BAB III PEMERIKSAAN NOTARIS SELAKU PEJABAT UMUM YANG TERLIBAT
DALAM PERKARA PIDANA
A. Pemeriksaan Perkara Pidana Menurut KUHAP
Pemeriksaan perkara pidana dimulai dengan “penyelidikan” adanya dugaan peristiwa pidana baik berawal dari ketangkap tangan, pengaduan, dan laporan yang
dimulai dari pejabat kepolisian sebagai penyelidik. Pasal 1 butir 5 KUHAP
“Penyelidikan adalah serangkaian tindakanpenyelidikan untuk mencari dan menemukan suau peristiwa yang diduga sebagai tindak pidana guna
menentukan dapat atau tidaknya dilakukan penyidikan menurut cara yang diatur dalam undang-undang ini”.
Dengan perkataan lain penyelidikan dilakukan untuk menemukan bukti permulaan untuk mendukung ada tidaknya perkara pidana yang akan atau telah
terjadi sebelum dilanjutkan penyidikan oleh penyidik. Mencari dan menemukan suatu peristiwa yang diduga sebagai tindak pidana
adalah penyelidik berupaya atas inisiatif sendiri untuk menemukan peristiwa yang diduga sebagai tindak pidana. Akan tetapi dalam kenyataannya, biasanya penyelidik
Universitas Sumatera Utara
baru mulai melaksanakan tugasnya setelah adanya laporanpengaduan dari pihak yang dirugikan.
Pasal 4 KUHAP “Penyelidik adalah setiap pejabat polisi negara Republik Indonesia.”
Pasal 5 ayat 1 KUHAP “Penyelidik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 :
a. Karena kewajibannya mempunyai wewenang : 1. Menerima laporan atau pengaduan dari seorang tentang adanya tindak
pidana; 2. Mencari keterangan dan barang bukti;
3. Menyuruh berhenti seorang yang dicurigai dan menanyakan serta memeriksa tanda pengenal diri;
4. Mengadakan tindakan lain menurut hukum yang bertanggung jawab.
b. Atas perintah penyidik dapat melakukan tindakan serupa : 1. Penangkapan, larangan meninggalkan tempat, penggeledahan dan
penyitaan; 2. Pemeriksaan dan penyitaan surat;
3. Mengambil sidik jari dan memotret seorang;
Universitas Sumatera Utara
4. Membawa dan mengadakan seorang pada penyidik.”
Dengan rumusan Pasal 1 butir 5 dan Pasal 5 KUHAP, maka penyelidik tersebut dimaksudkan, untuk lebih memastikan sesuatu peristiwa itu, diduga keras sebagai
tindak pidana dan untuk menemukan “bukti permulaan” dari pelaku dader
84
. Pasal 1 butir 2 KUHAP
“Penyidikan adalah serangkaian tindakan penyidik dalam hal dan menurut cara yang diatur dalam undang-undang ini untuk mencari serta
mengumpulkan bukti yang dengan bukti itu membuat terang tentang tindak pidana yang terjadi dan guna menemukan tersangkanya”.
Penyidik menindaklanjuti laporan atau bukti permulaan yang diketemukan oleh penyelidik, dan penyidik mengumpulkan bukti-bukti untuk membuat jelas dan
terang tentang peristiwa pidana yang akan atau telah terjadi dan guna mencari serta menemukan tersangkanya.
Dalam hal penyidik telah mulai melakukan penyidikan sesuatu peristiwa yang merupakan tindak pidana, penyidik memberitahukan hal itu kepada Penuntut Umum.
84
Pelanggar : Pelaku dari
kejahatan
atau tindakan tercela lainnya adalah orang yang melakukan tindakan. Arti harfiah dari kata orang yang melakukan sesuatu, tetapi dalam prakteknya adalah satu-
satunya kata untuk
jahat perbuatan digunakan. nl.wikipedia.org, tanggal 13 Januari 2010
Universitas Sumatera Utara
Setelah bukti-bukti dikumpulkan dan tersangka telah ditemukan, maka penyidik menilai dengan cermat, cukup bukti untuk dilimpahkan kepada penuntut
umum Kejaksaan untuk dilakukan penuntutan di depan Pengadilan. Pasal 8 ayat 2 KUHAP
“Penyidik menyerahkan berkas perkara kepada penuntut umum.”
