3. Pelaku menyadari bahwa perbuatan itu adalah merupakan suatu perbuatan yang dilarang undang-undang.
B. Pertanggungjawaban Notaris yang Terlibat Perkara Pidana
Pembinaan Notaris dilakukan oleh organisasi Notaris itu sendiri dan organisasi Notaris diatur juga dalam Pasal 82 ayat 1 Undang-Undang
Jabatan Notaris. Organisasi Notaris adalah merupakan organisasi profesi jabatan Notaris yang berbentuk perkumpulan dan berbadan hukum, pada
hakekatnya organisasi Notaris merupakan organisasi yang independen dan bebas dari tekanan pihak lain.
Dengan adanya satu organisasi Notaris sebagai wadah bagi seluruh anggota Notaris diharapkan setidak-tidaknya akan memberikan kemudahan
monitoring, pembinaan dan pengawasan terhadap kalangan Notaris serta pengawasan oleh Pemerintah melalui Majelis Pengawas sehingga Notaris
tetap mengedepankan tanggung jawab terhadap akta yang dibuatnya.
Tanggung jawab yang harus dipikul oleh Notaris berhubungan dengan tindakan Notaris dalam menjalankan kewenangan dan kewajibannya, apakah
tindakan-tindakan tersebut sudah sesuai dengan aturan-aturan yang telah ditentukan atau tidak. Dalam hal ini, dapat dipergunakan prinsip tanggung
jawab prinsip tanggung jawab berdasarkan kesalahanliability based on fault.
Prinsip tanggung jawab berdasarkan kesalahan liability based on fault yaitu prinsip tanggung jawab atas prinsip umum yang berlaku dalam hukum pidana
dan perdata. Prinsip berdasarkan tanggung jawab kesalahan didasarkan pada Pasal 1365-1367 KUH Perdata. Prinsip ini secara common sense dapat
diterima karena adil bagi orang yang berbuat salah untuk mengganti kerugian bagi pihak yang dirugikan. Notaris dapat dipertanggungjawabkannya bila
ada unsur kesalahan yang dilakukan. Untuk membuktikannya, perlu dibuktikan adanya perbuatan, kesalahan, kerugian dan hubungan kausalitas.
Universitas Sumatera Utara
Ternyata bila ada pihak yang keberatan dan dapat ditemukan bukti bahwa diketahui ada hal-hal yang dilanggar oleh Notaris dalam pembuatan akta,
maka Notaris dapat dimintakan pertanggungjawabannya sesuai dengan bobot kesalahan yang dilakukannya.
134
Notaris adalah pejabat umum yang berwenang untuk membuat akta otentik dan kewenangan lainnya serta orang yang menjalankan sebagian fungsi publik dari
negara, khususnya di bidang hukum perdata. Notaris merupakan suatu profesi yang harus mengutamakan pelayanan
hukum kepada masyarakat. Notaris juga jabatan yang dianggap masyarakat sebagai jabatan fungsional yang bertanggung jawab secara individu juga kepada masyarakat,
terutama kepatuhan terhadap norma-norma hukum positip dan kesediaan untuk tunduk pada kode etik profesi.
135
Kedudukan seorang notaris sebagai suatu fungsionaris dalam masyarakat hingga sekarang dirasakan masih terhormat. Seorang Notaris biasanya dianggap
sebagai seorang pejabat yang dapat memberikan pendapat mengenai persoalan hukum yang sedang dihadapai oleh masyarakat. Segala sesuatu yang ditulis serta
ditetapkannya adalah benar. Ia adalah pembuat dokumen yang kuat dan terpercaya dan selalu tidak memihak kepada salah satu pihak yang datang menghadap.
136
134
Abi Jumroh Harahap, Peran Notaris dalam Lalu Lintas Hukum ; Perspektif Mengenai Perlindungan Hukum bagi Notaris,
www.analisadaily.comindex.php , tanggal 16 Januari 2010
135
Yanti Sulaiman Sihotang., NotarisPPAT, Wawancara. Tanggal 05 Januari 2010
136
Yanti Sulaiman Sihotang., NotarisPPAT, Wawancara. Ibid.
Universitas Sumatera Utara
Undang-undang Jabatan Notaris menentukan bahwa akta harus dibuat dihadapan pejabat umum, dihadiri oleh saksi-saksi, disertai pembacaan oleh Notaris
dan sesudahnya langsung di tandatangani.
