Hasil Isolasi Bakteri Desulfurisasi IBD

6N dan 7N. Ketujuh isolat bakteri tersebut tidak muncul kembali setelah pengayaan DBT dan batubara, diduga isolat bakteri tersebut tidak dapat beradaptasi dengan pengayaan yang dilakukan pada sumber isolat. Setelah pengayaan DBT dan batubara pada sumber isolat selama waktu pencuplikan terdapat empat isolat bakteri yang muncul dengan frekuensi lebih sering selama pencuplikan 2–4 kali dibandingkan dengan isolat lain, yaitu isolat 8N, 10N, 12N dan 21N. Keempat isolat bakteri tersebut merupakan isolat bakteri yang juga berhasil diisolasi dari IBD. Sebagian besar isolat bakteri lainnya hanya terisolasi pada satu kali pencuplikan, diduga isolat bakteri tersebut tidak mampu bersaing dan memanfaatkan sumber sulfur dan karbon yang berasal dari pengayaan DBT dan batubara yang dilakukan pada sumber isolasi. Hal tersebut diperkuat dengan semakin berkurangnya jumlah isolat bakteri yang terisolasi selama waktu pencuplikan pada IBT.

4.1.2. Hasil Isolasi Bakteri Desulfurisasi IBD

IBD dilakukan untuk memperoleh isolat bakteri yang memiliki kemampuan desulfurisasi sulfur organik, dalam hal ini adalah DBT. Metode IBD dilakukan dengan dua cara, yaitu metode langsung IBDL dan tidak langsung diperkaya IBDTL. Lima belas jenis isolat bakteri berhasil diisolasi dari IBDL dan 14 jenis isolat bakteri diisolasi dari IBDTL Lampiran 2. Tujuh jenis isolat bakteri yang terisolasi, baik pada IBDL maupun IBDTL diketahui memiliki kesamaan morfologi yaitu isolat 8N, 10N, 15N, 26N, 33N, 34N dan 43N. Jadi, 1 2 3 4 5 6 7 8 7 14 21 28 L o g j u m la h s e l m l W aktu Pencuplikan Hari 1 N 2 N 7 N 8 N 10 N 15 N 21 N 26 N 32 N 33 N 34 N 41 N 42 N 43 N 46 N keseluruhan isolat bakteri desulfurisasi yang diperoleh berjumlah 22 jenis isolat bakteri. Kehadiran semua isolat bakteri yang diperoleh dari IBDL dan IBDTL tidak ditemukan secara seragam dalam waktu yang sama melainkan ditemukan bervariasi selama waktu pencuplikan. Perbedaan kemunculan ini dapat disebabkan oleh adanya kelompok bakteri tanah yang memiliki kemampuan pertumbuhan yang lambat atau bakteri tersebut memiliki waktu adaptasi yang lama Davis et al, 2005. Kehadiran isolat bakteri yang secara terus-menerus selama pencuplikan menandakan adanya indikasi kemampuan desulfurisasi dalam mendegradasi senyawa DBT Zhongzuan et al., 2002. Pencuplikan pada hari ke-0 dengan metode langsung dari IBD dapat mengisolasi 9 jenis isolat bakteri, dengan jumlah sel tertinggi dimiliki oleh isolat 2N 3x10 6 selml. Dua isolat bakteri, yaitu isolat 1N dan 8N muncul kembali Gambar 8. Kemunculan isolat bakteri selama waktu pencuplikan pada metode IBDL 1 2 3 4 5 6 7 8 9 7 14 21 28 L o g j u m la h s e l m l W aktu Pencuplikan Hari 6 N 8 N 9N 10 N 12 N 14 N 15 N 26 N 33 N 34 N 40 N 43N 49N 50 N pada hari ke-7 dengan jumlah sel yang semakin bertambah. Pada hari ke-14 pencuplikan, 4 isolat lain terisolasi yaitu isolat 10N, 26N, 42N dan 46N, serta pada pencuplikan ini pula 4 isolat bakteri yang terisolasi pada hari ke-0 muncul kembali yaitu isolat 7N, 8N, 21N dan 42N. Kemunculan kembali keempat isolat bakteri tersebut diduga karena melimpahnya sumber karbon hasil degradasi DBT dan batubara yang dilakukan oleh isolat-isolat bakteri sebelumnya. Pada hari ke- 21 dan ke-28 pencuplikan, isolat bakteri yang tumbuh merupakan jenis bakteri yang terisolasi pada hari-hari sebelumnya. Isolat bakteri yang terisolasi namun hanya terisolasi pada satu kali pencuplikan seperti isolat 2N, 32N, 34N, 41N, 43N dan 46N, disebabkan oleh ketidakmampuan bakteri tersebut untuk bersaing dan memanfaatkan sumber sulfur dan karbon yang berasal dari pengayaan DBT dan batubara. Gambar 9. Kemunculan isolat bakteri selama waktu pencuplikan pada metode IBDTL Berdasarkan Gambar 9 terlihat bahwa jumlah sel isolat-isolat bakteri yang diperoleh dari IBD dengan metode IBDTL lebih tinggi jika dibandingkan dengan metode IBDL. Hal tersebut disebabkan pada IBDTL menggunakan medium diperkaya yaitu, MSM-DBT cair yang mengandung DBT dan batubara, sehingga populasi bakteri dapat diperbanyak karena mempunyai kesempatan untuk berkembangbiak. Menurut Hidayat et al. 2006, isolasi mikroorganisme menggunakan kultur cair diperkaya merupakan teknik yang berhasil meningkatkan jumlah mikroorganisme yang diinginkan atau mengoptimalkan pertumbuhan mikroorganisme yang lambat sehingga dapat menjadi lebih mudah diisolasi. Pencuplikan pada hari ke-0 terdapat 3 isolat bakteri yang terisolasi dengan jumlah sel tertinggi dimiliki oleh isolat 10N 3x10 8 selml dan pada hari ke-7 sebanyak 3 isolat yang berbeda juga berhasil terisolasi yaitu isolat 6N, 12N dan 15N. Selanjutnya pada hari ke-14 dua isolat sebelumnya yaitu 8N dan 10N terisolasi kembali. Tidak terisolasinya isolat 8N dan 10N pada hari ke-7 disebabkan oleh kondisi lingkungan yang tidak mendukung dan terbatasnya nutrisi sehingga isolat bakteri tersebut mengalami masa dorman hingga tercipta kondisi lingkungan yang mendukung untuk kehidupannya yaitu pada waktu pencuplikan hari ke-14. Usaha mengamankan diri dari kondisi buruk lingkungan menyebabkan bakteri membentuk spora terutama pada bakteri berbentuk batang Dwidjoseputro, 2005. Pencuplikan pada hari ke-21 terisolasi 2 isolat baru yang muncul yaitu 40N dan 50N. Pencuplikan pada hari ke-28 isolat bakteri yang tumbuh merupakan jenis isolat bakteri yang sudah terisolasi sebelumnya. Kemunculan sebagian besar isolat bakteri yang terisolasi pada IBDTL cenderung relatif lebih stabil. Hal ini ditandai dengan konsistennya kemunculan sebagian besar isolat bakteri selama waktu pencuplikan.

4.2. Hasil Seleksi Bakteri Desulfurisasi pada Medium MSM-DBT Agar