Pasal 8 ayat 3 KUHAP “Penyerahan berkas perkara sebagaimana dimaksud dalam ayat 2 dilakukan :
a. Pada tahap pertama penyidik hanya menyerahkan berkas perkara; b. Dalam hal penyidikan sudah dianggap selesai, penyidik menyerahkan
tanggung jawab atas tersangka dan barang bukti kepada penuntut umum.”
Jika pada penyerahan tahap pertama, penuntut umum berpendapat bahwa berkas kurang lengkap maka ia dapat :
1. Mengembalikan berkas perkara kepada penyidik untuk dilengkapi disertai petunjuk P-18 dan P19;
2. Melengkapi sendiri, dengan melakukan pemeriksaan tambahan.
Pasal 30 ayat 1 UU No. 16 Tahun 2004 “Dibidang pidana, kejaksaan mempunyai tugas dan wewenang :
a. Melakukan penuntutan;
Universitas Sumatera Utara
b. Melaksanakan penetapan hakim dan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap;
c. Melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan putusan pidana bersyarat, putusan pidana pengawasan, dan keputusan lepas bersyarat;
d. Melakukan penyelidikan terhadap tindak pidana tertentu berdasarkan undang-undang;
e. Melengkapi berkas perkara tertentu dan untuk itu dapat melakukan pemeriksaan tambahan sebelum dilimpahkan ke pengadilan yang
dalam pelaksanaannya dikoordinasikan dengan penyidik.”
Pasal 1 butir 7 KUHAP “Penuntutan adalah tindakan penuntut umum untuk melimpahkan perkara
pidana ke Pengadilan Negeri yang berwenang dalam hal dan menurut cara yang diatur dalam undang-undang ini dengan permintaan supaya diperiksa
dan diputus oleh hakim di sidang pengadilan”.
Pasal 110 ayat 4 KUHAP “Penyidikan dianggap telah selesai apabila dalam waktu empat belas hari
penuntut umum tidak mengembalikan hasil penyidikan atau apabila sebelum
Universitas Sumatera Utara
batas waktu tersebut berakhir telah ada pemberitahuan tentang hal itu dari penuntut umum kepada penyidik.”
Penuntut umum setelah menerima berkas hasil penyidikan, segera menunjuk salah seorang jaksapenuntut umum untuk mempelajari dan menelitinya yang
kemudian atas hasil penelitian jaksa tersebut dapat melakukan tindakan, yakni : 1. Mengembalikan berkas perkara kepada penyidik karena ternyata belum
lengkap disertai petunjuk-petunjuk yang akan dilakukan penyidik; 2. Melakukan penggabungan atau pemisahan berkas perkara;
3. Hasil penyidikan telah lengkap, tetapi tidak terdapat bukti yang cukup atau peristiwa tersebut bukan merupakan tindak pidana dan selanjutnya
disarankan agar penuntutan dihentikan. Jika saran disetujui maka diterbitkan “surat ketetapan”. Atas “surat ketetapan” dapat diajukan
praperadilan;
4. Hasil penyidikan telah lengkap dan dapat diajukan ke Pengadilan Negeri.
85
Setelah berkas hasil penyidikan telah selesai P-21, KAJARI menunjuk Jaksa Penuntut Umum dan Jaksa Penuntut Umum pengganti. Berkas hasil penyidikan
tersebut menjadi dasar untuk membuat surat dakwaan, setelah dakwaan selesai kemudian dilimpakan kepada Pengadilan Negeri yang berwenang mengadili.
Pasal 1 butir 9 KUHAP “Mengadili adalah serangkaian tindakan hakim untuk menerima, memeriksa,
dan memutus perkara pidana berdasarkan asas bebas, jujur, dan tidak
85
Leden Marpaung, Proses Penanganan Perkara Pidana, Sinar Grafika, 2008, Hal. 14
Universitas Sumatera Utara
memihak di sidang Pengadilan dalam hal dan menurut cara yang diatur dalam undang-undang ini”.
