Tujuan penelitian ini adalah : 1. untuk mengetahui tingkat pendidikan anggota DPRD Kabupaten Karo
2. untuk mengetahui kinerja anggota DPRD Kabupaten Karo 3. untuk menguji apakah ada hubungan tingkat pendidikan dan kedewasaan
dengan kinerja anggota DPRD Kabupaten Karo.
1.4 Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian yang dimaksud mencakup hal-hal sebagai berikut : 1. Secara akademis,penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi
terhadap Departemen Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara mengenai hubungan tingkat
pendidikan dan kedewasaan dengan kinerja anggota DPRD. 2. Secara praktis penelitian ini dapat :
a Sebagai bahan pertimbangan bagi DPRD Kabupaten Karo untuk dipertimbangkan dalam rangka peningkatan kualitas anggota DPRD.
b Sebagai penelitian awal yang dapat dimanfaatkan bagi penelitian di masa yang akan datang.
1.5. Kerangka Teori
Kerangka teori diperlukan untuk memudahkan penelitian ,sebab itu merupakan pedoman berpikir bagi peneliti. Oleh karena itu,seorang peneliti harus
terlebih dahulu memiliki suatu kerangka teori sebagai landasan berpikir untuk menggambarkan dari sudut mana ia menyoroti masalah yang dipilihnya. Selanjutnya,
menurut Singarimbun dan Effendi teori adalah serangkaian
Universitas Sumatera Utara
asumsi,konsep,konstruksi,defenisi dan proposisi untuk menerangkan suatu fenomena sosial secara sistematis dengan cara merumuskan hubungan antar konsep
7
. Dalam penelitian ini yang menjadi kerangka teori adalah :
1.5.1 Hakekat Pendidikan
Di era Otonomi Daerah sekarang ini, banyak terjadi perubahan yang mendasar di segenap kehidupan berbangsa. Adanya penerapan prinsip
demokrasi,desentralisasi,keadilan dan menjunjung tinggi HAM telah banyak mengubah cara pemerintah dan masyarakat dalam proses pembangunan. Demikian
halnya dengan dunia pendidikan,prinsip-prinsip tersebut juga memberi dampak pada tujuan,proses serta penyelenggaraan sistem pendidikan itu sendiri. Selain itu,
kemajuan IPTEK yang sudah banyak diaplikasikan dalam menyukseskan Otonomi Daerah menuntut semua kalangan untuk mampu mengimbanginya. Baik dengan
meningkatkan kualitas SDM dengan pendidikan maupun kualitas penyelenggaraan pendidikan nasional itu sendiri.
1.5.1.1 Pengertian Pendidikan
Menurut UU No.20 pasal 1 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional,pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar para peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan,pengendalian diri,kepribadian,kecerdasan,akhlak mulia,serta keterampilan yang diperlukan dirinya,masyarakat,bangsa dan negara.
7
Singarimbun,Masri dan Sofyan Effendi.1989.Metode Penelitian Survei.Jakarta : PT Pustaka LP3S
Universitas Sumatera Utara
Pengertian pendidikan menurut Purwanto
8
,”pendidikan adalah segala usaha orang dewasa dan pergaulan dengan seseorang untuk mencapai perkembangan
jasmani dan rohani ke arah kedewasaan. Sedangkan menurut M.E. Soeleman dalam buku Ngalim Purwanto,”pendidikan adalah pemberian bantuan melalui pergaulan
dalam bentuk pengaruh dengan tujuan agar yang dipengaruhi kelak dapat melaksanakan hidup dan tugas hidup secara mandiri dan bertanggung jawab”.
Proses pemebelajaran akan membantu seseorang untuk memiliki kekuatan spritual dan keagamaan dimana dia akan memiliki pola pikir yang telah memiliki
kesiapan dan memahami betul apa yang menjadi dasarazas hidupnya serta apa yang bisa dia percayai. Sementara itu dari segi kepribadian,proses belajar itu akan
membentuk pribadi seseorang lebih matang karena belajar tidak hanya memberi ilmu pengetahuan sehingga seseorang cerdas dan terampil,tetapi juga ada pengalaman
baru dan pemahaman baru setiap kali ada proses itu. Sehingga manusia itu menjadi suatu mahluk hidup yang punya akhlak mulia ,cerdas,terampil dan matang secara
jasmanirohani lewat belajar dan mengecap pendidikan. Yang nantinya akan memampukan manusia untuk mampu hidup mandiri dan bertanggung jawab.
1.5.1.2 Tujuan Pendidikan
Berdasarkan visi dan misi pendidikan nasional,pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang
bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa ,bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan
8
Purwanto,Ngalim MP.1992.Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis.Bandung : PT Remaja Pusdakarya.hal 3
Universitas Sumatera Utara
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,berakhlak mulia,sehat,berilmu,cakap,kreatif,mandiri,dan menjadi warga negara yang
demokratis serta bertanggung jawab. Sementara itu menurut Mudyhardjo
9
,pembangunan pendidikan itu menghasilkan orang-orang yang terdidik atau orang-orang yang terpelajar,yang
biasanya disebut mencapai kedewasaan ataupun kematangan. Para pakar pendidikan dalam merumuskan pengertian pendidikan secara
substansial mengarah pada satu titik pandang yaitu menuju kepada kedewasaan. Ciri utama kedewasaan dalam pendidikan adalah :
1. tujuan pendidikan yang diharapkan adalah agar orang mampu mengambil keputusan kesusilaan tanpa dipengaruhi orang lain serta
keputusan yang diambil bersifat realistis. Keputusan kesusialaan yang dimaksud berupa dengan pendidikan yang diperolehnya diharapkan
dapat mengambil keputusan berupa sikap bagaimana berperilaku di masyarakat.