137
Dalam ruang lingkup tugas pelaksanaan jabatan Notaris yaitu membuat alat bukti yang diinginkan oleh para pihak untuk suatu tindakan hukum tertentu, dan alat
bukti tersebut berada dalam tatanan Hukum Perdata, dan Notaris membuat akta karena ada permintaan dari para pihak yang menghadap, tanpa ada permintaan dari
para pihak, Notaris tidak akan membuat akta apapun, dan Notaris membuat akta yang dimaksud berdasarkan alat bukti atau keterangan atau pernyataan para pihak
yang dinyatakan atau yang diterangkan atau diperlihatkan kepada atau dihadapan Notaris, dan selanjutnya Notaris merangkumnya secara formiltertulis dan materil
dalam bentuk akta Notaris, dengan berpijak pada aturan hukum atau tata cara prosedur perbuatan akta dan aturan hukum yang berkaitan dengan tindakan hukum
yang bersangkutan yang dituangkan dalam akta.
138
Peran Notaris dalam hal ini juga memberikan nasihat hukum yang sesuai dengan permasalahan yang ada, apapun
nasihat hukum yang diberikan kepada para pihak dan kemudian dituangkan ke dalam akta yang bersangkutan tetap sebagai keinginan atau keterangan para pihak
yang bersangkutan, tidak dan bukan sebagai keterangan atau pernyataan Notaris.
139
137
Roosmidar., NotarisPPAT, Wawancara, tanggal 06 Januari 2010
138
Roosmidar., NotarisPPAT, Wawancara, Ibid.
139
Yanti Sulaiman Sihotang., NotarisPPAT, wawancara, Op. Cit
Universitas Sumatera Utara
Dalam praktik Notaris ditemukan kenyataan, jika ada Notaris yang dipersalahkan oleh para pihak atau pihak lainnya, maka sering pula Notaris ditarik
sebagai pihak yang turut serta melakukan atau membantu melakukan suatu tindak pidana, yaitu membuat atau memberikan keterangan palsu ke dalam akta Notaris.
Hal ini akan menimbulkan keganjilan, apakah mungkin Notaris secara sengaja culpa atau khilaf alpa bersama-sama para penghadappihak untuk membuat akta
yang diniatkan sejak awal untuk melakukan suatu tindak pidana.
Hal tersebut di atas tidak berarti Notaris bebas dari hukuman dan lepas dari tuntutan hukum. Notaris bisa saja dihukum pidana, jika dibuktikan di Pengadilan,
bahwa secara sengaja atau tidak sengaja Notaris bersama-sama dengan para pihakpenghadap untuk membuat akta dengan maksud dan tujuan untuk
menguntungkan pihak atau penghadap tertentu saja dan merugikan pihak yang lain. Jika hal ini terbukti, maka Notaris tersebut wajib dihukum
Tugas Notaris adalah membuat alat bukti yang diinginkan oleh para pihak untuk suatu tindakan hukum tertentu, dan alat bukti tersebut berada dalam lingkup
hukum perdata. Notaris membuat alat bukti tersebut berdasarkan kehendak para penghadap, dan tidak memihak kepada salah satu pihak.
Akta Notaris lahir dan tercipta karena :
Universitas Sumatera Utara
1. Atas dasar permintaan atau dikehendaki oleh yang berkepentingan, agar perbuatan hukum mereka itu dinyatakan atau dituangkan dalam bentuk
akta otentik;
2. Atas dasar Undang-undang yang menentukan agar untuk perbuatan hukum tertentu mutlak harus dibuat dalam bentuk akta otentik dengan
diancam kebatalan jika tidak, misalnya dalam mendirikan suatu perseroan terbatas, harus dengan akta otentik.
140
Liliana Tedjosaputro menyatakan bahwa dalam kerangka tugas dan tanggung jawab Notaris yang sangat berat, perlu dikembangkan dasar pemikiran bahwa Notaris
juga dapat menuntut untuk diperlakukan adil di dalam berbagai dakwaan yang diarahkan kepadanya oleh Jaksa Penuntut Umum. Dengan demikian merupakan
tuntutan yang ideal apabila penjatuhan sanksi terhadap Notaris dalam suatu kasus hukum di peradilan umum didasarkan pada asas komplementer atau saling
melengkapi, baik atas dasar sifat melawan hukum formil maupun materil dengan mempertimbangkan ketentuan hukum yang berlaku internal atau eksternal yang
berlaku dikalangan Notaris.
