Tabel 1. Jenis serta persentase senyawa sulfur di dalam batubara
Unsur Persentase
Sufur organik 0,31 – 3,09
Sulfur pirit 0,06 – 3,78
Sulfur sulfat 0,01 – 1,06
Total sulfur 0,42 – 6,47
Sumber : Speight, 1994
2.2. Biodesulfurisasi Sulfur Organik
Sulfur merupakan senyawa yang secara alami terkandung dalam bahan bakar fosil, namun keberadaannya tidak diinginkan karena dapat menyebabkan
berbagai masalah, termasuk di antaranya korosi pada peralatan proses, meracuni katalis dalam proses pengolahan, bau yang kurang sedap atau produk samping
pembakaran berupa gas buang yang beracun seperti sulfur dioksida SO
2
dan menimbulkan polusi udara serta hujan asam Hidayat et al., 2006.
Penyingkiran sulfur pada batubara dapat dilakukan dengan tiga metode, yaitu fisika, kimiawi dan biologi. Metode komersial yang mutakhir saat ini untuk
menghilangkan senyawa sulfur adalah hidrodesulfurisasi. Hidrodesulfurisasi merupakan sebuah teknik fisikokimia yang telah diterapkan sebagai metode
konvensional untuk menghilangkan sulfur di seluruh dunia. Metode ini menggunakan tekanan tinggi 10-17 atm dan temperatur tinggi 200-425
o
C dalam melakukan prosesnya, dimana sulfur akan diubah menjadi hidrogen sulfida
Monticello, 1998. Namun, proses kimia atau hidrodesulfurisasi ini memiliki beberapa kelemahan yaitu membutuhkan biaya operasional yang tidak sedikit,
memproduksi produk yang berbahaya dan mempengaruhi struktur batubara.
Selain itu, prosesnya tidak bekerja baik pada sulfur organik, khususnya sulfur poliaromatik heterosiklik. Salah satunya adalah DBT yang biasa digunakan
sebagai model dari senyawa heterosiklik yang mengandung sulfur organik untuk penelitian biodesulfurisasi Zhongxuan et al., 2002.
Sulfur dalam batubara hadir dalam dua bentuk yaitu sulfur anorganik dan sulfur organik, berbeda dengan sulfur anorganik yang mudah dihilangkan dengan
cara fisika dan kimia, sulfur organik dalam batubara terikat secara kovalen ke dalam struktur yang besar dan kompleks pada molekul batubara serta terdistribusi
di dalam substansi batubara sehingga sulit untuk dihilangkan secara fisik ataupun kimia Constanti et al., 1994. Oleh karena itu, saat ini penelitian tentang
biodesulfurisasi lebih banyak difokuskan pada desulfurisasi sulfur organik. Sebagian besar kerja biodesulfurisasi telah menunjukkan hasil desulfurisasi yang
baik dimulai dengan DBT atau senyawa pengganti golongan alkilnya Takashi dan Izumi, 1999.
Dewasa ini banyak diupayakan penanganan desulfurisasi secara biologis menggunakan mikrooorganisme sebagai alternatif yang disebut dengan
biodesulfurisasi. Proses ini memiliki banyak keuntungan dibandingkan dengan proses fisika dan kimia konvensional, yaitu proses dilakukan dalam kondisi ringan
dengan tidak ada reaksi produk berbahaya, dapat mereduksi sulfur organik serta struktur batubara tidak terpengaruh Monticello, 1998. Pemanfaatan bakteri
untuk biodesulfurisasi sedang dikembangkan dan banyak dikaji sebagai penanganan alternatif untuk mengatasi kandungan sulfur pada batubara terutama
kandungan sulfur organik yang sulit untuk dihilangkan Kayser et al., 1993.
Beberapa spesies bakteri telah diisolasi dan diketahui memiliki kemampuan dalam proses biodesulfurisasi sulfur organik pada bahan bakar fosil seperti
Corynebacterium. sp, Gordona. sp, Bacillus. sp, Pseudomonas. sp dan Rhodococcus. sp Zhongxuan et al., 2002.
2.3. Dibenzhothiophene DBT