2. agar orang dapat menjadi anggota masyarakat yang sesuai dengan norma-norma yang ada pada suatu masyarakat. Bahwa dengan
pendidikan yang diperolehnya dapat nemahami serta menilai norma- norma yang ada pada masyarakat tersebut.
3. mempunyai kematangan dalam aspek biologis dan psikologis yang meliputi segi keturunan,efektivitas,dan keintelektualan. Yang
dimaksud dalam hal ini adalah dengan pendidikan yang diperolehnya mempunyai kematangan baik untuk perkembangan biologis dan juga
9
Mudyahardo,Redja.2009.Pengantar Pendidikan.Jakarta : Rajawali Press. Hal 501
Universitas Sumatera Utara
perkembangan psikologis dalam menyelesaikan suatu masalah yang ada serta memotivasi dirinya untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.
1.5.1.3 Jenis – jenis pendidikan 1.
Pendidikan formal
Pendidikan formal adalah jalur pendidikan yang terstruktur dan berjenjang yang terdiri atas pendidikan dasar,pendidikan menengah,dan pendidikan tinggi.
Pendidikan menengah
merupakan lanjutan pendidikan dasar yang terdiri atas
pendidikan menengah umum dan pendidikan menengah kejuruan. Pendidikan menengah berbentuk sekolah menengah atas SMA,madrasah aliyah MA,sekolah
menengah kejuruan SMK,dan madrasah aliyah kejuruan MAK,atau bentuk lain yang sederajat.
Pendidikan tinggi merupakan jenjang pendidikan setelah pendidikan menengah yang mencakup program pendidikan
diploma,sarjana,magister,spesialis,dan doktor yang diselenggarakan oleh pendidikan tinggi dengan sistem terbuka.Perguruan tinggi dapat berbentuk
akademi,politeknik,sekolah tinggi,institut,atau universitas. Perguruan tinggi berkewajiban menyelenggarakan pendidikan,penelitian,dan pengabdian kepada
masyrakat. Perguruan tinggi juga berhak memberikan gelar akademik ,profesi atau vokasi kepada para lulusannya yang telah memenuhi persyaratan kelulusan.
2. Pendidikan Nonformal
Pendidikan Nonformal merupakan jalur pendidikan di luar pendidikan formal, berbentuk kegiatan belajar secara mandiri yang dapat dilaksanakan secara
terstruktur dan berjenjang. Pendidikan nonformal meliputi : pendidikan kecakapan
Universitas Sumatera Utara
hidup,pendidikan anak usia dini,pendidikan kepemudaan,pendidikan pemberdayaan perempuan,pendidikan keterampilan dan latihan kerja. Satuan pendidikan nonformal
terdiri atas lembaga kursus,lembaga pelatihan,kelompok belajar dan pusat kegiatan belajar masyarakat.
Selain itu pembelajaran dapat dilakukan secara mandiri lewat literasi informasi dan Media Exposure. Literasi informasi atau melek informasi merupakan
seperangkat keterampilan yang diperlukan untuk mencari ,menelusur,menganalisa,dan memanfaatkan informasi. Mencari informasi bisa ke
perpustakaan,toko buku,pusat-pusat informasi,internet,dll. Sementara keterampilan menganalisa dan memanfaatkan informasi memerlukan kecerdasan logis,rasional,dan
pertimbangan secara menyeluruh.untuk itu perlu banyak membaca buku,berinteraksi dengan orang-orang yang positif dan orang-orang yang sukses dalam kehidupan
mereka. Media exsposure menyangkut seberapa banyak media yang berhasil
diakses,berapa banyak koran,mendengar radio atau menonton tv. Lebih dari sekedar mengakses media dan tidak hanya menyangkut apakah seseorang secara fisik cukup
dekat dengan kehadiran media massa,akan tetapi apakah seseorang itu benar-benar terbuka dengan peran-peran media tersebut. Media exsposure merupakan kegiatan
mendengar.melihat,dan membaca pesan-pesan media massa ataupun pengalaman dan perhatian terhadap pesan tersebut yang dapat terjadi pada individu maupun
kelompok.
Universitas Sumatera Utara
1.5.2 Kedewasaan atau kematangan
Menurut EnglishEnglish,kematangan didefenisikan sebagai suautu keadaan atau kondisi bentuk,struktur ,dan fugsi yang lengkap atau dewasa pada suatu
organisme ,baik terhadap suatu sifat,bahkan seringkali semua sifat.
10
Kematangan maturity membentuk sifat dan kekuatan dalam diri untuk bereaksi dengan cara tertentu,yang disebut “readiness”. Readiness yang dimaksud
yaitu untuk betingkah laku ,baik tingkah laku yang instingtif mapaun tingkah laku yang dipelajari. Tingkah laku instingtif termasuk tingkah laku yang diwariskan idak
hanya berdasarkan insting. Sementara tingkah laku yang dipelajari memerlukan apa yang disebut kematangan. Orang tidak akan dapat berbuat secara intelegern apabila
kematangan intelektualitasnya belum memungkinkan. Manusia adalah mahkluk yang yang terus bertumbuh dan berkembang
dimana kedua hal tersebut akan mempengaruhi kematangan manusia itu sendiri mulai dari fisik ,intelektual,emosi dan spritualnya.