141
Jika ada akta Notaris yang dipermasalahkan oleh salah satu pihak, Notaris dapat ditarik sebagai pihak yang turut serta atau membantu melakukan suatu perkara
pidana, yakni membuat dan memberikan keterangan palsu ke dalam akta Notaris. Pasal 1872 KUHperdata
“jika suatu akta otentik, yang berupa apa saja dipersangkakan palsu, maka pelaksanaannya dapat ditangguhkan menurut ketentuan hukum acara
perdata.”
140
Rachmat Setiawan, Pokok-pokok Hukum Perikatan, Putra A Bardin, Bandung, 1999, Hal. 3
141
Nico, Tanggung Jawab Notaris selaku Pejabat Umum, CDSBL, Yogyakarta, 2003, Hal. 142
Universitas Sumatera Utara
Dalam hal ini berlaku ketentuan siapa yang menuduh harus dapat membuktikannya “actori incumbit probation”, jika ia menuduh atau mengadukan
akta yang dibuat adalah palsu maka ia harus membuktikannya. Ia harus membuktikan fakta-fakta yang dituduhkannya.
Dalam UUJN diatur bahwa ketika Notaris dalam menjalankan tugas jabatannya terbukti telah melakukan pelanggaran, maka Notaris dapat dikenai atau
dijatuhi sanksi, berupa sanksi perdata, administrasi, dan kode etik jabatan Notaris, namun tidak jelas mengatur adanya sanksi pidana terhadap Notaris.
Tersirat ada menyebutkan tentang hukuman yang dikenakan kepada kekayaan Notaris jika menjadi terpidana, yakni dalam Pasal 84 UUJN.
Pasal 84 UUJN “Tindakan pelanggaran yang dilakukan oleh Notaris terhadap ketentuan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 ayat 1 huruf i dan k, Pasal 41, Pasal 44, Pasal 48, Pasal 49, Pasal 50, Pasal 51, atau Pasal 52 yang mengakibatkan
suatu akta hanya mempunyai kekuatan pembuktian sebagai akta di bawah tangan atau suatu akta menjadi batal demi hukum dapat menjadi alasan bagi
pihak yang menderita kerugian untuk menuntut penggantian biaya, ganti rugi, dan bunga kepada Notaris.
Universitas Sumatera Utara
Namun Pasal 84 UUJN tersebut bukanlah merupakan sanksi pidana denda, sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 10 KUHPidana. Karena hukuman denda
dalam Pasal 10 KUHPidana terpidana harus menggantikan kerugian kepada negara, sedangkan dalam Pasal 84 UUJN terpidana harus menggantikan kerugian yang telah
diderita oleh para penghadap. Pemidanaan terhadap Notaris harus dilihat dalam rangka menjalankan tugas
jabatan Notaris, artinya dalam pembuatan atau prosedur pembuatan akta harus berdasarkan kepada aturan hukum yang mengatur hal tersebut, dalam hal ini UUJN.
Jika semua tata cara pembuatan akta sudah di laksanakan sesuai dengan peraturan, suatu hal yang tidak mungkin secara sengaja Notaris melakukan suatu perkara
pidana yang berkaitan dengan akta tersebut. Sangat tidak dimengerti jika Notaris secara sengaja bersama-sama atau membantu penghadap secara sadar membuat akta
untuk melakukan suatu perkara pidana. Kesengajaan yang dilakukan oleh Notaris, merupakan suatu tindakan yang disadari, atau direncanakan dan diinsyafi segala
akibat hukumnya, dalam hal Notaris sebagai sumber untuk melakukan kesengajaan bersama-sama dengan para penghadap. Sanksi pidana terhadap Notaris tunduk
terhadap ketentuan pidana umum yakni KUHPidana.
142
Pelanggaran yang dilakukan Notaris dapat berupa : 1. Kepastian hari, tanggal, bulan, tahun, dan pukul saat menghadap;
2. Pihak yang menghadap; 3. Tanda tangan yang menghadap;
142
Yanti Sulaiman Sihotang., NotarisPPAT, Wawancara, Op. Cit
Universitas Sumatera Utara
4. Salinan akta ada, tanpa dibuat akta minuta; 5. Minuta akta tidak lengkap dan tidak ditandatangani dihadapan Notaris.
143
Hal-hal tersebut di atas dapat dijadikan dasar untuk mempidanakan Notaris dengan persangkaan telah membuat surat palsu atau memalsukan akta.