Pasal 147 KUHAP “Setelah pengadilan negeri menerima surat pelimpahan perkara dari penuntut
umum, ketua mempelajari apakah perkara itu termasuk wewenang pengadilan yang dipimpinnya.”
Pasal 152 ayat 1 KUHAP “Dalam hal pengadilan negeri menerima surat pelimpahan perkara dan
berpendapat bahwa perkara itu termasuk wewenangnya, ketua pengadilan menunjuk hakim yang akan menyidangkan perkara tersebut dan hakim yang
ditunjuk itu menetapkan hari sidang.”
Pasal 152 ayat 2 KUHAP “Hakim dalam menetapkan hari sidang sebagaimana dimaksud dalam ayat 1
memerintahkan kepada penuntut umum supaya memanggil terdakwa dan saksi untuk datang di sidang pengadilan.”
Universitas Sumatera Utara
Pasal 155 ayat 2 KUHAP a. hakim ketua sidang minta kepada penuntut umum untuk membacakan
surat dakwaan; b. hakim ketua sidang menanyakan kepada terdakwa apakah ia sudah benar-
benar mengerti, apabila terdakwa ternyata tidak mengerti, penuntut umu atas permintaan hakim ketua sidang wajib memberikan penjelasan yang
diperlukan.”
Setelah selesai mendengar dakwaan penuntut umum, terdakwapenasihat hukum dapat mengajukan keberatan eksepsi
86
, kemudian atas keberatan tersebut diberkan kesempatan kepada penuntut umum untuk menyatakan pendapatnya tentang
keberatan tersebut. Setelah proses eksepsi selesai, maka hakim melanjutkan pemanggilan saksi.
Hakim ketua sidang dan hakim anggota meminta keterangan kepada saksi yang dipandang perlu untuk mendapatkan kebenaran. Kemudian diberi kesempatan
kepada penuntut umum dan penasihat hukum untuk mengajukan pertanyaan kepada saksi. Setiap kali seorang saksi selesai memberi keterangan, hakim ketua sidang
86
Exceptie Eksepsi para ahli pada umumnya sepakat mendefinisikan tangkisan, pembelaan, jawaban yang tidak menyinggung isinya tuduhan gugatan atau pokok permohonan, tetapi semata-mata
bertujuan supaya pengadilan tidak menerima perkara yang diajukan. Dengan demikian eksepsi adalah bantahansanggahan berkenaan di luar pokok perkara yang dipersoalkan oleh PemohonPenggugat di
pengadilan. miftakhulhuda.wordpress.com, tanggal 13 Januari 2010
Universitas Sumatera Utara
menanyakan kepada terdakwa bagaimana pendapatnya tentang keterangan saksi tersebut.
Setelah selesai mendengar keterangan para saksi, kemudian didengar keterangan ahli dan barang bukti berupa surat dan barang atau benda.
Pemeriksaan terakhir adalah pemeriksaan atas diri terdakwa oleh ketua hakim sidang, hakim anggota, penuntut umum dan penasihat hukum.
Dengan selesainya pemeriksaan atas diri terdakwa maka pemeriksaan persidangan dinyatakan selesai. Semua hasil pemeriksaan di sidang oleh panitera
dibuat “berita acara sidang”. Kemudian penuntut umum melihat dan mempelajari bukti-bukti yang
diajukan, penuntut umum mengajukan penuntutan Requisitoir
87
, dan terdakwa dapat membacakan pembelaannya. Setelah selesai hakim ketua sidang menyatakan
pemeriksaan dinyatakan ditutup. Setelah proses persidangan terlaksana dengan baik dan lancar, majelis hakim melakukan musyawarah untuk mengambil putusan dengan
suara terbanyak.
87
suatu pembuktian tentang terbukti atau tidaknya surat dakwaan, sumber peradilan militer, darwan prinst, pt citra aditya bakti, bandung, 2003,
www.kamushukum.com , tanggal 13 Januari
2010
Universitas Sumatera Utara
B. Pemeriksaan Notaris selaku Pejabat Umum yang Terlibat dalam Perkara Pidana