A. Perkembangan Fisik
Dari pertumbuhan fisik, diketahui bahwa dewasa muda sedang mengalami peralihan dari masa remaja untuk memasuki masa tua. Pada masa ini, seorang
individu tidak lagi disebut sebagai masa tanggung akil balik, tetapi sudah tergolong sebagai seorang pribadi yang benar-benar dewasa maturity. la tidak lagi
diperlakukan sebagai seorang anak atau remaja, tetapi sebagaimana layaknya seperti orang dewasa lain-nya. la dapat bertindak secara bertanggung jawab untuk dirinya
ataupun orang lain . Segala tindakannya sudah dapat dikenakan aturan-aturan hukum
10
Dalyono,2007,Psikologi Pendidikan. Jakarta :gramedia pustaka. Hal 207
Universitas Sumatera Utara
yang berlaku, artinya bila terjadi pelanggaran, akibat dari tindakannya akan memperoleh sanksi hukum misalnya denda, dikenakan hukum pidana atau perdata}.
Selain itu kekuatan dan energi pada masa dewasa ini akan matang. Misalnya, Selepas dari bangku pendidikan tinggi, seorang dewasa muda berusaha menyalurkan
seluruh potensinya untuk mengembangkan diri melalui jalur karier. Kehidupan karier, sering kali menyita perhatian dan energi bagi seorang individu. Hal ini karena
mereka sedang rnerintis dan membangun kehidupan ekonomi, agar benar-benar mandiri dari orang tua. Oleh karena itu, mereka memiliki energi yang tergolong luar
biasa, seolah-olah mempunyai kekuatan ekstra bila asyik dengan pekerjaannya.
B. Perkembangan Intelektual
Masa perkembangan dewasa muda young adulthood ditandai dengan keinginan mengaktualisasikan segala ide-pemikiran yang dimatangkan selama
mengikuti pendidikan tinggi universitasakademi. Mereka bersemangat untuk meraih tingkat kehidupan ekonomi yang tinggi mapan. Karena itu, mereka
berlomba dan bersaing dengan orang lain guna membuktikan kemampuannya. Segala daya upaya yang berorientasi untuk mencapai keberhasilan akan selalu ditempuh dan
diikuti sebab dengan keberhasilan itu, ia akan meningkatkan harkat dan martabat hidup di mata orang lain. Tipe kematangan ini disebut juga post formal yaitu tipe
matang dari sebuah pemikiran,yang bersandar pada pengalaman subjektif dan intuisi serta logika,dan berguna dalam menghadapi
ambiguitas,ketidakpastian,ketidakkonsistenan,kontradiksi,ketidaksempurnaan,dan kompromis
11
.Menurut seorang ahli perkembangan kognitif, Jan Sinnot , ada empat ciri perkembangan kognitif masa post-formal berikut ini.
11
Papalia E.Diana,2008,Human development Psikologi Perkembangan,jakarta : kencana,Hal 655
Universitas Sumatera Utara
a. Shifting gears. Yang dimaksud dengan shifting gears adalah kemampuan
mengaitkan penalaran abstrak abstracts reasoning dengan hal-hal yang bersifat praktis. Artinya, individu bukan hanya mampu melahirkan pemikiran abstrak,
melain-kan juga mampu menjelaskan dan menjabarkan hal-hal abstrak konsep ide menjadi sesuatu yang praktis yang dapat diterap-kan langsung
b. Multiple causality, multiple solutions. Seorang individu mampu memahami
suatu masalah yang tidak disebabkan satu faktor, tetapi berbagai faktor multiple factors. Karena itu, untuk dapat menyelesaikannya, diperlukan kemampuan berpikir
untuk mencari berbagai alternatif solusi divergent thinking. Dengan demikian, seorang individu tidak berpikir kaku rigid thinking pada satu jenis penyelesaian
saja. c.
Pragmatism. Orang yang berpikir postformal biasanya ber-sikap pragmatis, artinya ia mampu menyadari dan memilih beberapa solusi yang terbaik dalam
memecahkan suatu masalah. Pemikiran praktis yang dilahirkan dalam memecahkan suatu masalah pada tahap ini harus benar-benar mengenai sasaran goal oriented.
Namun, dalam hal ini, individu dapat menghargai pilihan solusi orang lain. Sebab, cara penyelesaian masalah bagi tiap orang berbeda-beda, tergantung cara orang itu
berpikir. d.
Awareness of paradox. Seorang yang memasuki masa postformal benar- benar menyadari bahwa sering kali ia menemukan hal-hal yang bersifat paradoks
kontradiktif dalam mengambil suatu keputusan guna menyelesaikan suatu masalah. Yang dimaksud paradoks kontradiktif adalah penyelesaian suatu masalah akan
dihadapkan suatu dilema yang saling bertentangan antara dua hal dari masalah tersebut Bila ia mengambil suatu keputusan, keputusan tersebut akan memberi
Universitas Sumatera Utara
dampak positif ataupun negatif bagi diri sendiri dan orang lain. Hal yang positif tentunya akan memberi keuntungan diri-sendiri, tetapi mungkin akan merugikan
orang lain. Atau sebaliknya, hal yang negatif akan merugikan diri sendiri, tetapi akan memberi keuntungan bagi orang lain. Oleh karena itu, dibutuhkan keberanian
ketegasan untuk menghadapi suatu konflik, tanpa harus melanggar prinsip kebenaran ataupun keadilan.