Soegondo Notodisoerjo menyebutkan ada tiga hal yang harus diperhatikan penyidik atau pihak penghadap, sebagai pembuktian pertanggungjawaban Notaris akibat akta
yang telah dikeluarkannya, yakni : 1. Lahiriah uitwendige bewijskracht
Kemampuan lahiriah akta Notaris, merupakan kemampuan akta itu sendiri untuk membuktikan keabsahannya sebagai akta otentik acta publica
probant sese ipsa. Jika dilihat dari luar lahiriah sebagai akta otentik serta sesuai dengan aturan hukum yang sudah ditentukan mengenai syarat
akta otentik, maka syarat tersebut berlaku sebagai akta otentik, sampai terbukti sebaliknya, artinya sampai ada yang membuktikan bahwa akta
tersebut bukan akta otentik secara lahiriah. Dalam hal ini beban pembuktian ada pada pihak yang menyangkal keotentikan akta Notaris
tersebut, seperti : tanda tangan Notaris yang bersangkutan, baik yang ada pada minuta dan salinan dan adanya awal akta sampai dengan akhir akta.
2. Formal vormeele bewijskracht Akta Notaris harus memberikan kepastian bahwa sesuatu kejadian dan
fakta tersebut dalam akta betul-betul dilakukan oleh Notaris atau diteragkan oleh pihak yang menghadap pada saat yang tercantum dalam
akta sesuai dengan prosedur yang sudah ditentukan dalam pembuatan akta Notaris. Secara formal untuk membuktikan kebenaran dan kepastian
tentang hari, tanggal, bulan, tahun, pukul menghadap, dan para pihak yang menghadap, paraf dan tanda tangan para pihak, saksi, dan Notaris, serta
membuktikan apa yang dilihat, disaksikan, didengar oleh Notaris, dan mencatatkan keterangan atau pernyataan para pihakpenghadap.
143
Roosmidar., NotarisPPAT, Wawancara, Op. Cit.
Universitas Sumatera Utara
3. Materil materiele bewijskracht Merupakan kepastian tentang materi suatu akta, bahwa apa yang tersebut
dalam akta merupakan pembuktian yang sah terhadap pihak-pihak yang membuat atau mereka yang mendapat hak dan berlaku untuk umum,
kecuali ada pembuktian sebaliknya tegenbewijs. Keterangan atau pernyataan yang dituangkan dalam akta pejabat atau berita acara, atau
keterangan para pihak yang disampaikan di hadapan Notaris, dan para pihak harus dinilai berkata benar yang kemudian dituangkan dalam akta
dan berlaku yang benar atau setiap orang yang datang menghadap Notaris yang kemudian keterangannya dituangkan dalam akta harus dinilai telah
benar berkata. Jika ternyataketerangan para penghadap tersebut menjadi tidak benar berkata, maka hal tersebut tanggung jawab pihak tersendiri.
Dengan demikian isi kata Notaris mempunyai kepastian sebagai yang sebenarnya dan menjadi bukti yang sah untuk para pihak ahli waris serta
penerima hak mereka.
144
Ketiga aspek tersebut di atas merupakan bagian tidak terpisahkan dalam akta Notaris sebagai akta otentik dan siapapun terikat oleh akta tersebut. Jika dapat dibuktikan
dalam suatu persidangan pengadilan, bahwa ada salah satu aspek yang harus diperhatikan penyidik atau pihak penghadap, sebagai pembuktian
pertanggungjawaban Notaris akibat akta yang telah dikeluarkannya tidak benar, maka akta yang bersangkutan hanya mempunyai kekuatan pembuktian sebagai akta
di bawah tangan atau akta tersebut diturunkan kekuatan pebuktiannya sebagai akta yang mempunyai kekuatan pembuktian sebagai akta di bawah tangan.
