Kedewasaan atau kematangan Kerangka Teori

1.5.2 Kedewasaan atau kematangan

Menurut EnglishEnglish,kematangan didefenisikan sebagai suautu keadaan atau kondisi bentuk,struktur ,dan fugsi yang lengkap atau dewasa pada suatu organisme ,baik terhadap suatu sifat,bahkan seringkali semua sifat. 10 Kematangan maturity membentuk sifat dan kekuatan dalam diri untuk bereaksi dengan cara tertentu,yang disebut “readiness”. Readiness yang dimaksud yaitu untuk betingkah laku ,baik tingkah laku yang instingtif mapaun tingkah laku yang dipelajari. Tingkah laku instingtif termasuk tingkah laku yang diwariskan idak hanya berdasarkan insting. Sementara tingkah laku yang dipelajari memerlukan apa yang disebut kematangan. Orang tidak akan dapat berbuat secara intelegern apabila kematangan intelektualitasnya belum memungkinkan. Manusia adalah mahkluk yang yang terus bertumbuh dan berkembang dimana kedua hal tersebut akan mempengaruhi kematangan manusia itu sendiri mulai dari fisik ,intelektual,emosi dan spritualnya.

A. Perkembangan Fisik

Dari pertumbuhan fisik, diketahui bahwa dewasa muda sedang mengalami peralihan dari masa remaja untuk memasuki masa tua. Pada masa ini, seorang individu tidak lagi disebut sebagai masa tanggung akil balik, tetapi sudah tergolong sebagai seorang pribadi yang benar-benar dewasa maturity. la tidak lagi diperlakukan sebagai seorang anak atau remaja, tetapi sebagaimana layaknya seperti orang dewasa lain-nya. la dapat bertindak secara bertanggung jawab untuk dirinya ataupun orang lain . Segala tindakannya sudah dapat dikenakan aturan-aturan hukum 10 Dalyono,2007,Psikologi Pendidikan. Jakarta :gramedia pustaka. Hal 207 Universitas Sumatera Utara yang berlaku, artinya bila terjadi pelanggaran, akibat dari tindakannya akan memperoleh sanksi hukum misalnya denda, dikenakan hukum pidana atau perdata}. Selain itu kekuatan dan energi pada masa dewasa ini akan matang. Misalnya, Selepas dari bangku pendidikan tinggi, seorang dewasa muda berusaha menyalurkan seluruh potensinya untuk mengembangkan diri melalui jalur karier. Kehidupan karier, sering kali menyita perhatian dan energi bagi seorang individu. Hal ini karena mereka sedang rnerintis dan membangun kehidupan ekonomi, agar benar-benar mandiri dari orang tua. Oleh karena itu, mereka memiliki energi yang tergolong luar biasa, seolah-olah mempunyai kekuatan ekstra bila asyik dengan pekerjaannya.

B. Perkembangan Intelektual

Masa perkembangan dewasa muda young adulthood ditandai dengan keinginan mengaktualisasikan segala ide-pemikiran yang dimatangkan selama mengikuti pendidikan tinggi universitasakademi. Mereka bersemangat untuk meraih tingkat kehidupan ekonomi yang tinggi mapan. Karena itu, mereka berlomba dan bersaing dengan orang lain guna membuktikan kemampuannya. Segala daya upaya yang berorientasi untuk mencapai keberhasilan akan selalu ditempuh dan diikuti sebab dengan keberhasilan itu, ia akan meningkatkan harkat dan martabat hidup di mata orang lain. Tipe kematangan ini disebut juga post formal yaitu tipe matang dari sebuah pemikiran,yang bersandar pada pengalaman subjektif dan intuisi serta logika,dan berguna dalam menghadapi ambiguitas,ketidakpastian,ketidakkonsistenan,kontradiksi,ketidaksempurnaan,dan kompromis 11 .Menurut seorang ahli perkembangan kognitif, Jan Sinnot , ada empat ciri perkembangan kognitif masa post-formal berikut ini. 11 Papalia E.Diana,2008,Human development Psikologi Perkembangan,jakarta : kencana,Hal 655 Universitas Sumatera Utara a. Shifting gears. Yang dimaksud dengan shifting gears adalah kemampuan mengaitkan penalaran abstrak abstracts reasoning dengan hal-hal yang bersifat praktis. Artinya, individu bukan hanya mampu melahirkan pemikiran abstrak, melain-kan juga mampu menjelaskan dan menjabarkan hal-hal abstrak konsep ide menjadi sesuatu yang praktis yang dapat diterap-kan langsung b. Multiple causality, multiple solutions. Seorang individu mampu memahami suatu masalah yang tidak disebabkan satu faktor, tetapi berbagai faktor multiple factors. Karena itu, untuk dapat menyelesaikannya, diperlukan kemampuan berpikir untuk mencari berbagai alternatif solusi divergent thinking. Dengan demikian, seorang individu tidak berpikir kaku rigid thinking pada satu jenis penyelesaian saja. c. Pragmatism. Orang yang berpikir postformal biasanya ber-sikap pragmatis, artinya ia mampu menyadari dan memilih beberapa solusi yang terbaik dalam memecahkan suatu masalah. Pemikiran praktis yang dilahirkan dalam memecahkan suatu masalah pada tahap ini harus benar-benar mengenai sasaran goal oriented. Namun, dalam hal ini, individu dapat menghargai pilihan solusi orang lain. Sebab, cara penyelesaian masalah bagi tiap orang berbeda-beda, tergantung cara orang itu berpikir. d. Awareness of paradox. Seorang yang memasuki masa postformal benar- benar menyadari bahwa sering kali ia menemukan hal-hal yang bersifat paradoks kontradiktif dalam mengambil suatu keputusan guna menyelesaikan suatu masalah. Yang dimaksud paradoks kontradiktif adalah penyelesaian suatu masalah akan dihadapkan suatu dilema yang saling bertentangan antara dua hal dari masalah tersebut Bila ia mengambil suatu keputusan, keputusan tersebut akan memberi Universitas Sumatera Utara dampak positif ataupun negatif bagi diri sendiri dan orang lain. Hal yang positif tentunya akan memberi keuntungan diri-sendiri, tetapi mungkin akan merugikan orang lain. Atau sebaliknya, hal yang negatif akan merugikan diri sendiri, tetapi akan memberi keuntungan bagi orang lain. Oleh karena itu, dibutuhkan keberanian ketegasan untuk menghadapi suatu konflik, tanpa harus melanggar prinsip kebenaran ataupun keadilan.

C. Spiritual Masa Dewasa

Di usia dewasa seseorang sudah menemukan agama yang tepat baginya, itu karena pada usia remaja kebanyakan dari mereka mencari dan selalu bertanya-tanya tentang agama yang dianutnya. Dengan bertanya-tanya dan mencari kebenaran itu pada masa dewasa mereka sudah mengetahui tentang apa yang harus mereka putuskan dalam beragama. Di usia dewasa mereka sudah memiliki pegangan hidup yang di dasarkan pada agama yang dapat memberikan kepuasan baginya. Selain itu Mudyahrjo 12 ,juga menjelaskan hal yang sama tentang tanda-tanda kedewasaan yaitu : 1 kedewasaan fisik : yaitu orang-orang yang memiliki bentuk tubuh dalam proporsi yang relatif mantap dan segala organnya telah siap dalam menjalankan fungsi-fungsi secara normal. 2 Kedewasaan intelektual : yaitu orang yang mampu menampilkan cara berpikir objektif,logis dan reflektif dalam memecahkan masalah yang dihadapi 3 Kedewasaan sosial : yaitu orang yang mampu berpartisipasi dalam kehidupan bersama dan konstruktif dalam bekerja sama. 12 Mudyahardo,Redja.2009.Pengantar Pendidikan.Jakarta : Rajawali Press. Hal 501 Universitas Sumatera Utara 4 Kedewasaan emosional : yaitu orang yang mampu mengendalikan gejolak emosi liar dan menyatakannya dalam bentuk atau cara yang beradab,serta dapat menghargai orang lain dengan cara yang arif bijaksana. 5 Kedewasaan kerja : yaitu orang yang mempunyai kemampuan untuk dapat menampilkan akal dan karya terbaik yang dapat dikerjakan pada saat itu. 6 Kedewasaan moral : yaitu orang yang mempunyai kemampuan untuk dapat memiliki nilai-nilai hidup yang luhur,dapat berbuat sesuai dengan nilai hidupnya serta mengajak orang lain untuk membuat sesuai dengan nilai hidupnya dan mempunyai kata hati atau hati yang selalu menyerukan kebenaran dan berbuat sesuai kebenaran tersebut. Sejalan dengan hal itu,menurut Marc Angel mengemukakan bahwa kedewasaan seseorang bukanlah terletak pada ukuran usianya, tetapi justru pada sejauhmana tingkat kematangan emosional yang dimilikinya. Berikut ini pemikirannya tentang ciri-ciri atau karakteristik kedewasaan seseorang yang sesungguhnya dilihat dari kematangan emosionalnya. 1. Tumbuhnya kesadaran bahwa kematangan bukanlah suatu keadaan tetapi merupakan sebuah proses berkelanjutan dan secara terus menerus berupaya melakukan perbaikan dan peningkatan diri. 2. Memiliki kemampuan mengelola diri dari perasaan cemburu dan iri hati. 3. Memiliki kemampuan untuk mendengarkan dan mengevaluasi dari sudut pandang orang lain. 4. Memiliki kemampuan memelihara kesabaran dan fleksibilitas dalam kehidupan sehari-hari. Universitas Sumatera Utara 5. Memiliki kemampuan menerima fakta bahwa seseorang tidak selamanya dapat menjadi pemenang dan mau belajar dari berbagai kesalahan dan kekeliruan atas berbagai hasil yang telah dicapai. 6. Tidak berusaha menganalisis secara berlebihan atas hasil-hasil negatif yang diperolehnya, tetapi justru dapat memandangnya sebagai hal yang positif tentang keberadaan dirinya. 7. Memiliki kemampuan membedakan antara pengambilan keputusan rasional dengan dorongan emosionalnya emotional impulse. 8. Memahami bahwa tidak akan ada kecakapan atau kemampuan tanpa adanya tindakan persiapan. 9. Memiliki kemampuan mengelola kesabaran dan kemarahan. 10. Memiliki kemampuan menjaga perasaan orang lain dalam benaknya dan berusaha membatasi sikap egois, dsb. Menurut pakar sumber daya manusia SDM Dwidaya Consultant, Lidwina Lestari Ningsih 13 ,kematangan emosi merupakan salah satu faktor yang sangat perlu dipertimbangkan dalam menetukan karir ataupun kinerja seseorang selain dari faktor kecerdasan intelektual dan ketrampilan kerja. Hal ini dikarenakan Kematangan emosi adalah kemampuan mengendalikan emosi tertentu secara stabil sesuai dengan perkembangan usianya. Semacam ada kemampuan seseorang yang mumpuni dalam merespon atau bereaksi terhadap fenomena tertentu. Misalnya ketika menghadapi konflik internal dalam situasi kerja. Disitu setiap individu bekerja dalam suatu sistem yang memiliki ciri-ciri interaksi sosial. Idealnya proses umpan balik pun terjadi. Kemungkinan yang bakal terjadi adalah suasana kerja padat konflik dan bisa juga 13 Koran Jakarta Nasional,9 Maret 2010 Universitas Sumatera Utara suasananya nyaman. Karena itu setiap individu harus mampu mengendalikan emosinya untuk menciptakan, mengembangkan dan memelihara kondisi kerja yang menyenangkan. Pada dasarnya kematangan emosi dan kecerdasan emosi seseorang mengandung motif yang sama. Di dalamnya ada kemampuan mengelola diri yang intinya berangkat dari kemampuan mengenali diri sendiri. Setelah mampu mengenali diri sendiri maka ia seharusnya mampu memotivasi dirinya dan mengelola emosinya dalam berhubungan dengan orang lain dengan baik. Sebaliknya kalau seseorang tidak mampu mengendalikan emosinya terjadilah penyimpangan atau kekacauan emosional; misalnya perilaku egoistis, egosentris, apriori, prasangka buruk, dan asosial. Bisa juga ada yang bersifat pesimis atau merasa kurang percaya diri kalau akan mengusulkan sesuatu. Padahal sifat seperti itu akan merugikan dirinya sendiri. Lambat laun individu berpikiran negatif tidak mampu mengendalikan dirinya maka kinerjanya akan memburuk. Dapat kita lihat juga dari cerminan perilaku dan sikap dari anggota dewan selama ini,bahwa sisi kematangan emosional mereka belum ditunjukkan dengan baik. Sikap mereka yang mudah emosional dan menyatakannya dengan cara yang kurang arif dan bijaksana membuat mereka tidak mampu mengendalikan diri. Kurangnya self-control ini membuat mereka sering bertindak yang emosional,bukan rasional. Padahal sebagai seorang individu yang terpelajar dan matang,seharusnya mereka memiliki kemampuan untuk mampu memahami suatu masalah,menimbang dan menyikapi dengan cara yang tepat. Dari sisi intelektualitas,anggota dewan yang juga harus lebih objektif dan logis untuk menyikapi suatu masalah sehingga mampu membuatb kebijakan yang memang aspiratif dan sesuai dengan kebutuhan Universitas Sumatera Utara masyarakat yang diwakilinya. Bukan hanya melihat secara subjektif tapi juga objektif,sehingga dapat ditemukan jalan keluar yang memang tepat sasaran dan menjadi alternatif yang terbaik. 1.5.3 Kinerja Anggota DPRD 1.5.3.1 Pengertian Kinerja

Dokumen yang terkait

Analisis Terhadap Hubungan Anggota DPRD Dengan Konstituen Di Daerah Pemilihannya

10 88 148

STRATEGI ANGGOTA LEGISLATIF DALAM MEMPERKUAT HUBUNGAN DENGAN KONSTITUEN(Studi pada anggota DPRD Kabupaten Pamekasan Periode 2009-2014)

0 81 37

Citra Kinerja Anggota DPRD Kota Probolinggo Menurut Pegawai Sekretariat DPRD Kota Probolinggo

0 5 2

HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN DAN LAMA KERJA PERAWAT DENGAN KINERJA PERAWAT DI RSU PANDAN ARANG KABUPATEN BOYOLALI

0 3 6

PENGARUH PARTISIPASI MASYARAKAT TERHADAP HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN ANGGOTA DPRD TENTANG Pengaruh Partisipasi Masyarakat Terhadap Hubungan Antara Pengetahuan Anggota Dprd Tentang Anggaran Dengan Pengawasan Apbd.

0 5 13

HUBUNGAN KELOMPOK PENDUKUNG DENGAN TINGKAT PENGETAHUAN ANGGOTA TENTANG Hubungan Kelompok Pendukung Dengan Tingkat Pengetahuan Anggota Tentang ASI Eksklusif Di Desa Dukuhturi Kabupaten Brebes.

0 1 17

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENDIDIKAN DAN PENGALAMAN KERJA DENGAN KINERJA KARYAWAN HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENDIDIKAN DAN PENGALAMAN KERJA DENGAN KINERJA KARYAWAN PADA PERUSAHAAN FURNITURE CV. MUGIHARJO KRAGILAN, BOYOLALI.

0 2 7

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENDIDIKAN DAN PEMAHAMAN TERHADAP PERAN KOMITE SEKOLAH DENGAN KINERJA Hubungan Antara Tingkat Pendidikan Dan Pemahaman Terhadap Peran Komite Sekolah Dengan Kinerja Komite Sekolah Di Kecamatan Klaten Utara Kabupaten Klaten.

0 0 16

Hubungan antara Self-efficacy dan Hardiness dengan Work engagement pada Anggota DPRD Kota Surakarta.

1 8 7

MENYOROTI KINERJA ANGGOTA DPRD DI KABUPATEN SOPPENG PROPINSI SULAWESI SELATAN (ASPEK PENDIDIKAN DAN PELATIHAN)

0 0 16