C. Spiritual Masa Dewasa
Di usia dewasa seseorang sudah menemukan agama yang tepat baginya, itu karena pada usia remaja kebanyakan dari mereka mencari dan selalu bertanya-tanya tentang
agama yang dianutnya. Dengan bertanya-tanya dan mencari kebenaran itu pada masa dewasa mereka sudah mengetahui tentang apa yang harus mereka putuskan dalam
beragama. Di usia dewasa mereka sudah memiliki pegangan hidup yang di dasarkan pada agama yang dapat memberikan kepuasan baginya.
Selain itu Mudyahrjo
12
,juga menjelaskan hal yang sama tentang tanda-tanda kedewasaan yaitu :
1 kedewasaan fisik : yaitu orang-orang yang memiliki bentuk tubuh dalam proporsi yang relatif mantap dan segala organnya telah siap dalam
menjalankan fungsi-fungsi secara normal. 2 Kedewasaan intelektual : yaitu orang yang mampu menampilkan cara
berpikir objektif,logis dan reflektif dalam memecahkan masalah yang dihadapi
3 Kedewasaan sosial : yaitu orang yang mampu berpartisipasi dalam kehidupan bersama dan konstruktif dalam bekerja sama.
12
Mudyahardo,Redja.2009.Pengantar Pendidikan.Jakarta : Rajawali Press. Hal 501
Universitas Sumatera Utara
4 Kedewasaan emosional : yaitu orang yang mampu mengendalikan gejolak emosi liar dan menyatakannya dalam bentuk atau cara yang beradab,serta
dapat menghargai orang lain dengan cara yang arif bijaksana. 5 Kedewasaan kerja : yaitu orang yang mempunyai kemampuan untuk dapat
menampilkan akal dan karya terbaik yang dapat dikerjakan pada saat itu. 6 Kedewasaan moral : yaitu orang yang mempunyai kemampuan untuk dapat
memiliki nilai-nilai hidup yang luhur,dapat berbuat sesuai dengan nilai hidupnya serta mengajak orang lain untuk membuat sesuai dengan nilai
hidupnya dan mempunyai kata hati atau hati yang selalu menyerukan kebenaran dan berbuat sesuai kebenaran tersebut.
Sejalan dengan hal itu,menurut Marc Angel mengemukakan bahwa kedewasaan seseorang bukanlah terletak pada ukuran usianya, tetapi justru pada
sejauhmana tingkat kematangan emosional yang dimilikinya. Berikut ini pemikirannya tentang ciri-ciri atau karakteristik kedewasaan seseorang yang
sesungguhnya dilihat dari kematangan emosionalnya. 1. Tumbuhnya kesadaran bahwa kematangan bukanlah suatu keadaan tetapi
merupakan sebuah proses berkelanjutan dan secara terus menerus berupaya melakukan perbaikan dan peningkatan diri.
2. Memiliki kemampuan mengelola diri dari perasaan cemburu dan iri hati. 3. Memiliki kemampuan untuk mendengarkan dan mengevaluasi dari sudut
pandang orang lain. 4. Memiliki kemampuan memelihara kesabaran dan fleksibilitas dalam
kehidupan sehari-hari.
Universitas Sumatera Utara
5. Memiliki kemampuan menerima fakta bahwa seseorang tidak selamanya dapat menjadi pemenang dan mau belajar dari berbagai kesalahan dan
kekeliruan atas berbagai hasil yang telah dicapai. 6. Tidak berusaha menganalisis secara berlebihan atas hasil-hasil negatif yang
diperolehnya, tetapi justru dapat memandangnya sebagai hal yang positif tentang keberadaan dirinya.
7. Memiliki kemampuan membedakan antara pengambilan keputusan rasional dengan dorongan emosionalnya emotional impulse.
8. Memahami bahwa tidak akan ada kecakapan atau kemampuan tanpa adanya tindakan persiapan.
9. Memiliki kemampuan mengelola kesabaran dan kemarahan. 10. Memiliki kemampuan menjaga perasaan orang lain dalam benaknya dan
berusaha membatasi sikap egois, dsb. Menurut pakar sumber daya manusia SDM Dwidaya Consultant, Lidwina
Lestari Ningsih
13
,kematangan emosi merupakan salah satu faktor yang sangat perlu dipertimbangkan dalam menetukan karir ataupun kinerja seseorang selain dari faktor
kecerdasan intelektual dan ketrampilan kerja. Hal ini dikarenakan Kematangan emosi adalah kemampuan mengendalikan emosi tertentu secara stabil sesuai dengan
perkembangan usianya. Semacam ada kemampuan seseorang yang mumpuni dalam merespon atau bereaksi terhadap fenomena tertentu. Misalnya ketika menghadapi
konflik internal dalam situasi kerja. Disitu setiap individu bekerja dalam suatu sistem yang memiliki ciri-ciri interaksi sosial. Idealnya proses umpan balik pun terjadi.