Persangkaan pemalsuan surat sebagaimana yang tertuang dalam Pasal 263 KUHPidana, juga Pasal-pasal lainnya yang berkaitan dengan tugas jabatannya
sebagai Notaris yang dapat dijatuhi pidana penjara, asalkan perbuatan yang
144
Habib Adjie, Hukum Notaris Indonesia, Refika Aditama, 2008, Hal. 26-28
Universitas Sumatera Utara
disangkakan kepada Notaris memenuhi unsur-unsur yang terkandung dalam pasal yang dituduhkan itu. Dalam perkara pidana pemalsuan surat, jika yang menjadi aktor
intelektualnya adalah Notaris ataupun Notaris turut serta Pasal 55 KUHPidana dalam melakukan tindak pidana pemalsuan surat, maka secara hukum tindakan
Notaris sudah tidak dapat ditolerir lagi, tidak hanya berdasarkan ketentuan dalam KUHPidana tetapi juga dalam UUJN. Dan pembatalan akta Notaris yang menjadi
tolak ukur peristiwa pidana tersebut dilakukan setelah perkara pidana telah ada putusan Pengadilan yang memiliki kekuatan hukum pasti, melalui gugatan perdata,
dimana Notaris menjadi tergugat dua yang diwajibkan untuk membayar kerugian atas akta yang dikeluarkannya kepada pihak penggugat.
Bahwa penjatuhan pidana terhadap Notaris tidak serta merta akta yang bersangkutan menjadi batal demi hukum. Suatu hal yang tidak tepat secara hukum jika ada putusan
dengan amar putusan membatalkan akta Notaris, dengan alasan Notaris terbukti secara sah dan meyakinkan melakukan tindak pidana pemalsuan. Dengan demikian
yang harus dilakukan oleh pihak-pihak yang berkeinginan untuk menempatkan Notaris sebagai terpidana atas akta yang dibuat dihadapan Notaris dan untuk
membatalkan akta otentik tersebut harus melalui gugatan perdata. Ketiga sudut pandang yang menjadi pertanggungjawaban Notaris tersebut, yakni
tidak dikeluarkan secara lahiriah, formal, dan materil dapat dijadikan dasar untuk mempidanakan Notaris, sepanjang aspek tersebut terbukti secara sengaja dengan
Universitas Sumatera Utara
penuh kesadaran dan keinsyafan serta direncanakan oleh Notaris dan para pihakpenghadap yang bersangkutan, bahwa akta yang dibuat di hadapan dan oleh
Notaris untuk dijadikan suatu alat melakukan suatu tindak pidana atau dalam pembuatan akta para pihak, Notaris secara sadar, sengaja melakukan perbuatan
pidana bersama-sama dari salah satu pihak yang menghadap atau melakukanmembantumenyuruh melakukan tindakan yang melanggar hukum.
Hal lain yang perlu untuk dijadikan batasan yang dilanggar oleh Notaris harus diukur berdasarkan UUJN, apakah perbuatan yang dilakukan oleh Notaris melanggar pasal-
pasal tertentu dalam UUJN, karena ada kemungkinan bahwa menurut UUJN akta yang bersangkutan telah sesuai namun menurut penyidik perbuatan tersebut
merupakan suatu tindak pidana.
Pasal 4 ayat 2 UUJN “… Bahwa saya akan merahasiakan isi akta dan keterangan yang diperoleh
dalam pelaksanaan jabatan saya…”
Pasal 16 ayat 1 huruf e UUJN “merahasiakan segala sesuatu mengenai akta yang dibuatnya dan segala
keterangan yang diperoleh guna pembuatan akta sesuai dengan sumpahjanji jabatan, kecuali undang-undang menentukan lain.”
Universitas Sumatera Utara
Pasal 332 ayat 1 KUHPidana “Barangsiapa dengan sengaja membuka rahasia, yang menurut jabatannya
atau pekerjaannya, baik yang sekarang, maupun yang dahulu, ia diwajibkan menyimpannya…”
145
Pasal 1909 ayat 3e KUHPerdata “Segala siapa yang karena kedudukannya, pekerjaannya atau jabatannya
menurut Undang-undang diwajibkan merahasiakan sesuatu, namun hanyalah semata-mata mengenai hal-hal yang pengetahuannya dipercayakan kepadanya
sebagai demikian”.
146
Pasal 50 KUHPidana “Barangsiapa melakukan perbuatan untuk menjalankan peraturan undang-
undang, tidak boleh dihukum.”.
