BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Orang pribadi, badan hukum merupakan subjek hukum karena merupakan pendukung hak dan kewajiban. Dalam kehidupan sehari-hari tidak akan pernah lepas
dari aktivitas pergerakan subjek hukum dalam kehidupan bermasyarakat untuk memenuhi kebutuhannya masing-masing.
Berawal dari kepentingan subjek hukum akan timbul akibat hukum yang merupakan akibat adanya hubungan hukum diantara subjek hukum itu sendiri. Juga
guna untuk memberi rasa aman dan kepastian hukum dalam hidup bermasyarakat, karena sudah pasti tidak akan pernah terlepas dari ketentuan hukum.
Jika mendengar perkataan hukum, maka akan teringat dengan Pengadilan, Hakim, Pengacara, Jaksa, Polisi, dan Notaris. Mengingat hukum seketika akan
mengingat sesuatu perkara dalam pengadilan. Hukum sebagai kekuasaan yang hidup, yaitu sebagai kekuasaan yang mengatur dan memaksa, akan tetapi juga sebagai
kekuasaan yang senantiasa berkembang, bergerak, karena dalam pengadilan dapat membentuk peraturan-peraturan baru.
1
Setiap saat hidup kita dikelilingi oleh hukum. Hukum mencampuri urusan manusia sebelum ia lahir dan masih ada sesudah ia meninggal. Hukum melindungi
benih di kandungan ibu dan masih menjaga jenazah orang yang telah mati. Hukum
1
L.J. van Apeldoorn, Pengantar Ilmu Hukum, Pradnya Paramita, Jakarta, 2005, Hal. 5
Universitas Sumatera Utara
memberikan langsung hak-hak terhadap ibu dan bapak dan meletakkan kewajiban atas ibu dan bapak terhadap anak-anaknya, dalam perkataan lain sejak lahir manusia
merupakan pendukung hak. Segala benda yang ada disekitar kita merupakan obyek hak.
Dalam masyarakat tumbuh dan berkembang hubungan hukum, dimana dalam lingkup pidana dimotori dan diawasi oleh kepolisian, hukum administrasi ditangani
oleh aparatur pemerintahan, dan hukum keperdataan diserahkan kepada masyarakat sendiri sepanjang sesuai dengan ketentuan perundang-undangan, karena dalam
keperdataan khususnya perikatan berlaku kepada mereka yang membuatnya. Sebagaimana yang termaktub dalam Pasal 1338 Kitab Undang-undang Hukum
Perdata. Pasal 1338 KUHPerdata
“Semua perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya,
Perjanjian-perjanjian itu tidak dapat ditarik kembali selain dengan sepakat kedua belah pihak, atau karena alasan-alasan yang oleh undang-undang
dinyatakan cukup untuk itu, Perjanjian-perjanjian harus dilaksanakan dengan itikad baik.”
2
Secara formil perjanjian disebut juga kontrak yang dituangkan berdasarkan klausula-klausula yang disepakati bersama dan dibuat dihadapan Notaris yang
2
R. Subekti dan R. Tjitrosudibio, Kitab Undang-undang Hukum Perdata, Pradnya
Paramita, Jakarta, 1992, Hal. 285
Universitas Sumatera Utara
ditunjuk bersama oleh para pihak guna lebih terciptanya kepastian hukum atas kontrak tersebut.
3
Setiap masyarakat membutuhkan seorang yang dapat menjadi penengah dalam peristiwa hukum yang akan atau sedang dihadapi, dapat dipercaya, yang tanda
tangannya memberi jaminan dan bukti kuat dalam peristiwa hukum yang terlaksana tesebut.