Kemungkinan yang bakal terjadi adalah suasana kerja padat konflik dan bisa juga
13
Koran Jakarta Nasional,9 Maret 2010
Universitas Sumatera Utara
suasananya nyaman. Karena itu setiap individu harus mampu mengendalikan emosinya untuk menciptakan, mengembangkan dan memelihara kondisi kerja yang
menyenangkan. Pada dasarnya kematangan emosi dan kecerdasan emosi seseorang
mengandung motif yang sama. Di dalamnya ada kemampuan mengelola diri yang intinya berangkat dari kemampuan mengenali diri sendiri. Setelah mampu mengenali
diri sendiri maka ia seharusnya mampu memotivasi dirinya dan mengelola emosinya dalam berhubungan dengan orang lain dengan baik. Sebaliknya kalau seseorang tidak
mampu mengendalikan emosinya terjadilah penyimpangan atau kekacauan emosional; misalnya perilaku egoistis, egosentris, apriori, prasangka buruk, dan
asosial. Bisa juga ada yang bersifat pesimis atau merasa kurang percaya diri kalau akan mengusulkan sesuatu. Padahal sifat seperti itu akan merugikan dirinya sendiri.
Lambat laun individu berpikiran negatif tidak mampu mengendalikan dirinya maka kinerjanya akan memburuk.
Dapat kita lihat juga dari cerminan perilaku dan sikap dari anggota dewan selama ini,bahwa sisi kematangan emosional mereka belum ditunjukkan dengan
baik. Sikap mereka yang mudah emosional dan menyatakannya dengan cara yang kurang arif dan bijaksana membuat mereka tidak mampu mengendalikan diri.
Kurangnya self-control ini membuat mereka sering bertindak yang emosional,bukan rasional. Padahal sebagai seorang individu yang terpelajar dan matang,seharusnya
mereka memiliki kemampuan untuk mampu memahami suatu masalah,menimbang dan menyikapi dengan cara yang tepat. Dari sisi intelektualitas,anggota dewan yang
juga harus lebih objektif dan logis untuk menyikapi suatu masalah sehingga mampu membuatb kebijakan yang memang aspiratif dan sesuai dengan kebutuhan
Universitas Sumatera Utara
masyarakat yang diwakilinya. Bukan hanya melihat secara subjektif tapi juga objektif,sehingga dapat ditemukan jalan keluar yang memang tepat sasaran dan
menjadi alternatif yang terbaik.
1.5.3 Kinerja Anggota DPRD 1.5.3.1 Pengertian Kinerja
Defenisi kinerja dapat diambil dari Kamus Besar Bahasa Indonesia yang diartikan sebagai sesuatu yang dicapai,prestasi yang diperlihatkan dari kemampuan
kerja. Menurut Jackson Morgan
14
mengemukakan bahwa kinerja menunjukkan tingkat pencapaian dari tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.
Widodo
15
mengemukakan bahwa kinerja adalah melakukan suatu kegiatan dan menyempurnakannya sesuai dengan tanggung jawabnya dengan hasil seperti
yang diharapkan,atau suatu hasil karya yang dapat dicapai oleh seseorang atau kelompok orang dalam suatu organisasi sesuai dengan wewenang dan tanggung
jawabnya masing-masing dalam rangka mencapai tujuan organisasi yang bersangkutan secara legal tidak melanggar hukum,dan sesuai dengan moral dan
etika. Menurut Davis
16
faktor yang mempengaruhi pencapaian kinerja adalah faktor kemampuan ability dan faktor motivasi motivation dan merumuskan bahwa :
14
Jackson and Morgan.1978. Organization Theory,A Percprectum for Management.USA:Prentice Hall. Hal 137
15
Widodo,Joko.2005.Membangun Birokrasi Berbasis Kinerja.Jawa Timur : Bayumedia. Hal 78
16
Mangkunegara.2006.Evaluasi Kinerja Sumber Daya Manusia. Yogyakarta : AmusUST. Hal 57
Universitas Sumatera Utara
a Faktor kemampuan ability Secara psikologis,kemampuan ability terdiri dari kemampuan IQ dan
kemampuan reality knowledge skill. Artinya ,pemimpin dan anggotanya yang memiliki IQ di atas rata-rata IQ 110-120 apalagi IQ superior,very
superior,gifted dan genius dengan pendidikan yang memadai untuk jabatannya dan terampil dalam mengerjakan pekerjaan sehari-hari,maka
akan lebih mudah mencapai kinerja maksimal. b Faktor motivasi motivation
Motivasi diartikan sebagai suatu sikap attitude pimpinan dan anggotanya terhadap situasi kerja situation di lingkungan organisasinya. Mereka yang
bersikap positif pro terhadap situasi kerjanya akan menunjukkan motivasi kerja yang tinggi dan sebaliknnya jika mereka bersikap negatif kontra
terhadap situasi kerjanya akan menunjukkan motivasi kerja yang rendah.
1.5.3.3 Kinerja Anggota DPRD
Menurut Arbi Sanit
17
,ada 4 faktor yang mempengaruhi kinerja DPR,baik pada tingkat pusat maupun pada tingkat daerah. Keempat faktor itu adalah:
1. integritas dan kemampuan atau keterampilan anggota legislatif 2. pola hubungan antara legislatif dengan anggota masyarakat yang mereka
wakili yang tercermin di dalam sistem perwakilan yang berlaku 3. struktur organisasi legislatif yang merupakan kerangka formal bagi kegiatan
anggota dalam bertindak sebagai wakil rakyat 4. hubungan yang tercermin dalam pengaruh timbal balik antara legislatif
dengan eksekutif dan lembaga-lembaga lainnya.