147
Setiap warga negara wajib memberikan kesaksian yang diperlukan dalam persidangan sehingga pada kenyataannya setiap orang yang telah dijadikan salah satu
145
R. Susilo,. Kitab Undang-undang Hukum Pidana, Ibid
146
R Subekti dan Tjitrosudibio, R,
Kitab Undang-undang Hukum Perdata, Op. Cit.
147
R. Susilo,. Kitab Undang-undang Hukum Pidana, Op. Cit
Universitas Sumatera Utara
pihak dalam perkara khususnya perkara pidana, wajib untuk memberikan kesaksian sebenar-benarnya dalam persidangan.
Hak ingkar Notaris berkaitan erat dengan sumpah Jabatan Notaris, dan sumpah Jabatan Notaris berkaitan dengan pertanggungjawaban Notaris. Berkaitan dengan
pertanggungjawaban secara pidana dari Notaris terhadap kebenaran materil dalam akta yang dibuatnya, dapat ditelusuri dari pemahaman akta itu sendiri. Dan dengan
sendirinya penggunaan hak ingkar Notaris dalam perkara pidana tidak dapat digunakan, karena di mata hukum setiap warga negara yang baik wajib memberikan
kesaksian yang sebenar-benarnya dan tak lain daripada yang sebenarnya. Di Surabaya pada tanggal 11 Januari 1983 telah diadakan symposium hak
ingkar Notaris, yang ikut ambil bagian dalam symposium itu bukan saja Notaris, tetpai para cendikiawan, seperti advocate, kalangan ilmu dari
fakultas hukum, dan dari Bakorap Gakkum Dati I Jatim Badan Koordinasi Aparat Negara Penegak Hukum, symposium tersebut mengambil kesimpulan
sebagai berikut : 1. Jabatan Notaris adalah jabatan kepercayaan.
2. Hak ingkar verschoningsrecht Notaris diakui adanya. 3. Hak ingkar Notaris bersumber pada Undang-undang.
4. Hak ingkar Notaris bukan hanya merupakan hak saja tetapi merupakan
kewajiban, karena kalau dilanggar akan terkena sanksi menurut Undang- undang. Hak ingkar tersebut ada kecuali tentang tindak pidana korupsi,
dan tentang tindak pidana subversi dihapus.
5. Untuk menentukan “kepentingan yang lebih tinggi” hendaknya Notaris mendasarkan sebagai tolok ukurnya nilai-nilai yang adahidup dalam
masyarakat. 6. Bahwa yang perlu dirahasiakan itu tidak saja apa yang tercantumtertuang
dalam akta saja, akan tetapi juga apa yang diketahui dan diberitahukan dalam rangka pembuatan akta itu.
Universitas Sumatera Utara
7. Pengertian Hak ingkar dalam symposium ini, adalah hak ingkar bukan hak inkar yang dimaksud sebagaimana diatur dalam Pasal 28 Undang-
undang Pokok Kekuasaan Kehakiman Nomor 14 Tahun 1970. 8. Dalam hal Notaris terpaksa melanggar kewajiban merahasiakan
pengetahuannya karena sesuatu ketentuan Undang-undang yang mengharuskan Notaris memberikan kesaksiannya, maka Notaris tidak
dapat dipersalahkan melanggar Pasal 322 KUHPidana, berdasarkan Pasal 50 KUHPidana dan bukan berdasarkan Pasal 48 KUHPidana.
148
Dalam UUJN tidak memuat ketentuan yang secara tegas melarang Notaris untuk tidak bicara mengenai suatu pristiwa di muka persidangan. Dengan demikian dalam
hal ini tidak dapat dituntut untuk memperlakukan Pasal 4 ayat 2 dan Pasal 16 huruf e UUJN, namun sebagaimana yang telah dikemukakan di atas, Notaris mempunyai
kewajiban untuk tidak bicara dimuka persidangan karena mengingat Notaris merupakan jabatan kepercayaan artinya kerahasiaan yang disimpannya tidak boleh
semena-mena diutarakan di depan umum.
Pemidanaan terhadap Notaris dapat saja dilakukan dengan batasan, jika : 1. Ada tindakan hukum dari Notaris terhadap aspek lahiriah, formal, dan
materil akta yang sengaja, penuh kesadaran dan keinsyafan, bahwa akta yang dibuat demi kepentingan hanya satu pihak.