4
Seorang advocat berada dan mendampingi seseorangklien agar hak-haknya tidak dilanggar, maka Notaris tidak berada pada posisi satu pihak, melainkan berada
diantara para pihak dalam perbuatan hukum yang akan dibuat para penghadap. Suatu akta otentik ialah suatu akta di dalam bentuk yang ditentukan oleh
undang-undang, yang dibuat oleh atau dihadapan pegawai-pegawai umum yang berkuasa untuk itu ditempat dimana akta dibuatnya Pasal 1868 KUHPerdata,
berdasarkan bunyi pasal tersebut, akta-akta lain yang tidak dibuat dihadapan pegawai umum yang berkuasa adalah akta di bawah tangan, pegawai umum yang dimaksud
adalah Notaris. Pertimbangan perlunya dituangkan dalam bentuk akta otentik adalah untuk
menjamin kepastian hukum guna melindungi pihak-pihak, baik secara langsung yaitu para pihak yang berkepentingan langsung dengan akta itu maupun secara tidak
langsung yaitu masyarkat. Suatu akta akan memiliki karekter yang kuat dalam
3
Patrik Purwahid, Kapita Selekta Hukum Perdata, Fakultas Hukum Universitas Diponegoro, Semarang, 1996, Hal. 39
4
Tan Thong Kie, Buku I Studi Notariat Serba-serbi Praktek Notaris, PT. Ichtiar Baru van Hoeve, Jakarta, Hal. 170
Universitas Sumatera Utara
pembuktian, apabila akta itu mempunyai daya bukti antara para pihak yang datang menghadap dan pihak ketiga, sehingga hal itu merupakan jaminan bagi para pihak
bahwa perbuatan-perbuatan atau keterangan-keterangan yang dikemukakan memberikan suatu bukti yang tidak dapat mudah dihilangkan.
Sekarang ini tidak sedikit akta Notaris yang dibuat oleh Notaris menjadi alat bukti dan dipersoalkan di pengadilan, ataupun Notarisnya langsung dipanggil untuk
dijadikan saksi, bahkan seorang Notaris karena tugas dan jabatannya digugatdituntut di muka pengadilan. Hendaknya para Notaris dalam menjalankan tugas jabatannya
selalu berhati-hati dalam melaksanakan jabatannya, Notaris harus dapat memberikan kepastian hukum kepada masyarakat pengguna jasa Notaris.
5
Harian Waspada terbit Senin, 28 Oktober 2008 memuat “Kapoldasu Irjen Nurudin Usman mengatakan, kasus tindak pidana yang melibatkan notaris,
sejak tahun 2005 sampai 2007 di Direktorat Reskrim dan satuan wilayah di jajaran Poldasu, sebanyak 153 kasus. Dimana 10 orang sebagai tersangka dan
sebanyak 143 orang jadi saksi”.
6
Harian MedanBisnis terbit Sabtu, 17 Januari 2009 memuat “Kasus dugaan penipuan dan atau penggelapan dana pinjaman kredit senilai Rp 11,7 miliar
di PT Bank Kesawan Tbk Medan menyeret notaris Andar Situmorang SH sebagai tersangka. Status tersangka tersebut ditetapkan setelah anggota tim
penyidik Reskrim Unit Idik 5 Sat Reserse Ekonomi Poltabes MS memeriksanya secara intensif, bersama pimpinan Cabang Pembantu Capem
Pusat Pasar Bank Kesawan Tbk”.
7
5
Abi Jumroh Harahap, Peran Notaris dalam Lalu Lintas Hukum, Harian Analisa, Tanggal 2 Pebruari 2010
6
Harian Waspada, 28 Oktober 2008
7
Harian MedanBisnis, 17 Januari 2009
Universitas Sumatera Utara
Tidak sedikit pemberitaan mengenai Notaris yang terlibat dalam perkara pidana di media massa, namun mengenai kebenaran dalam berita-berita yang
disampaikan itu haruslah dibuktikan dalam putusan pengadilan yang berkekuatan hukum tetap.
Notaris bisa saja dihukum pidana, jika terbukti dalam Pengadilan, bahwa secara sengaja atau tidak sengaja Notaris bersama-sama dengan para
pihakpenghadap untuk membuat akta dengan maksud dan tujuan untuk menguntungkan salah satu pihak dan merugikan pihak lain. Jika ini dapat
dibuktikaan, maka Notaris mempertanggungkan perbuatannya kepada masyarakat. Pekerjaan Notaris adalah membuat akta otentik mengenai perbuatan dan
perjanjian yang dikehendaki oleh orang yang berkepentingan dan melaksanakan apa yang telah ditetapkan dan menjadi kewenangan Notaris menurut UUJN. Akta otentik
itu mempunyai kekuatan bukti yang sempurna.