17
Sanit,Arbi.1985.Perwakilan Politik di Indonesia.Jakarta : CV.Rajawali. hal 205
Universitas Sumatera Utara
Untuk mengukur kemampuan kinerja anggota dewan dalam menyikapi aspirasi masyarakat dapat digunakan indikator yang dikemukakan oleh
Manin,Przeworski,dan Stokes
18
yaitu responsivitas,reliabilitas,dan akuntabilitas. 1. Responsivitas berkaitan dengan kemampuan anggota legislatif dalam
mentransformasikan berbagai aspirasi masyarakat dalam kebijakan publik. Selanjutnya, mereka mereka menyebutnya hubungan antara signals and
policies. Politisi disebut responsif apabila mereka mengadopsi berbagai kebijakan yang telah disinyalkan masyarakat sebagai isyarat preferensi
mereka seperti opini publik,hasil polling,berbagai bentuk perilaku politik langsung seperti demonstrasi,unjuk rasa,menulis suratpembaca dan
semacamnya,atau penyataan politik atau platform politik pada saat kampanye. Inikator responsivitas jika mereka dapat memformulasikan
berbagai aspirasi masyarakat melalui opini publik,tuntutan demonstrasi dan unjuk rasa dan semacamnya.
2. Realibilitas berkaitan dengan kemampuan anggota legislatif dalam mentransformasikan berbagai isu dan program yang mereka tawarkan pada
saat kampanye ke dalam suatu kebijkan politik. Indikator ini khususnya berkaitan dengan “mandat” yaitu hubungan antara Mandate and policies.
Dalam konteks ini anggota dewan dikatakan kinerjanya baik apabila mereka mampu memenuhi setidaknya dua kriteria yaitu : 1 kebijakan-kebijakan yang
dibuat atau yang diperjuangkan sesuai dengan platform politik isu dan program yang mereka tawarkan pada saat kampanye pemilu; 2upaya
18
Irtanto.2008.Dinamika Politik Lokal Era Otonomi Daerah.Yogyakarta : Pustaka Pelajar. Hal 80-84.
Universitas Sumatera Utara
pencapaian platform politik. Ini semata-mata dimaksudkan untuk mencapai kesepakatan sesuatu yang terbaik bagi konstituennya.
3. Akuntabilitas berkaitan dengan kemampuan anggota dewan dalam bertindak sesuai dengan aspirasi masyarakat dan kepentingan untuk terpilih kembali
pada pemilu berikutnya. Hal ini berkaitan dengan outcomes dan santions. Anggota dewan dikatakan akuntabel apabila para pemilih dapat melihat
bahwa para politisi tersebut melakukan tindakan sesuai dengan kepentingan mereka dan mnyetujui tindakan pemerintah secara wajar. Akuntabilitas
terjadi jika 1 para pemilih akan tetap mempertahankan memilih anggota dewan jika para anggota dewan tersebut berbuat untuk kepentingan terbaik
mereka;2 para anggota dewan memilih kebijakan yang dibutuhkan agar mereka terpilih kembali.
Untuk mengukur variabel tersebut di atas dapat dilihat dari aktifitas anggota dewan dalam menjalankan fungsi-fungsinya.
a. Fungsi legislasi Secara umum yang dimaksud dengan fungsi legislasi adalah fungsi untuk
membuat pearturan daerah. Hal ini ditegaskan pada Pasal 42 , UU No.32 Tahun 2004 yang menyatakan bahwa :
a DPRD mempunyai tugas dan wewenang membentuk peraturan daerah yang dibahas dengan Kepala Daerah untuk mendapat persetujuan
bersama. b DPRD membahas dan menyetujui rancangan peraturan daerah tentang
APBD bersama dengan Kepala Daerah.
Universitas Sumatera Utara
Melalui fungsi legislasi ini sesungguhnya menempatkan DPRD pada posisi yang sangat strategis dan terhormat,karena DPRD ikut menentukan keberlangsungan dan
masa depan daerah. Hal ini juga harus dimaknai sebagai amanah untuk memperjuangkan dan meningkatkan kesejahteraan rakyatnya.
Fungsi legislasi adalah suatu proses untuk mengakomodasi berbagai kepentingan pihak pemangku kepentingan stakeholders,untuk menetapkan
bagaimana pembangunan di daerah akan dilaksanakan. Oleh karena itu fungsi ini dapat mempengaruhi karakter dan profil daerah melalui peraturan daerah sebagai
produknya. Disamping itu, sebagai produk hukum daerah,maka peraturan daerah merupakan komitmen bersama para pihak pemangku kepentingan daerah yang
mempunyai kekuatan paksa. Dengan demikian fungsi legislasi mempunyai fungsi yang sangat penting untuk menciptakan keadaan masyarakat yang diinginkan
maupun sebagai pencipta keadilan sosial bagi masyarakat.
b. Anggaran
Makna anggaran dapat dilihat melalui tiga pedekatan. Pertama,secara etimologis anggaran berasal dari bahasa Belanda – begrooting artinya mengirakan
dan bahasa Inggris – budget yang dalam bahasa Perancis boungette artinya tas
pinggang yang terbuat dari kulit binatang yang digunakan untuk menyimpan surat- surat anggaran oleh Menteri Keuangan. Dalam bahasa Indonesia anggaran berasal
dari kata anggar yang berarti kira-kira atau perkiraan. Kedua,dalam arti dinamis yang dimaksud dengan anggaran adalah 1 Rencana keuangan yang menerjemahkan
penggunaan sumber-sumber yang tersedia untuk memenuhi aspirasi masyarakat menuju penciptaan kehidupan rakyat yang lebih baik di masa yang akan datang,
2Rencana keuangan PEMDA untuk membangun perikehidupan masyarakat yang
Universitas Sumatera Utara
tentunya semakin berkembang dan dinamis yang tercermin dalam kegiatan,untuk mendorong rakyat dalam memenuhi kewajibannya sebagai Warga Negara ,3 Proses
Penentuan jumlah alokasi dumber-sumber ekonomi untuk setiap program dan aktivitas dalam bentuk satuan uang.