148
A Kohar , Notaris Berkomunikasi, Alumni, Bandung, 1984, Hal 143
Universitas Sumatera Utara
2. Ada tindakan hukum dari Notaris dalam membuat akta di hadapan Notaris yang diukur berdasarkan UUJN tidak sesuai dengan UUJN.
3. Tindakan Notaris tersebut tidak sesuai menurut instansi yang berwenang untuk menilai tindakan suatu Notaris, yakni Majelis Pengawas Notaris.
Pemidanaan terhadap Notaris dapat dilakukan sepanjang batasan-batasan sebagaimana tersebut di atas dilanggar artinya disamping memenuhi rumusan
pelanggaran yang tersebut dalam UUJN, Kode Etik jabatan Notaris juga harus memenuhi rumusan yang tersebut dalam KUHPidana.
Segala ketentuan yang berkaitan dengan tugas dan jabatan Notaris selaku pejabat umum, terutama yang berkaitan dengan akta yang dibuat dihadapannya, maka
terhadap pelanggaran-pelanggaran dan kesalahan-kesalahan yang diinsyafi, Notaris dapat dikenakan sanksi hukuman, selain pemidanaan juga akan dikenakan hukuman
yang tertuang dalam UUJN itu sendiri. Notaris kemungkinan dikenakan dakwaan, seperti :
1. Notaris telah memenuhi rumusan delik dalam undang-undang yaitu sifat melawan hukum formil, sebagai dampak kriminalisasi dan penalisasi yang
telah dilakukan oleh penguasa, dalam rangka reaksi kemungkinan terjadinya penyimpangan;
2. Dalam rangka menentukan ada atau tidaknya tindak pidana kepada yang bersangkutan, maka proses peradilan umum akan menguji seberapa jauh
syarat-syarat penentuan perkara telah terpenuhi; Apakah perbuatan Notaris yang bersangkutan telah memenuhi unsur-
unsur delik dalam undang-undang dan apabila sudah, masih harus dipersoalkan mengenai kesalahan Notaris, baik intern maupun ekstern,
Universitas Sumatera Utara
membenarkan atau tidak terhadap perbuatan Notaris tersebut. Penyimpangan dapat melanggar norma hukum pidana dan atau melanggar
hukum disiplin. Hal ini penting untuk dipersoalkan, karena apa yang dinamakan bersifat melawan hukum pada dasarnya harus bersifat formil
dan materil, jika hanya berpegang pada hukum tertulis saja akan mengurangi rasa keadilan;
3. Sifat melawan hukum materil tersebut dapat diigali baik dari ketentuan kode etik maupun dari ketentuan Peraturan Jabatan Notaris sekarang
UUJN. Kode etik yang seharusnya ditegakkan oleh peradilan disiplin profesi yang sampai saat ini belum kelihatan aktivitas dan peraturan
jabatan Notaris ditegakkan oleh peradilan administrasi. Keputusan yang telah diambil oleh salah satu dari peradilan tersebut tidak menghalangi
keputusan peradilan umum, bahkan sifatnya saling melengkapi atau komplementer;
4. Kemudian baru dipersoalkan, adakah alasan pembenar baik dalam undang-undang maupun di luar undang-undang.
Jika tahapan tersebut di atas sudah dapat dipenuhi, maka keputusan Hakim untuk memberikan jaminan kepastian dan keadilan dapat diwujudkan,
terutama kepada profesi Notaris.
149
Diberhentikan sementara dari jabatannya atau diberhentikan dengan tidak hormat jika Notaris terbukti melakukan pelanggaran dan tindak pidana.
Pasal 9 ayat 1 Undang-undang No. 30 Tahun 2004 “Notaris diberhentikan sementara dari jabatannya karena :
a. Dalam proses pailit atau penundaan kewajiban pembayaran utang; b. Berada di bawah pengampuan;
c. Melakukan perbuatan tercela; atau d. Melakukan pelanggaran terhadap kewajiban dan larangan jabatan.”
149
Nico, Tanggung Jawab Notaris selaku Pejabat Umum, Op.Cit. Hal. 185-186
Universitas Sumatera Utara
Pasal 12 Undang-undang No. 30 Tahun 2004 “Notaris diberhentikan dengan tidak hormat dari jabatannya oleh Menteri atas
usul Majelis Pengawas Pusat apabila : a. Dinyatakan pailit berdasarkan putusan pengadilan yang telah memperoleh
kekuatan hukum tetap; b. Berada di bawah pengampuan secara terus menerus lebih dari 3 tiga
tahun; c. Melakukan perbuatan yang merendahkan kehormatan dan martabat
jabatan Notaris; atau d. Melakukan pelanggaran berat terhadap kewajiban dan larangan jabatan.”
