk proses serta budaya yang secara bersama – sama meningkatkan kemampuan perubahan organisasi. Sumber daya manusia yang ada dalam suatu organisasi memiliki keanekaragaman yang cukup tinggi. Adanya keanekaragaman yang cukup tinggi tersebut berarti kemampuan sebagai ” agent of change” juga akan berbeda – beda. Usaha perubahan ini akan tercapai apabila semua karyawan masing – masing menampilkan kemampuan individualnya semaksimal mungkin sebagai agen perubahan. Organisasi pada umumnya percaya bahwa untuk mencapai keunggulan harus mengusahakan kinerja individual yang setinggi – tingginya, karena pada dasarrnya kinerja individual mempengaruhi kinerja tim atau kelompok kerja dan pada akhirnya Pratiwi Jayanti : Perbedaan Organizational Citizenship Behavior Antara Pegawai Dengan Tipe Kepribadian Ekstrovert Dan Introvert, 2010. mempengaruhi kinerja organisasi secara keseluruhan. Begitu juga halnya dengan organisasi pemerintahan, organisasi pemerintahan juga akan menghadapi perubahan eksternal dan ini harus dapat diatasi dengan peningkatan kinerja organiasi yang beradaptasi dengan perubahan – perubahan yang ada agar tidak hanya tetap bertahan tetapi juga memiliki kinerja yang baik. Berbicara mengenai kinerja organisasi pemerintahan, tentunya tidak terlepas dari perilaku – perilaku anggota organisasi tersebut. Ulrich 1998 menjelaskan bahwa pada dasarnya kinerja dari individu akan berpengaruh secara langsung terhadap kinerja dari organisasi. Artinya bahwa bila individu dalam suatu organisasi mampu menampilkan perilaku-perilaku tertentu yang positif, hal ini akan secara langsung berdampak pada efektifitas kinerja organisasi tersebut. Dewasa ini, telah mulai dikenal konsep OCB atau Organizational Citizenship Behavior yang dapat meningkatkan kinerja organisasi berbasis pada kemampuan individual untuk menampilkan serangkaian pola perilaku positif tertentu secara simultan, dimana anggota organisasi yang memiliki OCB tinggi akan memiliki kinerja atau performa lebih efektif. OCB merupakan istilah yang digunakan untuk mengidentifikasi perilaku karyawan sehingga ia dapat digolongkan karyawan yang baik. OCB dapat berupa perilaku kerja ekstra dan perilaku prososial anggota dalam suatu organisasi. Hal ini didukung oleh pernyataan Borman dan Motowidlo 1993 yang mengatakan bahwa OCB dapat meningkatkan kinerja organisasi, karena OCB merupakan ”pelumas” dalam mesin sosial dalam organisasi dalam Novliadi, 2007. Pratiwi Jayanti : Perbedaan Organizational Citizenship Behavior Antara Pegawai Dengan Tipe Kepribadian Ekstrovert Dan Introvert, 2010. Kinerja yang baik juga menuntut ” perilaku sesuai ” karyawan yang diharapkan organisasi. Perilaku yang menjadi tuntutan organisasi saat ini adalah tidak hanya perilaku in-role, tetapi juga perilaku extra-role. Menurut Utomo 2002 perilaku kerja the extrarole sering diistilahkan sebagai “Organizational Citizenship Behavior” atau sering juga disebut prosocial behavior, namun dari berbagai istilah tersebut memiliki suatu pengertian yang sama, yaitu suatu perilaku kerja karyawan yang bekerja tidak hanyapada tugasnya in-role, tapi juga bekerja tidak secara kontrak mendapatkan kompensasi berdasarkan sistem penghargaan atau sistem penggajian formal beyond the job”. Aldag dan Rescke 1997, mengartikan perilaku ekstra peran Organizational Citizenship Behaviorsebagai berikut:“Perilaku ekstra peran diartikan sebagai kontribusi seorang individu dalam bekerja, dimana melebihi persyaratan yang ditetapkan dan penghargaan atas keberhasilan kerja yang dijanjikan. Kontribusi tersebut seperti perilaku menolong sesama yang lain, kerelaan melakukan pekerjaan tambahan, menjunjung prosedur dan aturan kerjatanpa menghiraukan permasalahan pribadi. Hal ini merupakan satu bentuk dari prosocial behaviour, sebagai perilaku sosial yang positif, konstruktif, dan suka memberi pertolongan”. OCB atau Organizational Citizenship Behavior adalah salah satu kunci sukses dalam meningkatkan performa organisasi. Organizational Citizenship Behavior OCB meningkatkan efisiensi dan efektifitas organisasi dengan memberikan kontribusi terhadap transformasi sumber daya, inovasi, dan daya adaptasi Williams dan Anderson,1991, karena itulah penting bagi anggota organisasi untuk memiliki OCB. Pratiwi Jayanti : Perbedaan Organizational Citizenship Behavior Antara Pegawai Dengan Tipe Kepribadian Ekstrovert Dan Introvert, 2010. Keuntungan – keuntungan untuk meningkatkan kinerja organisasi dapat diperoleh dari anggota yang memiliki OCB yang tinggi. Dari hasil penelitian – penelitian mengenai pengaruh OCB terhadap kinerja organisasi, OCB disimpulkan mememiliki manfaat untuk meningkatkan produktivitas rekan kerja, meningkatkan produktivitas atasan, menghemat sumber daya yang dimiliki manajemen dan organisasi, OCB membantu menghemat energi sumber daya yang langka untuk memelihara fungsi kelompok, OCB juga dapat menjadi sarana efektif untuk mengkoordinasi kegiatan – kegiatan kelompok kerja,meningkatkan kemampuan organisasi untuk menarik dan mempertahankan karyawan terbaik, meningkatkan stabilitas organisasi dan memingktakan kemampuan organisasi untuk beradaptasi dengan perubahan lingkungan. Podsakoff, dkk dalam Elfina, 2003. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi OCB, diantaranya adalah suasana hati mood dan kepribadian. Faktor ini dapat mempengaruhi timbulnya OCB secara individual maupun kelompok. George dan Brief 1992 berpendapat kemauan seseorang untuk membantu orang lain juga dipengaruhi mood. Kepribadian merupakan suatu karakteristik yang relatif tetap sedangkan suasana hati dapat berubah – ubah. Akan tetapi mood juga dipengaruhi oleh kepriabadian. Kepribadian didefinisikan sebagai respon yang konsisten terhadap stimulus lingkungan Engel dkk, 1995. Lebih lanjut, Feist Feist 2002 mengemukakan bahwa kepribadian adalah suatu pola yang relatif permanen dari sifat, watak atau karakteristik yang memberikan konsistensi pada perilaku seseorang. Eysenck dalam Suryabrata, 2000 mendefinisikan kepribadian sebagai jumlah keseluruhan dari pola perilaku yang aktual dari organisme yang ditentukan oleh faktor keturunan dan lingkungan. Pratiwi Jayanti : Perbedaan Organizational Citizenship Behavior Antara Pegawai Dengan Tipe Kepribadian Ekstrovert Dan Introvert, 2010. Menurut Jung dalam Suryabrata, 2000 kepribadian manusia dapat dibedakan menjadi dua, yaitu kepribadian ekstrovert dan kepribadian introvert. Apabila orientasi terhadap segala sesuatu ditentukan oleh faktor-faktor objektif, faktor-faktor luar, maka orang yang demikian itu dikatakan mempunyai orientasi ekstravers. Sebaliknya ada orang yang mempunyai tipe dan orientasi introvers, dimana dalam menghadapi segala sesuatu, faktor-faktor yang berpengaruh adalah faktor subjektif yaitu faktor-faktor yang berasal dari dunia batin sendiri. Eysenck dalam Hall Lindzey, 1993 mengatakan lebih lanjut bahwa tipe kepribadian ekstrovert dan tipe kepribadian introvert merupakan dua kutub dalam satu skala. Kebanyakan individu akan berada ditengah-tengah skala tersebut tak tergolongkan. Eysenck dalam Hall dkk, 1985 mengatakan bahwa tipe kepribadian ekstrovert dicirikan dengan sifat yang keras hati toughmindedness, menuruti dorongan hati ketika bertindak impulsiveness, cenderung santai, perasaan gembira yang dialami dapat meningkatkan performa, lebih suka pekerjaan yang berhubungan dengan orang banyak, toleran terhadap rasa sakit, suka hal-hal yang baru perubahan, dan suka mengambil kesempatan. Sedangkan ciri tipe kepribadian introvert adalah kebalikan dari ciri kepribadian ekstrovert, yaitu sifat hatinya yang lembut tendermindedness, berpikir dulu sebelum bertindak introspectiveness, cenderung serius, perasaan gembira yang dialami dapat mengganggu performa, menyukai pekerjaan yang bersifat menyendiri, sensitif terhadap rasa sakit, suka hal-hal yang teratur tetap, dan cenderung penyegan Jung dalam Schultz Schultz, 1994 mengatakan bahwa ciri-ciri orang dengan tipe kepribadian ekstrovert adalah memiliki sikap periangsering berbicara, lebih terbuka dan lebih dapat bersosialisasi. Sedangkan ciri-ciri orang dengan tipe kepribadian introvert Pratiwi Jayanti : Perbedaan Organizational Citizenship Behavior Antara Pegawai Dengan Tipe Kepribadian Ekstrovert Dan Introvert, 2010. adalah memiliki sifat pemalu, tidak banyak bicara, dan cenderung berpusat pada diri mereka sendiri. Elfina 2003 salah satu faktor yang mempengaruhi OCB adalah kepribadian. Menurut Eysenck dalam Hall Lindzey, 1993 kepribadian dapat digolongkan menjadi tipe kepribadian ekstrovert dan tipe kepribadian introvert. Peneilitian sebelumnya menemukan bahwa kepribadian ekstrofert dan introfert berhubungan positif dengan organizational citizenship behavior OCB, dimana faktor kepribadian juga dapat menjadi pediktor organizational citizenship behavior OCB dan terdapat perbedaan dalam menampilkan organizational citizenship behavior OCB antara karyawan yang memiliki kepribadian ekstrovert dengan karyawan yang memiliki kepribadian introvert dimana karyawan yang memiliki ekstraversion yang tinggi seperti mudah bergaul, asertif suka berteman dan suka bergembira dilihat cenderung memiliki tingkat kepedulian terhadap rekan kerja, atasan dan organisasi yang tinggi maka akan cenderung menunjukkan OCB yang tinggi pula. Berkaitan dengan permasalahan diatas, maka peneliti ingin melihat apakah ada perbedaan organizational citizenship behavior OCB antara kepribadian ekstrovert dengan kepribadian introvert.

B. PERUMUSAN MASALAH