Penyusunan anggaran rencana keuangan tahunan dilakukan secara terintegrasi untuk seluruh jenis belanja guna melaksanakan kegiatan pemerintahan
yang didasarkan pada prinsip efisiensi alokasi dana. Fungsi penganggaran mempunyai peranan sangat penting dalam mewujudkan kesejahtraan rakyat dan
meningkatkan daya saing. Anggaran pada tingkat daerah APBD mempunyai hubungan yang signifikan dengan anggaran pada tingkat nasional APBN,yaitu
sebagai alat untuk mengatasi persoalan ketimpangan fiskal dan untuk mengatasi persoalan-persoalan yang timbul dengan adanya penyebaran pelayanan publik ke
daerah-daerah. c. Pengawasan
pengawasan yang dilakukan oleh DPRD adalah pengawasan politik dan kebijakan yang bertujuan untuk memelihara akuntabilitas publik,terutama lembaga-lembaga
yang berkaitan langsung dengan pelaksanaan kebijakan dan program pemerintahan serta pembangunan di daerah. Sistem akuntabilitas di daerah akan menjadi lebih
efektif ,karena proses dan hasil pengawasan yang dilakukan DPRD akan memungkinkan lembaga-lembaga publik digugat jika mereka tidak memenuhi
kaidah-kaidah publik. Melalui pengawasan tersebut,DPRD dapat membangun sebuah early warning
system atau sistem peringatan dini apabila terjadi kejanggalan atau penyimpangan
Universitas Sumatera Utara
dalam proses pengelolaan tata pemerintahan daerah. Secara umum Ruang Lingkup Pengawasan DPRD oleh DPRD meliputi tiga hal yaitu :
a Pengawasan terhadap pelaksanaan Peraturan Daerah dan Peraturan Perundang-undangan lainnya Peraturan Kepala Daerah,Keputusan
Kepala Daerah,dsb. b Pengawasan terhadap pelaksanaan APBD.
c Pengawasan terhadap Perjanjian Kerjasama dengan Pihak Ketiga Selain fungsi legislasi ,anggaran, dan pengawasan,ada dua fungsi legislatif
yang secara umum dapat dilihat yaitu fungsi perwakilan representatives functions dan fungsi rekruitmen recruitment or electrical colleges functions.
Konsultasi publik bagi anggota DPRD merupakan pengejawantahan dari implementasi fungsi perwakilan,yang maknanya sebagai hubungan diantara dua
pihak yaitu wakil dengan yang diwakili,dimana wakil memegang kewenangan untuk melakukan berbagai tindakan yang berkenaan dengan kesepakatan yang dibangun
dengan yang diwakilinya. Tanggung jawab politik sebagai tindakan pribadi para wakil DPRD yang disesuaikan dengan kepentingan yang diwakili,artinya
kemampuan sang wakil DPRD terpilih untuk mengemban fungsi dan perannya dimainkan ketika elite wakil DPRD yang menduduki posisi berkemampuan untuk
menata perilaku dan pilihan kebijakan sesuai dengan tuntutan unsur-unsur kepentingan di dalam masyarakat. Hal tersebut juga bisa diwujudkan melalui proses
interaksi antara wakil DPRD dengan yang diwakilinya. Dalam proses interaksi kehadiran anggota menjadi bagian yang amat penting
atas pelaksanaan pemerintahan daerah yang demokratis. Pasrtisipasi masyarakat luas dalam merumuskan tujuan bersama tetap menjadi acuan. Dengan demikian tidak ada
Universitas Sumatera Utara
pengekangan terhadap sebagian atau keseluruhan hak seseorang untuk terlibat aktif yang kemudian menjadi landasan penting dalam memformat pola hubungan antara
DPRD dengan masyarakat selaku konstituen dalam bangunan demokrasi dengan menjunjung tinggi nilai-nilai kemerdekaan,persamaan,keadilan serta siolidaritas.
Fungsi pembuatan keputusan merupakan fungsi badan perwakilan rakyat saat dihadapkan pada berbagai masalah khususnya masalah-masalah pembangunan dan
konflik kepentingan demi terwujudnya kesejahtraan bersama atau tujuan bersama yang disepakati. Ukuran pelaksanaan fungsi ini dapat dilihat dari kemampuan
lembaga mengatasi perkembangan masa depan,mengidentifikasi problem-problem utama,dan merumuskan cara untuk mengatasinya serta kemampuannya menjadi
mediasi penyelesaian berbagai konflik secara damai. Aktualisasi fungsi-fungsi tersebut dipengaruhi oleh banyak faktor yang saling
berkait satu sama lainnya. Faktor-faktor tersebut mencakup mulai dari budaya politik dan harapan masyarakat. Konsepsi mengenai kekuasaan pemerintah ,struktur hukum
tata negara dan tata pemerintahan ,tata tertib dan pola syarat penggunaan hak- hak,struktur dan sistem kepartaian,sifat kompetisi pemilihan umum,pengorganisasian
kepentingan dan pengelompokan sosial,kematangan psikologis dan karakteristik individual lain para wakil rakyat,serta faktor-faktor situasional.
1.5.4 Hubungan tingkat pendidikan dan kedewasaan dengan kinerja anggota DPRD
Anggota DPRD sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah dan perwakilan masyarakat merupakan representasi yang mewakili kepentingan publik
sekarang seharusnya dan sewajarnya lebih terlibat dalam manajemen pemerintahan
Universitas Sumatera Utara
dan pembangunan. Era Otonomi Daerah saat ini membuka keleluasaan yang cukup besar bagi para anggota DPRD ProvinsiKabupatenKota menjalankan fungsi
legislasi,anggaran dan pengawasan,serta fungsi perwakilan. Kinerja anggota DPRD tidak hanya diukur dari berapa banyak PERDA yang mereka keluarkan ataupun
kualitas dari kebijakan itu sendiri. Tetapi kinerja mereka juga dapat dilihat dari segi responsifitas dan inisiatif untuk menanggapi permasalahan yang ada di masyarakat.
Banyak isu-isu yang harus ditanggapi dengan serius oleh para anggota DPRD yang membutuhkan pemahaman dan pengetahuan yang luas tentang isu-isu yang ada di
masyarakat. Oleh karena itu beratnya tanggung jawab tanpa diikuti oleh kualitas sumber daya manusia yang bermutu,maka kualitas produk serta sikap yang
dihasilkan DPRD belum tentu mencerminkan kehendak dan kebutuhan masyarakat secara keseluruhan,bahkan bisa ‘berseberangan’ dengan aspirasi masyarakat.
Kualitas SDM itu sendiri salah satunya adalah dari faktor latar belakang pendidikan. Dengan pendidikan yang baik dan sesuai dengan bidangnya maka
mereka bisa mencapai apa yang disebut sebagai kematangan intelektuak dan kematangan emosional. Kedua unsur tersebut merupakan bagian dari kemampuan
seseorang untuk merespon atau bereaksi terhadap suatu fenomena tertentu dan mencari jalan keluar sesuai dengan ilmu pengetahuan dan keterampilan yang
dikuasai. Kedewasaankematangan emosi membuat seseorang mampu memotivasi
dirinya dan mengelola emosi dalam berhubungan dengan orang lain. Sehingga mampu menimbulkan reaksi yang positidf pada setiap fenomena di lingkungan
kerjanya. Sementara kedewasaan intelektual membuat seseorang siap untuk menerapkan keahlian yang diterima di bangku pendidikan ke dalam dunia
Universitas Sumatera Utara
pekerjaan,sehingga ia akan mampu memecahkan masalah dengan cara yg benar dan kreatif
Selain itu pengetahuan yang dimiliki serta pemahaman yang baik yang mereka terima di bangku pendidikan tentang rakyat,pemerintahan,ekonomi,hukum
dan hal lainnya termasuk kemajuan teknologi akan sangat membantu mereka dalam mengaspirasikan kepentingan masyarakat dan bagaimana mewujudkannya dalam
sebuah kebijakan. Karena itulah ada tuntutan dari masyarakat agar para anggota DPRD mampu meningkatkan kualitasnya,baik dari segi pendidikan,kualitas
pengetahuan,wawasan dan pengalaman yang tentunya akan berdampak terhadap daya kritis,dan sensitifitas terhadap kasus-kasus publik tadi.
1.6 Hipotesis
Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian ,dimana rumusan masalah penelitian dinyatakan dalam bentuk kalimat pertanyaan.
19
Adapun hipotesis yang peneliti kemukakan adalah : 1 Hipotesis Kerja Ha
“Terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat pendidikan dan kedewasaan dengan kinerja anggota DPRD Kabupaten Karo.”
2 Hipotesis Nol Ho “Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat pendidikan dan
kedewasaan dengan kinerja anggota DPRD Kabupaten Karo.”
1.7. Definisi konsep
Adapun definisi konsep dalam penelitian ini adalah :
19
Sugiyono.2004.Metode Penelitian Bisnis.Bandung : Alphabeta
.
Hal 70
Universitas Sumatera Utara
1. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar para peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,pengendalian diri,kepribadian,kecerdasan,akhlak mulia,serta
keterampilan yang diperlukan dirinya,masyarakat,bangsa dan negara. 2. Kedewasaan merupakan suatu kondisi ataupun struktur dan sifat yang telah
membentuk sifat dan kekuatan dalam diri seseorang untuk bereaksi dengan cara tertentu terhadap suatu fenomena yang dia alami.
3. Kinerja adalah melakukan suatu kegiatan dan menyempurnakannya sesuai dengan tanggung jawabnya dengan hasil seperti yang diharapkan,atau suatu
hasil karya yang dapat dicapai oleh seseorang atau kelompok orang dalam suatu organisasi sesuai dengan wewenang dan tanggung jawabnya masing-
masing dalam rangka mencapai tujuan organisasi yang bersangkutan secara legal tidak melanggar hukum,dan sesuai dengan moral dan etika.
1.8. Defenisi Operasional