Pasal 13 Undang-undang No. 30 Tahun 2004 “Notaris diberhentikan dengan tidak hormat oleh Menteri karena dijatuhi
pidana penjara berdasarkan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap karena melakukan tindak pidana yang diancam dengan
pidana penjara 5 lima tahun atau lebih.”
Pasal 33 ayat 1 PerMen No. M.01.HT.03.01 Tahun 2006 “Menteri dapat memberhentikan sementara Notaris dari jabatannya apabila
Notaris yang bersangkutan berstatus sebagai terdakwa karena diduga
Universitas Sumatera Utara
melakukan tindak pidana yang diancam dengan pidana penjara 5 lima tahun atau lebih.
Jika Notaris yang terbukti secara sah dan meyakinkan melakukan perkara pidana jelas telah melanggar ketentuan Pasal 4 ayat 2 Undang-undang No. 30 Tahun
2004
Pasal 4 ayat 2 Undang-undang No. 30 Tahun 2004 “… Saya bersumpahberjanji :
Bahwa saya akan patuh dan setia kepada negara Republik Indonesia, Pancasila, dan Undang-undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945,
Undang-undang tentang Jabatan Notaris serta peraturan perundang-undangan lainnya.
Bahwa saya akan menjalankan jabatan saya dengan amanah, jujur, saksama, mandiri, dan tidak berpihak.
Bahwa saya akan menjaga sikap, tingkah laku dan akan menjalankan kewajiban sesuai dengan kode etik profesi, kehormatan, martabat, dan
tanggung jawab sebagai Notaris.
Universitas Sumatera Utara
Bahwa saya akan merahasiakan isi akta dan keterangan yang diperoleh dalam pelaksanaan jabatan saya.
Bahwa saya untuk dapat diangkat dalam jabatan ini, baik secara langsung maupun tidak langsung, dengan nama atau dalih apapun, tidak pernah dan
tidak akan memberikan atau menjanjikan sesuatu kepada siapapun.”
Juga telah melanggar “kode etik Notaris”
150
dalam melaksanakan profesinya sebagai Notaris maka tidak terlepas konsekwansi Undang-undang Jabatan Notaris
berikut segala peraturan yang ada mengatur tentang Notaris. Notaris wajib menjunjung tinggi martabat jabatannya yang berarti bahwa
Notaris tidak boleh bertindak sebagai swasta, karena martabat yang dijunjungnya itu menyangkut kewibawaan pemerintah disamping juga martabat secara pribadi yaitu
menyangkut moral Notaris itu sendiri dalam kehidupan pribadinya. Notaris harus menyadari bahwa mereka diangkat oleh Menteri atau pejabat
yang ditunjuk. Oleh sebab itu undang-undang memberikan kepada Notaris suatu kepercayaan yang sangat besar dan Notaris harus menyadari bahwa ia mempunyai
tugas berat serta tanggung jawab baik berdasarkan hukum, moral maupun etika.
150
kode etik adalah seluruh kaidah moral yang ditentukan oleh Perkumpulan Ikatan Notaris Indonesia yang berlaku bagi seluruh anggota perkumpulan maupun orang lain yang memangku dan
menjalankan jabatan Notaris baik dalam pelaksanaan jabatan maupun dalam kehidupan sehari-hari, Pengurus Pusat Ikatan Notaris Indonesia, Jati Diri Notaris Indonesia, Gramedia Pustaka, Jakarta,
2008, Hal. 194
Universitas Sumatera Utara
Tampak sudah pertanggungjawaban Notaris selaku pejabat umum yang terlibat dalam perkara pidana, secara hukum materil Notaris akan dikenakan apa yang telah
ditentukan KUHPidana, setelah perkara pidana dalam proses peradilan Notaris dapat diberhentikan sementara dan diberhentikan dengan tidak hormat setelah ada putusan
atas perkara pidana yang memperoleh kekuatan tetap oleh Menteri atas usul Majelis Pengawas Pusat.
Universitas Sumatera Utara
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN