Dominasi Stokastik Tingkat Aspirasi

Dari diagram ini, maka secara langsung dapat dinyatakan bahwa lebih baik memilih produk A, karena walaupun gagal hasilnya masih sama dengan produk B jika berhasil. Dalam hal ini dikatakan alternatif A mendominasi alternatif B.

2.8.3 Dominasi Stokastik

Bentuk lain dari dominasi tetapi sedikit lebih lemah dibandingkan Dominasi Nilai adalah Dominasi Stokastik atau Dominasi Probabilistik, yang digunakan untuk pilihan langsung. Contoh : Sebagai seorang manager produksi, Tuan Y diharapkan untuk memilih satu diantara tiga jenis produk baru untuk dipasarkan. Produksi pendahuluan untuk ketiga produk tersebut telah selesai dilakukan, demikian pula studi tentang harganya. Hasilnya seperti terlihat pada tabel berikut : Tabel 2.3 Produk Yang Dapat Dihasilkan Produk Harga unit Ongkos unit Kontribusi unit A Rp. 25.000 Rp. 15.000 Rp. 10.000 B Rp. 60.000 Rp. 40.000 Rp. 20.000 C Rp. 37.500 Rp. 22.500 Rp. 15.000 Selanjutnya dari penelitian pasar dapat pula diketahui distribusi kemungkinan tingkat penjualan yang mungkin dicapai untuk masing-masing produk seperti pada tabel berikut : Tabel 2.4 Distribusi Kemungkinan Tingkat Penjualan Tingkat Kemungkinan Penjualan A B C 0,1 0,1 Universitas Sumatera Utara 10.000 0,2 0,3 20.000 0,1 0,2 0,3 30.000 0,1 0,4 0,2 40.000 0,2 0,1 0,1 50.000 0,6 Dan selain itu Pimpinan perusahaan telah memutuskan bahwa hanya satu jenis produk baru dapat dipasarkan. Jika keadaan tersebut digambarkan dalam diagram keputusan maka hasilnya adalah sebagai berikut : Kontribusi Penjualan : Rp. 200 juta 0,1 20.000 Rp. 300 juta Produk A 0,1 30.000 Rp. 400 juta 0,2 40.000 Rp. 500 juta 0,6 50.000 Penjualan : Rp. 0 juta 0,1 Rp. 200 juta Produk B 0,2 10.000 Rp. 400 juta 0,2 20.000 Rp. 600 juta 0,4 30.000 Rp. 800 juta 0,1 40.000 Penjualan : Rp. 0 juta Universitas Sumatera Utara 0,1 Rp. 150 juta Produk C 0,3 10.000 Rp. 300 juta 0,3 20.000 Rp. 450 juta 0,2 30.000 Rp. 600 juta 0,1 40.000 Gambar 2.4 Diagram Keputusan Tiga Jenis Produk

2.8.4 Tingkat Aspirasi

Dalam menghadapi situasi keputusan, pengambil keputusan mungkin mempunyai suatu target yang harus dicapai, suatu tingkat aspirasi. Bila keadaannya seperti itu, maka pilihan langsung dapat dilakukan dengan membandingkan tingkat aspirasi. Misalkan dalam persoalan diatas pengambil keputusan merasa bahwa yang penting adalah menghasilkan tidak kurang dari Rp. 300 juta. Maka kemungkinan untuk memperoleh Rp. 300 juta adalah untuk produk A sebesar 0,9; produk B sebesar 0,7 dan produk C sebesar 0,6. Produk A mempunyai kemungkinan terbesar untuk mencapai tingkat aspirasi yang ditentukan, sehingga produk A adalah pilihan yang terbaik.

2.8.5 Nilai Ekspektasi