Dalam rangka proses penegakan hukum, Notaris terkadang dipanggil oleh aparat penegak hukum. Baik berkedudukan sebagai saksi, tersangka maupun terdakwa.
Dalam proses itu, prosedur yang harus dilakukan oleh aparat penegak hukum tunduk kepada ketentuan perundang-undangan tentang Jabatan Notaris.
Universitas Sumatera Utara
Jika terjadi suatu sengketa mengenai apa yang diperjanjikan dalam suatu akta Notaris, Notaris tidak terlibat sama sekali dalam pelaksanaan suatu kewajiban atau
dalam hal menuntut suatu hak. Notaris berada di luar perbuatan hukum pihak-pihak.
8
Dalam melaksanakan tugasnya para Notaris harus selalu berpegang teguh serta menjunjung tinggi harkat dan martabat profesinya sebagai jabatan kepercayaan
dan terhormat, sebagai pejabat umum Openbaar Ambtenaar yang terpercaya yang akta-aktanya dapat menjadi alat bukti yang kuat apabila terjadi sengketa hukum di
Pengadilan.
9
Dalam melaksanakan tugasnya sebagai pejabat umum, Notaris bisa saja mendapat gugatan dan tuntutan dari para pihak berikut pihak ketiga akibat dari akta
yang telah dikeluarkan atau tugas yang menyangkut jabatannya. Kesalahan Notaris dalam melaksanakan jabatannya, disebabkan karena kekurangan terhadap
pengetahuan, pengalaman, dan pengertian dalam kode etik Notaris dan Undang- undang Jabatan Notaris itu sendiri. Mengenai peristiwa hukum yang melandasi
dalam pembuatan suatu akta, bertindak tidak jujur, kelalaianketidak hati-hatian serta memihak salah satu pihak. Untuk menghindari hal-hal tersebut di atas maka setiap
perjanjian yang dibuat dihadapan Notaris harus dibuat secara cermat dan teliti, sesuai dengan hukum dan etika yang berlaku. Kebenaran dan keadilan serta berdasarkan
8
Irfan Fachruddin, Kedudukan Notaris dan Akta-aktanya dalam Sengketa Tata Usaha Negara, Varia Pengadilan No. 111, Jakarta, 1994, Hal. 147
9
Irfan Fachruddin, Kedudukan Notaris dan Akta-aktanya dalam Sengketa Tata Usaha Negara, Ibid.
Universitas Sumatera Utara
itikad baik dan penuh tanggung jawab agar tidak terjadi kesalahan atau cacat hukum yang nantinya akan merugikan pihak-pihak yang menggunakan jasa Notaris tersebut.
Akta yang dibuat Notaris adalah akta otentik dan keotentikannya terus bertahan, bahkan sampai Notaris meninggal dunia. Tanda tangannya pada akta itu
tetap mempunyai kekuatan, walaupun ia tidak dapat lagi menyampaikan keterangan mengenai kejadian-kejadian pada saat pembuatan akta itu. Apabila Notaris untuk
sementara waktu diberhentikan atau dipecat dari jabatannya, maka akta-akta tersebut tetap memiliki kekuatan sebagai akta otentik, tetapi akta-akta itu harus telah selesai
dibuat sebelum pemberhentian atau pemecatan dilakukan.
10
Sampai saat ini masih tetap ditemukan keterlibatan Notaris dalam perkara pidana, “ada apa dengan Notaris dan mengapa”. Bagaimana tanggung jawab Notaris
kepada masyarakat yang masih meyakini Notaris sebagai pihak yang dapat menyelesaikan persolan hukum mereka. Dengan demikian masa depan Notaris
terletak di tangan Notaris itu sendiri, kemana ianya melangkah, apakah untuk kehidupan yang lebih baik atau hanya akan merugikan masyarakat saja.
10
Habib Adjie, Meneropong Khazanah Notaris dan PPAT Indonesia, Citra Aditya Bakti, 2009, Hal. 43
Universitas Sumatera Utara
B. Perumusan Masalah